Anda di halaman 1dari 6

PENGUSAHA SUKSES DIBIDANG KERAJINAN

NAOMI SUSILOWATI SETIONO

KELAS XII MIPA 3


NAMA KELOMPOK: 1. DELVIA SAPITRI
2. MUKLAS SUHANDI
3. RIANDANI
4. SITI FATHIAH
5. SRI MUTIARA
Data Singkat
Naomi Susilowati Setiono, Pengusaha Batik / Pengusaha Batik, Mantan
Kernet Bus | 1960 | Direktori | N | Perempuan, Kristen Katolik, , Pengusaha,
batik, Theologia

Nama: Naomi Susilowati Setiono


Tempat Tanggal Lahir: 1960,Lasem, Kabupaten Rembang jawa tengah
Pekerjaan: Pengusaha
Suami: Setiono
Anak:
 Priskila Renny
 Gabriel Alvin Prianto
Pendidikan: Sekolah Menengah Apoteker Theresiana Semarang, 1980
Sekolah Tinggi Theologia Lawang, Jatim
Alamat: Batik Tulis Tradisional Laseman Maranatha di Jalan Karangturi I/I
Lasem,Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Nama wirausahawan: Naomi Susilowati Setiono


Bidang Kerajinan: Batik Lasem

Naomi Susilowati Setiono merupakan pengusaha batik lasem yang dulunya


sempat bekerja menjadi tukang cuci hingga menjadi kernet bus kota. Naomi
merupakan seorang wanita asal kudus yang menjadi pengrajin batik lasem
hingga menjadi pengusaha yang berpenghasilan besar setiap tahun.
Untuk menjadi dirinya yang seperti sekarang,ia harus melewati lika-liku
panjang dalam hidupnya. Naomi sempat dikeluarkan dari keluarga sebelum
akhirnya ia memutuskan bekerja seorang diri. Ia mencoba berbagai macam
pekerjaan untuk menghidupi dirinya. Akhirnya ia mencoba membuat usaha
kerajinan batik lasem yang saat itu belum dikenal. Setelah batik lasem mulai
berkembang,rekan-rekannya memintanya untuk menjadi ketua cluster batik
lasem. Cluster ini akan diberi nama menjadi semacam asosiasi
pengrajin/pengusaha batik lasem. Naomi membuat batik lasem dengan
masih mempertahankan alat-alat tradisional. Ia memimpin batik tulis
tradisional laseman maranatha dijalan karangturilasem,rembang,dengan
mengerahkan 30 pengrajin guna mendukung usahanya. ia sudah bisa
membuat lapangan pekerjaan bagi banyak orang dengan bisnisnya ini.
Naomi kini disibukkan dengan menjadi pengusaha batik dan juga pengurus
gereja.tak jarang ia juga mengisi seminar dan juga mengajarkan batik ke
sekolah sekolah.
Meski sangat sibuk, produktivitasnya tidak berubah. Setiap bulan Naomi dan
rekan-rekan pekerja ditempatnya menghasilkan rata-rata 150 potong batik
tulis. Batik-batik bermotif akulturasi budaya cina dan jawa ini dikirim ke
berbagai daerah,seperti serang,medan,dan Surabaya.
Naomi menjelaskan usaha batik yang digeluti sejak tahun 1990 ini
merupakan limpahan dari orangtua. Namun,ia tidak semata-mata menerima
begitu saja. Pada tahun 1980,lulusan sekolah menengah apoteker
Theresiana semarang ini mendapatkan masalah sehingga dikucilkan dari
keluarga yang saat itu terpandang diwilayahnya. Ditolak dari keluarga yang
telah mengasuhnya 21 tahun itu mau tidak mau harus diterimanya. Ia pun
pindah ke kabupaten kudus. Ditempat ini dia menyingsingkan lengan baju
dan bekerja sebagai pencuci pakaian. Tergiur penghasilan lebih tinggi,ia
pindah sebagai buruh pemotong batang rokok dipabrik djarum kudus.
Karena kurang cekatan,ia hanya mendapatkan penghasilan yg
sedikit,Rp375/hari. Padahal teman-temannya dapat memotong berkarung-
karung,bisa mendapat uang Rp2000-an,ujar lulusan sekolah tinggi theologia
lawang,jatim,ini. Ia hengkang dan berpindah sebagai kernet bus semarang-
lasem. Singkat cerita,orang tuanya memintanya kembali ke lasem. Itupun
dengan berbagai cemooh. “Saya ditempatkan dibawah pembantu.mau
minta air dan makan ke pembantu.saya juga tidak boleh memasuki rumah
besar “,ujarnya. Perlakuan ini diterimanya dengan lapang dada. Sedikit demi
sedikit ia mempelajari cara pembuatan batik lasem. Mulai dari
desain,memegang canting,melapisi kain dengan malam,hingga memberi
pewarnaan diperhatikannya dengan seksama.
Hingga suatu hari,tahun 1990,orangtuanya memutuskan tinggal dengan
adik-adiknya di Jakarta. Usaha batik tidak ada yang meneruskan.dari titik
inilah Naomi dipercaya untuk melanjutkan usaha warisan turun-temurun ini.
Kesempatan ini digunakan Naomi untuk mengubah system dan aturan main
bagi pekerjanya. Yang memberi kesempatan kepada pengrajin untuk
menunaikan ibadah solat. Sesuai kewajiban yang ingin mereka
jalankan,”saya memberikannya. Ini salah satu system yang saya
terapkan”,ujarnya yang pernah bercita-cita sebagai arkeolog. Suasana kerja
juga bukan lagi atasan dan bawahan. Ia menganggap pengrajin adalah rekan
usaha yang sama sama membutuhkan dan menguntungkan jika siang hari
turun tangan dalam memproses batik,malam hari digunakannya untuk
membuat desain. Ibu dari Priscila Renny dan Gabriel Alvin Prianto ini masih
tetap eksis di dunia perbatikan. Perlahan namun pasti,baik dalam negeri
maupun luar negeri.
Itulah gambaran kehidupan seorang pengusaha wanita Indonesia,Naomi
susilowati setiono.
Kesuksesan yang dimilikinya untuk membangun usaha pembuatan dari batik
lasem marantha patut diacungi jempol. Ia berhasil membuktikan segala usaha
yang ditempuh dengan kerja keras dan pantang menyerah pasti akan memetik
hasil yg manis.

Hal-hal yang menjadikan Naomi susilowati setiono berhasil dalam menjalankan


usaha kerajinan dari batik lasem antara lain sebagai berikut:
1. Berani memulai bisnis meskipun harus melewati lika-liku panjang dalam
hidupnya
2. Sebelum menjadi pengusaha sukses batik lasem,Naomi dulunya sempat
bekerja sebagai tukang cuci dan kernet bus
3. Naomi sempat dikeluarkan dari keluarga sebelum akhirnya ia memutuskan
untuk bekerja seorang diri dan ia mencoba berbagai macam pekerjaan
untuk menghidupi dirinya sampai akhirnya ia mencoba membuat usaha
kerajinan batik lasem
4. Faktor keberhasilan Naomi susilawati setiono berawal dari rekan- rekan nya
yang menunjuk ia menjadi ketua cluster batik lasem sampai akhirnya ia
dapat membuat lapangan kerja dengan mengerahkan 30 pengerajin batik
memakai alat tradisional

Modal dan Keuntungan

Titik impas atas dasar biaya total adalah 5 potong atau Rp.1.023.235,-
untuk usaha rumah tangga,455 potong atau Rp.110.851.814,- untuk skala
usaha kecil.1427 potong atau Rp.483.681.276,- untuk skala usaha sedang
dan 8.005 potong atau Rp.2,841.725.572,- untuk skala usaha besar.
Harga batik dipatok berkisar Rp 150-350 ribu per potong.
Pendapatan rutin pada hari biasa berkisar Rp 3-4 juta per hari. Sementara
keuntungan batik berkisar 15-35 persen tergantung produknya. Namun,pada hari
libur dan lebaran bisa laku hingga Rp 60juta perhari. Harga tiap potong batik
mulai dari RP 100 ribu hingga Rp 1,2juta,tergantung desain.

Anda mungkin juga menyukai