Nurlaela Widyarini
nurlaela@unmuhjember.ac.id
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik skala strategi
kontrol pada penderita diabetes mellitus. Adapun ciri-ciri subyek yang menjadi
populasi dalam pengembangan skala ini antara lain 1) Melakukan rawat jalan di
RSD. DR. Soebandi. 2) Lama menderita sakit tidak ditentukan. 3) Usia penderita
tidak ditentukan secara mutlak, namun lebih ditekankan pada usia dewasa. 4)
Laki-laki dan perempuan.
Skala strategi kontrol primer terdiri dari 30 aitem (validitas aitem antara
r=0,115-0,711, α=0,8779). Skala strategi kontrol sekunder terdiri dari 26 aitem
(validitas aitem antara r=0,01-0,774, α=0,8907). Hal ini menunjukkan bahwa
kedua skala memiliki reliabilitas yang tinggi walaupun pada beberapa aitem
memiliki validitas yang rendah. Hasil analisis korelasi antara variabel strategi
kontrol sekunder dan variabel demografi menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara variabel strategi kontrol primer dengan jenis kelamin (R=-0,127,
p>0.05), usia (R=-0,018, p>0,05), pendidikan (R=0,118, p>0,05) dan lama sakit
(R=-0,075, p>0,05). Hal ini berarti bahwa strategi kontrol dapat dilakukan oleh
penderita diabetes dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan lama sakit, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan. Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas alat
ukur ini, maka terdapat beberapa saran berikut. Pertama, sebaiknya dilakukan
analisis faktor untuk mengetahui aspek atau indikator paling kuat dalam skala ini.
Kedua, strategi kontrol primer dan sekunder kompensatoris melibatkan peran
pihak lain (misalnya keluarga) untuk membantu penderita mengatasi penyakit.
Dalam hal ini, perlu dikaji lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk partisipasi atau
dukungan sosial yang dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan validitas skala
strategi kontrol.
A. PENDAHULUAN
Pengukuran dalam penelitian psikologi kesehatan merupakan suatu proses
yang mengintegrasikan informasi fungsi kognitif, afektif dan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan fisik. Tujuan pengukuran setting kesehatan adalah
sebagai informasi penting dalam merencanakan promosi kesehatan, prevensi
1
primer maupun sekunder, intervensi maupun rehabilitasi. Pada umumnya
informasi yang didapatkan dari pengukuran tersebut dapat dikomunikasikan
dengan pihak terkait dan dalam kerangka multidisiplin untuk mendapatkan
kebijakan dalam layanan kesehatan, termasuk pada penderita diabetes mellitus
(Bellar & Park, 2001).
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis dengan
penanganan yang kompleks, mulai dari penanganan obat-obatan, edukasi tentang
gaya hidup yang sehat serta keterampilan dalam menghadapi faktor psikologis dan
somatik dapat mempengaruhi perkembangan penyakit diabetes. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ini antara lain: penyesuaian
terhadap komplikasi, perubahan gaya hidup, upaya preventif dan dukungan sosial.
Salah satu faktor yang dirasakan berat oleh penderita adalah adanya penanganan
diabetes dan tuntutan yang tinggi untuk melakukannya, seperti diet, pengaturan
berat badan, pemeriksaan kadar gula dalam darah dan olah raga teratur
menambahkan bahwa perubahan pola hidup ini dapat menyebabkan kondisi emosi
yang tertekan (Fisher, 1982).
Para peneliti menggunakan konstrak yang berbeda-beda dalam pengukuran
mengenai cara penderita diabetes mengendalikan dan menyesuaikan diri dengan
perubahan yang dialami. Sebagian besar penelitian menggunakan dasar teoritis
coping penderita penyakit kronis (Petrie dan Revenson, 2005; Samson dan Siam,
2008) untuk menjelaskan kemampuan penderita dalam menghadapi penyakitnya.
Pada pengembangan alat ukur kali ini, peneliti menggunakan teori kontrol dengan
pendekatan model dua proses dan perkembangan. Kedua pendekatan ini dijadikan
dasar dalam pengembangan alat ukur mengingat kemampuan penderita untuk
mengendalikan perilakunya sangat ditentukan oleh tahapan perkembangan
seseorang (Rothbaum, dkk.,1982; Schulz & Heckhausen, 1996).
Pendekatan Teoritis
Individu tidak akan pernah lepas dari perubahan-perubahan dalam
kehidupan. Di sisi lain, individu akan berupaya untuk mencapai kondisi yang
selaras dengan perubahan-perubahan tersebut sebagai bentuk penyesuaiannya.
2
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh individu adalah melakukan
pengendalian atau kontrol terhadap perilakunya. Pengendalian yang dilakukan
oleh individu ini akan lebih efektif bila dilakukan dengan cara tertentu atau yang
disebut dengan strategi. Dapat disimpulkan bahwa strategi kontrol merupakan
suatu cara yang dilakukan oleh individu dalam mengendalikan perilakunya untuk
mengahadapi perubahan-perubahan (Heckhausen & Schulz dalam Heckhausen,
1997).
Terdapat dua pendekatan yang menjelaskan strategi kontrol yang
digunakan oleh individu dalam mengendalikan perilakunya. Pendekatan pertama
adalah Model Dua Proses dari Rothbaum, dkk., (1982). Model dua proses
merupakan teori dasar dalam menjelaskan strategi kontrol yang berpendapat
bahwa individu merupakan pihak yang mampu melakukan strategi tertentu dalam
mencapai tujuan yaitu strategi kontrol primer dan sekunder. Dalam perkembangan
selanjutnya, Schulz & Heckhausen (1996) telah mengembangkan model dua
proses dalam tahap perkembangan tertentu termasuk pada usia dewasa. Model ini
bermanfaat dalam menjelaskan dinamika penggunaan strategi kontrol terutama
pada individu yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Untuk memperjelas
peran kedua pendekatan tersebut, maka akan dilakukan pembahasan mengenai
kedua pendekatan tersebut sebagai landasan teori pada penelitian ini.
Pendekatan perkembangan dikemukakan oleh Heckhausen (1997).
Menurut pendekatan ini, individu memiliki peran dalam mengatur dirinya untuk
mencapai tujuan tertentu dalam masa perkembangannya dan membantu proses
adaptasi secara psikologis terhadap tuntutan yang ada. Pengaturan ini melibatkan
peran kontrol primer dan sekunder yang saling berhubungan agar proses
pencapaian tujuan dapat berjalan secara efektif (Heckhausen, 1997).
Menurut teori Kontrol (Heckhausen & Schulz dalam Heckhausen, 1997),
kontrol primer berperan utama secara fungsional dalam pencapaian tujuan
sedangkan kontrol sekunder berfungsi sebagai sumber motivasi bagi kontrol
primer atau disebut dengan proses kompensasi. Kontrol primer dan sekunder
berperan dalam dua aspek yaitu berperan untuk melakukan seleksi terhadap
berbagai pilihan tujuan yang dihadapi individu dan berperan untuk menjaga
3
motivasi individu ketika pencapaian tujuan tidak berhasil atau disebut dengan
kompensasi. Pada dasarnya perilaku manusia merupakan hasil dari proses seleksi
dari berbagai pilihan yang ada. Perilaku yang tidak tepat dapat mengakibatkan
kegagalan yang dapat mengancam harga diri dan menurunnya motivasi sehingga
mengakibatkan kondisi yang menjadikan individu frustrasi. Pada saat individu
mengalami kondisi tersebut maka peran kontrol sekunder sangat penting sebagai
kompensatoris agar individu dapat mengatasi akibat kegagalan tersebut secara
psikologis.
Strategi Kontrol primer dan sekunder masing-masing memiliki dua bentuk,
yaitu :
a. Strategi Kontrol Primer
(1) Strategi kontrol primer selektif menekankan pada upaya individu untuk
mengerahkan sumber daya yang dimiliki dalam pencpaian tujuan seperti
waktu, usaha, kemampuan dan keterampilan. Bentuk dari kontrol primer
selektif berupa seluruh tindakan yang langsung mengarah pada pencapaian
tujuan.
(2) Strategi kontrol primer kompensatoris terjadi bila individu menilai bahwa
kemampuan dirinya terbatas dalam mencapai tujuan sehingga dibutuhkan
bantuan dari pihak lain, misalnya bantuan secara teknis untuk membantu
individu dan berbagai tindakan yang bertujuan untuk menambah sumber daya
yang dirasakan kurang oleh individu dari pihak lain.
b. Strategi Kontrol Sekunder
(1) Strategi kontrol sekunder selektif menekankan pada upaya internal individu
untuk mendukung atau memperkuat komitmen pencapaian tujuan. Bentuk dari
kontrol sekunder selektif adalah memperkuat persepsi bahwa tujuan yang akan
dicapai merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan individu atau
memperkuat keyakinan bahwa individu mampu untuk melakukan kendali diri
dalam mencapai tujuan.
(2) Strategi kontrol sekunder kompensatoris menekankan pada upaya individu
untuk meminimalkan pengaruh negatif dari kegagalan terhadap harga diri dan
motivasi pencapaian tujuan. Bentuk dari kontrol sekunder kompensatoris
4
adalah dengan melakukan perbandingan mengenai keadaan inidividu dengan
orang lain atau dengan membandingkan keadaan di waktu sebelumnya dan
saat ini.
Perubahan ontogenesis selama masa perkembangan manusia mendorong
pentingnya selektivitas sebab seiring dengan semakin bertambahnya usia, maka
pilihan semakin kompleks. Oleh sebab itu, penggunaan kontrol primer dan
sekunder akan efektif bila diintegrasikan dengan tahapan perkembangan.
Penelitian yang mendalam telah dilakukan untuk mengetahui proses kontrol
primer dan sekunder selama rentang kehidupan (Sing, dkk., dalam Schulz &
Heckhausen, 1996).
5
pasien rawat inap. 2) Lama menderita sakit tidak ditentukan. Penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan strategi kontrol
tertentu dengan lamanya pasien yang menderita penyakit kronis (Felton &
Revenson, 1984). Demikian pula tidak ada perbedaan penggunaan strategi
mengatasi penyakit berdasarkan lama pasien menderita, bentuk tritmen dan
jumlah komplikasi pada penderita diabetes (Macrodimitris & Endler, 2004) 3)
Usia penderita tidak ditentukan secara mutlak, namun lebih ditekankan pada usia
dewasa. Sesuai dengan karakteritik yang disebutkan oleh Fisher, dkk., (1982)
bahwa diabetes melitus tipe II umumnya terjadi pada usia dewasa. 4) Laki-laki
dan perempuan
b. Kisi-kisi
Terdapat dua alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu
skala strategi kontrol primer dan skala strategi kontrol sekunder yang disusun
berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Heckhausen & Schulz (dalam
Heckhausen, 1997).
1) Skala Strategi Kontrol Primer
Untuk mengukur strategi kontrol primer maka digunakan skala strategi
kontrol primer yang dikembangkan berdasarkan definisi kontrol primer dari
Heckhausen & Schulz (dalam Heckhausen, 1997). Aspek-aspek dari strategi
kontrol primer yaitu :
• Kontrol primer selektif menekankan pada upaya individu untuk mengerahkan
sumber daya yang dimiliki dalam pencpaian tujuan seperti waktu, usaha,
kemampuan dan keterampilan. Bentuk dari kontrol primer selektif berupa
seluruh tindakan yang langsung mengarah pada pencapaian tujuan.
• Kontrol primer kompensatoris terjadi bila individu menilai bahwa kemampuan
dirinya terbatas dalam mencapai tujuan sehingga dibutuhkan bantuan dari
pihak lain, misalnya bantuan secara teknis untuk membantu individu dan
berbagai tindakan yang bertujuan untuk menambah sumber daya yang
dirasakan kurang oleh individu dari pihak lain.
6
Tabel 1. Cetak Biru (Blue Print) Skala Strategi Kontrol Primer
Pernyataan
Rekaan Komponen Indikator Mendukung Tidak
Teoritis Mendukung
Kontrol Mengerahkan waktu 1, 4, 7 3, 6, 9
Primer dalam mencapai (3) (3)
Selektif tujuan
Mengerahkan usaha 11, 14, 17 19, 22, 25
dan kemampuan untuk (3) (3)
mencapai tujuan
Strategi Mengerahkan 21, 24, 27 29, 32, 35
Kontrol keterampilan untuk (3) (3)
Primer mencapai tujuan
7
atau memperkuat keyakinan bahwa individu mampu untuk melakukan kendali
diri dalam mencapai tujuan.
• Kontrol sekunder kompensatoris menekankan pada upaya individu untuk
meminimalkan pengaruh negatif dari kegagalan terhadap harga diri dan
motivasi pencapaian tujuan. Bentuk dari kontrol sekunder kompensatoris
adalah dengan melakukan perbandingan mengenai keadaan inidividu dengan
orang lain atau dengan membandingkan keadaan di waktu sebelumnya dan
saat ini.
8
d. Penelaahan pernyataan
Hasil penulisan pernyataan perlu ditelaah secara kualitatif yang meliputi
tiga arah. Pertama dari arah substansinya, yaitu dari arah teori yang mendasari
serta kesesuaian isi pernyataan dengan kisi-kisi. Kedua, dari arah rumusannya,
agar daapt memancing respon dari subyek penelitian. Ketiga dari arah
pembahasannya, yaitu kesesuaian bahasa yang digunakan dengan kaidah bahasa
dan subyek yang akan dikenai pengukuran.
e. Perakitan instrumen
Pernyataan yang telah dipilih dalam proses penelaahan pernyataan lalu
dirakit dalam perangkat alat ukur sesuai dengan yang telah direncanakan.
Tabel 3. Data Morbiditas Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan Tahun 2005
NO BULAN USIA JUMLAH JENIS JUMLAH TOTAL
(Tahun) KELAMIN
25-44 42 Laki-laki 183
1 Januari 45-64 122 Perempuan 77 260
65- 96
25-44 32 Laki-laki 139
2 Pebruari 45-64 108 Perempuan 69 208
65- 68
25-44 27 Laki-laki 187
3 Maret 45-64 175 Perempuan 109 296
65- 94
25-44 25 Laki-laki 173
4 April 45-64 168 Perempuan 89 262
65- 69
(Sumber : Rumah Sakit Dr. Soebandi, 2005)
9
Populasi dari penelitian ini sebanyak 130 subyek. Berdasarkan teknik
pengambilan sampel secara acak, maka ditentukan 104 subyek yang akan
didilibatkan dalam analisis penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan data yang telah terkumpul, dapat diketahui karakteristik
subyek yang terlibat dalam penelitian ini. Untuk mempermudah mengetahui
karakteriktik subyek penelitian tersebut, berikut disajikan pada tabel 4 dan tabel 5.
JENKEL
PENDIDIKAN Total
laki-laki perempuan
PEND SD 3 10 13
SMP 8 23 31
SMA 18 20 38
PT 13 9 22
Total 42 62 104
10
Setelah dilakukan uji alat ukur pada 30, subyek diperoleh karakteristik pada
masing-masing alat ukur sebagai berikut :
a. Skala Strategi Kontrol Primer
Dari 36 pernyataan, terdapat 8 pernyataan yang gugur berdasarkan hasil
korelasi antara skor pernyataan dengan skor totalnya. Keenam pernyataan yang
gugur tersebut adalah pernyataan no 2, 6,10, 11, 14, 16, 17 dan 22. Pernyataan no
11 dan 14 tetap digunakan dengan pertimbangan mempertahankan validitas isi
(Suryabrata, 2000). Pernyataan yang telah diseleksi, kemudian dianalisis kembali
untuk mengetahui koefisien reliabilitasnya. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,8779. Hal ini berarti skala strategi kontrol
primer dinyatakan andal.
11
gugur tersebut adalah pernyataan no 7, 9, 11, 14, 15, 25, 30 dan 32. Pernyataan no
11 dan 15 tetap digunakan dengan pertimbangan mempertahankan validitas isi
(Suryabrata, 2000). Pernyataan yang telah diseleksi, kemudian dianalisis kembali
untuk mengetahui koefisien reliabilitasnya. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,8907. Hal ini berarti skala strategi kontrol
sekuner dinyatakan andal.
12
variabel tersebut. Hasil analsis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara variabel strategi kontrol primer dengan jenis kelamin (R=-0,047, p>0.05),
usia (R=0,003, p>0,05), pendidikan (R=0,068, p>0,05) dan lama sakit (R=-0,104,
p>0,05).
13
Kontrol primer
Tinggi
Penggunaan
strategi kontrol
Kontrol sekunder
Rendah
20 40 60 80 100
Usia
14
Telah dijelaskan sebelumnya tentang fungsi kontrol primer dalam upaya
individu untuk melakukan seleksi dan kontrol sekunder dalam proses kompensasi
ketika inidividu mengalami kegagalan. Dalam pencapaian tujuan dibutuhkan
kemampuan untuk mengatur perbedaan, kemampuan menyeleksi dan
mengembangkan kemampuan untuk mengatasi kegagalan (Schulz & Heckhausen,
1996). Gambar 2 akan menjelaskan proses seleksi dan kompensasi dalam
pencapaian tujuan.
Seleksi
Kegagalan,
Pengalaman negatif Kompensasi
atau tidak
menyenangkan dan
penurunan seiring
bertambahnya usia
Gambar 2. Peran Kontrol dalam Perkembangan Manusia (Schulz & Heckhausen,
1996 : 708)
15
dimiliki oleh individu. Interaksi yang terjadi akan memberikan hasil yang positif
(misalnya tercapainya tujuan) dan negatif (misalnya kegagalan). Keberhasilan
dalam pencapaian tujuan akan berdampak pada upaya mempertahankan atau
meningkatkan kemampuan dan motivasi. Terdapat tiga bentuk pengalaman
kegagalan yaitu kegagalan yang terjadi ketika individu tidak berhasil
meningkatkan kemampuannya, kegagalan yang terjadi karena menurunnya
kemampuan seiring dengan bertambahnya usia dan kegagalan karena sesuatu yang
terjadi di luar dugaan manusia. Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut
akan menurunkan kemampuan dan motivasi individu, sehingga diperlukan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan, meningkatkan dan
menumbuhkan kembali kemampuan dan motivasi yang dimiliki. Proses yang
penting adalah adanya mekanisme seleksi yang menentukan pilihan terhadap
tujuan yang akan dicapai.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fisher, E.B., Declamater, A.M., Bertelson, A.D., & Kirkley, B.G. (1982).
Psychological factors in diabetes and its treatment. Journal of
Consulting and Clinical Psychology., Vol.50 (6). 993-1003
Heckhausen. (1997). Developmental regulation across adulthood : Primary and
secondary control of age-related challenges., Developmental
Psychology., Vol. 33(1). 176-187.
Macrodimitris, S.D., Endler, N.S. (2001). Coping, control and adjustment in type
2 diabetes., Health Psychology., Vol.20.(3). 208-216.
Rothbaum, F., Weisz, J.R. & Snyder, S.S. (1982). Changing the world and
changing the self: A two-process model of preceived control., Journal
Personality and Social Psychology., Vol.42(1). 5-37
Samson, A., Siam, H. (2008). Adapting to major chronic illnesses: A proposal for
a comprehensive task model approach. Patient Education and
Counseling, 70(3):426-429.
Wrosch, C., Heckhausen, J., & Lachman, M.E. (2000). Primary and secondary
control strategies for managing health and financial stress across
adulthood., Psychology and Aging., Vol.13(3). 387-399
Wrosch, C., Schulz, R., & Heckhausen, J. (2002). Health stresses and depressiver
symptomatology in the elderly: The importance of health engagement
control strategies., Health Psychology., Vol.21(4).340-348
17