Anda di halaman 1dari 6

KARYA TULIS

CEGAH STUNTING ITU PENTING

Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti Lomba


Kader Kesehatan Remaja Tingkat Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2021

Disusun oleh:
Nama : Rafa Athalia Maritza
No peserta : ………….

DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA


SMP NEGERI 1 BANJARNEGARA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting atau kerdil adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima
tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 hari
pertama kehidupan. Pada tahun 2017 22,2% balita di dunia mengalami stunting. Angka ini
masih tergolong tinggi karena angka prevalensi yang ditetapkan oleh badan kesehatan
dunia (WHO) adalah 20%.
Di Indonesia kejadian stunting masih memprihatinkan. Tahun 2018 prevelensi
stunting mengalami kenaikan kembali yaitu 30,8% angka tersebut masih di atas target yang
ingin dicapai oleh nasional sebesar 14% (Riskesdas, 2018).
Angka prevalensi stunting di Kabupaten Banjarnegara cenderung menurun dengan
adanya gebrakan MAS BUDHI, saat ini masih terdapat 22,39% atau 9.934 balita
mengalami stunting .
Berdasarkan data dan fenomena di atas, maka diperlukan upaya percepatan
penanganan stunting. Tugas dan tanggung jawab semua pihak termasuk Kader Kesehatan
Remaja harus turut berperan aktif dalam percepatan penanganan stunting, karena
mencegah stunting itu penting.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka karya tulis ini bertujuan untuk
mendeskripsikan cara pencegahan stunting.

C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Remaja
Memberikan pengetahuan kepada remaja tentang penyebab, dan cara pencegahan
stunting.
2. Sekolah
Memberikan pengetahuan kepada sekolah tentang penyebab, dan cara pencegahan
stunting.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. Permasalahan
1. Stunting
a. Pengertian Stunting
Menurut Kemenkes (2017) stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada
anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun.
b. Penyebab Stunting
Menurut Kemenkes (2017) menjelaskan beberapa faktor yang menjadi
penyebab stunting adalah sebagai berikut:
1) Praktik pengasuhan yang kurang baik
2) Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan untuk ibu selama masa
kehamilan dan pembelajaran dini;
3) Masih kurangnya akses rumah tangga terhadap makanan bergizi;
4) Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
2. Stunting di Lingkungan Sekolah
Pembangunan yang kokoh dimulai dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga
bayi lahir akan berdampak pada anak stunting.
Pada tahun 2018, 3 dari 10 balita di Indonesia dilaporkan mengalami
stunting .Masalah gizi anak usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualitas
tingkat pendidikan, tingginya angka absensi dan tingginya angka putus sekolah. Oleh
karena itu, status gizi anak usia sekolah merupakan salah satu indikator kesehatan
yang perlu menjadi perhatian.

B. Pemecahan Masalah
Pencegahan stunting di lingkungan sekolah merupakan salah satu program yang
masuk dalam kerangka konsep penurunan stunting secara umum.
1. Stunting di Lingkungan Sekolah
a. Penyebab stunting di lingkungan sekolah
Anak yang stunting di sekolah disebabkan beberapa faktor berikut:
1) Pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian
makan kepada anak;
2) Fasilitas kantin sekolah yang kurang mendukung pemenuhan gizi anak;
3) Fasilitas kesehatan di sekolah kurang lengkap;
4) Masih ada anak yang terkena anemia;
5) Fasilitas air bersih dan sanitasi kurang memadai.
b. Pencegahan stunting di lingkungan sekolah.
Pencegahan stunting di sekolah diperlukan tindakan nyata dan kerjasama
antar warga sekolah dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
1) Membawa bekal makanan dan minuman yang bergizi dan sehat;
2) Menjadikan kantin sehat sebagai media pembelajaran ilmu gizi;
3) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi siswa;
4) Memberikan tablet tambah darah bagi siswa;
5) Melakukan pembinaan keterampilan hidup bersih dan sehat.
c. Hambatan-hambatan pencegahan stunting di lingkungan sekolah
Upaya pencegahan stunting di sekolah masih menemui hambatan-hambatan
sebagai berikut:
1) Pola makan anak sekolah cenderung menyukai makanan dan minuman siap saji
yang kurang sehat;
2) Belum semua kantin di sekolah menyediakan makanan dengan gizi seimbang;
3) Belum semua siswa terperiksa kesehatannya secara berkala;
4) Masih ada siswa yang tidak meminum obat tambah darah secara rutin;
5) Tingkat kesadaran untuk hidup sehat dan bersih masih rendah.
d. Cara mengatasi hambatan-hambatan pencegahan stunting di lingkungan
sekolah
Dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi pada upaya
pencegahan stunting di sekolah, maka dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Melakukan penyuluhan pentingnya membawa bekal makanan dan minuman
yang sehat dan bergizi seimbang;
2) Memberikan penyuluhan pada pemilik kantin untuk menyediakan makanan dan
minuman sehat dan bergizi seimbang;
3) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi siswa secara rutin dengan
bantuan buku Raport Kesehatanku;
4) Mengadakan kegiatan inovasi minum tablet tambah darah bersama;
5) Melakukan pembinaan dan mengawasi perilaku hidup sehat siswa ketika di
sekolah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 hari pertama
kehidupan.
2. Stunting secara umum disebabkan oleh pola pengasuhan yang kurang baik,
terbatasnya layanan kesehatan pada ibu dimasa kehamilan, kurangnya akses keluarga
terhadap makanan bergizi, dan kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
3. Stunting di lingkungan sekolah disebabkan karena pola pengasuhan anak di rumah
tangga yang tidak baik, fasilitas kantin dan kesehatan di sekolah kurang lengkap, dan
fasilitas air bersih serta sanitasi yang kurang memadai.
4. Percepatan penanganan stunting menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak
termasuk peran Kader Kesehatan Remaja karena mencegah stunting itu penting.
B. Saran
C. Saran
1. Anak Sekolah
Memenuhi kebutuhan gizi dengan membawa bekal makanan dan minuman
bergizi serta melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
2. Pihak Sekolah
Mengaktifkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk melakukan
pemeriksaan siswa secara berkala dan menyediakan fasilitas air bersih serta
sanitasi yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai