Anda di halaman 1dari 3

AKI ( ANGKA KEMATIAN IBU )

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta


(22/12/2021) – Indonesia masih memiliki angka kematian ibu (AKI) yang tinggi
yakni 305 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2015. Menurut hasil pengamatan UNFPA pada ICPD 25+ adalah di seluruh dunia ada
korelasi negatif antara proporsi kunjungan bidan atau dokter kandungan dengan
AKI. Namun tidak di Indonesia, meskipun proporsi kunjungan yang tinggi oleh
bidan/dokter sebesar 90,9% (SDKI 2017) kematian ibu tetap menunjukkan angka
yang tinggi.

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sendiri sempat mengalami penurunan dari


tahun 1990 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup (hasil estimasi WHO) menjadi
220 ditahun 2010 (survey negara lain). Namun sayangnya mengalami kenaikan
pesat menjadi 359 hasil dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2012. Sedangkan menurut hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) AKI di Indonesia turun menjadi
305 per 100.000 kelahiran hidup.

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia Tuti Sukaeti,Spd.SST. M.Kes yang


juga menjadi pembicara dalam webinar mengatakan bahwa terdapat kondisi-kondisi
yang bisa dikatakan sebagai kegawatdaruratan maternal diantaranya kondisi
kesehatan yang mengancam jiwa saat kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran, terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan yang mengancam ibu dan bayi, serta kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janin. Kasus inlah yang menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. Kemudian
kegawatdaruratan dasar pada kehamilan, persalinan dan nifast misalnya henti
jantung dan nafas, syok, kejang, pingsan dan sesak napas.

Dokter Hasto pun menambahkan bahwa penyebab kematian ibu telah


dipetakan seperti gangguan hipertensi yang bisa berujung pada preeklampsia atau
eklampsia yang sifatnya superimposed atau mungkin sebelumnya sudah mempunyai
riwayat hipertensi kemudian hamil. Selain itu pendarahan yang menduduki penyebab
kedua terjadinya kematian ibu dan komplikasi-komplikasi lainnya yang bersifat
obstetrik dan nonobstetrik, infeksi, dan lain-lain. Menurutnya bahwa pendarahan
sebenarnya bisa dicegah bila tidak terlambat diatasi dengan mempercepat rujukan
ke rumah sakit. Namun kebanyakan dari masyarakat sekitar khususnya keluarga
masih ragu untuk memberikan keputusan rujukan tersebut. Disinilah kata Dokter
Hasto peran bidan sangat dibutuhkan bukan hanya sebagai provider tetapi juga
sebagai community leader, decission maker, communicator, dan manager
pendamping keluarga ibu hamil untuk mempengaruhi keluarga dan masyarakat akan
pentingnya ibu hamil bila diharuskan untuk dirujuk.

“Bidan mampu menggerakkan dan mampu menjadi leader dalam mengambil


keputusan. Keluarga ketika ada yang pendarahan yang bisa mengambil keputusan
itu bidan, kepala desa tidak bisa. Itulah kehadiran bidan sebagai inisiator refferal
system yang sangat mendasar, dan peran bidan sekali lagi sebagai five star midwife
yang ada di desa sangat menentukan. Sehingga biasanya kehidupan di masyarakat
itu bidan-bidan dapat menempatkan diri sehingga dipercaya oleh masyarakat
sehingga dia juga sebagai penggerak masyarakat ini. Mampu menemukan
kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat, jadi tahu situasi dan latar
belakang pasien yang mau dirujuk siapa. Kemudian mampu melaksanakan program
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, artinya keputusan yang diambil oleh bidan itu
betul-betul membumi ditengah masyarakat itu,” tambahnya.

Untuk di UPT Puskesmas Palengaan data jumlah AKI ( Angka Kematian IBU )
di tahun 2022 ini sebanyak 4 orang yang terdiri dari HPP ( Hemorragic Post Partum )
sebanyak 2 orang, PEB ( Pre Ekslamsi Berat ) sebanyak 1 orang dan Kista + Post
date sebanyak 1 orang.

Penyebab yang biasanya terjadi karena adanya keterlambatan merujuk yang


di sertai oleh banyak faktor, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang rujukan
dini dan pentingnya ANC (Antenatal Care) terpadu dan masih adanya persalinan
dukun.
Kematian Ibu memiliki dampak yang besar berupa penurunan kualitas hidup
bayi dan anak menyebabkan goncangan dalam keluarga dan selanjutnya
mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Rekomendasi penyelesaian yang bisa dilakukan :

1. Deteksi dini resiko tinggi ibu hamil melalui ANC ( Antenatal Care )
terpadu, kelas ibu hamil dan pendataan pendampingan ibu hamil.
2. Peningkatan pengetahuan kepada ibu hamil melalui penyuluhan di
posyandu dan kelas ibu hamil.
3. Sosialisasi dan advokasi pada lintas sektor tentang persalinan nakes
( tenaga kesehatan ) di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Kemitraan antara bidan dan dukun.

Anda mungkin juga menyukai