TINJAUAN PUSTAKA
1
Tahapan Perkiraan Kemampuan-kemampuan Utama
Usia
hanya terpusat tapi terdesentrasi, serta
penyelesaian permasalahan tidak terlalu
berpusat pada diri sendiri.
Operasional 11 tahun Pola pikir yang abstrak juga murni
sampai simbolis mungkin dilakukan.
dewasa Permasalahan mampu dipecahkan dengan
eksperimentasi
sistematis.
Rifa’i dan Anni (Fazriyah, 2019: 42) mengungkapkan 3 pilar dasar pada
proses belajar berlandaskan teori Piaget, yakni:
a. Belajar Aktif
Tahap belajar ialah tahap aktif dikarenakan pengetahuan dibentuk
melalui subjek belajar. Dalam mendukung pertumbuhan kognitif anak, kita
harus menciptakan suasana belajar yang mungkin bagi mereka belajar secara
mandiri. Seperti mengerjakan eksperimen, merubah simbol, bertanya,
menjawab permasalahan, serta membandingkan temuan mereka sendiri
dengan temuan rekannya.
b. Belajar Melalui Interaksi Sosial
Dalam pembelajaran sangat penting untuk mengembangkan lingkungan
yang memungkinkan siswa untuk terlibat satu sama lain. Saat belajar
diperlukan situasi yang memungkinkan akan terjadi interaksi diantara subjek
belajar. Piaget merasa bahwa perkembangan kognitif anak akan terbantu
dengan belajar bersama. Melalui kontak sosial, pertumbuhan kognitif anak
dapat berorientasi pada berbagai sudut pandang, anak menjadi kaya berbagai
macam perspektif dan alternatif tindakan. Perkembangan kognitif anak akan
menjadi egosentris jika tidak ada hubungan sosial.
c. Belajar Melalui Pengalaman Sendiri
Pertumbuhan kognitif anak lebih bermakna bila dilandaskan kepada apa
yang telah dilalui dibandingkan bahasa yang dipakai untuk
2
mengkomunikasikannya. Pertumbuhan kognitif anak lebih diarahkan kepada
verbalisasi ketika bahasa yang digunakan tidak didapat dari pengalaman
mereka.
Kontribusi Piaget terhadap teori belajar dalam penelitian ini adalah tiga
prinsip teori belajar yang mendukung setiap tahapan pembelajaran. Prinsip
utama Piaget dalam pembelajaran ini adalah menciptakan kondisi bagi siswa
untuk lebih mempunyai peran aktif pada proses pembelajaran, mendalami
serta menyelesaikan permasalahan, mengajukan pertanyaan, dan
menganalisis masalah yang diberikan oleh guru untuk menemukan solusi.
2. Teori Vygotsky
Teori belajar Vygotsky (Yohanes, 2010: 134) termasuk dalam teori
belajar sosial, maka model pembelajaran kolaboratif berinteraksi secara
sosial, yaitu antarsiswa serta antara siswa dengan pendidik, hingga sangat
cocok dalam model proses kolaboratif dalam mempelajari konsep dan
menemukan solusi untuk masalah tersebut. Dalam proses interaksi ini,
pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship) berlangsung. Ini adalah
proses di mana pelajar selangkah demi selangkah memperoleh pengetahuan
adaptif melalui interaksi dengan pakar.
Teori ini berpendapat bahwasannya proses pembelajaran terjadinya jika
seseorang melaksanakan beberapa tugas yang tidak dipelajari sebelumnya
tetapi beberapa tugas masih dalam kemampuan mereka ataupun beberapa
tugas ini berada pada zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan
proksimal adalah ketika siswa mengembangkan kemampuan siswa sedikit
melebihi apa yang sudah dia miliki.
Vygotsky lebih menitikberatkan scaffolding, yakni memberi dukungan
komprehensif pada seseorang di tahapan awal pembelajaran serta kemudian
memberi dan mengurangi kemungkinan kepada seseorang dalam
mengalihkan pertanggungjawaban lebih besar secepat mungkin.
3. Teori Bruner
Teori ini dicetuskan oleh seorang psikolog bernama Jerome Bruner.
Menurut Bruner (Fazriyah, 2019: 45), pembelajaran matematika berhasil
3
apabila proses pendidikan didasarkan dalam pola juga struktur yang
terkcakup pada pokok bahasan yang sedang diajarkan dan harus mengetahui
koneksi berkaitan dengan konsep-konsep serta struktur-struktur yang
disebutkan. Selain itu, Bruner menyarankan supaya siswa aktif sepenuhnya
ketika tahapan belajar, mengenali konsep dan struktur yang mereka pelajari,
serta membantu mereka memahami dan menguasai materi. Dalam proses
pembelajaran, siswa harus memiliki kesempatan dalam memanipulasi objek
melalui bantuan media pembelajaran matematika. Melalui media tersebut,
siswa akan terlebih dahulu mengalami informasi dan pola struktur yang
terkandung dalam penggunaan media pembelajaran yang digunakan.
4. Teori John Dewey
John Dewey (Agustin, 2020: 43) ialah satu diantara tokoh pengetahuan
yang berasal dari AS yang mempromosikan model pengetahuan partisipatif.
Ia berusaha memberikan siswa lebih banyak kekuatan selama proses
pendidikan. Akibatnya, siswa bisa mengaplikasikan dari pembelajaran yang
mereka pelajari saat di kelas ke situasi keseharian. Pembelajaran menurut
metode John Dewey didasarkan pada pengalaman dan minat siswa. Proses
sensorik memberikan pengetahuan dan pengalaman itu, yang kemudian
disimpan dalam memori dan diorganisasikan ke dalam kerangka kognitif.
Kemudian fase berikutnya, pengalaman serta pengetahuan siswa yang
berstruktur sebagai kognitif akan digunakan sebagai psikomotorik dalam
memecahkan permasalahan. Strategi tersebut digunakan ketika siswa
mengaplikasikan serta melalui hal yang telah mereka pelajari di kelas dengan
menerapkannya pada tantangan kehidupan sehari-hari terkait fungsi serta
kewajiban mereka sebagai bagian keluarga, bangsa, siswa, juga pekerja.
Metode mengajar John Dewey yakni:
1) Guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang memotivasi siswa untuk
siap belajar.
2) Guru membantu siswa dalam pembentukan kelompok supaya siap belajar
serta mengajar.
3) Siswa bertukar pikiran tentang masalah yang disajikan oleh guru.
4
4) Siswa menjelaskan hasil dari diskusi kelompok juga menerima umpan
balik dari temannya.
5) Guru dan siswa mendiskusikan cara menyelesaikan masalah dengan benar
melalui tanya jawab.
6) Guru melakukan penialaian serta refleksi melalui pertanyaan mengenai hal
yang belum dipahami, menarik kesimpulan juga mengevaluasi hasil kerja
kelompok siswa. (Agustin, 2020: 44)
5
pertukaran informasi dengan anggota tim lainnya dalam strategi TBL.
Akibatnya, pengetahuan awal matematika siswa ialah aspek penting dalam
melaksanakan strategi TBL. (Amalia et al., 2016: 3)
Menurut (Falahah, 2006: 50) ada tiga hal yang harus disesuaikan
untuk transisi ke pendekatan ini:
1. Tujuan utama beralih. Apabila tujuan awalnya untuk memperkenalkan
konsep-konsep pokok kepada siswa, tujuan utama dalam TBL adalah
untuk memastikan bahwa siswa dapat menggunakan konsep-konsep
tersebut selain diperkenalkan kepada mereka.
2. Peranan dan fungsi pendidik beralih. Apabila tugas pendidik awalnya
sebagai penyebar konsep serta informasi, sehingga guru diharuskan
menciptakan serta mengawasi proses instruksional secara menyeluruh.
3. Peran dan fungsi siswa beralih. Sebelumnya, siswa hanyalah penerima
pasif informasi dan materi pelajaran; sekarang, siswa diharapkan dapat
menyerap konsep dan berkolaborasi dengan siswa lain sehingga konsep
tersebut dapat diimplementasikan.
6
Berikut uraian langkah pembelajaran TBL yakni:
a. Preparation
Guru menyajikan suatu konsep berisikan pokok bahasan yang ingin
dipahami pada kegiatan pembelajaran melalui modul pembelajaran.
Untuk mempersiapkan tahap pembelajaran berikutnya, siswa
ditugaskan untuk membaca dan memahami modul terlebih dahulu.
a. Readiness assurance (Jaminan Kesiapan)
Dengan memberikan ujian yang berhubungan dengan tugas membaca,
guru atau fasilitator menilai kesiapan siswa. Readiness Assurance
Process (RAP) merupakan kunci pokok berhasilnya pelaksanaan
strategi TBL. Terdapat lima unsur dasar pada RAP, yaitu.
1) Assigned readings, guru memperkenalkan sebuah konsep kepada
siswa melalui assigned readings atau tugas membaca.
2) Individual test, tes individu yang dikerjakan siswa mendukukung
penguatan ingatan siswa mengenai pembelajaran yang telah
didapatkan.
3) Team test. Setelah selesai melaksanakan test individu, siswa
kemudian melaksanakan tes tim bersama kelompoknya, siswa
memaparkan sebuah alasan dengan cara lisan berdasarkan hasil
jawaban.
4) Appeals process. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan dalam
mengoreksi skor dari soal yang terlewat pada tes tim dengan
menjawab soal tersisa dengan tepat. Siswa boleh meninjau bacaan
referensi atau modul pembelajaran karena mereka diberi
kesempatan untuk meningkatkan nilai mereka. Siswa sangat
didorong agar kembali belajar yang difokuskan pada konsep sulit.
5) Instructor feedback. Apabila setelah dilaksanakannya tes tim masih
adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian
masalah, maka pendidik perlu memberikan feedback.
7
c. Application of course concepts
dalam kegiatan ini siswa diberikan tugas mengenai pengaplikasian
konsep. Setiap tim mendiskusikan kesulitan yang disajikan dalam
bentuk LKS. Guru harus mengingatkan siswa di akhir pelajaran
mengenai hal yang mereka dapatkan dari aktivitas pembelajaran TBL,
seperti konsep dan pengaplikasiannya, kebermaknaan grup ketika
memecahkan permasalahan dan berbagai jenis hubungan mengenai
peningkatan efektifitas kerja tim maupun siswa secara individu.
(Amalia et al., 2016: 4)
C. Pembelajaran Konvensional
8
Pembelajaran konvensional dapat berupa ceramah, tanya jawab
maupun diskusi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
ceramah. Metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling mudah
dilaksanakan. Pembelajaran konvensional ini menjadikan peran guru lebih
dominan dalam menyajikan materi pembelajaran di kelas dengan cara
ceramah atau berbicara dan memberikan contoh soal latihan yang perlu
dikerjakan oleh siswa.
9
D. Kemampuan Penalaran Adaptif
1
memiliki kemampuan tersebut sebagai dasar yang dapat mendukung dalam
proses belajarnya.
Penalaran adaptif menurut Kilpatrick, dkk., (Suhendra, Sugianto, &
Suratman, 2016: 2) mengemukakan bahwa tidak hanya meliputi penalaran
deduktif yang hanya menarik kesimpulan berdasarkan bukti formal deduktif,
tetapi penalaran adaptif juga meliputi penalaran induktif dan intuitif yang
menarik kesimpulan berdasarkan pola, analogi, dan metafora. Penalaran
adaptif ialah bagian yang saling berkaitan dengan komponen kemampuan
matematika lainnya dan berperan penting dalam meningkatkan kemampuan
berpikir matematis siswa. Karena penalaran adaptif mengajarkan siswa untuk
berpikir secara matang tentang alternatif jawaban dan membiasakan diri
menggunakan pengetahuannya untuk menilai suatu kesimpulan. Kemampuan
penalaran adaptif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah penalaran adaptif.
1
dari rumah Ani ke sekolah sekitar 400 meter sampai 600 meter. Jika Ani
berangkat pukul 06.20, prediksilah pada pukul berapa Ani sampai di sekolah?
Jelaskan apakah Ani terlambat jika pembelajaran dimulai pada pukul 07.15!
Pembahasan:
Alternatif 1
Menyusun dugaan atau conjektur
Diketahui:
Rata-rata kecepatan = 60 meter per 5 menit
Jarak = , 400 sampai 600 meter
Mulai berangkat pukul 06.20
Ditanyakan:
Pukul berapakah Ani sampai di sekolah? dan apakah Ani terlambat jika
pembelajaran dimulai pada pukul pukul 07.15?
Menemukan pola dari suatu
masalah Misalkan jarak = t ,
Dipilih t = 420 meter
Dengan cara membuat tabel
Pukul 06.20- 06.25- 06.30- 06.35- 06.40- 06.45- 06.50-
06.25 06.30 06.35 06.40 06.45 06.50 06.55
Panjang 60 120 180 240 300 360 420
Jarak
1
Rata-rata kecepatan = 60 meter per 5 menit
Jarak = 400 sampai 600 meter
Mulai berangkat pukul 06.20
Ditanyakan:
Pukul berapakah Ani sampai di sekolah? dan apakah Ani terlambat jika
pembelajaran dimulai pada pukul 07.15?
Menemukan pola dari suatu masalah
Misalkan jarak = t
Dipilih t = 480 meter
Jika jarak dari rumah Ani ke sekolah 480 meter dan Setiap 5 menit
bertambah 60 meter, maka
480
60 =8
8 × 5 menit = 40 menit
Sehingga 06.20 ditambah 40 menit menjadi 07.00
Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan
Jadi, Ani sampai di sekolah pada pukul 07.00 jika jarak yang ditempuh
480 meter
Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan
Jika pembelajaran dimulai pukul 07.15 maka Ani tidak terlambat karena
ia akan sampai di sekolah pada pukul 07.00
1
memecahkan masalah, kreatif dalam mengeksplorasi ide-ide matematis,
ekspektasi dan metakognisi, gairah dan perhatian serius dalam belajar
matematika, rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan berbagi pendapat
dengan orang lain. Jadi, sangat penting sekali menghadirkan sikap gigih
dalam pembelajaran matematika untuk dapat menyelesaikan suatu
permasalahan. Arsisari (Fauziah, 2020: 29) mendukung relevansi kegigihan
dalam pemecahan masalah dengan mengungkapkan bahwa siswa dengan
kegigihan tinggi juga memiliki kemampuan penyelesaian masalah yang
unggul.
Menurut (Susilawati, 2017: 74) kegigihan (persistence) sebagai
kemampuan untuk terus menjaga momentum awal tanpa dipengaruhi oleh
perasaan emosional bahkan dapat mengalahkan rasa ingin menyerah. Lalu
menurut Arsisari (Hadiansyah, 2018: 36) persistence matematis adalah sikap
optimis, pantang menyerah, dan ulet pada saat siswa dihadapkan pada
permasalahan matematis sampai dapat menemukan penyelesaian atau solusi
dari permasalahan tersebut. Menurut Costa & Kallick (Juniawan, 2018: 34)
sikap kegigihan bukan berarti sikap “ngotot” untuk mencapai segala sesuatu
yang diinginkan, akan tetapi lebih menekankan pada sikap positif.
1
(3) Ulet: Sikap siswa untuk tekun, teliti, bersungguh-sungguh, terus-menerus
berusaha, dan aktif mengerahkan segenap potensinya untuk memecahkan
masalah.
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah
optimisme, pantang menyerah dan ulet.
F. Kahoot
1. Pengertian Kahoot
Menurut Dewi (Maulidah, 2020: 4) Kahoot yaitu aplikasi online
berbentuk kuis berupa soal-soal tes yang dibuat oleh guru dan dapat
dikembangkan dan disuguhkan dalam format “permainan”. Jawaban yang
benar mendapatkan poin, dan siswa yang ikut serta akan langsung melihat
hasil dari tanggapan mereka. Karena merangsang baik komponen visual dan
verbal, pembelajaran berbasis permainan berpotensi menjadi alat
pembelajaran yang efektif. (Iwamoto, Hargis, Taitano, & Vuong, 2017: 82)
Kahoot adalah platform yang digagas oleh Johan Brand dan Jamie
Brooker sebagai hasil kolaborasi joint project antara Norwegian University of
Technology and Science dengan sebagai inisiator. Guru dapat mengakses
Kahoot di https://Kahoot.com/, sedangkan siswa dapat mengaksesnya di
https://Kahoot.it/. Platform ini terbuka untuk umum dan semua fiturnya
tersedia secara gratis. Platform ini unik karena menekankan pada proses
evaluasi pembelajaran melalui permainan secara berkelompok, meskipun
dapat dimainkan secara mandiri dan harus terhubung melalui jaringan internet
(Putri & Muzakki, 2019: 219)
1
Gambar 2. 2 Tampilan Aplikasi Kahoot Soal Barisan dan Deret Aritmetika
Kahoot juga merupakan media pembelajaran interaktif karena aplikasi
ini dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar
seperti membuat pre-test, latihan soal, penguatan materi, remedial, pengayaan
dan lainnya. Untuk dapat membuat tes dalam aplikasi Kahoot, guru hanya
perlu memasukkan akun email sebagai salah satu syaratnya.
Adapun langkah-langkah untuk membuat kuis di aplikasi Kahoot
sebagai berikut:
a. Pertama ketikan alamat kahoot.com. Jika sudah memiliki akun, klik log
in dan jika belum memiliki akun bisa mendaftar terlebih dahulu melalui
tombol sign up for free seperti pada Gambar 2.3.
1
Gambar 2. 3 Log in akun Kahoot
b. Jika sudah masuk kemudian pilih menu yang sesuai, click quiz untuk
membuat pertanyaan.
1
c. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menjawab setiap pertanyaan
dapat ditentukan, dan skor yang diperoleh ditentukan oleh tingkat
kesulitan pertanyaan.
1
Gambar 2. 6 Menambahkan Gambar pada Pertanyaan
e. Setelah selesai membuat kuis, salin URL atau buat PIN (kombinasi
angka) untuk mengaksesnya.
1
Bagi siswa untuk memulai kuis hanya perlu mendapatkan link atau
PIN yang dibagikan oleh guru. Berikut cara bermain Kahoot:
a. Siswa dapat langsung masuk ke kahoot.it dan bergabung menggunakan
PIN yang telah diberikan guru.
b. Siswa dapat menggunakan smartphone untuk menjawab pertanyaan dari
guru setelah permainan dimulai.
c. Siswa tinggal memilih jawaban dari pilihan yang ditampilkan di layar
smartphone.
d. Siswa memperoleh skor jika mereka menjawab dengan benar. Namun, jika
menjawab salah, tidak akan memperoleh skor
e. Siswa dapat terus menjawab pertanyaan sampai kuis selesai.
f. Diakhir kuis, tiga pemenang dengan skor tertinggi akan diumumkan di
podium.
2
Gambar 2. 8 Tampilan Aplikasi Kahoot Perolehan Skor Akhir
Sedangkan kelemahan media pembelajaran ini yaitu membutuhkan
peralatan khusus dalam penyajiannya dan memerlukan koneksi internet yang
stabil.
2
6. Guru memberikan siswa kesempatan untuk membuka sumber
referensi siswa dalam belajar
7. Guru mengawasi kinerja dari kelompok siswa dan memberi bantuan
jika ada siswa yang membutuhkan.
8. Setiap kelompok berdiskusi menyelesaikan LKPD yang telah
dibagikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari jawaban
kelompok siswa dikumpulkan kepada guru, kemudian perwakilan dari
setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mengirim hasil
diskusinya di grup whatsapp kelas secara bergantian untuk diberikan
masukan atau sanggahan dari kelompok lain
9. Guru memverifikasi pembelajaran dan pendapat yang diungkapkan
siswa terkait penyelesaian masalah yang paling baik agar siswa
terkuatkan bahwa pendapatnya benar.