Anda di halaman 1dari 12

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Mata Kuliah : ABK (Perkembangan)


D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 6
Nama NPM
Rabiatul adawiyah butar-butar 188600210
Akmaliyah hakiki 188600216
Septi indriani 188600238
Annisa rahmadani 188600209
Sekar sari 188600228
Adraini amalia putri 188600252
Ahmad muarif hasan 188600181
Suryadi 188600218

UNIVERSITAS MEDAN AREA


FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
A. PENGERTIAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITY)

Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang
siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya
yang disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai
tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Pada dasarnya, kesulitan belajar yang dialami siswa tidak selalu disebabkan oleh rendahnya
tingkat intelegensia atau kecerdasan siswa. Namun demikian, kesulitan belajar dapat disebabkan
juga oleh banyak factor seperti faktor-faktor fisiologis, psikologis, sarana dan prasarana dalam
belajar dan pembelajaran serta faktor ligkungan belajarnya.

B. FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat dikelompokkan
menjadi factor internal dan factor eksternal.
1) Faktor internal
Faktor internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa antara lain, kemampuan
intelektual, perasaan dan kepercayaan diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis
kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, serta kemampuan mengindra seperti melihat,
mendengarkan, membau dan merasakan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono faktor internal yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :
• Faktor Fisiologis = Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada
siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat
tubuh.
• Faktor Psikologis = Faktor psikologis siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar
meliputi tingkat inteligensia pada umumnya yang rendah, bakat terhadap mata pelajaran
yang rendah, minat belajar dan motivasi yang kurang.

2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa dapat berupa guru,
kualitas pembelajaran, instrument dan fasilitas pembelajaran, serta lingkungan sosial dan alam.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono faktor eksternal yang menjadi
penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :
• Faktor Non-sosial
Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa
peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang
belajar yang kurang layak dan waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin.
Kelompok faktor non-sosial lainnya dapat berupa keadaan udara, suhu, cuaca, waktu (pagi,siang,
atapun malam). Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas harus kita atur sedemikian
rupa sehingga dapat membantu (menggunakan) prose belajar secara maksimal. Letak sekolah
atau tempat belajar misalnya harus meenuhi syarat-syarat seperti di temoat yang tidak terlalu
dekat dengan kebisingan, demikian juga dengan alat-alat pelajaran serta bangunannya.
• Faktor Sosial
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama manusia).
Faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan belajar pada siswa seperti
faktor keluarga, sekolah ,teman bermain, dan lingkungan masyarakat.

C. KARAKTERISTIK KESULITAN BELAJAR DAN KLASIFIKASI KESULITAN


BELAJAR

Karakteristik Anak dengan Kebutuhan Khusus (berkesulitan belajar) :


1. Karakteristik anak kesulitan belajar membaca (disleksia) yaitu sebagai berikut
• Perkembangan kemampuan membaca terlambat
• Kemampuan memahami isi bacaan rendah
• Kalau membaca sering banyak kesalahan
2. Karakteristik anak kesulitan belajar menulis (disgrafia) yaitu sebagai berikut
• Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
• Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9
dsb
• Tulisannya banyak salah
• Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
3. Karakteristik anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula)
• Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
• Sulit mengoperasikan hitungan
• Sering salah membilang dengan urut
• Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8 dan
sebagainya.

Klasifikasi kesulitan belajar

Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
a) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities)
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dala penyesuaian
perilaku sosial.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan
belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat (prerequisite skills), yaitu
keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan
berikutnya. Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik, hubungan antara
keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam belajar membaca menunjukkan
ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motor, tetapi ada pula yang dapat belajar
membaca meskipun memiliki ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motor.

b) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)


Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi
akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orangtua ketika anak gagal
menampilan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.
Untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan seorang anak memerlukan penguasaan
keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah karena kurang
menguasai ketermpilan prasyarat, umumnya dapat mencapai prestasi akademik yang diharapkan
setelah lebih dahulu anak menguasai keterampilan prsyarat tersebut. Untuk dapat menyelesaikan
soal matematika bentuk cerita misalnya, seorang anak harus menguasai lebih dahulu
keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang anak harus sudah
berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun auditif, ingatan
visual maupun auditoris, dan kemampuan untuk memusatkan perhatian.

D. PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK KESULITAN BELAJAR

Perkembangan kognitif merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang
seorang anak. Siswa dengan kesulitan belajar memiliki hambatan dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang terkait dengan belajar.

Konsep perkembangan dipahami sebagai pertambahan kemampuan dalam struktur tubuh dan
fungsi ke arah yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi sebagai hasil
dari proses kematangan. Perkembangan merupakan suatu proses yang berkesinambungan mulai
sejak di dalam kandungan hingga mencapai dewasa. Dalam proses perkembangan inilah,
individu akan melewati tiap tahap perkembangan untuk mencapai dewasa. Perkembangan
tersebut meliputi perkembangan fisik, emosi, sosial, dan intelektual. Perkembangan kemampuan
intelektual berkaitan dengan konsep-konsep yang dimiliki serta tindakan kognitif seseorang.

Dalam kegiatan belajar mengajar, seringkali anak diperhadapkan pada persoalan-persoalan


yang menuntut kemampuan abstraksi dan analisis dalam memecahkan persoalan. Kegiatan-
kegiatan dapat dilakukan secara fisik, antara lain anak diminta untuk mengamati dan mencatat
karakteristik dari suatu objek. Lebih lanjut, anak diminta untuk menanggapi suatu objek melalui
kemampuan berpikir mengenai suatu konsep atau prinsip atas suatu objek atau situasi tertentu.
Melalui penjelasan ini, terlihat bahwa dalam aktivitas belajar tidak hanya melibatkan masalah
fisik, melainkan melibatkan kemampuan mental, yaitu aspek kognitif.
Perkembangan kognitif menjadi suatu hal yang harus diperhatikan karena merupakan dasar
prognosis perkembangan di masa selanjutnya. Apabila pada anak menunjukkan adanya gejala
ketertinggalan dibandingkan teman-teman seusianya, maka prognosis anak pada masa
perkembangan selanjutnya juga kurang baik. Perkembangan kognitif yang baik akan menentukan
prognosis ke depan juga akan lebih baik.

Piaget melalui teori perkembangan kognitifnya menyatakan bahwa kemampuan anak-anak


untuk melakukan analisis atau abstraksi baru akan dimulai saat berusia di atas 10 tahun, yang
disebut sebagai tahap perkembangan formal. Semakin bertambah usia anak, perkembangan
kognitifnya akan semakin kompleks karena informasi yang diperoleh pun semakin bervariasi.

Pada anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik, fungsi perkembangan kognitif kurang
berfungsi optimal oleh karena hambatan yang dialami, seperti kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung. Sehingga anak akan cenderung mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-
tugas yang menuntut kemampuan-kemampuan dasar tersebut secara optimal. Gesell (dalam van
Tiel, 2007) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak melibatkan beberapa faktor, antara
lain :
a) motorik kasar, dimulai dari keseimbangan kepala hingga berjalan,
b) motorik halus, dimulai dari melihat hingga meraih benda
c) adaptasi
d) bahasa dan bicara, yang merupakan alat dalam berkomunikasi
e) kepribadian dan perilaku sosial

Indikasi anak dengan kesulitan belajar adalah terhambatnya perkembangan dalam salah satu
atau beberapa kemampuan terkait dengan proses belajar, misalnya membaca, menulis, berhitung,
mengeja huruf, atau pada aspekaspek belajar lain. Oleh karena itu, para ahli menggunakan istilah
kesulitan belajar spesifik.

Sebagai contoh, seorang anak dikatakan sebagai dislexiavisual yang ditandai dengan
ketidakmampuan membedakan secara visual sehingga mengalami kesulitan untuk membedakan
beberapa huruf yang hampir mirip bentuknya, antara lain huruf ‘b’ dan ‘d’. Adanya kesulitan
tersebut akan mengakibatkan anak mengalami ketertinggalan dengan temanteman kelas terkait
dengan tugas-tugas sekolah (Harrison, 2005). Gambaran tentang perkembangan kognitif pada
anak-anak dengan kesulitan belajar khusus diperlukan sehingga dapat dilakukan intervensi secara
tepat sesuai dengan kebutuhannya, akibatnya anak-anak tersebut dapat mengikuti proses belajar
mengajar.

E. PENGARUH EMOSI TERHADAP KESULITAN BELAJAR

Salah satu perkembangan emosi adalah belajar. Dengan belajar, anak diharapkan dapat
mengalami proses sehingga anak bisa mengontrol emosinya. Ketika seorang anak mengalami
kesulitan belajar, maka anak akan menjadi lebih emosional. Anak yang mengalami gangguan
emosi menyebabkan keseluruhan prestasinya kurang atau mundur, terutama dalam pelajaran-
pelajaran yang membutuhkan konsentrasi, perhatian, dan daya ingat. Itu dapat menyebabkan
anak menjadi pasif, apatis, dan emosinya tak dapat dikendalikan.

Anak-anak yang mengalami berbagai gangguan yang menyebabkan kesulitan belajar akan
berpengaruh dengan cara belajarnya. Mungkin anak sulit diajarkan. Apa yang diajarkan oleh
orang tua dan guru tidak mampu ia tangkap sehingga ia akan melampiaskannya dengan amarah
dan kekesalan yang dapat menimbulkan emosi. Kesukaran berbahasa akan menyebabkan orang
tua menjadi tegang dan bingung sehingga besar kemungkinan anak akan turut bingung dan anak
akan menjadi gugup. Gugup merupakan pencerminan dari emosi sebagai akibat hubungan anak
dengan orang tua yang kurang serasi. Anak yang mengalami gangguan dalam berbahasa
biasanya tidak menonjol dalam pelajaran di sekolah yang dapat menyebabkan anak sulit dalam
belajar.

Konsep diri yang telah tertanam pada diri anak menyebabkan kesulitan belajar. Ketika orang
tua menanamkan konsep diri yang buruk pada anak, maka ia akan menjadi sosok yang tak
berharga. Konsep diri yang buruk akan menyebabkan anak menerima sesuatu yang tidak baik
dari orang tuanya. Anak akan belajar meniru yang tidak baik sehingga anak mengalami kesulitan
belajar. Ini dapat menyebabkan anak frustasi karena orang tuanya tidak menghargai dirinya
dengan menanamkan konsep diri yang buruk dan menyebabkan dia dapat melakukan emosi yang
negatif. Selain itu, ketika faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar itu tidak terpenuhi
atau terlaksana, maka anak akan cenderung sulit atau bermasalah dalam belajar yang akan
mengakibatkan anak bertingkah laku tidak baik karena anak melampiaskannya dalam bentuk
emosi.

F. CIRI-CIRI KHUSUS ANAK YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR

1. Kesulitan membaca atau menulis, biasanya anak menutup-nutupinya dengan cara


menolak mengerjakan PR.
2. Kesulitan menghitung atau mengerjakan soal Matematika.
3. Sangat mudah lupa.
4. Tidak bisa menjaga konsentrasi atau terlalu fokus pada satu hal tertentu sampai tidak bisa
diajak bicara.
5. Nilai pelajaran yang naik turun
6. Sering kehilangan barang-barang
7. Sering melamun
8. Ceroboh dan tidak teliti
9. Tidak termotivasi untuk belajar
10. Mudah menyerah
11. Sulit duduk tenang untuk jangka waktu yang lama
12. Banyak berbicara
13. Sulit menunggu giliran
14. Suka jail dan iseng

G. PERILAKU YANG MUNCUL PADA ANAK KESULITAN BELAJAR

Berikut ini menjelaskan tentang berbagai perilaku yang seringkali dijumpai pada anak
berkesulitan belajar, dimana sebetulnya perilaku-perilaku tersebut muncul karena anak berupaya
menghadapi kesulitannya namun tidak berhasil.

1. Menghindari Sekolah

Sebagian anak berkesulitan belajar menikmati kegiatan belajar disekolah, tapi sebagian besar
dari mereka merasa enggan bahkan sangat malas untuk pergi kesekolah karena merasa sekolah
adalah tempat yang mengerikan. Banyak sekali kasus-kasus yang dilaporkan orangtua mengenai
berbagai upaya anak untuk menghindari sekolah ini. Ada yang bermalas-malasan bangun pagi,
ngantuk, pusing, sakit perut, dan tidak enak badan, sehingga akhirnya mereka bangun dijam-jam
genting, tidak cukup waktu bersiap-siap ke sekolah.

2. Menghindari pekerjaan rumah (PR)

Menghindari pekerjaan rumah termasuk perilaku yang sering ditemukan pada anak-anak
berkesulitan belajar, namun seperti halnya menghindari sekolah, maka kita juga harus
menelusuri dengan cermat mengapa seorang anak menghindari untuk menuntaskan pekerjaan
rumahnya.

3. Ketagihan menonton tv dan bermain game

Banyak sekali orang tua mengeluhkan kebiasaan anaknya yang dianggap sudah sangat
menghawatirkan yakni tidak ada waktu yang tidak dipergunakan untuk menonton TV atau
nongkrong depan computer untuk mengakses media social via internet, main game online, atau
main game diperangkat lainnya.

4. Berbohong

Bentuk perilaku lain yang anak tampilkan karena dia harus menutupi kegagalannya adalah
perilaku berbohong. Berbohong bisa dilakukan dimana saja, kepada siapa saja dan dalam hal
apapun. Namun biasanya berbohong terjadi disekolah saat anak berkesulitan belajar ini
mengalami kesulitan menghadapi masalah akademisnya.

5. Agresif Perilaku

Agresif termasuk perilaku yang sangat dikhawatirkan oleh orangtua, karena biasanya anak ini
sudah mendapat label sosial sebagai anak yang tukang ngamuk, tukang pukul, provokator atau
bahkan guru-guru sudah melabelnya sebagai anak yang merusak jalannya kelas.

6. Menyerah sebelum yang dihadapi tuntas

Perilaku ini bisa terjadi karena anak mengantisipasi terhadap kesulitan-kesulitan yang bakal
dihadapinya, atau bisa juga karena anak ini masih belum bisa sportif menerima kekalahannya.
Baik dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah maupun dalam situasi permainan, mereka memilih
segera menyerah pada saat tugas dirasakam sulit atau pada saat dia mengasumsikan bahwa dia
akan kalah dalam suatu permainan.

H. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA ANAK KESULITAN BELAJAR

Perkembangan kepribadian banyak ditentukan oleh hubungan antara anak dan orang tua
terutama ibunya.

Cara orang tua mendidik dan Relasi antar anggota keluarga. Bimbingan dan penyuluhan yang
diberikan di dalam lingkungan keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan
belajar seorang anak, karena keluarga merupakan tempat pertama bagi anak itu untuk belajar.
Tempat dimana ia tinggal yang akan mempengaruhi gaya hidup, gaya belajar anak tersebut.
Orang tua yang kurang/ tidak memperhatikan pendidikan anaknya misalnya tidak mengatur
waktu belajarnya, tidak menyediakan alat belajarnya, tidak mau tahu kemajuan dan kesulitan
belajar anaknya dapat menyebabkan anak tidak/ kurang berhasil, mungkin anak sendiri
mempunyai kepandaian tetapi karena kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga menyebabkan
anak tersebut banyak mengalami ketinggalan dalam belajar yang pada akhirnya dapat
menyebabkan anak menjadi malas. Relasi yang terpenting dalam kehidupan keluarga adalah
relasi orang tua dengan anaknya. Dalam proses kegiatan belajar dirumah, seorang anak akan
membutuhkan bimbingan orang tua. Ketika anak sukar untuk belajar maka sangat dibutuhkan
saling tukar pikiran. Dengan bertukar pikiran, anak akan mengutarakan pendapatnya tentang
kesukaran yang dialami dan orang tua dapat memberikan motivasi sesuai yang dibutuhkan.

I. APA YANG DAPAT DILAKUKAN ORANGTUA ?


a) Selaku orangtua, harus bisa bersikap ikhlas dan menerima anak berkesulitan belajar ini
dengan segala karakteristik kesulitannya. Anak ini membutuhkan penerimaan yang tulus dari
orang-orang terdekatnya, dia membutuhkan cinta kasih saying orang tuanya tanpa
memandang kesulitan-kesulitan yang dialaminya.
b) Periksa bagian-bagian mana dari aspek akademis yang dirasa sangat sulit bagi anak. Lalu
berikan arahan yang terstukutr bagi kesulitannya tersebut.
c) Berikan sebanyak-banyaknya kesempatan bagi anak untuk mengalami kesuksesan, artinya
berikan anak soal yang mudah terlebih dahulu. Puji dia sepantasnya saat dia berhasil
menyelesaikantugasnya dengan baik.
d) Bantu anak untuk mencangkan target belajar yang realistis. Kebanyakan anak berkesulitan
belajar membutuhkan pendampingan dan pembiasaan untuk bisa mengelola berbagai tugas
belajar yang dihadapinya.
e) Ajarkan dan biasakan anak untuk belajar mengevaluasi performa dirinya, dan menghargai
serta memuji proses serta hasil yang dicapainya.
f) Berikan anak waktu istimewa yang berkualitas dengan orang-orang yang dicintainya
g) Anak perlu merasa diterima oleh lingkungannya oleh karena itu perkenalkan dan libatkan
anak pada komunitas tertentu yang kegiatannya diminati oleh anak tersebut.
h) Anak diberikan kesempatan untuk bisa memilih dan memutuskan apa yang menjadi
keinginannya.
i) Kenali area yang menjadi kekuatannya.
j) Ajak anak untuk melakukan berbagai aktivitas yang dapat menurunkan ketegangannya,
misalkan kegiatan olahraga, bermusik dan kegiatan-kegiatan lain yang merupakan hobinya.

J. KESIMPULAN

Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang
siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya
yang disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai
tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Kematangan sosial emosi ini adalah kemampuan seseorang dan kapasitasnya untuk
menerima, memahami dan mengelola perasaan dirinya dan juga perasaan orang lain. Hal ini
menjadi sangat penting bagi anak berkesulitan belajar yang membutuhkan kemampuan tersebut
untuk mengatasi konflik perasaannya yang sering kali tidak mampu tampil baik terutama dalam
bidang akademis.
Begitupun peran orang tua yang sangat penting untuk perkembangan anak berkesulitan
belajar ini. Orang tua adalah orng terdekatnnya jadi harus jadi super pendukung dan memotivasi
anaknya untuk bangkit.

DAFTAR PUSTAKA

Maskun dan Valensy Rachmedita. 2018. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Partowisastro, Koester. 1979. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga
Jakarta.
Alang, Sattu. 2015. Urgensi Diagnosis Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Makassar: UIN
Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai