Anda di halaman 1dari 36

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hampir semua sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang kita miliki diperoleh melalui pendidikan.
Dalam UU Sisdiknas No 23 (2003:30), menyebutkan bahwa Pendidikan
adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan
proses pembelajaran agar pesrta didik secara akatif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan di Indonesia masih memerlukan perhatian khusus karena masih


terdapat berbagai macam masalah dalam pendidikan di Indonesia yang
menyebabkan tidak semua individu mampu memperoleh pendidikan dengan
layak.

Berbagai terobosan dan kebijakan penting telah diambil dalam meningkatkan


akses pendidikan yang merata. Salah satunya adalah Program Education For
All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua ( PUS) pada tahun 2000 yang
menetapkan target yang akan dicapai tahun 2015.

Pendidikan untuk Semua atau Education for All (EFA) adalah gerakan global


yang dipimpin oleh UNESCO, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
belajar semua anak, remaja dan orang dewasa pada tahun 2015.  UNESCO
telah diamanatkan untuk memimpin gerakan dan mengkoordinasikan upaya-
upaya internasional untuk mencapai tujuan EFA. Untuk dapat mewujudkan
EFA, semua komponen bangsa, baik pemerintah, swasta, lembaga-lembaga
sosial kemasyarakatan, maupun warga negara secara individual, secara
bersama-sama atau sendiri-sendiri, berkomitmen untuk berpartisipasi aktif
dalam menyukseskannya sesuai dengan potensi dan kapasitas masing-masing.

Dalam pencapaian target EFA secara dunia telah dicantumkan dalam hasil
laporan monitoring EFA 2000-2015. Pencapaian target EFA secara global
didasarkan pada bagaimana pencapaian negara-negara di dunia, salah satunya
Indonesia.

B. Fokus Masalah

Kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan Education For All(EFA) dan


pencapaian keenam target EFA 2015 di Indonesia

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Latar belakang terbentuknya Education For All (EFA) ?
2. Bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
konsep Education For All (EFA)?
3. Bagaiamana pencapaian keenam target Education For All (EFA) di
Indonesia?

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam makalah ini
adalah mendeskripsikan kebijakan pemerintah terkait EFA dan pencapaian
keenam target Educatioan For All (EFA) di Indonesia.

2
II. KAJIAN TEORI

A. Latar Belakang Terbentuknya Education for All (EFA)

Pendidikan untuk Semua atau Education for All (EFA) adalah gerakan global


yang dipimpin oleh UNESCO, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar
semua anak, remaja dan orang dewasa pada tahun 2015.Hal ini diperlukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan
mendorong partisipasi masyarakat dan pengembangan pribadi.EFA diakui oleh
Pasal 26 dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia diadopsi pada tahun 1948
oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyatakan bahwa:

(1) Setiap orang berhak atas pendidikan.Pendidikan harus gratis, setidaknya pada
tahap dasar dan fundamental.Pendidikan dasar harus diwajibkan.Pendidikan
teknis dan profesional harus dibuat tersedia secara umum dan pendidikan
tinggiharus terbuka untuk semua atas dasar.

(2) Pendidikan harus diarahkan untuk pengembangan penuh kepribadian manusia


dan penguatan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar.Ini
akan mempromosikan pemahaman, toleransi dan persahabatan di antara semua
bangsa, kelompok ras atau agama, dan harus memajukan kegiatan PBB untuk
memelihara perdamaian.

(3) Orang tua memiliki hak sebelum memilih jenis pendidikan yang akan
diberikan kepada anak-anak mereka.

Pada bulan Maret 1990, Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua
(PUS): Kebutuhan Dasar Belajar Rapat, diadakan di Jomtien, Thailand.Peserta
dari 155 negara dan perwakilan dari 160 lembaga pemerintah dan non-pemerintah
mengadopsi Deklarasi Dunia tentang EFA, yang menegaskan kembali gagasan
pendidikan sebagai hak asasi manusia dan mendesak negara-negara untuk
mengintensifkan upaya untuk mengatasi kebutuhan belajar dasar semua.

3
Kerangka aksi Jomtien untuk memenuhi kebutuhan belajar dasar dibilang sasaran
dan strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar dasar semua pada tahun 2000.
Tujuannya adalah untuk memiliki akses universal untuk belajar;fokus pada
ekuitas;penekanan pada hasil belajar;memperluas sarana dan ruang lingkup
pendidikan dasar;meningkatkan lingkungan untuk belajar;dan memperkuat
kemitraan dengan 2000. Tapi target Jomtien EFA tidak tercapai pada tahun 2000.

Pada bulan April 2000, forum pendidikan dunia diselenggarakan di Dakar,


Senegal memberikan kesempatan untuk menilai prestasi, pelajaran dan kegagalan
dari periode 10-tahun sejak Deklarasi Jomtien.Lebih dari 1.100 peserta dari 164
negara mulai dari guru untuk perdana menteri, akademisi untuk pembuat
kebijakan, aktivis politik untuk kepala organisasi politik besar hadir.Penilaian
tersebut menunjukkan bahwa, meskipun hambatan untuk mencapai EFA yang
tangguh, kemajuan telah dicapai dalam membuktikan bahwa EFA adalah tujuan
yang realistis dan dapat dicapai.

Masyarakat internasional kembali menegaskan visi dari EFA melalui kerangka


aksi dakar yang diusulkan 12 strategi utama dan menetapkan enam tujuan (goal)
utama untuk mencapai kualitas, pendidikan untuk semua pada tahun 2015.

Kerangka dakar ditempatkan tanggung jawab utama untuk mencapai tujuan PUS
di negara dan didukung semua Negara Anggota dalam pengembangan dan
penguatan rencana nasional yang ada tindakan oleh 2002 paling lambat.Rencana
ini harus diintegrasikan ke dalam pengentasan kemiskinan dan pengembangan
kerangka kerja yang lebih luas, dan harus dikembangkan melalui proses yang
transparan dan demokratis, melibatkan pemangku kepentingan, terutama
perwakilan rakyat, tokoh masyarakat, orang tua, peserta didik, organisasi non-
pemerintah (LSM) dan masyarakat sipil.

Tujuan EFA 2015 yang lebih ditingkatkan pada bulan September 2000 ketika 189
negara berkumpul di Inggris Nationals Millennium Summit dan mengesahkan
Deklarasi Milenium yang ditetapkan delapan Tujuan Pembangunan Milenium
(MDGs).The Millennium Development Goals 2 dan 3 - mencapai pendidikan
dasar universal, dan mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

4
perempuan - secara langsung berhubungan dengan EFA dan berbagi target sama
2015. pendidikan yang baik, namun, juga berkontribusi terhadap pencapaian
MDGs enam lainnya .

Kerangka Dakar Aksi diperlukan bahwa sejumlah kelompok kerja diciptakan


untuk secara teratur memantau kemajuan.Kelompok kerja tingkat tinggi PUS
diselenggarakan setiap tahun oleh UNESCO Direktur Jenderal.Ini membawa
bersama-sama Menteri Pendidikan, kepala badan pembangunan dan perwakilan
masyarakat sipil.

EFA High Level Group di Oktober 2001 meminta agar Strategi Internasional
dibuat untuk menempatkan Kerangka Dakar ke dalam operasi.Strategi
Internasional diadopsi pada tahun 2002, menghadirkan lima tindakan utama yang
sangat penting untuk mencapai EFA serta cara di mana masyarakat internasional
dapat mendukung pelaksanaan rencana aksi nasional.

UNESCO dan EFA

Dakar Framework 2000 for Action on EFA dan enam gol yang terus membimbing
tindakan UNESCO di bidang pendidikan.Kemajuan telah lambat dan proyeksi
menunjukkan bahwa mencapai tujuan PUS tetap menjadi tantangan yang luar
biasa.

UNESCO dan UNESCO Asia Pasifik untuk Pendidikan akan bekerja untuk
memastikan bahwa EFA tegas berlabuh sebagai bagian integral dari agenda
pembangunan internasional, dan khususnya sebagai sebuah blok bangunan utama
untuk mencapai MDGs dan pembangunan manusia berkelanjutan, terutama di
tingkat negara.Hal ini juga akan terus mempromosikan pendidikan sebagai hak
asasi manusia, dan sebagai faktor kunci untuk keamanan manusia melalui
pengembangan toleransi yang lebih besar, masyarakat yang stabil dan dialog antar
budaya, peradaban dan masyarakat.

Mempercepat kemajuan ke arah tujuan PUS adalah perlunya maksimal dan


urgensi untuk mencapai MDGs.UNESCO bermaksud untuk memberikan

5
kepemimpinan dalam proses ini, khususnya dengan meningkatkan perannya
sebagai koordinator utama semua mitra EFA, dengan tanggung jawab khusus
untuk menjaga momentum kolaborasi mereka.

Di Timur dan Asia Tenggara, khususnya,UNESCO telah berperan dalam


mengorganisir pertemuan antar-lembaga / pasangan tetap dari Kelompok Kerja
Tematik pada PUS.Upaya ini untuk mengkoordinasikan dan berkolaborasi dengan
mitra dalam mendukung EFA telah menyebabkan pengembangan kualitas EFA
Rencana Aksi Nasional dan implementasi skema di banyak negara di sub-region.

Di luar koordinasi, UNESCO akan memperkuat tindakan-tindakannya pada


tingkat negara melalui tiga inisiatif inti baru - Literasi Initiative for Empowerment
(LIFE), Pelatihan Guru Inisiatif untuk sub-Sahara Afrika, dan Global Initiative
tentang HIV / AIDS dan Pendidikan (GIHAE).Inisiatif ini akan membentuk inti
program respon UNESCO untuk EFA di tingkat negara, tanpa eksklusif intervensi
penting lainnya dalam pendidikan.

Unit SERUAN, yang terletak di dalam UNESCO Asia Pasifik untuk Pendidikan,
memiliki mandat untuk mendukung upaya nasional untuk melaksanakan program-
program ke arah pencapaian semua tujuan EFA.

UNESCO akan membantu masyarakat internasional untuk berkonsentrasi upaya


di mana kebutuhan adalah terbesar sambil memastikan tindakan yang tetap
spesifik negara dan relevan dengan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

UNESCO akan lebih mengintensifkan komunikasi dan advokasi untuk


EFA.Tahunan Laporan Pemantauan Global PUS dan laporan tematik dan
regional lainnya akan kontribusi kunci di daerah ini.

6
B. Tujuan ( Goal) Education For All (EFA)

Dalam rangka memenuhi education for all, EFA memiliki beberapa tujuan


(GOAL) yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu, diantaranya :
1. Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini yang komprehensif
dalam pendidikan. Terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang
beruntung
2. Menjamin bahwa pada 2015 semua anak di dunia khususnya perempuan,
anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk etnik minoritas,
memiliki akses lengkap dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan
wajib dengan kualitas baik.
3. Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua pemuda dan dewasa dipenuhi
melalui akses yang adil untuk program-program belajar dan program
ketrampilan hidup (life skill) yang sesuai.
4. Mencapai 50% peningkatan dalam keaksaraan orang dewasa pada tahun
2015, khususnya bagi perempuan, dan akses ke pendidikan dasar dan
pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa secara adil.
5. Menghilangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan menengah pada
tahun 2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan dengan tahun
2015, dengan fokus pada perempuan bahwa mereka dipastikan mendapat
akses penuh dan sama ke dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik.
6. Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin
keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan diukur dapat
dicapai oleh semua, khususnya dalam keaksaraan, berhitung dan kecakapan
hidup yang penting.

C. Laporan Monitoring EFA 2000-2015

Target Pendidikan untuk Semua (EFA/Education for All) yang ditetapkan pada
tahun 2000 hanya berhasil dicapai oleh sepertiga negara peserta. Tujuan
partisipasi pendidikan dasar universal hanya dicapai oleh separuh negara peserta.
Di samping kontribusi pemerintah yang ambisius, tambahan 22 miliar dolar per

7
tahun dibutuhkan guna memastikan pencapaian tujuan pendidikan terbaru pada
tahun 2030.

Berikut adalah hasil temuan utama yang dimuat dalam Laporan Pemantauan
Global (GMR) EFA “Pendidikan untuk Semua 2000-2015: Pencapaian dan
Tantangan” (“Education for All 2000-2015: Achievements and Challenges”) oleh
UNESCO, badan yang telah memantau kemajuan dalam upaya pencapaian tujuan
tersebut selama 15 tahun terakhir.

“Dunia telah membuat kemajuan yang luar biasa menuju Pendidikan untuk
Semua,” ujar Dirjen UNESCO Irina Bokova. “Walaupun gagal memenuhi tenggat
waktu pada tahun 2015, jumlah anak yang bersekolah kini jutaan lebih banyak
dibandingkan jumlah yang diperkirakan apabila tren tahun 1990-an bertahan.
Namun, agenda ini masih jauh dari kata usai. Kita perlu strategi spesifik dan
cukup dana yang memprioritaskan kaum kurang mampu, terutama anak
perempuan, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan mengurangi tingkat buta
huruf agar pendidikan menjadi lebih bermakna dan universal.

Berdasarkan education for all global monitoring report 2015 tentang pencapaian
dari setiap tujuan (goal) dari EFA, yaitu :

Tujuan 1. Memperluas pendidikan dan perawatan anak usia dini, terutama


untuk anak-anak yang paling rentan.

47% negara telah mencapai tujuan ini, 8% hampir berhasil, 25 % jauh dari target
dan 20 % lainnya masih sangat jauh dari target.

8
Angka kematian anak menurun sebanyak 39 % dari tahun 2000 sampai 2015. 184
juta anak sudah terdaftar di lembaga pendidikan usia dini ( dua pertiga lebih
banyak daripada tahun 1999). Di 40 negara diwajibkan pendidikan pra-sekolah
dasar ( PAUD).

Upaya yang dilakukan adalah


A. Memahami kebutuhan anak yaitu buku, permainan yang edukatif,
pendampingan orang tua, ruangan yang aman dan nyaman, stimulasi kognitif,
model pendidikan yang peka budaya.
B. Menggunakan metode yang berbeda untuk meningkatkan akses pendidikan
yaitu menghapus biaya sekolah ( ghana), membuat wajib sekolah (Myanmar),
membuat TK yang mobile ( Mogolia).
C. Meningkatkan permintaan

Tujuan 2 mencapai pendidikan dasar yang universal ,terutama untuk anak


perempuan ,etnis minoritas,dan anak yang termarjinalisasi

9
52 % Negara telah mencapai tujuan ini,10%hampir berhasil 29% jauh dari tujuan
sementara 9%lainnya masih sangat jauh dari target.

Anak sekolah dasar terdaftar keberhasilannya pada tahun 1999 sampai 2015
adalah 48 juta lebih dan selesai sekolah dasar lebih dari 20% poin.

Upaya yang dilakukan adalah :

 Menghapuskan biaya sekolah


 perlindungan social(uang tunai untuk anak – anak yang kurang beruntung)
 sekolah ,air ,infrastruktur listrik dan kesehatan

Tantangannya adalah :
 58 juta anak masih sekolah dan 25 juta anak tidak sekolah
 34 juta meninggalkan sekolah awal setiap tahunnya dan sisa %nya
mencapai sekolah sampai akhir.pada tahun 1999 sampai 2011 asia selatan

10
dan barat mencapai 64% Yang lulus sekolah sedangkan sub sahara Afrika
58%.
Hambatannya :
36% dari dari anak-anak sekolah yang terkena dampak konflik di zona,
pendidikan berkualitas rendah ,pendidikan masih tidak gratis untuk semua.

Kemajuan tidak merata yaitu:

 keluar daerah dari anak sekolah sub sahara afrika 50%,seluruh dunia 45%
dan 15% selatan dan barat asia.
 negara berpenghasilan pedesaan/perkotaan menengah bawah tahun 2000
tiga kali lebih mungkin untuk tidak sekolah dan tahun 2008 empat kali
lebih mungkin untuk tidak sekolah
 kelompok marjinaltertinggal karena terjadi konflik ,kerja, cacat,
etnis/linguistic minoritas ,HIV dan gadis desa.
 termiskin adalah yang terburuk dari 5x lebih kecil kemungkinannya untuk
menyelesaikan sekolah daripada terkaya di 2010

Tujuan 2 : Pendidikan Dasar Universal

45 % Negara telah mencapai tujuan ini,9%hampir berhasil 35% jauh dari tujuan
sementara 11% lainnya masih sangat jauh dari target.

11
Pendaftaran27% secara global lebih daridua kali lipat dalamsubSaharaAfrikadan
terjadi peningkatan dari tahun 1999 sampai sekarang.tahun 1999 sekunder lebih
tinggi yaitu 71% dari pada sekunder atas 45%,tahun 2012 lebih tinggi 85% dari
pada sekunder atas yaitu 62%remaja sekolah menurun ,tahun 1999 sebanyak 99
juta dan 2012 sebanyak 63 juta.

Upaya yang dilakukan adalah


 beberapa kampanye dan komitmen global yang isinya kami ingin
literatur ,kami ingin masyarakat literatur.
 permintaan yang lebih tinggi untuk melek yaitu kita harus meningkatkan
keaksaraan untuk semua
 Literacy assessment : Pada tahun 2000 ( bersifat subjektif) sedangkan
sekarang bersifat langsung.

12
Tantangan nya:
 setidaknya 781.000.000 orang dewasa tidak memiliki keterampilan
keaksaraan dasar
 wanita dari 64% dari orang dewasa yang buta huruf pada tahun 2015 tidak
ada perubahan sejak tahun 2000.
 kemajuan dalam keaksaraan orang dewasa ini sebagian besar disebabkan
berpendidikan orang muda mencapai usia dewasa

Kesempatannya yaitu pengumpulan datayang lebih baik, teknologi baru,


pemahaman yang lebih baik dari keterampilan keaksaraan sebagai skala
melek huruf serta pemahaman yang lebih baik dari dampak melek
terhadap kesehatan, demokrasi, pemberdayaan

Tujuan 4. Mengurangi tingkat buta huruf orang dewasa sebesar 50 persen


pada tahun 2015.

Hanya 23% negara yang mencapai tujuan ini, mendekati tujuan sebesar 19%, jauh
dari tujuan sementara 32% lainnya masih sangat jauh dari target.

13
Walaupun secara global persentase orang dewasa yang buta huruf merosot dari
18% pada tahun 2000 ke 14% pada tahun 2015, kemajuan ini hampir seluruhnya
terjadi karena pemuda berpendidikan telah memasuki usia dewasa. Dua pertiga
populasi dewasa yang buta huruf adalah perempuan. Separuh dari jumlah total
perempuan di Afrika Sub-Sahara tidak mempunyai keterampilan membaca dasar.

Upaya yang dilakukan dari beberapa orang berpendapat dan berkomitmen secara
global untuk meminta agar program buta huruf lebih ditingkatkansesuai dengan
penilaian pada tahun 2000.

Paling sedikit 781 miliar orang dewasa tidak memiliki ketrampilan keaksaraan
dasar. Wanita akan membuat 64% buta aksara pada tahun 2015 (tidak ada
perubahan sejak 2000). Kemajuan buta aksara sebagian besar karena dididik dari
usia muda sampai usia dewasa.

Kesempatan untuk pengumpulan data yang lebih baik, teknologi baru, sebagai
skala pemahaman yang lebih baik dari ketrampilan keaksaraan, dampak dari
pemahaman yang lebih baik dari keaksaraan.

14
Tujuan 5. Mencapai paritas dan kesetaraan gender.

Untuk tingkat dasar sebesar 48% dan tingkat menengah 69% negara yang
mencapai tujuan ini, mendekati tujuan sebesar 10% dan tingkat menengah 7%,
jauh dari tujuan sementara tingkat dasar 21% dan tingkat menengah 35%, 0,6%
tingkat dasar dan 10% tingkat mnengah lainnya masih sangat jauh dari target.

Mengurangi kesenjangan gender dalam pendidikan menengah. Di negara dengan


kurang dari 90 perempuanyang mendaftar sekolah dan setiap mendaftar 100 laki-
laki. Hak yang menjamin dari 40 dari 59 anggota menanggapi untuk membuat
eksplisit untuk menjamin hak perempuan untuk pendidikan.Pada pendidikan
menengah wanita sangat rendah untuk menyelesaikan pada tingkat sekolah
menengah. Pada tahun 2000 presentase perempuan 81 dari 100 laki-laki, dan
tahun 2010 perempuan 93 dari100 laki-laki

Perlindungan pendidikan pada perempuan untuk tingkat nasional dan


internasional. Dengan adanya beasiswa dapat meningkatkan perempuan untuk

15
mendaftar mendaftar di berbagai negara. Di nepal banyak guru perempuan, pada
tahun 1999 presentasenya 23% dan tahun 2012 sebanyak 42 %.

Untuk tantangan pada anak-anak banyak yang menikah dan hamil. Pelatihan guru
pada pendekatan sensitif yang dibutuhkan perlu ditingkatkan. Kekerasan gender
yang berhubungan di sekolah yaitu : fisik, seksual dan psikologi. Kesetaraan
gender mengalami kesulitan dalam mendefinisikan dan mengukurnya.

Pada tahun 2015, 69 % negara peserta akan mencapai paritas gender pada tingkat
pendidikan dasar. Pada tingkat pendidikan menengah, hanya 48 % negara yang
akan mencapai tujuan tersebut. Pernikahan dan kehamilan dini terus menghambat
kemajuan perempuan dalam bidang pendidikan. Kemajuan tersebut juga
terhambat akibat adanya kebutuhan akan pelatihan pengajar dengan pendekatan
yang sensitif terhadap gender dan perubahan kurikulum.

Tujuan 6. Meningkatkan kualitas pendidikan dan memastikan hasil belajar


yang dapat diukur untuk semua.

Rasio guru dan murid di tingkat sekolah dasar.Rasio uru dan murid yang dilatih di
tingkat dasar.

16
Akses dan pembelajaran untuk presentase muriddapat menyelesaiakan di tingkat
sekolah dasar padatahun 2000 42% anak dan pada tahun 2007 adalah 62%, untuk
anak mencapai standar minimum dalam matematika pada tahun 2000
presentasenya adalah 25% dan pada tahun 2007 adalah 39%. Pada level
murid/guru sekolah dasarrasio menurun dari 121 menjadi 146 negara.

Penilaian nasional untuk mengukur prestasi belajar presentase pada tahun 1990
adalah 283 dan pada tahun 2000 adalah 1157.Program perlindungan sosial yang
ditargetkan di Mexico untuk anak-anak dan orang dewasa yang ditunjukan untuk
keluarga tidak mampu, membantu meningkatkan hasil belajar. Meningkatkan
kebijakan pelatihan guru di Nepal menyebabkan rasio penurunan murid atau
teacher di pendidikan dasar.

Pada tingkat pendidikan dasar, perbandingan jumlah murid dan guru menurun di
121 dari 146 negara antara tahun 1990 dan 2000, tetapi masih dibutuhkan
tambahan 4 juta pengajar agar semua anak dapat bersekolah. Pengajar terlatih
masih sangat jarang di sepertiga negara tersebut, sementara pengajar terlatih di
negara-negara Afrika Sub-Sahara berjumlah kurang dari 50 persen. Meskipun
begitu, kualitas pendidikan telah memperoleh perhatian lebih sejak tahun 2000.
Jumlah negara yang mengadakan pengkajian hasil belajar nasional telah
meningkat sebesar dua kali lipat.

17
D. EFA Development Index ( EDI)

Menilai aspek pendidikan ternyata tidak mudah, UNESCO yang secara berkala
mengeluarkan laporan kualitas pendidikan negara-negara di dunia
dalam education report for all-nya yang terakhir 2015 menyebutkan bahwa indeks
pendidikan suatu negara sementara ini hanya dapat diukur melalui 4 dari 6 faktor:
1. Rasio anak terdaftar di sekolah, the primary adjusted net enrolment ratio:
diukur dari rasio anak usia sekolah dasar yang mendaftar pada sekolah dasar
atau sekolah menengah pertama;

2. Angka baca-tulis orang dewasa, literacy rate for those aged 15 and above:
diukur dari rasio orang dewasa yang bisa membaca dan menulis. angka ini
didapat dari indikator-indikator proksi dan mungkin lebih tinggi dari
keadaan yang sesungguhnya;

3. Indeks paritas gender, average of the gender parity indexes of the primary


and secondary gross enrolment ratios and of the adult literacy rate: diukur
dengan melihat perbandingan laki-laki dan perempuan pada angka anak
sekolah terdaftar dan angka baca-tulis orang dewasa.

4. Angka anak yang berhasil sekolah hingga kelas 5, survival rate to grade 5:
buat indonesia yang sudah menetapkan 9 tahun pendidikan dasar harusnya
hal ini lebih mudah dicapai.

18
Berikut Ini adalah laporan EFA Development Index (EDI) tahun 2015
Table EDI.4: Change in EDI between 1999, 2012 and 2015

Change Change
Change 1999- 1999- 2012-
NO Countries/Territories 1999 2012 2015 2012 2015 2015
1 United Kingdom … 0,996 0,994 … … -0,2
2 Japan … 0,994 0,994 … … 0,0
3 Norway … 0,993 0,992 … … -0,2
4 Switzerland … 0,992 0,991 … … -0,1
5 Finland … 0,992 0,991 … … -0,1
6 Italy 0,978 0,992 0,994 1,4 1,6 0,2
7 Slovenia 0,986 0,991 0,989 0,5 0,3 -0,2
8 Kazakhstan 0,976 0,990 0,993 1,5 1,7 0,2
9 France … 0,990 0,990 … … 0,0
10 Denmark … 0,989 0,989 … … 0,0
11 Croatia 0,972 0,989 0,985 1,7 1,3 -0,4
12 Netherlands … 0,987 0,986 … … -0,1
13 Sweden … 0,987 0,990 … … 0,3
14 Ukraine … 0,987 0,988 … … 0,1
15 Spain … 0,987 0,984 … … -0,3
16 Iceland … 0,987 0,985 … … -0,2
17 New Zealand … 0,986 0,990 … … 0,4
18 Ireland … 0,985 0,987 … … 0,3
19 Germany … 0,985 0,981 … … -0,4
20 Australia … 0,984 0,984 … … 0,0
21 Kyrgyzstan 0,962 0,984 0,985 2,4 2,4 0,1
22 Hungary … 0,984 0,988 … … 0,4
23 Estonia 0,991 0,984 0,977 -0,7 -1,4 -0,7
24 Poland … 0,984 0,981 … … -0,3
25 Lithuania 0,988 0,984 0,985 -0,4 -0,3 0,2
26 Russian Federation … 0,981 0,979 … … -0,2
27 Tajikistan 0,960 0,981 0,984 2,2 2,6 0,4
28 Cuba 0,978 0,981 0,982 0,3 0,4 0,1
29 Luxembourg … 0,980 0,984 … … 0,4
30 Latvia 0,980 0,980 0,974 0,0 -0,6 -0,5
31 Belarus … 0,979 0,979 … … 0,0
32 Jordan 0,947 0,979 0,977 3,3 3,1 -0,2
33 Portugal … 0,976 0,981 … … 0,5
34 Bulgaria 0,968 0,975 0,974 0,7 0,6 -0,1
35 Republic of Korea … 0,975 0,972 … … -0,3
36 United States … 0,975 0,975 … … 0,1
37 Israel … 0,973 0,973 … … 0,0
38 Greece … 0,972 0,972 … … 0,0
39 Serbia … 0,970 0,970 … … 0,0
40 Uruguay … 0,969 0,979 … … 1,0
41 Saudi Arabia … 0,969 … … … …
42 Chile … 0,969 … … … …
Brunei
43 Darussalam … 0,969 … … … …
44 Uzbekistan … 0,968 … … … …

19
45 Mongolia 0,920 0,967 … 5,2 … …
46 Belgium … 0,967 … … … …
47 Aruba 0,973 0,965 0,952 -0,8 -2,2 -1,3
48 Azerbaijan … 0,965 0,954 … … -1,1
49 Mexico 0,937 0,964 0,966 2,9 3,1 0,2
50 Bahamas … 0,964 … … … …
Republic of
51 Moldova 0,958 0,961 0,956 0,4 -0,2 -0,6
52 Samoa 0,947 0,958 0,938 1,2 -0,9 -2,1
Palestinian
Autonomous
53 Territories 0,952 0,957 0,941 0,6 -1,2 -1,8
54 Venezuela 0,908 0,956 0,963 5,3 6,1 0,8
55 Mauritius 0,932 0,955 0,958 2,5 2,9 0,3
56 Romania 0,948 0,954 0,954 0,6 0,7 0,1
57 Ecuador 0,909 0,951 0,955 4,7 5,1 0,4
58 Costa Rica … 0,948 … … … …
59 Sri Lanka … 0,947 … … … …
60 Malta … 0,946 … … … …
61 Seychelles 0,947 0,942 … -0,5 … …
62 Montenegro … 0,940 … … … …
63 Barbados … 0,940 0,937 … … -0,3
64 Lebanon … 0,939 0,937 … … -0,2
65 Turkey … 0,939 0,950 … … 1,2
66 Oman 0,884 0,938 0,949 6,1 7,3 1,2
67 Panama 0,932 0,938 0,942 0,6 1,1 0,5
68 Indonesia 0,933 0,937 0,945 0,4 1,3 0,9
Iran, Islamic
69 Republic of 0,878 0,935 0,947 6,5 7,8 1,2
70 Fiji … 0,933 … … … …
Syrian Arab
71 Republic 0,896 0,930 0,947 3,8 5,8 1,9
72 Belize … 0,928 0,938 … … 1,1
73 Bermuda … 0,923 … … … …
74 Bolivia 0,890 0,921 0,928 3,4 4,3 0,8
75 Tunisia 0,883 0,919 0,925 4,0 4,8 0,7
76 Cabo Verde 0,907 0,916 0,905 0,9 -0,3 -1,2
77 Peru 0,922 0,913 0,937 -0,9 1,7 2,6
78 El Salvador 0,818 0,909 0,933 11,2 14,1 2,6
79 Saint Lucia … 0,909 0,916 … … 0,8
80 Colombia 0,879 0,902 0,930 2,7 5,8 3,0
81 Egypt 0,830 0,900 … 8,4 … …
82 Paraguay … 0,892 0,896 … … 0,4
Dominican
83 Republic 0,844 0,891 0,896 5,5 6,2 0,6
84 Algeria 0,853 0,886 0,908 3,8 6,4 2,5
85 Honduras … 0,870 … … … …
86 Morocco 0,697 0,864 0,863 24,0 23,8 -0,1

20
87 Guyana … 0,860 … … … …
88 Guatemala 0,735 0,850 0,895 15,6 21,7 5,3
89 Ghana 0,672 0,847 0,858 25,9 27,6 1,3
Sao Tome and
90 Principe … 0,833 … … … …
91 Timor-Leste … 0,816 … … … …
92 Cameroon … 0,816 … … … …
93 Bhutan … 0,815 0,863 … … 5,8
Lao People's
94 Democratic Republic 0,689 0,812 0,846 17,9 22,8 4,2
95 Burundi … 0,810 0,829 … … 2,4
96 Lesotho 0,759 0,791 0,804 4,2 6,0 1,7
97 Bangladesh … 0,778 … … … …
98 Rwanda 0,703 0,777 0,795 10,5 13,1 2,3
99 Gambia … 0,746 … … … …
100 Nepal 0,607 0,739 0,758 21,8 24,9 2,5
101 Sudan … 0,728 … … … …
102 Senegal 0,586 0,716 0,739 22,1 26,1 3,2
103 Nigeria … 0,714 0,715 … … 0,2
104 Angola … 0,670 … … … …
105 Mozambique 0,514 0,659 0,721 28,2 40,3 9,5
106 Pakistan … 0,654 0,660 … … 1,0
107 Benin … 0,641 0,659 … … 2,8
108 Eritrea 0,619 0,635 … 2,7 … …
109 Burkina Faso 0,467 0,635 0,694 36,0 48,6 9,3
110 Mali 0,516 0,625 0,692 21,1 34,1 10,8
Central
111 AfricanRepublic … 0,559 … … … …
112 Niger 0,402 0,534 0,556 32,9 38,4 4,1
113 Chad 0,445 0,520 0,531 16,9 19,4 2,1
114 Cyprus 0,969 … 0,990 … 2,2 …
115 Swaziland 0,825 … 0,916 … 11,0 …
116 Namibia 0,902 … 0,853 … -5,4 …
117 Togo 0,628 … 0,790 … 25,8 …
118 Malawi 0,728 … 0,785 … 7,8 …

21
III. PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pemerintah untuk mencapai tujuan (Goal) EFA dan


Pencapaian EFA di Indonesia

Goal 1 : Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini


Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini yang
komprehensif dalam pendidikan. Terutama bagi anak-anak yang sangat
rawan dan kurang beruntung.

Berbagai masalah yang harus dihadapi dalam pelaksanaan dan pelayanan


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) antara lain:
1. Pelayanan PAUD selama ini banyak dilakukan di daerah perkotaan. Untuk
masyarakat pedesaan, program PAUD masih kurang, karena kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya PAUD dan terkesan bahwa PAUD
masih merupakan sesuatu yang mewah dan mahal;
2. Kebutuhan layanan PAUD belum disesuaikan dengan kebutuhan,
perkembangan, tantangan, dan potensi masyarakat maupun daerah;
3. Lembaga penyelenggara PAUD masih terbatas, khususnya di daerah
pedesaan;
4. Tenaga pengelola PAUD masih perlu ditingkatkan kualifikasi dan
kompetensinya;
5. Sarana dan prasarana pendidikan PAUD masih kurang baik di dalam maupun
di ruangan kelas.

Target Deklarasi Dakar 2015 adalah memperbaiki secara menyeluruh program


perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat
rawan dan kurang beruntung. Target yang ditetapkan provinsi pada akhir 2015
sebanyak 70% anak usia dini terlayani perawatan dan pendidikannya.

Dalam upaya mencapai target provinsi tahun 2015, yaitu 70% anak usia dini
memperoleh layanan perawatan dan pendidikan, telah ditempuh upaya

22
mengintegrasikan program pelayanan pendidikan dengan program perawatan bagi
anak usia dini, melalui:
a. Mengoptimalkan lembaga layanan yang sudah ada, dengan memasukkan
program layanan pendidikan bagi anak usia dini;
b. Mengoptimalkan lembaga layanan pendidikan anak usia dini yang sudah
ada, dengan memasukkan program layanan bagi anak usia dini;
c. Mengembangkan model layanan pendidikan yang terintegrasi dengan
layanan, seperti Posyandu terintegrasi PAUD dan sejenisnya;
d. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD, yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing daerah (kearifan budaya lokal).

Program Kegiatan
Program kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka pencapaian target
nasional PAUD adalah sebagai berikut:
a. Membangun/memanfaatkan berbagai sarana/prasarana/fasilitas yang ada di
masyarakat untuk berbagai kegiatan pendidikan atau perawatan bagi anak
usia dini;
b. Mengembangkan dan merintis berbagai model layanan perawatan dan
pendidikan anak usia dini (Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, TK
Kecil, TK Alternatif, Posyandu terintegrasi PAUD, BKB terintegrasi PAUD
dan sejenisnya) yang sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat;
c. Mengembangkan Pusat Rujukan Pelayanan Perawatan dan Pendidikan
Anak Usia Dini di setiap provinsi;
d. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
perawatan dan pendidikan anak usia dini, melalui sosialisasi dan advokasi,
bimbingan dan penyuluhan, dan pelibatan secara langsung masyarakat dalam
pengelolaan berbagai program layanan pendidikan dan perawatan bagi anak
usia dini;
e. Menggali berbagai sumber dana dari pemerintah (pusat dan daerah),
masyarakat dan dunia usaha, guna mendukung pemerataan dan perluasan
layanan perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini;

23
Goal 2 : Pendidikan Dasar
Menjamin bahwa pada 2015 semua anak di dunia khususnya perempuan,
anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk etnik
minoritas, memiliki akses lengkap dan menyelesaikan pendidikan dasar
yang bebas dan wajib dengan kualitas baik.

Berdasarkan data EFA Development Index (EDI) tahun 2015, Primary Adjusted
Net Enrolment Ratio (Rasio anak yang terdaftar di Sekolah) diukur dari rasio
anak usia sekolah dasar yang mendaftar pada sekolah dasar atau sekolah
menengah pertama Indonesia pada peringkat 66 dari 118 negara dengan nilai
0,945.

Berbagai masalah yang harus dihadapi dalam pelaksanaan dan pelayanan


pendidikan dasar di Indonesia antara lain:
a. Penyediaan guru yang berkualitas masih belum terlaksana terutama guru
dengan kualifikasi lebih baik. Di daerah pedalaman sangat sulit untuk
memanggil guru SD yang berkualitas apalagi membuat mereka nyaman untuk
tinggal di pedalaman. Banyak guru terlatih yang berasal dari daerah
pedalaman justru cenderung untuk menetap atau pindah ke wilayah
perkotaan, setelah menyelesaikan pendidikannya. Selain itu minat guru
perempuan untuk mengajar di daerah juga sangat sulit. Kesulitan lainnya
adalah merekrut guru lulusan Sarjana atau Diploma untuk mengajar di
sekolah pedalaman.
b. Penyediaan infrastruktur fisik juga belum sepenuhnya terlaksana. Di
beberapa daerah pedalaman dengan jumlah populasi sekolah yang sedikit,
sejumlah kelas seringkali jarang digunakan. Sebaliknya di beberapa daerah
perkotaan yang padat justru kekurangan kelas. Kondisi ini menyebabkan
variasi yang signifikan terhadap jumlah siswa per kelas.
c. Sarana dan prasarana pendidikan dasar di banyak daerah masih terbatas.
Fasilitas SMP yang belum disiapkan pada masa lalu, mengakibatkan banyak
anak harus putus sekolah dan berhenti hingga di SD. Ketika fasilitas tersedia
saat ini, masalah efisiensi penggunaan fasilitas menjadi masalah baru di
daerah pedalaman karena rendahnya populasi usia sekolah.

24
d. Angka partisipasi anak berkebutuhan khusus (Luar Biasa) tidak memberikan
konstribusi yang signifikan terhadap angka partisipasi di sekolah secara
umum. Penyelenggaraan layanan pendidikan berkebutuhan khusus masih
didominasi oleh sektor swasta dengan 80% jumlah SDLB adalah swasta.
Hambatan utama dalam pemerataan akses meliputi: (a) hambatan biaya bagi
keluarga miskin terkait dengan biaya sekolah swasta, (b) jumlah
penyelenggara pendidikan luar biasa di banyak provinsi rata-rata kurang dari
20 sekolah. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah diarahkan untuk
meningkatkan layanan pendidikan berkebutuhan khusus dengan membuka
kelas di SD dan SMP umum.

Program pendidikan dasar yang dilaksanakan untuk mengimplementasikan


kebijakan dan strategi dalam Renstra Kemdiknas 2010 - 2014 dan laporan PUS
2011. Pemerintah telah berhasil melaksanakan program wajib belajar pendidikan
dasar (Dikdas) 9 tahun bagi penduduk usia 7-12 tahun. Hal ini terlihat dari
meningkatnya APM SD/MI/Paket A dari 95,46% pada tahun 2010, menjadi 95,50
% pada tahun 2011. Demikian APK SMP/MTs/Paket B meningkat dari 98,20%
pada tahun 2010 menjadi 99,47% pada tahun 2011.

a. Kebijakan, strategi dan program program Pendidikan Dasar yang telah


dilaksanakan adalah sebagai berikut : Anak Usia Pendidikan Dasar (7-15
Tahun), khususnya perempuan, anak miskin dan anak kurang beruntung
mendapatkan layanan Pendidikan Dasar yang memenuhi standar minimal
mutu pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur
pendidikan nonformal;
b. Perbaikan semua aspek yang mendukung mutu Pendidikan Dasar,
khususnya yang berkaitan dengan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
kurikulum, serta proses pembelajaran;
c. Penyediaan manajemen SD/SDLB dan SMP/SMPLB serta Paket A dan
Paket B yang merata di seluruh Kabupaten/Kota yang meliputi pemenuhan
kepala satuan pendidikan, pengawas dan tenaga administrasi;
d. Penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran data dan informasi
berbasis riset dan standar mutu pendidikan dasar, serta keterlaksanaan

25
akreditasi Pendidikan Dasar;

Program Kegiatan
Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mendukung pencapaian target provinsi
dan target nasional tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melanjutkan penggabungan (regrouping) sekolah yang berdekatan yang
masih memiliki kapasitas atau kekurangan siswa;
b. Memberdayakan dan meningkatkan mutu SMP Terbuka dan atau Paket B
yang telah dikembangkan pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu telah
dilakukan konsolidasi dan perbaikan manajemen kelembagaam
peningkatan kualitas guru bina dan pamong belajar, perbaikan mutu
buku/modul, perbaikan proses belajar mengajar dan peningkatan dukungan
serta kerjasama dengan masyarakat;
c. Melaksanakan program paket A dan paket B dalam menangani anak usia
pendidikan dasar yang karena sesuatu sebab tidak dapat mengikuti pendidikan
pada jalur formal atau disebabkan karena putus sekolah;
d. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM)
sebagai salah satu kelembagaan Pendidikan Nonformal untuk
menyelenggarakan

Goal 3 :Memastikan akses pembelajaran dan keterampilan hidup yang


setara bagi pemuda dan orang dewasa.
Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua pemuda dan dewasa
dipenuhi melalui akses yang adil untuk program-program belajar dan
program ketrampilan hidup (life skill) yang sesuai.

Pengorganisasian pelaksanaan PKH pada jalur pendidikan nonformal


diselenggarakan melalui: (a) Lembaga Kursus dan Pelatihan pendidikan non
formal, (b) Sanggar Kegiatan Belajar, (c) Balai Pengembangan Pendidikan Non
Formal dan Informal, (d) Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemuda, (e) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, (f) Lembaga Pengembangan
Terpadu Masyarakat (g) Lembaga Pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi

26
yang peduli pendidikan nonformal, (h) organisasi kepemudaan, yayasan dan
koperasi yang menangani pemuda.

Penanggungjawab pengelolaan program PKH terdiri atas empat unsur: (a)


Pemerintah Pusat, (b) Pemerintah Daerah, (c) Lembaga Swadaya Masyarakat, (d)
masyarakat lokal. Pengelolaan program meliputi pelaksanaan fungsi pengelolaan
pendidikan yang terkait dengan: (a) pengembangan kurikulum, (b)
pengembangan, produksi, dan distribusi bahan belajar (buku dan modul), (c)
bantuan teknis pengembangan kegiatan belajar, (d) pengelolaan pelatihan tenaga
pendidik. Sedangkan pengelolaan sumber daya terdiri atas pengelolaan tenaga
kependidikan, sistem informasi, partisipasi dan kontribusi dari masyarakat, serta
kegiatan sosialisasi, advokasi dan evaluasi.Pemerintah provinsi dalam
memfasilitasi dan menyediakan yang meliputi: (a) beasiswa bagi peserta didik, (b)
pengadaan sarana dan prasarana belajar, (c) pengadaan bahan belajar, modul
keterampilan, dan bahan penunjang lainnya, (d) pembinaan dan pengembangan
UKS, (e) honorarium tenaga pendidik dan pengelola, (f) penilaian atau uji
kompetensi, (g) dana belajar usaha, (h) sosialisasi, promosi dan advokasi, (i)
pemantauan, evaluasi bantuan teknis dan studi.

Program pendidikan keaksaraan, Indonesia telah mencapai 50% pada tahun 2008
dari target yang ditetapkan pada Konvensi Dakar tahun 2015. Angka melek huruf
pada tahun 2011 telah mencapai 95,2%. Tujuan kebijakan pendidikan kecakapan
hidup adalah mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi
perannya di masa mendatang, memberikan peluang bagi institusi pelaksana
pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, dan
memanfaatkan potensi sumber daya yang adadi masyarakat sesuai dengan prinsip
pendidikan terbuka (berbasis luas dan mendasar) serta prinsip pendidikan sekolah,
dan membekali tamatan dengan kecakapan hidup, agar kelak mampu menghadapi,
dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang
mandiri, masyarakat dan warganegara. Sasaran yang akan dicapai dalam
pendidikan kecakapan hidup sejak usia dini hingga dewasa yaitu : (1) Menjamin
keperluan belajar semua usia, (2) merancang berbagai jenis program pendidikan,

27
(3)menciptakan sistem layanan pendidikan, (4) pengembangan dan pelembagaan
PKH.

Goal 4: Mengurangi tingkat buta huruf orang dewasa sebesar 50 % pada


tahun 2015.
Mencapai 50% peningkatan dalam keaksaraan orang dewasa pada tahun
2015, khususnya bagi perempuan, dan akses ke pendidikan dasar dan
pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa secara adil.

Pemerintah Indonesia akan menangani masalah penduduk buta aksara secara


tuntas. Jumlah buta aksara masih potensial untuk meningkat terus sebagai ekses
masalah-masalah sosial-ekonomi yang berakibat pada putus sekolah anak-anak
kelas 1-3 SD/MI/sederajat. Oleh karena itu, program pendidikan keaksaraan
menempati peran strategis karena diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah
pada sumber daya manusia yang menyangkut berbagai aspek kepentingan.
Sasaran dan target capaian pendidikan keaksaraan ditetapkan berdasarkan
sejumlah komitmen baik nasional maupun internasional. Selain
mempertimbangkan kondisi internal hasil pelaksanaan pendidikan keaksaraan
selama ini di daerah, sasaran dan target capaian pendidikan keaksaraan ditetapkan
dengan mengacu kepada kesepakatan Dakar tahun 2000 tentang Education for All
(EFA) dan Komitmen Millenium DevelopmentGoals (MDGs). Pada tujuan 4
program EFA dirumuskan target pendidikankeaksaraan yaitu tercapainya 50%
keniraksaraan orang dewasa, terutama perempuan, dan kesetaraan akses
pendidikan dasar dan pendidikan sepanjang hayat bagi mereka.Program kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian target nasional tersebut adalah
pada kegiatan pendidikan kecakapan hidup, sumber daya, pengelolaan pada
program ini.Dalam rangka mengintensifkan program pendidikan keaksaraan untuk
penuntasan buta aksara, pemerintah bersama-sama masyarakat melaksanakan
pendekatan program akrab (aksara agar berdaya), dengan strategi sebagai berikut:
1. Prioritas Sasaran pada Daerah Padat Buta Aksara
Pada tahun 2011, pemerintah provinsi telah memprioritaskan penuntasan buta
aksara yang jumlah buta aksaranya masih tinggi di kabupaten/kota.

28
2. Keaksaraan Terintegrasi dengan Kecakapan Hidup
Penyelenggaraan kegiatan keaksaraan dasar diintegrasikan dengan kecakapan
hidup. Sedangkan untuk pemeliharaan dan pembinaan kemampuan
keberaksaraan bagi aksarawan diarahkan melalui keaksaraan usaha mandiri
yang dilakukan sejalan dengan kegiatan usaha yang berkembang di
masyarakat.

3. Pengembangan Ragam Keaksaraan


Masyarakat yang masih buta aksara atau melek aksara parsial yang berada di
kelompok yang sangat sulit (hardrock), baik karena kesulitan ekonomi,
geografis, sosial-budaya, serta kemampuan personal karena sebagian besar
dari mereka berusia 45 tahun ke atas.

Sasaran dan target capaian pendidikan keaksaraan ditetapkan berdasarkan


sejumlah komitmen baik nasional maupun internasional. Selain
mempertimbangkan kondisi internal hasil pelaksanaan pendidikan keaksaraan
selama ini di daerah, sasaran dan target capaian pendidikan keaksaraan ditetapkan
dengan mengacu kepada kesepakatan dakar tahun 2000 tentang Education for All
(EFA) dan Komitmen Millenium DevelopmentGoals (MDGs). Pada tujuan 4
program EFA dirumuskan target pendidikankeaksaraan yaitu tercapainya 50%
keniraksaraan orang dewasa, terutama perempuan, dan kesetaraan akses
pendidikan dasar dan pendidikan sepanjang hayat bagi mereka. Dengan
pemenuhan pendidikan dasar bagi semua warga maka diasumsikan bahwa jumlah
penduduk buta aksara akan berkurang bahkan tidak ada.

Goal 5 : Kesetaraan dan Keadilan Gender


Menghilangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan menengah
pada tahun 2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan
dengan tahun 2015, dengan fokus pada perempuan bahwa mereka
dipastikan mendapat akses penuh dan sama ke dalam pendidikan dasar
dengan kualitas yang baik.

29
Berdasarkan Goal EFA merupakan acuan dari komitmen kementerian pendidikan
nasional dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Kesetaraan gender
meliputi pendekatan pembelajaran yang responsif gender, kesetaraan gender
dalam kurikulum, kesetaraan gender dalam pengembangan guru, kesetaraan
gender dalam pencapaian hasil belajar (Nina, 2013: 2)

Akses terhadap pendidikan berbasis kesetaraan dan keadilan gender telah


berkembang secara bertahap semenjak keluarnya kebijakan tentang
pengarusutamaan gender tahun 2001. Kesenjangan gender di tingkat sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah tingkat atas telah
menurun secara keseluruhan, baik di pedesaan maupun perkotaan.

Persamaan gender telah mencapai keseimbangan antara anak laki-laki dan anak
perempuan di setiap tingkatan pendidikan. Persentase perempuan melek aksara
meningkat dari 93,62% pada tahun 2010 menjadi 94,13% pada tahun 2011.
Sedangkan persentase perempuan tuna aksara turun dari 6,38% pada tahun 2010
menjadi tinggal 5,83% pada tahun 2011.

Berdasarkan data EFA Development Index (EDI) tahun 2015, Gender-Spesific


EFA Index ( GEI) Indonesia 0,970 dimana Indonesia pada peringkat 55 dari 118
negara. Hasil yang diraih tersebut merupakan hasil perpaduan antara kebijakan
yang efektif dan investasi nasional yang berkelanjutan dalam pendidikan.

Laporan Pendidikan Untuk Semua (PUS) tahun 2013, untuk menjamin pencapaian
target-target PUG Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia
melakukan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :
1. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan yang bermutu dan berwawasan
gender bagi semua anak laki-laki dan perempuan.
2. Peningkatan mutu dan relevansi, menurunkan tingkat keniksaraan penduduk
dewasa terutama penduduk perempuan melalui peningkatan kinerja
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan baik melalui pendidikan
persekolahan maupun pendidikan luar sekolah, pendidikan kesetaraan dan
pendidikan keaksaraan fungsional bagi penduduk dewasa .

30
3. Meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan
mempromosikan pendidikan yang berwawasan gender.

Untuk melaksanakan kebijakan tersebut strategi utama yang dilakukan meliputi :


1. Lokasi dan desain sekolah, menjamin akses yang merata dan adil, ketersediaan
sarana sanitasi bagi anak perempuan dan kondisi yang aman bagi mereka yang
tinggal cukup jauh dari sekolah
2. Mengurangi stereotip gender dalam pemilihan jurusan di sekolah menengah
atau perguruan tinggi atau streotip gender pada buku teks.
3. Menjamin perencanaan pengembangan sekolah dan materi pembelajaran yang
sensitif gender.
4. Menjamin pengembangan tenaga pendidik yang sensitif gender.

Goal 6 : Kualitas Pendidikan


Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin
keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan diukur
dapat dicapai oleh semua, khususnya dalam keaksaraan, berhitung dan
kecakapan hidup yang penting.

Berdasarkan laporan OECD kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat


69 dari 76 negara.Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan
(Education Development Index, EDI), Indonesia berada kepada peringkat ke-
68 dari 118 negera pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
pendidikan masih rendah. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
(Dikdas) Kemendikbud Hamid Muhammad memaparkan, jumlah guru SD di
sekolah negara & swasta lebih kurang 1.850 ribu guru. Dari jumlah tersebut,
cuma 60 persen guru yg telah memenuhi kualifikasi dgn gelar S-1, sedangkan
40 % yang lain belum memenuhi kualifikasi. Tiap tahunnya, Kemendikbud
pun menyiapkan beasiswa utk 100 ribu calon guru guna menempuh
pendidikan S-1 lewat pertolongan beasiswa S-1 utk guru SD & SMP.

31
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah
disebabkan oleh masalah-masalah dalam dunia pendidikan yaitu terbatasnya
akses pendidikan di Indonesia, apalagi lagi di daerah berujung pada
meningkatnya arus urbanisasi buat mendapati akses ilmu yang lebih baik di
perkotaan, jumlah guru yg sesuai dgn kualifikasi sekarang ini dinilai masihlah
belum merata di daerah, kualitas guru sendiri dinilai masihlah kurang,
kemudian banyak SD di Indonesia kekurangan tenaga guru. Banyaknya
diperkirakan mencapai 112 ribu guru. Kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah :
1. Meningkatkan akses pendidikan didaerah.
2. Semua guru dan pengelola sekolah, paling rendah berkualifikasi S1 dan D4
serta memiliki sertifikat kompetensi yang relevan.
3. Peningkatan kualifikasi guru yang dilakukan oleh universitas yang telah
terakreditasi yaitu lewat beasiswa S1 bagi guru SD & SMP yang diberikan
oleh Kemendikbud.
4. Pengenalan sistem pendistribusian pendidikan guru yang inovatif, (kluster
sekolah dan dukungan kabupaten/kota).
5. Pemberian insentif berbasis kinerja bagi para guru terkait dengan kualifikasi
professional serta keinginan bekerja di daerah-daerah terpencil.

32
IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat ditarik simpulan sebagai berikut:


1. Pencapaian tujuan EFA pertama yaitu memperluas dan meningkatkan
perawatan anak usia dini yang komprehensif dalam pendidikan di Indonesia
belum tercapai secara optimal karena masih terdapat banyak permasalahan
dalam pelaksanaannya.
2. Pencapaian tujuan EFA kedua yaitu menjamin bahwa pada 2015 semua anak
di dunia memiliki akses lengkap dan menyelesaikan pendidikan dasar yang
bebas dan wajib dengan kualitas baik belum tercapai secara optimal. Hal ini
dilihat dari EDI 2015, bahwa survival to grade 5 (bertahan sampai kelas 5)
Indonesia pada posisi 80 dari 118 siswa dengan nilai 0,895.
3. Pencapaian tujuan EFA ketiga yaitu memastikan akses pembelajaran dan
keterampilan hidup yang setara bagi pemuda dan orang dewasa di Indonesia
belum tercapai maksimal namun terdapat penurunan tingkat pengangguran
dari 9,1 juta ( 9,06 %) pada tahun 2002 menjadi 7,2 juta ( 5,94 %) pada 2014.
4. Pencapaian tujuan EFA keempat yaitu mengurangi tingkat buta huruf orang
dewasa sebesar 50 % pada tahun 2015 sudah tercapai dengan baik. Hal ini
dapat dilihat dari data EDI 2015, bahwa Adult Literacy Rate Indonesia adalah
0,928. Program pendidikan keaksaraan, Indonesia telah mencapai 50% pada
tahun 2008 dari target yang ditetapkan pada Konvensi Dakar tahun 2015.
Angka melek huruf pada tahun 2011 telah mencapai 95,2%.
5. Pencapaian tujuan EFA kelima yaitu kesetaraan dan keadilan gender di
Indonesia sudah tercapai dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data EDI
2015 bahwa Gender-specific EFA Index ( GEI) adalah 0,970.
6. Pencapaian tujuan EFA kelima yaitu meningkatkan semua aspek kualitas
pendidikan dan menjamin keunggulannya belum tercapai Kualitas pendidikan
Indonesia berada pada peringkat 69 dari 76 negara.

33
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, dikemukakan saran-saran untuk
mencapai Education For All (EFA) sebagai berikut:
1. PAUD harus diperluas untuk mencakup semua anak terutama pada daerah
pedesaan dan menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan
kebutuhan siswa.
2. Untuk mengatasi pengangguran seharusnya disetiap satuan pendidikan
diberikan muatan lokal yang khusus tentang ketrampilan ( life skill) contohnya
kewirausahaan, menjahit dll. Sehingga ketika siswa lulus sekolah dan tidak
melanjutkan ke perguruan tinggi maka siswa dapat memperoleh atau
menciptakan lapangan kerja sendiri.
3. Menyediakan dan menambah dana pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan menyekolahkan anak-anak di dunia.
4. Meningkatkankualitas pendidikan denganpelatihan dan perekrutan guru
profesional, sehingga semua anak memiliki kesempatan untuk belajar di kelas.
5. Menjangkau semua anak dengan mengembangkan strategi-strategi baru untuk
mencapai sulit dijangkau anak-anak dalam konflik, di daerah terpencil, dan dari
kelompok-kelompok didiskriminasi.
6.  Memperluas kesempatan pendidikan pada semua tingkatan, termasuk
perawatan anak usia dini dan pengembangan, pendidikan menengah dan
penyediaan kesempatan kedua belajar bagi mereka melalui pendidikan non-
formal dan program keaksaraan orang dewasa
7. Menjamin bahwa anak-anak memiliki cukup untuk makan dan untuk
belajarmengembangkan kesehatan melalui penyediaan makanan sekolah.
8. Mendorong pemerintah nasional untuk mempersembahkan paling sedikit 20%
dari anggaran nasional untuk pendidikan dan untuk menghapuskan biaya yang
mencegah begitu banyak anak-anak dari pergi ke sekolah.

34
DAFTAR PUSTAKA

Forkornas. 2013. Laporan Tahunan Pendidikan Untuk Semua (PUS) Nasional


Tahun 2012. Jakarta : Forum Kordinasi Nasional. [Online].
http://paudni.kemdikbud.go.id/files/ebook/20140526125042/LAPOR
AN%20PUS%20TAHUN%202012%20250514.pdf

Sardjunani, Nina. 2013. Kesetaraan Gender dalam Pendidikan di Indonesia.


Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. [Online].
http://www.acdp-indonesia.org/wp-content/uploads/2015/01/Policy-
Brief-ACDP-Gender-Equality-Indonesia-FINAL.pdf [Oktober 2015]

UNESCO. 2015. EFA Global Monitoring Report 2015. Paris : UNESCO.

__________. 2015. Asia Peringkat Tertinggi Sekolah Global, Indonesia nomor


69. [Online]. Tersedia:
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/05/150513_majalah_asi
a_sekolah_terbaik . [November 2015]

__________. 2010. Pendidikan indonesia 2010: 65 dari 128, education


development index. [Online].

__________. 2015. Potret Dunia Pendidikan di Indonesia. [Online].


http://www.pedidikanindonesia.com/2015/01/potret-dunia-pendidikan-di-
indonesia.html. [Novemver 2015]

__________. 2015. Pendidikan untuk Semua 2000-2015: Tujuan Pendidikan


Global Hanya Dicapai Oleh Sepertiga Negara Peserta. [Online].
http://thepresidentpostindonesia.com/2015/04/09/pendidikan-untuk-
semua-2000-2015-tujuan-pendidikan-global-hanya-dicapai-oleh-sepertiga-
negara-peserta/

35
36

Anda mungkin juga menyukai