Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATAKULIAH

FILSAFAT DAN LANDASAN

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

“Education For All”

Oleh:

MASWATI (21138078)
RIJALUL FATHANI (21138084)
ZHILAL DARMA (21138096)

PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TA. 2021
EDUCATION FOR ALL

A. Pengertian Education for All

EFA (Education for All) adalah pendidikan yang merata untuk semua lapisan
masyarakat tanpa membedakan suku, ras, agama, golongan, pendidikan adalah hak
Warga Negara tanpa kecuali baik berupa pendidikan formal maupun non formal. Hal
tersebut diatur dalam UUD 1945 pasal 31.

Hakekat dari “Education for All” pada intinya adalah mengupayakan agar setiap


warga negara dapat memenuhi haknya, yaitu layanan pendidikan. Pembelajaran  untuk
semua merupakan wujud pembelajaran yang menyangkut semua usia entah itu dewasa,
orang tua maupun anak-anak yang bertujuan agar lebih mengerti tentang sesuatu.

B. Komitmen Education for All (EFA)

Dalam rangka memenuhi education for all, EFA memiliki beberapa komitmen


yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu, diantaranya :

 Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini yang komprehensif dalam
pendidikan.
 Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di dunia tanpa terkecuali memiliki akses
lengkap dan bebas ke wajib pendidikan dasar yang berkualitas baik.
 Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua pemuda dan dewasa dipenuhi melalui
akses yang adil untuk pembelajaran yang tepat dan program ketrampilan hidup.
 Mencapai 50% peningkatan dalam keaksaraan orang dewasa pada tahun 2015,
khususnya bagi perempuan, dan akses ke pendidikan dasar dan pendidikan
berkelanjutan bagi semua orang dewasa secara adil.
 Menghilangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan menengah pada tahun
2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan dengan tahun 2015,
dengan fokus pada perempuan bahwa mereka dipastikan mendapat akses penuh dan
sama ke dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik.
 Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulan semua
sehingga diakui dan diukur hasil pembelajaran yang dicapai oleh semua, khususnya
dalam keaksaraan, berhitung dan kecakapan hidup yang esensial.5.Upaya Mencapai
Education for All (EFA)

Untuk mencapai komitmen Education for All (EFA) seperti yang diharapkan


maka diperlukan upaya-upaya antara lain sebagai berikut :

 Menyediakandan menambah dana pendidikan untuk meningkatkan kualitas


pendidikan dan menyekolahkan anak-anak di dunia.
 Meningkatkan kualitas pendidikan dengan pelatihan
dan perekrutan guru profesionalantara sekarang dan 2015, sehingga semua anak
memiliki kesempatan untuk belajar di kelas.
 Mendorong pemerintah untuk mendefinisikan dan mengukur standar minimal
pembelajaran, sebagai tonggak utama terhadap peningkatan hasil pembelajaran dan
strategi yang lebih luas untuk menjamin kualitas pendidikan di sekolah-sekolah,
sehingga peserta didik terus mengembangkan keahlian yang dibutuhkan untuk
pekerjaan dan kontribusi untuk ekonomi produktif.
 Menjangkau semua anak dengan mengembangkan strategi-strategi baru untuk
mencapai sulit dijangkau anak-anak dalam konflik, di daerah terpencil, dan dari
kelompok-kelompok didiskriminasi.
 Memperluas kesempatan pendidikan pada semua tingkatan, termasuk perawatan anak
usia dini dan pengembangan, pendidikan menengah dan penyediaan kesempatan
kedua belajar bagi mereka melalui pendidikan non-formal dan program keaksaraan
orang dewasa.
 Menjamin bahwa anak-anak memiliki cukup untuk makan dan untuk
belajarmengembangkan kesehatan melalui penyediaan makanan sekolah.
 Mendorong pemerintah nasional untuk mempersembahkan paling sedikit 20% dari
anggaran nasional untuk pendidikan dan untuk menghapuskan biaya yang mencegah
begitu banyak anak-anak dari pergi ke sekolah.

Konsepsi Pendidikan Untuk Semua dan Karakteritiknya Konsep Education for


All merupakan sebuah ide atau rancangan yang sudah terbentuk dalam pikiran manusia
berkenaan dengan pemerataan dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan
pendidikan tanpa memandang latar belakangdan status sosial seseorang. Education For
All atau pendidikan untuk semua merupakan salahsatu konsep pendidikan yang
seharusnya tidak hanya dijadikan sebagai selogan ketika adakegiatan kampanye atau
bangsa saja, tapi merupakan sebuah solusi atau alternatif dalam mengatasi masalah
pendidikan.
Education for All merupakan penjabaran UUD 1945 mengenai pendidikan untuk
warga negara Indonesia. “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Dan
pernyataan ini dipertegas dengan lebih rinci dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003. Pasal 5 menyatakan bahwa:
1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu
2. Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus
3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus;
4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus
5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat
Sebuah kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggaranegara
dalam kehidupan negeri ini. Maka, pemerataan kesempatan mengikuti proses pendidikan
dan pembelajaran tidak hanya terbatas pada kelompoknya yang mampu saja, namun
harus menyeluruh untuk setiap lapisan masyarakat.
Istilah pendidikan untuk semua atau Education for All mulai digunakan pada
waktu kawasan Asia Pasifik menyusun program yang disebut APPEAL (Asia Pasific
Programme of Education for All). Program ini disusun oleh kantor prinsipal UNESCO
untuk Asia Pasifik (Bangkok, Thailand) yang waktu itu dipimpin oleh
Prof.Dr.Makaminan Makagiansar dan beliau mendampingi direkturjenderal UNESCO
yang mengumumkan pelaksanaan APPEAL dari New Delhi di bulan Februari 1987.
Program Asia Pasifik tentang pendidikan untuk semua (APPEAL) ini terdiri dari
tiga buah sub-program, yakni:
1. Pemberantasan buta huruf
2. Universalisasi pendidikan (sekolah) dasar
3. Peranan pendidikan dalam pembangunan.
Setiap negara di kawasan Asia Pasifik membentuk suatu badan antardepartemen
untuk melaksanakan APPEAL di negara masing-masing. Indonesia tidak ketinggalan dan
badan antar departemen Education For All merupakan salah satu solusi untuk
memecahkan masalah pendidikan khususnya berkenaan dengan pemerataan pendidikan.
Semua orang berhak dan wajib untuk belajar supaya bisa mengembangkan potensi yang
dimiliki dan bisa memperbaiki hidupnya di masa yang akan datang agar lebih baik lagi.
Pertemuan Forum Pendidikan se-dunia yang diselenggarakan di Dakar, Senegal,
pada 26 sampai 28 April 2000, berakhir dengan disepakatinya Rancangan Kerja Dakar
untuk Aksi ( The Dakar Framework for Action) yang membidangi komitmen
menyeluruh yang vital untuk mencapai pendidikan untuk semua (Education For All)
pada 2015. Titik tekan kerangka kerja dakar untuk aksi ini adalah secara utuh memenuhi
kebutuhan pengarahan, memantapkan aksi untuk menjamin terlaksananya berbagai
komitmen yang dibuat tidak hanya di dakartetapi juga di berbagai pertemuan
internasional pada 1990-an, di samping deklarasi HAM dan Konvensi Hak Anak (CRC).
Dari beberapa faktor Pembangunan pendidikan nasional di Indonesia saat ini
menghadapi banyak masalah dan tantangan, faktor yang paling dominan yang
menyebabkan banyak anak putus sekolah ialah faktor ekonomi jika dibandingkan dengan
faktor-faktor yang lain. Idealnya, setiap keluarga harus berpenghasilan yang cukup besar
sehingga dapat membiayai semua kebutuhan hidup,namun dalam kenyataannya hal itu
sulit untukdicapai, karena kebutuhan dan keinginan yang berkembang sedemikian cepat
sehingga berapa pun penghasilan yang didapatkan selalu tidak cukup untuk memenuhi
segala kebutuhan dan keinginan.
Education for All atau pendidikan untuk semua merupakan sebuah solusi atau
alternatif dalam mengatasi masalah pendidikan tersebut. Education for All atau
Pendidikan untuk semua merupakan penjabaran UUD 1945 mengenai pendidikan untuk
masyarakat. Sebuah kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara
negara dalam kehidupan negeri ini.
C. Pendidikan Untuk Semua Saat Ini
Benni Setiawan (2008) Berkenaan dengan Education for All, buku ini berusaha
mengkritisi tentang sempitnya pemahaman masyarakat mamaknai pendidikan itu sendiri,
yang mana dalam pandangan masyarakat, pendidikan itu identik dengan sekolah,
pesantren dan Perguruan Tinggi, sehingga jika ada orang yang tidak pernah mengalami
itu semua dianggap tidak berpendidikan. Selain itu buku ini juga mengkritisi pendidikan
Indonesia yang banyak meniru model sekolah barat, sehingga hal tersebut membutuhkan
biaya yang tidak sedikit dan mengakibatkan kalangan bawah tidak mampu untuk
menjangkaunya. buku ini mengkaitkannya dengan; dana BOS tidak diselewengkan,
reorientasi sekolah unggul, bisnis pendidikan, sekolah mahal, eksistensi sekolah dan
pendidikan sebagai anak tiri.
Dalam mewujudkan pendidikan untuk semua Benni juga menyarankan agar
semua pihak harus berperan aktif baik itu pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi
dan masyarakat itu sendiri.Education for All yang sudah menjadi impian anak-anak yang
sudah seharusnya memenuhi paket wajib belajar. Buku yang ditulis Dewi Salma
Prawiradilaga & Eveline Siregar yang berjudul Mozaik Teknologi Pendidikan. Dalam
buku ini bahasan tentang Education for All ditulis oleh W.P Napitupuludengan sub bab
Pendidikan untuk Semua dan Semua untuk Pendidikan. Ia menjelaskan bahwa istilah
Education for All digunakan pada waktu kawasan Asia Pasifik menyusun program yang
disebut APPEAL (Asia Pacifik Programme of Education for All).
Program AsiaPasifik tentang APPEAL terdiri dari tiga subprogram, yakni (1)
Pemberantasan Buta Huruf, (2) Universalisasi Pendidikan (Sekolah) Dasar, dan (3)
Peranan Pendidikan dalam Pembangunan. Selain itu, Napitupulu juga menjelaskan
tentang tujuan dan strategi untuk meraih tujuan Pendidikan untuk Semua, serta
menjelaskan bahwa istilah ‘semua’ pada, pendidikan untuk semua berarti semua orang,
tua -muda, besar-kecil, kaya-miskin, danseterusnya harus memperoleh pendidikan,
daripendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Selain itu, kata “semua” juga berarti
semua lembaga, baik lembaga pemerintah/negara maupun lembaga swasta/masyarakat,
bukan hanya tugas utamanya di jajaran pendidikan,tetapi perlu dan harus mensukseskan
proses pendidikan dan pembelajaran di Indonesia khususnya. Inilah yang sering disebut
dengan istilah tanggung jawab dipikul olehorangtua/keluarga, masyarakat,
pemerintahdan bahkan peserta didik itu sendiri.
Dengandemikian, akan terwujud masyarakat yanggemar belajar-membelajarkan
(learningteaching society).Artikel yang ditulis oleh Adi Permanadan Felix Marta yang
berjudulPendidikan untukSemua: Setiap Anak Indonesia HarusMendapatkan Hak
Pendidikannya. Dalamartikel ini dijelaskan bahwa pendidikan formal diIndonesia
memang seperti barang langka bagisebagian besar rakyat Indonsia, namundemikian Adi
Permana dan Felix telahmenelaah masalah pendidikan tersebut darisudut pandang
pendidikan dan menemukan,diantaranya: adanya kemauan pemerintah danmasyarakat
miskin yang peduli akanpendidikan, melakukan peninjauan kembalitentang tujuan
pendidikan itu sendiri,menghapus pendidikan mahal di segalatingkatan, membuka jalur-
jalur pendidikangratis, baik itu dari anggaran APBN dan APBDmaupun dari donatur-
donatur, danmengupayakan pendidikan agar tercipta iklilmdemokrasi yang baik.
Artikel yang ditulis oleh dr. Sunartoyang berjudul “Pendidikan untuk Semua
Gratisbagi Masyarakat, Mahal bagi Negara”. Dalamartikel ini dr. Sunarto complain
terhadappendidikan gratis bagi masyarakat Yogyakarta,yang mana bagi mereka yang
berada dalamwilayah kekuasaan kependidikan masihberanggapan bahwa pendidikan
tidak mungkingratis, padahal di daerah lain sudahmenerapkannya, seperti Sukoharjo,
Banyuasin,Natuna dan lainnya. Ia juga mengclaim bahwaDIY yang sangat berpotensi
sebagai kotapendidikan mestinya lebih mengutamakanwarganya agar mudah
mendapatkan aksespendidikan secara gratis dan bermutu. Selainitu, ia juga menjelaskan
tentang konstitusiberkenaan dengan hak setiap warga negarauntuk mendapatkan
pendidikan, baik ituUndang-Undang maupun praturan-praturanpemerintah lainnya. Ia
menghimbau agarpendidikan di Indonesia khususnya di DIYharus merata, sehingga
warga bisa merasakanpendidikan yang gratis dan bermutu sertapengoptimalan dana-dana
pendidikan sesuaidengan tujuan dan kebutuhan.
Artikel yang ditulis oleh Lembaga KataFustos yang berjudul “Progress and
SetbacksToward Education for All”. Artikel inimenjelaskan bahwa: Kurangnya
pendidikandasar pada anak terkait kesehatan,kemiskinan, kesempatan kerja yang
lebihsedikit, dan penurunan partisipasi politik dikemudian hari. Faktor utama
penghambatpendidikan universal adalah kurangnyapembiayaan di negara
berkembangMenurut UNESCO 2010 Education forAll (EFA ) Laporan Pemantauan
Global,menurut laporan itu, banyak negara-negaratermiskin di dunia tidak berada di jalur
untukmemenuhi tujuan EFA pada tahun 2015.
Kemajuan menuju Kerangka Aksi Dakar,sebuah dokumen yang komprehensif
padatujuan pendidikan global yang diadopsi padatahun 2000, telah terkikis di negara-
negaraberkembang dalam beberapa tahun terakhir.Kekurangan pendapatan dan
tingkatpenurunan bantuan dari negara-negaraberpenghasilan tinggi selama krisis
keuanganglobal telah sulit di negara-negaraberkembang. Meski bantuan mulai bangkit
lagipada tahun 2008, kekurangan kumulatif dalampembiayaan substansial dan
mengancamkemajuan yang dibuat dalam 10 tahun terakhirterhadap target pendidikan
penting.
Jikakecenderungan ini terus berlanjut, dunia tidakakan memenuhi tujuan
pendidikan global tahun2015. Selain itu, dalam artikel ini jugamenawarkan beberapa
kebijakan yang harusdilakukan oleh masyarakat internasional untukmencapai tujuan
Education for All, yaitu:Pertama, mengatasi kesenjangan pendidikandimulai dengan
meningkatkan keterjangkauandan aksesibilitas. Ini mencakup penurunanbiaya sekolah,
dan menyediakan tunjanganatau subsidi untuk keluarga miskin sehinggamereka bisa
sekolah, sepertimembantupersediaan buku, dan seragam.Selain itu, memperluas jaringan
sekolah untukmenjangkau anak-anak di daerah terpencilsangat penting. Kedua, kualitas
pendidikanperlu ditingkatkan.
Data dari Asia Selatan danBarat, serta sub -Sahara Afrika menunjukkanbahwa
sejumlah besar anak-anak tidakmencapai tingkat minimum melek huruf danangka
keterampilan, bahkan ketika merekamenyelesaikan pendidikan dasar mereka.Lebih
buruk lagi, banyak putus sekolahsebelum menyelesaikan pendidikan penuhutama
mereka. Kecenderungan ini bisaberubah dengan bantuan fasilitas belajar yanglebih
memadai dan lebih banyak guru yangmemenuhi syarat.
D. Pendidikan Untuk Semua YangDiharapkan
Agar mendapatkan suatu gambarankonkrit tentang EFA yang diharapkan
adabaiknya dimulai dari konsep pendidikansebagaimana dijelaskan oleh: Ki
HajarDewantara, sebagai Tokoh PendidikanNasional Indonesia, peletak dasar yang
kuatpendidkan nasional yang progresif untukgenerasi sekarang dan generasi yang
akandatang merumuskan pengertian pendidikansebagai berikut : “Pendidikan umumnya
berartidaya upaya untuk memajukan bertumbuhnyabudi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran(intelektual dan tubuh anak); dalam TamanSiswa tidak boleh
dipisahkan bagian-bagian ituagar supaya kita memajukan kesempurnaanhidup,
kehidupan, kehidupan dan penghidupananak-anak yang kita didik, selaras
dengandunianya (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)”.
Selanjutnya payung hukum atau asas legalitastentang konsepsi pendidikan di atur
dalam UUnomor 20 tahun 2003 yang menjelaskanbahwa Pendidikan adalah usaha sadar
danterencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta
didiksecara aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan
yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dannegara. Berdasarkan definisi di atas,
sayamenemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yangterkandung di dalamnya, yaitu:
1. Usahasadar dan terencana
2. Mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaranagar peserta didik aktif
mengembangkanpotensi dirinya
3. Memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan
negara.
Di bawah iniakan dipaparkan secara singkat ketiga pokokpikiran
tersebut.Persoalannya adalah bukan masalahpengertian pendidikan itu sendiri akan
tapikonteks dalam pendidikan yaitu pendidikanuntuk semua ( EFA) yang harus
dimaknaisecara benar sehingga tidak dijadikan sebagaialat politik untuk kepentingan-
kepentingansesaat saja. Jangan sampai makna EFAdipolitisir sehingga akan kehilangan
rohnya danberdampak menjadi akar masalah pendidikan yang semakin kompleks.
Hakekat dari“Pendidikan untuk Semua” adalahmengupayakan agar setiap warga
negaradapat memenuhi haknya, yaitu layananpendidikan. Hal ini sebagai upaya
memenuhiamanah UU No. 20 Tahun 2003 tentangSidiknas psl 5 ayat 5 “Setiap warga
negaraberhak mendapatkan kesempatanmeningkatkan pendidikan sepanjang
hayat”.Berdasarkan konsep pendidikantersebut maka dapat ditegaskan bahwapendidikan
merupakan proses yang terusmenerus, tidak berhenti.
Di dalam prosespendidikan ini, keluhuran martabat manusiadipegang erat karena
manusia (yang terlibatdalam pendidikan ini) adalah subyek daripendidikan. Karena
merupakan subyek didalam pendidikan, maka dituntut suatutanggung jawab agar tercapai
suatu hasilpendidikan yang baik. Jika memperhatikanbahwa manusia itu sebagai subyek
danpendidikan meletakkan hakikat manusia padahal yang terpenting, maka perlu
diperhatikanjuga masalah otonomi pribadi. Maksudnyaadalah, manusia sebagai subyek
pendidikanharus bebas untuk “ada” sebagai dirinya yaitumanusia yang berpribadi, yang
bertanggungjawab.
Untuk dapat mewujudkan EFA, semuakomponen bangsa, baik pemerintah,
swasta,lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan,maupun warga negara secara
individual,secara bersama-sama atau sendiri-sendiri,berkomitmen untuk berpartisipasi
aktif dalammenyukseskannya sesuai dengan potensi dankapasitas masing-masing.
Strategi pentingyang diadopsi: Memastikan dukungan danauntuk PUS atau EFA
Mempromosikankemitraan antara pemerintah dan masyarakatsipil.
Kita semua menginginkan agar EFA diIndonesia dapat diwujudkan sesuai
denganperaturan yang berlaku sehingga dapatdinikmati oleh seluruh masyarakat
Indonesia.Untuk mewujudkan EFA yang demikian makadiperlukan strategi baik yang
bersifat internalmaupun eksternal. Strategi yang dimaksudyaitu : internal, meliputi
jajaran duniapendidikan baik itu Departemen PendidikanNasional, Dinas Pendidikan
daerah, dan jugasekolah yang berada di garis depan.Dalam halini,interfensi dari pihak-
pihak yang terkaitsangatlah dibutuhkan agar pendidikansenantiasa selalu terjaga dengan
baik.Sedangkan eksternal, adalah masyarakat padaumumnya.Dimana,masyarakat
merupakan ikonpendidikan dan merupakan tujuan dari adanyapendidikan yaitu sebagai
objek dari pendidikan.
E. Kendala Mewujudkan Pendidikan UntukSemua
Mewujudkan EFA sesuai yangdiinginkan oleh semua pihak memang
tidaksemudah membalikan telapak tangan, hal inidiperlukan proses yang panjang dan
sistematis.Keterlibatan semua unsur sangat diperlukandemikian juga kesadaran
masyarakat menjadidaya dukung untuk terwujudnya maksudtersebut. Memang diakui
munculnya kendala-kendaladalam mewujudkan EFA sangatdipengaruhi dengan
banyaknya permasalahandi bidang pendidikan yang dihadapi olehIndonesia.
Empat masalah pokok pendidikanyang telah menjadi kesepakatan nasional
yangperlu diprioritaskanpenanggulangannya,masalah yang dimaksudyaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan.
2. Masalah mutu pendidikan.
3. Masalah efisiensipendidikan.
4. Masalah relevansi pendidikan.
Dari keempat macam masalahpendidikan tersebut masing – masing
dikatakanteratasi jika pendidikan :
1. Dapat rnenyediakan kesempatanpemerataan belajar, artinya: Semuawarga negara
yang butuh pendidikandapat ditampung dalam suatu satuanpendidikan.
2. Dapat rnencapai hasil yang bermutu,artinya: Perencanaan, pemrosesanpendidikan
dapat mencapai hasilsesuai dengan tujuan yang telahdirumuskan.
3. Dapat terlaksana secara efisien,artinya: Pemrosesan pendidikan sesuaidengan
rancangan dan tujuan yangditulis dalam rancangan.
4. Produknya yang bermutu tersebutrelevan, artinya: Hasil pendidikansesuai dengan
kebutuhan masyarakatdan pembangunan.
Pada dasarnya upaya mewujudkan konsepsipendidikan untuk semua bisa
terwujud apabilaPertama, Gerakan perluasan pendidikan untukmelayani pemerataan
kesempatan pendidikanbagi rakyat banyak memerlukan penghimpunandan pengerahan
dana daya. Kedua, Kondisisatuan – satuan pendidikan pada saatdemikian mempersulit
upaya peningkatan mutukarena jumlah murid dalam kelas terlalubanyak, pengerahan
tenaga pendidikan yangkurang kompeten, kurikulum yang belummantap, sarana yang
tidak memadai, danseterusnya.
Meskipun demikian pemerataanpendidikan tidak dapar diabaikan karena
upayatersebut, terutama pada saat-saat suatubangsa sedang mulai membangun
mempunyaitujuan ganda, yaitu di samping tujuan politis(memenuhi persamaan hak bagi
rakyatbanyak) juga tujuan pembangunan, yaitumemberikan bekal dasar kepada warga
negaraagar dapat menerima informasi dan memilikipengetahuan dasar untuk
inengembangkan dirisehingga dapat berpartisipasi daiampembangunan.
F. Simpulan
1. Education for All adalah suatu modelpendidikan tanpa membedakan stratasosial,
etnis, budaya, agama danlainnya. Model pendidikan ini berbasisegaliterian, karena
dalamimplementasinya tidak didasarkan padastratifikasi sosial, semuanya diberi
kesempatan yang sama untukmendapatkan pendidikan. KonsepEducation for All
berarti suatu modelpendidikan yang menekankan akanpentingnya pendidikan bagi
semuaorang, baik laki-laki maupunperempuan, orang kaya maupun orangmiskin,
sehingga dalam penerapanpendidikan itu tidak ada diskriminasi.Hal tersebut sejalan
dengan prinsip-prinsipyang ada dalam pendidikanIslam, yaitu prinsip-prinsip
demokrasi,kemerdekaan, persamaan dankesempatan yang sama untuk belajartanpa
diskriminasi.
2. Adanya Education for All diharapkanbisa membantu masyarakat yangkurang
beruntung agar bisamengenyam pendidikan.
3. Adapun mewujudkan Education for Alldalam pendidikan di Indonesia ialahdengan:
Berbenah dan mewujudkanwajib belajar 12 tahun. Seiring denganperkembangan
zaman dan kemajuanteknologi, wajib belajar tidak hanyasembilan tahun saja, tapi
harusberbenah dan mewujudkan pendidikanwajib belajar 12 tahun. Pendidikanharus
bersifat continue danberkelanjutan kalau bisa sampai keperguruan tinggi, Memberikan
hakpendidikan kepada perempuan untukmengembangkan potensi yang adapada
dirinya, sehingga memilikipengetahuan dan keterampilan tertentuserta tidak mudah
ditipu daya olehpihak yang tidak bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai