Anda di halaman 1dari 80

HALAMAN JUDUL

GORESAN SEMANGAT
KADER DAD AVICENNA
2021
NAMA PENULIS

 Topik Pertama : Kausalitas IMM terhadap era modern


 Realisitas peran IMM: Faiz Alfian, Nadia Tarina
 Beda peran IMM dengan organisasi lain: Nadia
Tazky, Gemilang
 Titik fokus IMM: Adinda Izzatul, Khafidloh Ilmi,
Fajjriyanti Puspa
 Topik Kedua : Kaderisasi sebagai langkah awal dalam
berMuhammadiyah
 Ardhan Ibnu Hardanto
 Denaya Ayudya Nisa P.
 Gusti Ayu Azzahra
 Selma Karomy Kalonica
 Thariq Malikul Mulki
 Topik Ketiga : Ikatan dan kesadaran beragama
 Alfiansya Noval Siswanto
 Hafidz Muhammad Farhan
 Nur Fatimah Purnama S.
 Nuzula Qotrunnada
 Retno Ayu Wulandari
 Sephia Ajeng
 Susilawati
 Topik Keempat : Sasaran strategis Pembaharuan
Muhammadiyah
 Syirik: Devi Eka, Sheyla Bintari
 Bid’ah: Rico Solida, A’rasy Izzudin
 Khurafat: Fani Maulina, Ashfa Zilna
 Takhayul: Muhimmatul Aliyah, Fittri Zahra
 Topik Kelima : Hubungan Kausalitas Kemanusiaan
dalam Pembangunan Masa Depan
 Aulia Putri Rahman
 Cantika
 George Hagi Nugraha
 Kartika Almira Hapsari
 Karina Dyah Kusumawardhani
 Nandana Rangga Danuarta
 Novita
 Waldatun
 Topik Keenam: Peran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah terhadap Modernisasi
 Ahmad Mochtar Jamil
 Annisa
 Desi
 Hanum Salsadhilla
 Melisa Kamelia Hasna
 Meltritania Arief Rezacharwa
 Septian
SEKAPUR SIRIH

Alhamdulillah segala pujian dan keagungan


hanyalah untuk Allah SWT atas segala rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan buku
kumpulan esai dari kajian yang telah kami lewati. Perlu
diketahui bahwa esai ini merupakan serangkaian tugas
kegiatan Darul Arqom Dasar Avicenna tahun 2021. Dengan
judul “Goresan Semangat Kader DAD Avicenna 2021”
menjadi bukti autentik semangat kami selama menjalani
pengkaderan ditengah pandemi.

Dalam proses penyelesaian buku ini, terdapat banyak


kesulitan, salah satunya karena keterbatasan ilmu yang kami
miliki. Namun berkat bimbingan, arahan, koreksi dan saran,
Alhamdulillah buku ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini


masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kritik dan saran yang membangun diperlukan
agar kedepannya buku yang terbitkan bisa menjadi lebih
baik. Semoga dengan adanya buku ini menjadikan kami
peserta DAD Avicenna tahun 2021 menjadi kader yang lebih
baik.

Tim Penulis
DAFTAR ISI

SEKAPUR SIRIH.............................................................................................................
TOPIK 1: KAUSALITAS IMM TERHADAP ERA MODERN..................................
TOPIK 2: KADERISASI SEBAGAI LANGKAH AWAL
DALAM BERMUHAMMADIYAH..........................................................
TOPIK 3: IKATAN DAN KESADARAN BERAGAMA............................................
TOPIK 4: SASARAN STRATEGIS PEMBAHARUAN
MUHAMMADIYAH..................................................................................
TOPIK 5: HUBUNGAN KUALITAS KEMANUSIAAN
DALAM PEMBANGUNAN MASA DEPAN.........................................
TOPIK 6: PENDIDIKAN SEBAGAI MEDIA
PENYELARASAN MODERNISASI DAN AGAMA.............................
TOPIK 7: AKTUALISASI NILAI-NILAI PROFETIK DALAM
BERORGANISASI.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
POTRET KAJIAN KAMI...............................................................................................
TOPIK 1: KAUSALITAS IMM
TERHADAP ERA MODERN

Kausalitas IMM terhadap era modern adalah sebab-


sebab berdirinya IMM di era modern dan perbedaan peran
IMM dengan peran organisasi lain serta peran dan kontribusi
IMM dalam berbagai bidang kehidupan dan dengan
berlandaskan 3 pilar IMM (tri kompetensi) sebagai sebuah
implementasi di era modern ini lagi tetap berpedoman pada
Al-Qur’an dan As-sunnah. Pengertian lain dari kausalitas
IMM sendiri ialah solusi terhadap permasalahan yang terjadi
di kalangan umat agar intelektual muda muhammadiyah
yang mampu menjaga cita-cita perjuangan Muhammadiyah.

Era modern ini, IMM sebagai ortom persyarikatan


Muhammadiyah, perlu terjun dalam menebarkan dakwah
agar turut mewujudkan Islam yang berkemajuan. IMM harus
mengikuti suatu perkembangan zaman dan harus tetap maju
dengan tidak meninggalkan pedoman Islam yaitu Al-Quran
dan As-Sunnah. Oleh karena Muhammadiyah menjunjung
gerakan pembaharuan maka sebagai mahasiswa juga harus
kritis dan memahami situasi dan kondisi dengan mengikuti
perkembangan akan tetapi juga tidak terbawa arus.
Ada beberapa problematika dari mahasiswa yang
terjadi di era modern ini, diantaranya adalah faktor internal
yaitu cara belajar, cara mengembangkan diri sebagai
mahasiswa; faktor eksternal (mengikuti informasi dari media
massa adalah suatu hal yang bukan dari mahasiswa namun
berpengaruh terhadap dirinya); manajemen waktu (dalam
kontribusi organisasi, belajar, diri sendiri/me time); langkah
preventif atau pencegahan terhadap arus modern; tidak
adanya sifat kepemimipinan, tren, yang tecermin dari gaya
hidup berbasis teknologi digital.

Dengan maraknya media sosial, yang kadang


digunakan tidak pada tempatnya serta banyaknya berita yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (HOAX),
maka mahasiswa perlu memilah informasi yang didapat.
Sebab kondisi saat ini perolehan informasi tidak hanya
terbatas di ruang kelas dan lingkungan saja, akan tetapi
informasi yang beredar sangat luas sehingga semakin sulit
dalam mengontrol dan pada akhirnya menyebabkan nilai
keagamaan, aliran atau paham mulai luntur bahkan muncul
tidak sedikit anggapan buruk terhadap agama. Dengan
masalah yang marak terjadi di kalangan masyarakat saat ini,
IMM berperan dalam menciptakan solusi-solusi yang tepat.
Berikut peran IMM di era modern saat ini.

1. Realitas Peran IMM


Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai
organisasi otonom Muhammadiyah memiliki dampak positif
untuk melakukan pembinaan karakter islami mahasiswa.
Menurut perspektif Islam sendiri, karakter islami berasal dari
akidah yang lurus dan kuat akan mendorong seorang muslim
melaksanakan syariah sebagai penghambaan kepada Allah
SWT sehingga tergambar akhlak (karakter) mulia dalam
setiap individu.

Pada peran inilah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


(IMM) memiliki kontribusi nyata sesuai tujuannya yaitu
untuk mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang
berakhlak mulia. Berbagai program keagamaan, kajian, serta
kebiasaan pergaulan islami di IMM dapat menjadi hal yang
positif untuk membentuk mahasiswa yang berkarakter
Islami.

IMM sebagai Organisasi dakwah. Ikatan Mahasiswa


Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah selalu berusaha
menginternalisasikan dan menyiarkan dakwah islam ke
segenap dimensi kehidupan; menyadarkan hingga
meyakinkan kadernya, bahwa mereka berada dalam kaitan
dan tanggung jawab sebagai khalifatul fil ard, pengemban misi
rabbani, dimana dalam gerakannya IMM bergerak di bidang
keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan.
Peranan secara nyata yang bisa dilakukan semisal
dilingkup masjid, yaitu dengan menjadi muadzin, turut
meramaikan masjid dan memakmurkannya, menjadi imam
dan khotib, mengelola rumah binaan untuk mencegah arus
modernitas yang toxic dan buruk, menggalang dana bagi
yang membutuhkan, melakukan aksi untuk kesejahteraan
umat, dan lain sebagainya yang meliputi berbagai lini
kehidupan.

Dalam menghadapi tantangan zaman, IMM berupaya


untuk berhenti mengajak dirinya sendiri artinya tidak hanya
mengajak anggota kelompoknya saja melainkan komponen
masyarakat diluar IMM. IMM harus keluar dari rumahnya
dimana ajaran yang telah diajarkan harus disebarluaskan
secara menyeluruh. IMM harus berani menertibkan kadernya
dalam berbagai bidang agar apa yang telah diajarkan dapat
tercerminkan dengan baik. IMM tidak boleh kaku artinya
dalam menghadap zaman saat ini IMM harus dapat berbaur
dengan budaya yang ada namun tidak ikut dalam arus yang
buruk dengan bergabungnya IMM dengan organisasi-
organisasi lain dalam mengahadapi era modern ini untuk
mengawali berkembangnya bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang lebih baik dan axis, sebagai kader harus mempunyai
pola pikir yang kritis dan terbuka; agar dapat memecahkan
masalah dengan analisis dan mengamati untuk memecahkan
problem yang ada dan mengetahui perbedaan zaman
sekarang dan terdahulu agar informasi penting tidak
tertinggal dan dapat menilai sesuatu secara objektif sehingga
dapat membuat keputusan secara tepat dan benar.

2. Beda Peran IMM dengan Organisasi Lain

Gerakan mahasiswa berbasis Islam secara umum


muncul sebagai respon terhadap sebuah realitas sosial.
Sejarah mencatat bahwa gerakan-gerakan Islam kampus
muncul sebagai respon pemuda dan mahasiswa Muslim atas
kondisi sosial-keagamaan dan politik yang berlaku. Gerakan-
gerakan Islam di berbagai perguruan tinggi di Indonesia
berdiri dan berkembang karena disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu, faktor ideologis, faktor politik, faktor globalisasi,
faktor Political Opportunity Structure. Memasuki Indonesia
merdeka, gerakan mahasiswa Islam ditandai dengan
berdirinya sejumlah organisasi dengan basis massa di
kampus. Terdapat tiga organisasi berdiri dalam
perkembangan Islam Indonesia, yaitu: Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Setelah
munculnya tiga gerakan mahasiswa Islam pada masa
Indonesia merdeka, memasuki masa reformasi Indonesia
menyaksikan munculnya gerakan mahasiswa Islam yang
secara ideologis beredar dari tiga organisasi gerakan
mahasiswa, yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) yang terbentuk dalam acara Forum
Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK).

Di Indonesia sendiri terdapat banyak organisasi-


organisasi Islam selain IMM seperti ada HMI, PMII dll.
Apakah IMM pernah melakukan kontribusi dengan
organisasi-organisasi lain selain dengan ortom yang ada di
Muhammadiyah? Faktanya IMM jarang melakukan
kontribusi dengan organisasi lainnya, pernah beberapa kali
itu hanya dalam hal kemasyarakatan (humanitas) dan jarang
bahkan tidak pernah dalam hal religius dan intelektual. Pada
lingkup humanitas sendiri IMM biasanya melakukan
kontribusi dengan organisasi seperti HMI unair dan Darul
Tauhid yang dimiliki oleh Aagym. Dalam lingkup kampus
IMM UMSurabaya sering dilakukan kegiatan-kegiatan bakti
sosial yang biasanya berkoordinasi dengan laboratorium
diagnostik Parahita.

Setiap organisasi memiliki visi dan misi yang berbeda


walaupun beberapa hal mungkin memiliki kesamaan.
Contohnya sendiri adalah IMM, HMI, PMII, dan GMNI.
Diantara keempat organisasi tersebut memiliki kesamaan dan
perbedaan. IMM sendiri adalah organisasi yang lebih
bergerak pada aksi nyata dengan menggunakan dakwah
amar ma'ruf nahi mungkar. Lain hal dengan HMI, organisasi
mahasiswa tertua yang bergerak lebih ke ranah politik.
Sedangkan PMII merupakan organisasi yang anggotanya
kebanyakan dari mahasiswa Nadhatul Ulama (NU), bersifat
klasik, jarang ikut andil dalam aksi sosial, lebih kuat dan
berfokus pada keilmuan Islam, kebanyakan anggotanya
adalah alumni dari pondok pesantren dan kebanyakan
anggotanya dari berasal universitas islam. Sedangkan GMNI
sendiri adalah organisasi yang lebih bersifat nasionalis
dimana anggotanya dari seluruh agama.

IMM sebagai bentuk perjuangan yang bertujuan


mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak
mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah.
Maksud dari kata berakhlak mulia dipahami menjadi dua
macam. Pertama sebagai tindakan praksis, karena dalam
akhlak yang merupakan sikap yang terlihat serta terbaca oleh
manusia. Akhlak mencerminkan perilaku dari seseorang
dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi pada
realitas sosial. Yang kedua adalah tindakan transenden pada
tuhan, yang merupakan cerminan dari pengetahuan yang
berdialektika dengan agama; dalam rangka meningkatkan
ibadah kepada Allah. Dan yang terpenting IMM memiliki
tanggung jawab untuk membentuk kader yang mampu
berdakwah amar maruf nahi mungkar. Untuk mewujudkan
hal tersebut, kegiatan dan perkaderan di IMM harus
diarahkan pada usaha untuk membentuk kader yang
berkarakter islami. Adanya kontribusi IMM dengan
organisasi lain dalam berbagai bidang seperti: diadakannya
kajian (bidang religius dan intelektual), adanya baksos,
bantuan sosisal seperti mengumpulkan dana ketika bencana
yang berkerjasama dengan HMI (bidang humanitas).
Beberapa bentuk kontribusi IMM tersebut merupakan bentuk
perjuangan dalam mencapai tujuan dari IMM.

3. Titik Fokus IMM


a. Media/komunikasi
Seperti membuat video edukasi pendek pamflet-
pamflet di media, edukasi-edukasi yang bermanfaat
bagi masyarakat Indonesia.
b. Ijma’
Meliputi kajian isu terkini dan kritis dalam mencari
permasalahan untuk menemukan penyebab dari
suatu masalah dan menemukan solusinya. Cak nun
berpesan "semakin modern orang semakin nggak
punya hati" Maka bidang ijma' ini biasanya
dipegang oleh bidang hikmah.
c. SOSBUDMAS (sosial budaya kemasyarakatan)
Meliputi hal-hal yang berkaitan tentang kesosialan,
kebudayaan, dan kemasyarakatan untuk mencapai
kesejahteraan bersama. Sementara dalam bidang
dakwah sendiri meliputi semua lini bidang tersebut
serta dalam lini kehidupan lain.

IMM sebagai anak dari organisasi Muhamadiyah,


memiliki relasi kuat untuk melanjutkan perjuangan dari
organisasi Muhammadiyah itu sendiri yang diibaratkan
sebagai ayah/orang tua organisasi ini. Dengan bentuk
realisasinya tersebut kelak akan bisa diwujudkan dalam
berbagai bidang kehidupan.

Lalu, bagaimana metode komunikasi yang tepat dan


efektif kepada kaum milenial di era modern ini? Komunikasi
yang baik merupakan salah satu syarat supaya kita menjadi
kader imm yang utuh. Pada dasarnya aktivis atau anak
organisasi mahasiswa tidak selalu pintar bahkan skill
komunikasinya buruk atau tidak punya skill komunikasi.
Akan tetapi, komunikasi yang baik pada dasarnya siapa yang
paling banyak berbicara melainkan menghadapi berbagai
cara permasalahan di depan umum dengan enjoy tertata dan
terlihat mengontrol diri.

Ada 2 kunci yang harus dikuasai supaya dapat


berkomunikasi dengan baik yang pertama ialah komunikasi
non-verbal. Komunikasi nonverbal merupakan cara
berkomunikasi tanpa menggunakan suara melainkan
menggunakan attitude atau perilaku. Kebanyakan orang
hanya suka banyak berbicara saja namun tidak mau
mendengarkan. Padahal yang dibutuhkan ketika berdebat
atau berdiskusi, adalah harus saling melengkapi dan
menghargai satu dengan yang lainnya. Jadi komunikasi tidak
harus melalui suara akan tetapi menggunakan attitude itulah
yang dinamakan komunikasi non-verbal.

Yang kedua ialah komunikasi verbal, bisa secara


kolektif yaitu semua orang bebas berbicara menyampaikan
pendapat. Setiap orang mempunyai kesempatan dan hak
yang sama untuk bersuara. Tidak ada sistem senioritas yang
menentukan siapa yang paling senior maka dialah yang
banyak berbicara. Jika kita sudah mempunyai dan menguasai
2 kunci tersebut, maka dapat ditambahkan melalui media
sosial atau teknologi. Bisa dituangkan dalam bentuk tulisan,
video, ulasan yang bisa digunakan atau ditujukan untuk
orang banyak. Akan tetapi, jika targetnya hanya sedikit maka
lebih baik menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal.

Perlu diketahui bahwa komunikasi verbal, skill-nya


bisa bertambah seiring banyaknya pengalaman dan usia.
Sedangkan untuk komunikasi non-verbal, usia maupun
pengalaman tidak dapat menjamin, karena attitude yang
dapat mengontrol adalah diri kita sendiri dan belajarnya
adalah dari niat diri kita sendiri.
TOPIK 2: KADERISASI SEBAGAI
LANGKAH AWAL DALAM
BERMUHAMMADIYAH

Kader merupakan istilah yang berarti anggota dalam


suatu organisasi, seperti di muhammadiyah terdapat kader
IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Kader disini ialah
orang - orang yang terpilih dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut, contohnya seperti kader
IMM yang berusaha untuk mewujudkan tujuan IMM. Tujuan
IMM disini yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi
islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan
Muhammadiyah. Kader dalam suatu organisasi memiliki
peran yang sangat strategis. Oleh karena itu, dibutuhkan
training subjek yang aktif yaitu pengkaderan. Pengkaderan
adalah program yang terencana agar mencapai tujuan yaitu
melahirkan kader yang berkualitas. Fungsi pengkaderan
disini bertujuan untuk menanamkan ideologi dari organisasi
tersebut. Bukan hanya itu saja, melainkan juga sebagai wadah
dalam mewariskan ilmu dan nilai-nilai organisasi. Dengan
begitu kader dapat mengembangkan kualitas organisasi yang
disesuaikan dengan latar belakangnya.
Pengkaderan dalam Muhammadiyah dibedakan menjadi
dua, yaitu utama dan fungsional.

1. Pengkaderan Utama

Yaitu kegiatan kaderisasi pokok yang dilaksanakan


dalam bentuk pendidikan atau pelatihan yang menyatukan
visi dan pemahaman nilai ideologis serta aksi gerakan yang
diselenggarakan oleh MPK dan AUM. Pengkaderan ini
dilaksanakan dengan standar kurikulum baku dan standar
operasional yang telah ditetapkan serta terdiri dari dua
macam yaitu Baitul Arqam dan Darul Arqam.

a. Darul Arqam

Adalah pengkaderan yang utama dan khas dalam sistem


pengkaderan Muhammadiyah yang bertujuan untuk
membentuk cara berfikir dan sikap kader yang kritis, terbuka
serta penuh komitmen terhadap Muhammadiyah. Darul
Arqam diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat, Wilayah serta
Amal Usaha Muhammadiyah. Dari masing-masing
penyelenggaran tersebut mempunyai perbedaan mengenai
waktu, cakupan materi, segmentasi dan kualifikasi peserta.
Darul Arqam Pusat diselenggarakan selama satu minggu,
Wilayah selama lima hari sedangkan Pimpinan AUM selama
empat hari. Peserta Darul Arqam diprioritaskan untuk
pimpinan persyarikatan, unsur pembantu pimpinan, dan
pimpinan puncak AUM.

b. Baitul Arqam

Baitul Arqom merupakan modifikasi atau


penyederhanaan dari Darul Arqam dan diselenggarakan
untuk tingkat Pimpinan Daerah, Cabang, Ranting serta AUM.
Sasarannya adalah simpatisan, anggota, pimpinan
Muhammadiyah, pimpinan ortom, pimpinan serta karyawan
AUM. Penyederhanaan dilakukan dari sisi waktu
penyelenggaraan dan kurikulumnya. Penyelenggaraan hanya
berlangsung selama tiga hari dan kurikulum lebih sederhana.

2. Pengkaderan Fungsional

Yaitu kaderisasi yang terstruktur namun tidak ditetapkan


standar kurikulumnya secara baku; digunakan untuk
mencukupi kebutuhan dan fungsi tertentu dari majelis atau
lembaga. Pengkaderan fungsional dilaksanakan sebagai
pendukung perkaderan utama dan dilaksanakan dalam
bentuk pendidikan, pelatihan, kursus dan kajian intensif.
Kurikulumnya dapat dikembangkan secara fleksibel sesuai
jenis, kebutuhan dan kreatifitas masing-masing
penyelenggara.

a. Pelatihan Instruktur
Merupakan salah satu bentuk kaderisasi pendukung yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kader
persyarikatan sebagai pelatih (instruktur) dalam mengelola
dan melaksanakan berbagai bentuk kaderisasi di lingkungan
persyarikatan.

b. Pelatihan yang diselenggarakan majelis dan lembaga

Pelatihan-pelatihan di lingkup unsur pembantu pimpinan


Muhammadiyah antara lain: pelatihan kader mubaligh, kader
hisab dan falak, kewirausahaan, kader politik dan lain-lain.

c. Pengajian Pimpinan

Merupakan kegiatan terbatas bagi pengembangan wawasan


dan pendalaman terhadap nilai-nilai ideologi gerakan
Muhammadiyah yang diikuti pimpinan persyarikatan dan
ortom serta ditambah orang-orang tertentu yang dipandang
perlu. Pengajian pimpinan diselenggarakan secara rutin dan
disertai dengan kurikulum yang terstruktur dan
berkesinambungan.

d. Pengajian Khusus

Bentuk pengajian ini dirancang dan diselenggarakan secara


khusus sebagai media internalisasi dan peneguhan paham
agama dan iedologi gerakan Muhammadiyah bagi segenap
warga persyarikatan di lingkungan masing-masing.
e. Pelatihan Tata Kelola Organisasi

Dilaksanakan untuk memberi bekal kemampuan manajerial


dan administratif bagi pimpinan persyarikatan serta
pengelolaan amal usaha agar dapat menjalankan amanah
secara profesional, dinamis dengan tetap berpijak pada visi
misi Muhammadiyah.

f. Diklat Khusus

Pendidikan dan pelatihan (diklat) berorientasi pada


pengembangan sumber daya kader dan pemekaran
potensinya sehingga bisa mendukung peran-perannya diluar
persyarikatan. Contoh diklat khusus pelatihan jurnalistik,
outbond training (Khoiriyah, tanpa tahun).

Pengkaderan yang diikuti oleh setiap kader


diharapkan mampu membentuk sifat dan sikap setiap kader.
Sifat dan sikap itu, antara lain :

1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan


kesejahteraan
2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah
Islamiyah
3. Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang
teguh ajaran Islam
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan
5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang,
peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah
6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan
serta menjadi contoh teladan yang baik
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan
maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan
ajaran Islam
8. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga
dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama
Islam serta membela kepentingannya
9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan
golongan lain dalam memelihara dan membangun
Negara untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur yang diridlai Allah SWT
10. Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan keluar
dengan bijaksana.

Selain memiliki sifat dan sikap, kader yang terbentuk


seharusnya senantiasa ber-amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu
mampu mengajak kepada kebaikan dan berani memerangi
kemungkaran. Setiap kader hendaknya mengamalkan
wawasan yang dimiliki dan berkepribadian yang tekun, serta
aktif membangun Islam dalam berbagai bidang seperti sosial,
ekonomi, politik, hukum, pendidikan dan kebudayaan.
Pengkaderan juga pada akhirnya mampu menciptakan kader-
kader yang siap terjun ke masyarakat. Hal tersebut
merupakan suatu tindakan aplikatif dari nilai-nilai
muhammadiyah yang ditanamkan pada saat pengkaderan.
Seperti contoh kegiatan bakti sosial berupa edukasi kepada
khalayak sekitar yang dilakukan oleh kader-kader IMM
Avicenna dalam bidang kesehatan.

Apabila ada seseorang yang ikut membantu, berkumpul,


dan bersosialisasi akan tetapi tidak mengikuti pengkaderan
secara formal dan hanya berbasis massa, maka mereka hanya
merupakan simpatisan atau warga muhammadiyah saja.
Kemudian apabila simpatisan tersebut hendak dijadikan
sebagai pimpinan wilayah maka perlu mengikuti
pengkaderan formal, jika tidak mengikuti kegiatan
pengkaderan secara formal akan menimbulkan perpecahan
pada ranting.

Sehubungan dengan kader, maka kita membahas


mengenai sebuah kelompok yang menjadi sebuah penggerak
dalam memberikan manfaat kepada anggota kelompok
maupun masyarakat sekitarnya. Sebagaimana didirikannya
organisasi Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan yang
pada saat itu terdapat problem-problem masyarakat seperti
kesehatan yang memburuk, ekonomi dan keterbelakangan
pendidikan serta dangkalnya ilmu agama, maka
Muhammadiyah hadir melalui kader-kadernya untuk
menghilangkan dan memulihkan kondisi tersebut. Dalam
proses pembentukan muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan
mengacu pada ayat al-qur’an yaitu Al Imron 104, Al Imron
110. Pada ayat Al Imran 104 diharapkan kader
muhammadiyah dapat membentuk perkumpulan yang
terorganisir, menjangkau banyak aspek dalam rangka amar
ma’ruf nahi munkar.

Dalam ayat tersebut didapatkan kata yang memiliki arti


segolongan orang atau ummat yang mana menurut syaikh
Muhammad Syinqithi memiliki 4 artian, yaitu yang pertama
adalah bermakna seorang pemimpin. Keterkaitannya dengan
kader Muhammadiyah adalah bagaimana seorang kader bisa
menjadi sebuah pemimpin yang beramar makruf nahi
munkar. Kemudian kedua, bermakna sebuah golongan.
Apabila dikaitkan dengan Muhammadiyah maka meninjau
bagaimana cara menjadi sebuah kumpulan, kelompok
organisasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Ketiga adalah
sebuah jalan yaitu bagaimana kita dapat memberikan solusi
untuk mengurangi bahkan menghapus keterbelakangan di
masyarakat yang menjadi faktor didirikannya
Muhammadiyah. Dan terakhir adalah sebuah masa atau
zaman, bagaimana ketika kita menjadi kader mampu
membuat sebuah waktu, masa, zaman untuk menghilangkan
keterbelakangan masyarakat tersebut sekarang maupun
kedepannya. Dan ketika kita sudah menjadi keempatnya,
maka kita diberi kabar gembira dari Allah yaitu sebuah janji
Wa Ulaika Humul Muflihun mereka itulah orang-orang yang
beruntung.

Berikutnya adalah pada surat Ali Imran 110, sebenarnya


memiliki isi yang sama seperti surat ali Imran 104, tetapi pada
ayat 110 ini lebih menekankan pada pijakan terakhir tujuan
Muhammadiyah yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Kepribadian Rasulullah yang tecermin
dalam surat Al-Ahzab ayat 21 menjadi pondasi bagi kader
Muhammadiyah terkait sikap, akhlak, attitude sebagai
pemimpin, golongan, kader dalam masyarakat agar tercipta
sebuah masa, zaman yang tidak mengalami keterbelakangan.
Kita mencontoh akhlak, adab Rasulullah ketika berdakwah,
ketika mengajak berbuat kebajikan melarang sebuah
kemungkaran.

Rasulullah berhasil menyebarkan Islam selama 23 tahun,


adalah suatu keberhasilan beliau dalam bidang kaderisasi
pemuda. Mereka dididik, dikembangkan, bahkan disiapkan
media untuk melakukan pengembangan diri. Apabila kita
menilik kembali hasil kaderisasi Rasululullah di berbagai
bidang memberikan hasil yang sangat memuaskan. Dalam
bidang kepemimpinan setingkat kepala negara, ada sosok
Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Pasca meninggalnya
nabi, semuanya secara berurutan menjadi Khalifah bagi umat
Islam. Di bawah kepemimpinan keempat khilafah ini, Islam
bukan saja semakin tersebar luas dan disegani, melainkan
juga menjadi embrio bagi peradaban Islam yang akan
menjadi teladan bagi peradaban dunia. Dalam bidang
keulamaan, yang paling banyak meriwayatkan hadit,
misalnya Abu Hurairah (5374 hadits), Ibnu Umar (2630), Anas
bin Malik (2286), Aisyah (2210), Ibnu Abbas (16160) dan Jabir
bin Abdullah (1540). Rata-rata ulama hadits ini selain Abu
Hurairah- ketika masuk Islam masih berusia muda.
Sedangkan sahabat yang diakui dan dikenal sebagai ahli
hukum sehingga banyak mengeluarkan fatwa adalah Umar
bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Kaab, Zaid bin
Tsabit, Abu Darda, Ibnu Mas’ud. Kebanyakan dari mereka
pun, tatkala masuk Islam masih berusia muda. Pada bidang
militer, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga
sangat perhatian terhadap potensi pemuda seperti Mu’adz
bin Amru bin Jam’uh (berusia 13 tahun) dan Mu’awwidz bin
‘Afra (berusia 14 tahun). Dalam bidang ekonomi misalnya,
ada sosok seperti Utsman bin Affan (masuk Islam pada usia
28) yang cukup dermawan dan Abdurrahman bin Auf
(masuk Islam pada usia 30 tahun) yang memiliki harta
berlebih serta selalu menyumbangkan sebagian hartanya di
jalan Allah SWT.
Dalam kaderisasi Muhammadiyah, seorang kader harus
bisa menjawab segala tudingan dan tantangan dakwah
Muhammadiyah kedepannya. Bagaimana kita menghadirkan
ulama-ulama Tarjih Muhammadiyah yang dinilai kian
terkikis akibat hadirnya para cendikiawan-cendikiawan yang
lahir dari perguruan tinggi muhammadiyah dan para kader
yang melakukan studi diluar ilmu keislaman. Sedangkan
untuk gerakan kemasyarakatan, bagaimana para kader
Muhammadiyah harus bisa mengoptimalkan lembaga-
lembaga masyarakat Muhammadiyah dalam bidang
ekonomi, kesehatan, keamanan dan lainnya seperti Lazismu,
MDMC dan lain sebagainya bagaimana kita dapat menjadi
sebuah solusi dan pandangan baik bagi masyarakat yang
kemudian dari hal tersebut, tujuan Muhammadiyah yang
dirancang KH Ahmad Dahlan mejadi kenyataan dan bahkan
melebihi tujuan itu sendiri.
TOPIK 3: IKATAN DAN
KESADARAN BERAGAMA

Ikatan ialah pergerakan kemahasiswaan yang


memiliki kemampuan kader yang mana mahasiswa tersebut
memiliki kultur yang berbeda dengan pergerakan organisasi
yang lain. Ikatan yang memiliki pergerakan di bidang
keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan salah
satunya ialah IMM. IMM adalah Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah yang merupakan organisasi gerakan
kemahasiswaan Islam dibawah organisasi otonom
Muhammadiyah. IMM turut menumbuhkan kesadaran
beragama dengan cara berdakwah.

Dakwah adalah sebuah seni. Saat ini kita sudah


sangat dimudahkan dalam berdakwah, terbukti dengan
banyaknya platform dan fasilitas yang bisa kita gunakan
dalam berdakwah seperti YouTube, Instagram, Facebook dan
Social media lainnya, dengan menyebarkan kalimat-kalimat
nasihat kepada masyarakat, dan juga dakwah yang paling
utama yaitu dengan menjadi teladan, kita bisa memberikan
contoh kepada masyarakat bagaimana beragama dengan
baik. Kita sebagai mahasiswa sepatutnya melakukan hal-hal
positif seperti mengadakan kajian keagamaan rutin yang
bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bagaimana ber-
islam dengan benar. Kita bisa melakukan dakwah ketika ada
kegiatan sunatan massal atau bakti sosial di lingkungan
masyarakat, sehingga bisa berdakwah dengan menyelipkan
kajian misalnya memberikan edukasi sambil berbincang-
bincang dengan santai mengenai agama.

Dakwah disini menjadi salah satu cara untuk


melakukan pergerakan dalam berorganisasi. Dalam
pergerakannya, tidak lupa IMM memiliki tiga tanggung
jawab, yaitu:

1. Tanggung Jawab Beragama

Sebagai organisasi kemahasiswaan yang ber-akidah


Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-sunah. IMM
memiliki kewajiban untuk menyempurnakan tauhid agar
mahasiwa dapat menyaring pengaruh dari modernisasi dan
pengaruh politik yang ada di Indonesia. IMM merupakan
organisasi otonom dari Muhammadiyah yang visi misinya
diadaptasi dari tujuan Muhammadiyah itu sendiri yang
berlandaskan atau bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Islam yang murni berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunah untuk
menghindari hal-hal yang berbau bid’ah. IMM dan
Muhammadiyah ber-Aqidah Al-Qur'an dan As-Sunnah
dikarenakan memiliki tujuan untuk memurnikan agama
Islam agar hanya bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah
yang sesuai dengan ajaran Rasulullah shalallahu alaihi wa
salam, dikarenakan maraknya praktik TBC (Tahayul, bid'ah,
dan khurafat).

Zaman sekarang banyak wanita yang memakai hijab


namun hanya menutupi sampai leher dan tidak benar-benar
menutup aurat mereka secara sempurna hal itu disebabkan
karena zaman modern banyak orang-orang yang melihat dan
ingin meniru gaya orang luar, efek dari tren sekarang yang
mengikuti budaya islam orang luar, dengan tetap terlihat
muslim makanya mereka merubah bentuk berpakaian
menyerupai orang barat namun tetap tertutup. Dan zaman
sekarang juga banyak kita lihat orang-orang lebih
mengutamakan bersedekah kepada orang lain sedangkan
keluaraganya masih ada yang kekurangan, hal itu disebabkan
karena mungkin ada keinginan terlihat baik dimata orang
dan bisa dipamerkan di sosial media. Bisa dipengaruhi juga
karena efek tren zaman sekarang dimana mana ingin dilihat
orang lain sebagai orang yang dermawan. Terdapat juga
anak-anak yang lebih menuruti teman daripada perintah
orang tuanya hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya
pengajaran adab yang bener dari orangtuanya, karena
pelajaran adab terhadap orangtua bukan hanya cukup
diajarin dari sekolah saja, tetapi orangtua juga harus turut
andil.

Dikarenakan pada saat ini masyarakat beragama


dengan hawa nafsunya mereka memaknai dalil dan
menjadikannya sebagai landasan yang sekiranya cocok
dengan apa yang mereka inginkan, peran orang tua juga
sangat penting dalam mendidik anak dalam memahami
agama, orang tua juga harus membawa anak menuju
lingkungan yang kondusif. Karena lingkungan itu memiliki
pengaruh sebesar 70% dalam membentuk karakter anak,
pada saat ini juga banyak orang orang yang kesannya ingin
menunjukkan kebaikan dan kedermawanan nya di halayak
publik dan lebih memikirkan orang lain daripada saudara
nya sendiri, dikarenakan saat ini banyak sekali yang ingin
menjadi viral dengan menunjukkan kebaikannya di depan
publik.

2. Tanggung Jawab Kemahasiswaan

Sebagai organisasi kemahasiswaan, IMM berperan


penting dalam membangun generasi muda Indonesia. Salah
satunya adalah dengan pembinaan mahasiswa. Sebagai
mahasiswa masih bisa melakukan antara tanggung jawabnya
sebagai mahasiswa serta turut serta dalam organisasi.
Keduanya bisa berjalan sesuai prioritas. Prioritas utama kita
saat ini adalah kuliah, karena memang kita diberi amanah
oleh orang tua untuk kuliah jangan sampai kita
mengecewakan harapan orang tua, intinya memang
organisasi itu penting tapi kita harus tetap ingat kita punya
tanggung jawab juga pada perkuliahan kita, jadi misalkan di
tengah-tengah kuliah tiba tiba ada rapat mendadak lebih baik
kita mengutamakan kuliahnya terlebih dahulu, tapi juga bisa
disesuaikan dengan kondisi dan urgensi dari perkuliahan
atau rapat yang diadakan.

3. Tanggung Jawab Kemasyarakatan

Tanggung jawab IMM di masyarakat adalah aktif


berpartisipasi untuk mendorong mobilitas sosial dimana agar
IMM dan masyarakat luas dapat mencapai suatu kondisi agar
mampu berkembang dan meningkat secara sehat.

Mahasiswa sebagai agen perubahan tidak hanya


mempunyai beban untuk belajar, tetapi juga disamping itu
mahasiswa mempunyai peran penting dalam pembangunan
masyarakat. Dimana mahasiswa dituntut untuk mampu
mengontrol keadaan, menciptakan perubahan baik dakwah
melalui ucapan maupun perbuatan. Mahasiswa juga berperan
sebagai transportasi masyarakat untuk menyampaikan
aspirasi mereka.
TOPIK 4 : SASARAN STRATEGIS
PEMBAHARUAN
MUHAMMADIYAH

Pembaharuan menurut KBBI adalah proses atau cara


membarui. Dilansir dari muhammadiyah.or.id, sebagai
organisasi gerakan kebangkitan Islam, serta sebagai ciri yang
melekat pada persyarikatan, Muhammadiyah selalu
berdakwah untuk melakukan gerakan pembaharuan di
masyarakat. Pembaharuan Muhammadiyah ini memiliki dua
arti yaitu pembaharuan dalam arti tajdid mengembalikan
ajaran pada pemurniannya, dan yang kedua dalam arti
modernisasi, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai
masalah seperti metode, sistem, teknik, strategi, taktik
perjuangan dan lain-lain dimana sifatnya dapat berubah dan
disesuaikan dengan kondisi yang terjadi.

Pembaharuan Muhammadiyah memiliki misi seperti


yang disampaikan oleh Prof. Haedar Nashir ketika berpidato
dalam acara milad ke-108 Muhammadiyah. Misi yang
pertama, yaitu membersihkan Islam di Indonesia dari
pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam. Kedua,
mereformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran
modern. Ketiga, mereformulasi ajaran dan pendidikan Islam.
Dan yang terakhir yaitu mempertahankan Islam dari
pengaruh dan serangan luar.

Pembaharuan Muhammadiyah sangat penting


karena banyak dari masyarakat masih memiliki kepercayaan
yang kental dan tidak pas. Kepercayaan seperti memercayai
takhayul serta mengikuti budaya nenek moyang, yang mana
di era modern ini seharusnya kita sudah dapat memilah mana
yang benar dan mana yang tidak sesuai dengan syariat. Tidak
hanya itu, budaya asing yang masuk seharusnya juga dipilah
karena jangan sampai budaya tersebut melunturi nilai-nilai
Islam yang sesungguhnya. Sebagai kader IMM, kita perlu
mendukung dengan cara meningkatkan kualitas tujuan
Muhammadiyah yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Dalam artian, kita harus memurnikan
tauhid dalam bermasyarakat agar tidak terjerumus dalam
sesuatu yang bertolakbelakang pada nilai ketauhidan.
Berikut beberapa hal yang bertolakbelakang dengan nilai
ketauhidan yaitu syirik, bid’ah dan khurafat yang menjadi
sasaran strategis dari pembaharuan Muhammadiyah.

1. Syirik
Pada zaman KH Ahmad Dahlan banyak yang
masih berbudaya Islam kejawen. Untuk itu, KH Ahmad
Dahlan ingin meluruskan ajaran Islam. Gerakan pemurnian
ajaran Islam ini menghilangkan kemusyrikan dan
menghindarkan dari segala sumber kesyirikan. Syirik berasal
dari bahasa Arab “Syaraka” yang artinya bersekutu dua
orang (Ibnu Manzur). Syirik ialah menyekutukan Allah,
mempercayai sesuatu objek yang dianggap memiliki
kekuatan. Syirik bukan hanya kultural namun juga
menyangkut kepercayaan (Fathoni, 1990). Dahlan
mengatakan bahwa orang yang beragama ialah orang yang
jiwanya menghadap kepada Allah dan berpaling dari lainnya.
Bersih tidak dipengaruhi oleh lain-lainnya hanya tertuju
kepada Allah, tidak tertawan kebendaan dengan bukti dapat
dilihat menyerahkan harta benda dan dirinya kepada Allah”
(KHR. Hadjid).

Menurut Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-


Tuwaijiri dalam ensiklopedia Islam Al-Kamil , syirik berarti
menyekutukan Allah dari segi rububiyah, uluhiyyah, asma’
wa sifat atau salah satu dari keempat segi itu. Apabila
seorang hamba memercayai adanya penolong selain Allah,
maka termasuk musyrik. Apabila meyakini bahwa terdapat
Tuhan selain Allah, maka termasuk musyrik. Apabila
meyakini terdapat sesuatu yang menyerupai asma’ (nama)
dan sifatNya, maka termasuk musyrik. (Syaikh Muhammad
bin Ibrahim bin Abdullah at-Tuwaijiri, 2013)

Yusuf Qardhawi menerangkan bahwa syirik


pertama kali terjadi ketika pada zaman Nabi Nuh a.s.
Penyebab dari kaum nabi Nuh disebut berbuat kesyirikan
yaitu karena ghuluw (berlebihan) terhadap orang-orang yang
shalih (Qardhawi, 2005). Seperti contohnya mengagungkan
seorang kyai di suatu daerah yang mana dipercayai memiliki
kemampuan lebih sehingga jiwa raga kita bergantung pada
kyai tersebut.

Syirik secara kualitas terdiri dari tiga jenis yaitu


syirik akbar, syirik asghar, dan syirik khafi. Syirik akbar ialah
menempatkan sesuatu lebih tinggi bahkan dipuja selain Allah
dalam artian mengenai keyakinan hati. Seperti melakukan
ibadah bukan karena Allah, berdoa melalui orang yang telah
meninggal. Kemudian syirik asghar yaitu menyelaraskan
Allah dengan selainNya dalam bentuk perkataan ataupun
perbuatan. Sebagai contoh lisan yang mengatakan “apa yang
dikehendaki oleh Allah dan yang engkau kehendaki”.
Sedangkan syirik khafi yaitu syirik yang tersembunyi, seperti
bersumpah dengan selain Allah atau memakai barang
penangkal sihir dan sebagainya. Syirik ini menjadi campuran
dari kedua syirik itu (umm.ac.id).

2. Bid’ah
Bid‘ah dalam bahasa arab berasal dari kata “bada‘a”
yang artinya mengadakan atau membuat sesuatu yang baru.
Adapun dalam istilah syara,’ pengertian bid‘ah ialah cara baru
dalam perkara agama menyerupai syariat yang dikerjakan
orang dengan maksud berlebihan dalam beribadah serta
mengharap pahala tanpa adanya ajaran atau contoh dari
Rasulullah SAW.

Memahami istilah diatas bahwa bid‘ah dibatasi


dalam hal aqidah dan ibadah. Di kalangan ulama terdapat
perbedaan pendapat tentang macam-macam bid‘ah yang
dilatarbelakangi oleh perbedaan pijakan dasar. Ada yang
mendasarkan kepada aspek yuridis (syara’) dan ada yang
mendasarkan kepada aspek bahasa. Menurut asy-Syatibi
(dalam kitab al-I‘tisam Juz I hal 34), bid‘ah itu hanya ada
dalam bidang agama yang sengaja dibuat menyerupai syariat
dengan tujuan mengekspresikannya dalam bentuk tingkah
laku atau perbuatan secara berlebihan, terutama dalam hal
beribadah kepada Allah. Sedangkan yang berhuhungan
dengan adat adalah suatu cara dalam agama yang diada-
adakan orang dengan tujuan bahwa adat itu dipandang
menyerupai syariat.

Asy-Syatibi juga mendasarkan pandangannya


kepada hadist Bukhari No 5063 dimana menjelaskan bahwa
apabila membenci sunnah Rasul maka tidak termasuk
golongan atau umat nabi. Dari hadits tersebut juga dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang melakukan sesuatu
dalam urusan agama tanpa berlandaskan sunnah maka jelas
dikatakan dirinya telah berbuat bid’ah. Seperti contoh dalam
hadits tersebut, terdapat tiga orang yang mendatangi nabi
dengan berniat melakukan kebid’ahan karena ketiganya tidak
pernah dijelaskan oleh Nabi. Ada yang ingin berpuasa
setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap hari hal ini
termasuk bentuk ibadah yang bid’ah. Dan ada yang
berkeyakinan bahwa dengan tidak menikah selamanya itu
dapat mendatangkan pahala serta keutamaan, hal ini
termasuk keyakinan yang bid’ah (muslim.or.id).

3. Khurafat

Merujuk pada etimologi, khurafat berasal dari


bahasa Arab kharafa-yakhrifu-kharfan-khurafatan. Dalam bahasa
Inggris merujuk pada supersition atau supertitio dalam bahasa
Latinnya yang berarti cerita bohong, dongeng, dan takhayul
atau sesuatu hal yang tidak masuk akal atau sesuatu yang
dusta tetapi menarik. Menurut aspek terminologinya berarti
lemah akal karena tua atau orang yang rusak akalnya.
Dalam Kamus Al-Munawwir, khurafat diartikan dengan hal-
hal yang berkenaan dengan kepercayaan yang tidak masuk
akal atau bathil.
Khurafat juga berati semua kepercayaan, keyakinan
atau kegiatan yang tidak memiliki dasar atau bersumber dari
ajaran agama tetapi diyakini bahwa hal tersebut berasal dan
memiliki dasar agama. Khurafat bersumber dari dinamisme
dan animisme. Dinamisme adalah kepercayaan adanya
kekuatan dalam diri manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
benda-benda dan kata-kata. Sedangkan animisme adalah
kepercayaan adanya jiwa dan ruh yang dapat memengaruhi
alam manusia.

Khurafat juga disebut bid’ah ‘aqidah yang artinya


kepercayaan atau keyakinan kepada sesuatu perkara yang
menyalahi ajaran Islam. Sebagai contoh meyakini kuburan
orang shaleh dapat memberikan berkah, memuja atau
memohon kepada makhluk halus atau jin, meyakini sebuah
benda baik itu tongkat, keris, batu maupun lainnya memiliki
kekuatan ghaib yang bisa diandalkan. Kata khurafat biasanya
digandengkan dengan kata takhayul, karena semua
keterangan dusta, berawal dari khayalan manusia atau tanpa
bukti, tidak sesuai dengan kenyataan, dan tidak didukung
oleh dalil.  Ketika itu diyakini, maka statusnya menjadi
khurafat, yaitu, keyakinan dusta yang menyimpang. Dengan
demikian bagi umat Islam, ajaran atau pandangan,
kepercayaan, keyakinan apa saja yang dipastikan
ketidakbenarannya dan jelas bertentangan dengan ajaran Al-
Quran dan hadits nabi adalah termasuk kategori khurafat.

Menurut Ibnul Mandzur, kata khurafat adalah berita


yang dibumbuhi dengan kedustaan. Khurafat sendiri berasal
dari nama seseorang dalam Bani Udzrah atau Bani Juhainah
yang pernah diculik Jin kemudian kembali ke kampungnya.
Setelah itu, dia bercerita banyak tentang berbagai kejadian
yang dia lihat, sehingga banyak orang terheran-heran. Sampai
mereka tidak percaya dan menganggap Khurafat telah
berdusta. Pada akhirnya jadi terkenal di tengah masyarakat,
“Beritanya Khurafat.”

Terdapat hadist yang menerangkan asal-usul


perkataan khurafat yang berkaitan dengan alam jin,
kebatinan dengan manusia. Aisyah R.A meriwayatkan sabda
Baginda Rosulullah SAW : “Pada suatu malam Rosululah SAW
berbincang-bincang dengan para istrinya tentang suatu perkara,
lalu salah seorang di antara mereka berkata, perkara ini seperti
cerita khurafat, Baginda seraya bersabda: adakah kalian tahu apa itu
khurafat? Sesungguhnya khurafat itu seorang lelaki dari bani
uzhrah (kabilah Yaman) yang telah di sembunyikan oleh jin,
kemudian beberapa jin itu mengantarnya kembali ke alam manusia
lalu dia menceritakan kepada manusia tentang apa yang telah di
lihatnya pada mereka (golongan jin) dari pada ajaib. Maka sebab
itulah manusia bicara tentang perkara-perkara pelik sebagai cerita
khurafat. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).”

Khurafat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tidak didasarkan pada nash-nash syar’i (Al-Quran


dan al hadits)
b. Cerita-cerita rekaan, dongeng dan khayalan
c. Bersumber pada kepercayaan-kepercayaan lama dan
bertentangan dengan Islam
d. Menggunakan objek-objek tertentu seperti kubur,
keris atau benda apapun yang diyakini memiliki
kesaktian dan sebagainya
e. Mengandung unsur-unsur negatif dari segi akidah
dan syari’ah
f. Berbentuk pemujaan dan permohonan kepada
makhluk halus atau kepada siapapun selain Allah.

Faktor –faktor terjadinya khurafat:

a. Kejahilan menjadi faktor utama mengapa manusia


sanggup melakukan amalan-amalan khurafat dan
syirik, sebab itulah Islam amat menitik beratkan
umatnya agar senantiasa meningkatkan keupayaan
diri untuk menuntut ilmu agar manusia dapat
membedakan mana yang salah dan mana yang benar.
b. Kepentingan Pribadi: demi mendapatkan suatu
kepentingan duniawi, manusia sanggup melakukan
apa saja walaupun terpaksa menggadaikan aqidah
dan agamanya serta terlibat dengan gejala mungkar.
c. Niat yang Jahat: sesungguhnya diantara hikmah
mengapa terdapat surga dan neraka karena adanya
sifat manusia yang baik dan buruk yang setiap hari
senantiasa memikirkan bagaimana dia ingin
merealisasikan niat dan amalannya itu.
d. Pergaulan: ini menjadi sumbangan penting kearah
terjebaknya seseorang dengan amalan khurafat.
e. Adat Kebiasaan: faktor ini merupakan penyumbang
utama berjalanterusnya amalan khurafat dalam
kehidupan manusia dengan slogan “Biar mati anak,
jangan mati adat”, seterusnya menjadikan mereka
begitu bersemangat mengadakan amalan khurafat.
f. Kepercayaan Karut: sebelum datanya Islam
masyarakat kita telah lama menganut ajaran agama
Hindu dengan berbagai paham dan upacara yang
karut-marut.
g. Pengaruh Politik: demi mendapatkan kedudukan
duniawi ada sekelompok orang yang sanggup untuk
terlibat pada gejala khurafat misalnya meminta
bantuan pada dukun agar dapat memenangkan
kedudukan tersebut.
h. Dangkalnya ilmu agama
i. Mudah mempercayai benda-benda takhayul
j. Terpengaruh dengan kelebihan seseorang atau
sesuatu benda.

Bentuk dari khurafat antara lain yaitu kepercayaan


kepada keramat, kepercayaan adanya kualat karena
melangggar adat, mencegah bencana dengan ritual tolak
balak, menghilangkan mimpi buruk dengan membalik bantal,
sakit-sakitan karena tidak kuat menyandang nama dan
sebagainya. Berikut terdapat khurafat yang harus kita jauhi
karena kebathilannya tak terhitung banyaknya, di antaranya
adalah:

a. Menggunakan susuk untuk mempercantik aura


wajah
b. Keyakinan ayat al-Qur’an yang ditulis dikertas atau
di fotocopy lalu direndam diair lalu diminum untuk
dijadikan sebagai obat.
c. Jika ada yang ingin menikah, maka Ia pergi ke orang
pintar (dukun) atau peramal untuk mengetahui
kecocokan dan tidaknya dan mencari hari baik
pernikahannya.
d. Mengambil wasilah (perantara) orang yang telah mati
untuk berdo’a kepada Allah. Mereka berziarah ke
kuburan para wali dan ulama besar serta memohon
kepada Allah agar do’a (permohonan) orang yang
berziarah kuburnya itu dikabulkan. Ada juga yang
memohon dapat jodoh, anak, rizki, pangkat,
keselamatan dunia akhirat dan sebagainya. Mereka
percaya dengan syafa’at arwah para wali dan ulama
itu, permohonan atau do’a akan dikabulkan Allah
karena wali dan ulama itu kekasihNya.

Dalam al-Qur’an, terdapat ayat yang menjelaskan


tentang sebab dan implikasi dari perbuatan khurafat. Pertama
yaitu ayat yang menyebutkan orang mukmin memercayai
Allah SWT sebagai pemberi nikmat atau bala kepada
manusia. Ini dinyatakan dalam firman Allah SWT,
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan
apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah
pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang
beriman harus bertawakkal" (Qs. At-Taubah ayat 51).

Mengenai khurafat, Islam berpandangan bahwa


semua bentuk pemujaan yang terdapat dalam animisme
adalah termasuk ‘syirik’, artinya mempersekutukan Allah,
karena pemujaan yang terdapat di dalamnya hanya tertumpu
pada bagian alam yang diciptakanNya. Biarpun konsep
aqidah Islam mudah difahami dan dihayati, masih ramai
umat Islam yang terpengaruh dengan kepercayaan khurafat
turun-temurun dari nenek moyang terdahulu. Padahal,
amalan khurafat sangat bertentangan dengan aqidah Islam
sekaligus menjejaskan iman seseorang atau menyebabkan
syirik kepada Allah.

4. Takhayul

Kata takhayul berasal dari bahasa Arab yang artinya


berangan-angan tinggi, melamun, membayangkan atau
menghayal (Kamus Munawwir).  Mengkait-kaitkan kejadian-
kejadian yang dianggap aneh dengan sesuatu, yang mana
tidak ada dasarnya di dalam ajaran Islam. Takhayul
merupakan suatu kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan
secara akal, takhayul merupakan cerita-cerita yang
diceritakan oleh masyarakat terdahulu secara turun-temurun
(Mauliana, 2018). Berikut contoh takhayul yang terjadi di
Indonesia:

 Kepercayaan kepada keramat seperti kubur, pokok, kayu


dan seumpamanya.
 Kepercayaan kepada nasib sial, seperti adat membuang
sial.
 Kepercayaan kepada jin dan memohon pertolongan
daripadanya, umpamanya adat memuja kampung.
 Kepercayaan kepada bertambah dan berkurangnya rezeki
seperti adat memuja semangat padi
 Pemujaan objek-objek tertentu, roh nenek moyang dan
kubur.
 Kepercayaan terhadap ramalan-ramalan bintang,angka-
angka atau rajah-rajah tertentu
Bentuk-bentuk takhayul seperti ini diharapkan tidak
dilakukan lagi oleh masyarakat (Mauliana, 2018). Secara garis
besar ada beberapa faktor penyebab masyarakat
mempercayai takhayul ataupun mitos yaitu, faktor
pendidikan, faktor budaya, dan faktor agama.

Pertama, faktor pendidikan. Pendidikan merupakan


hal yang sangat penting bagi manusia, pendidikan terdiri dari
2 jenis, yaitu pendidikan formal dan non formal. Pendidikan
formal adalah pendidikan yang berawal dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan menengah atas.
Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang
dibawah wawasan orang tua atau lingkungan sekitarnya.
Faktor pendidikan bisa menjadi faktor penyebab masyarakat
mempercayai takhayul ataupun mitos, karena kurangnya
pendidikan manusia, akan semakin bodoh dan akan semakin
mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal. Oleh karena itu
pengetahuan sangatlah dibutuhkan oleh manusia, baik itu
pengetahuan yang bersifat dunia maupun akhirat (agama).
Dengan kurangnya ilmu pengetahuan semua akan mudah
dipercaya dan diterima termasuk cerita-cerita mitos atau
takhayul.

Kedua, faktor budaya. Bagi masyarakat awam


takhayul sudah termasuk budaya, karena apabila ada yang
melanggarnya maka akan berakibat hal buruk akan terjadi,
oleh karena itu budaya tidak boleh dilanggar, dan apabila ada
yang melanggar akan dikenakan denda. Contohnya seperti,
setiap hari rabu akhir tidak ada yang boleh pergi ke sawah,
apabila ada yang melanggar wajib memotong seekor kambing
dan dibagikan di meunasah. Jadi faktor budaya disini
merupakan faktor yang sangat berpengaruh di dalam
kehidupan masyarakat, karena budaya ini telah menjadi
tradisi turun menurun dalam kehidupan.

Ketiga, faktor agama. Agama memiliki peran sebagai


pembentukan karakter manusia. Manusia yang kuat
agamanya akan cenderung berperilaku yang positif. Agama
memiliki ajaran yang didalamnya mengajarkan kebaikan dan
melarang keburukan. Manusia yang berperilaku dengan baik
maka baik pula agamanya. Pedoman umat Islam adalah
Alquran dan Hadits-hadits rasul, Al-Qur’an adalah kitab
yang diturunkan kepada Nabi Muhammmad dan dipelajari
juga oleh umat Islam. Alquran adalah kitab yang sempurna
dan mengajarkan hal-hal yang akan membawa kita ke jalan
yang lebih baik. Alquran juga menyerukan untuk
menyembah dan meminta hanya kepada Allah SWT, bukan
kepada pohon ataupun jin dan benda-benda lainnya
(Mauliana, 2018).

Muhammadiyah sejak dulu berusaha menyingkirkan


ajaran Islam dari pengaruh Jawa yang bermuatan animisme
dan dinamisme. Pengaruh Jawa tersebut dianggap sebagai
hasil adaptasi Islam yang tidak tuntas sehingga ajaran Islam
diselimuti Takhayul, Bid`ah dan Churafat (TBC). Pemahaman
itu mendorong Muhammadiyah kembali ke sumber asal
yakni, Al-Qur`an dan As-Sunnah. Upaya tersebut merupakan
hasrat purifikasi dalam diri Muhammadiyah. Hasrat
purifikasi mengandaikan cara ber-Islam murni, autentik,
sebagaimana zaman nabi hidup (Hardiansyah, 2013).

Seharusnya masyarakat harus lebih hati-hati dalam


mempercayai suatu hal, karena mempercayai suatu hal yang
tidak ada kepastiannya berdasarkan Alquran dan Hadits dan
tidak diterima diakal mengakibatkan membawa masyarakat
ke jalan yang tidak baik ataupun sesat. Sebagai umat Islam
seharusya masyarakat harus lebih mempercayai Alquran
yang merupakan kitab umat Islam, dan mengajarkan manusia
hanya wajib menyembah Allah SWT. Dan apabila umat Islam
mempercayai hal yang tidak ada dalam ajaran agama Islam,
maka itu adalah ajaran yang berasal dari budaya yang
dilakukan oleh nenek moyang. Masyarakat harus berhati-
hati, apabila mengimankan takhayul didalam hatinya, maka
dia telah melakukan dosa besar. Karena telah menduakan
Allah SWT, oleh karena itu percaya boleh saja percaya asal
tidak melanggar syariat Islam, percayalah hanya sekedar
mengetahui bahwa itu adalah hal yang dibawakan oleh nenek
moyang, dan menjadi sejarah bagi masyarakat (Mauliana,
2018).

Oleh karena itu, agar kita dapat terhindar dari syirik,


bid’ah, khurafat, takhayul maka kita perbanyak membaca dan
memahami hadits, al Qur’an maupun sumber-sumber
lainnya. Selain itu kita dapat meningkatkan keimanan
dengan bertakwa kepada Allah SWT dengan meningkatkan
kualitas ibadah kita. Muhammadiyah menyebarkan dakwah
yang tujuannya amar ma’ruf nahi mungkar, dengan gerakan
tajdid. Tajdid secara etimologi artinya pembaharuan.
Semangat pembaharuan melekat pada Muhammadiyah
sebagai organisasi kemasyarakatan. Ada dua dimensi spirit
tajdid Muhammadiyah, yaitu:

1. Dimensi mundur ke belakang (purifikasi): artinya


mundur ke ajaran semula yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang bersifat ta’abudi yaitu terkait aqidah-
akhlak-ibadah. Tauhid merupakan upaya purifikasi
atau pemurnian dari ajaran Islam. Aqidah bersifat
statis, dogmatis, dan fundamental yang mana kita
harus percaya tanpa membantah serta tidak dapat
diubah lagi. TBC (Takhayul-Bid’ah-Churafat)
merupakan salah satu produk dari purifikasi.
Sedangkan akhlak itu sifatnya dinamis sesuai dengan
perkembangan zaman.

2. Dimensi Kekinian dan Masa Depan: pada dimensi ini


memiliki keterkaitan di berbagai bidang. Salah
satunya yaitu tajdid di bidang pendidikan yang mana
dahulu sekolah hanya untuk orang khusus sehingga
dengan hadirnya Muhammadiyah memberikan bekal
ilmu agama sekaligus ilmu pengetahuan atau dapat
dikatakan diseminasi disiplin ilmu. Lalu terdapat
pula jihad kebangsaan yang bertujuan untuk
merawat kebhinnekaan, meyakini akan kekuatan
pancasila dan memasifkan nilai-nilai pancasila.
Dalam bidang ekonomi, Muhammadiyah
mempunyai AUM (Amal Usaha Muhammadiyah)
yang dijalankan oleh Muhammadiyah itu berbasis
sosial seperti Lazismu, sekolah-sekolah
Muhammadiyah. Perlu diketahui, keuntungan dari
usaha tersebut ialah untuk sesama. Di bidang
teknologi, terdapat gerakan digital yaitu PSDM
(Pusat Syiar Digital Muhammadiyah).
Dalam melakukan tajdid, Muhammadiyah memulai
dengan pemikiran barulah menuju kepada pergerakan.
Ketika terdapat pembaharuan, maka Muhammadiyah
memperhatikan aspek bayani, burhani, dan irfani atau dalam
artian Muhammadiyah selalu mengkaji terlebih dahulu
teksnya, kemudian memahami relevansinya dengan kondisi
saat ini, dan akhirnya melakukan pemaknaan jiwa (sesuai
atau tidaknya dengan jiwa kita).

Sebagai contoh penerapan bayani, burhani dan irfani


mengenai takhayul dan bid’ah. Dari aspek bayani itu sendiri
ialah tiada daya dan upaya selain dari Allah SWT, sedangkan
takhayul seperti menaruh sesajen termasuk menyimpang dari
ini. Jika ditinjau dari aspek burhani maka menaruh sesajen
tidak ada secara kontekstual. Dari aspek irfani maka terdapat
keraguan dari hati nurani kita mempertanyakan hal tersebut
apakah benar ataukah tidak. Ketika akal sudah tidak selaras
dengan hati maka tidak dijalankan. Dari sisi Muhammadiyah,
sangat memperhatikan kaitan antara bayani, burhani dan
irfani. Dalam mengeluarkan pernyataan, selalu dikaji terlebih
dahulu tidak asal-asalan.
TOPIK 5 : HUBUNGAN KUALITAS
KEMANUSIAAN DALAM
PEMBANGUNAN MASA DEPAN

Manusia adalah makhluk sosial yang harus saling


membantu dan menjaga tingkat kepedulian antar sesama.
Kualitas kemanusiaan dinilai ketika manusia memiliki rasa
empati, kemanusiaan, serta akhlak dan etika yang baik
terhadap sekitar. Tetapi manusia yang beretika dan berahlak
pun masih belum cukup jika dia masih belum bisa
memanusiakan manusia. Dalam kondisi seperti ini, kualitas
kemanusiaan dinilai berdasarkan tindakan yang dapat
berguna bagi sesama. Contohnya seperti memiliki hubungan
yang baik dengan teman dan keluarga, tidak menyudutkan
suatu ras atau kelompok, dan saling menghormati antar
sesama demi menjaga persatuan. Individu yang berkualitas
itu tidak terlepas dari latarbelakang pendidikan yang
mumpuni. IMM sebagai organisasi pemuda Muhammadiyah
mengajarkan nilai-nilai religiusitas, intelektualitas , dan
humanitas. Kader IMM disini diharapkan tidak hanya
memahami nilai-nilai tersebut akan tetapi wajib hukumnya
bagi semua kader untuk mengamalkannya sehingga
terwujudlah masyarakat dengan kualitas kemanusiaan yang
baik. Tentunya hal tersebut juga saling berkaitan dengan
pembangunan masa depan.

Pembangunan masa depan sangat erat kaitannya


dengan pendidikan dan diharapkan mampu menghasilkan
sumber daya manusia yang unggul. Nyatanya, pendidikan
masih belum merata di semua kalangan. Terbukti dengan
masih banyaknya anak-anak yang mendapatkan perlakuan
yang berbeda ketika mengenyam pendidikan sehingga dapat
memunculkan kesenjangan sosial yang berdampak pada
terhambatnya pembangunan masa depan.

Oleh karena itu, kualitas kemanusiaan disini sebagai


modal pembangunan masa depan yang dapat dilihat dari
beberapa aspek, yakni pendidikan, keimanan, etika dan
akhlak. Ketika memiliki intelektualitas yang kuat maka
tecermin dari perilaku sehari-hari baik dalam hal beribadah
maupun berhubungan dengan sesama manusia. IMM
memegang peranan penting sebagai pionir pembangunan
masa depan dan diharapkan terus mengembangkan diri
untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul.

Menurut Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin, IMM


merupakan salah satu organisasi mahasiswa Islam terbesar
di Indonesia yang diharapkan senantiasa dapat
mengembangkan pusat unggulan intelektual berbasis
semangat luhur Muhammadiyah. IMM juga memiliki tugas
dan tanggung jawab untuk berpartisipasi secara aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
diharap mampu menjalankan semangat pembaharuan di
segala bidang dan memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa dan
negara.

Suatu negara dapat berdiri dan bertahan karena


memiliki tujuan yang ingin dicapai, seperti halnya Indonesia.
Pada pembukaan UUD 1945 tertulis bahwa salah satu tujuan
dari Indonesia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Artinya, sebuah pendidikan merupakan suatu yang sangat
penting bagi Indonesia, perannya dalam membekali tiap
individu sangatlah diperlukan dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman.
Sistem pendidikan di Indonesia seringkali mengalami
pembaruan, mulai dari kurikulum, standar kelulusan, standar
pengajar, kebijakan MPBS (Manajemen Pendidikan Berbasis
Sekolah), sistem zonasi, dll. Segala macam bentuk pembaruan
yang diterapkan pemerintah tidak lain bertujuan untuk
memajukan sistem pendidikan Indonesia yang tertinggal jauh
dengan negara luar.
Meskipun segala ketetapan dan pembaharuan sistem
ditujukan untuk sesuatu yang positif, yakni memajukan
sistem pendidikan di Indonesia, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap kebijakan yang ada dapat selalu
berefek positif setelah dirapkan pada masyarakat. Seperti
halnya kebijakan MPBS (Manajemen Pendidikan Berbasis
Sekolah) dan BHMN (Badan Hukum Milik Negara) yang
menjadikan biaya pendidikan di Indonesia menjadi sangatlah
tinggi. Tingginya keperluan menggapai pendidikan tersebut
seringkali menjadi beban dan alasan dari banyaknya anak-
anak usia wajib belajar menganggur di jalanan.
Dapat kita ambil contoh lain seperti kurikulum yang
berubah-ubah dan tidak terealisasi dengan sempurna pada
penerapan di daerah-daerah. Seperti contohnya kurikulum 13
atau yang biasa disebut dengan K13, kurikulum tersebut
menerapkan kebijakan agar para pengajar tidak melulu aktif
menjelaskan materi pada siswa, namun siswa dituntut untuk
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dampak positif dari
penerapan K13 yakni, dapat membiasakan siswa untuk
menemukan persoalan dan mencari solusinya sendiri,
pengajar hanya mengarahkan dan membantu apabila
terdapat masalah dalam pembelajaran siswa, hal tersebut
dapat membiasakan siswa untuk dapat berlatih mandiri.
Namun kebijakan K13 juga memiliki dampak negatif, yakni
banya pengajar yang belum siap untuk memulai dan
menerapkan sistem K13 dan siswa yang masih terbiasa
dengan sistem kurikulum sebelumnya tidak dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik

Dalam usaha meningkatkan Sumber Daya Manusia


(SDM) setiap warga negara Indonesia diharuskan
mengenyam pendidikan, hal tersebut karena pendidikan
adalah salah satu cara yang strategis bagi suatu bangsa untuk
dapat membangun potensi tiap individu. Seharusnya
pendidikan diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia
tanpa terkecuali, tanpa memandang ras maupun agama
ataupun hanya didapat oleh beberapa golongan tertentu saja.
Maka hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah
Indonesia untuk dapat mengatur sistem pendidikan dan
memastikan semua warganya khususnya anak-anak hingga
remaja untuk dapat bersekolah dan mengenyam ilmu
pendidikan sebagai bentuk proses dan upaya mencerdaskan
anak bangsa secara merata dan menyeluruh. Selain itu,
masyarakat seharusnya paham tidak pasif tentang
pentingnya pendidikan dan wajar 12 tahun (Idrus, 2012).
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah juga memiliki
banyak lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal.
Untuk lembaga pendidikan formal, Muhammadiyah memiliki
fasilitas pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak
hingga universitas. Pada lembaga nonformal,
Muhammadiyah memiliki tempat kajian, rumah binaan, dan
lain sebagainya.
Permasalahan pembangunan di Indonesia saat ini
bukan hanya pada sektor pendidikan, melainkan juga pada
sektor kesehatan. Eks Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek,
mengatakan tingkat kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan masih rendah. Berdasarkan temuannya, baru 20
persen masyarakat Indonesia sadar akan kesehatan.
Berdasarkan The Economist Intelligence Unit, Oktober 2019,
skor rata-rata indeks ketahanan kesehatan global sebesar 40,2
poin. Di Asia sendiri skor tertinggi dipegang oleh Thailand
dengan skor 73,2 poin, disusul oleh Malaysia dan Singapura
dengan poin 62,2 dan 58,7. Sedangkan Indonesia memiliki
skor sebesar 56,6 poin dan menempati urutan ke-4 di Asia
dan urutan ke-30 di dunia. Indeks ketahanan kesehatan di
Indonesia ini didongkrak dari kategori deteksi dan pelaporan,
serta pemenuhan terhadap standar internasional. Penelitian
indeks ketahanan global ini mencakup 195 negara.
Penilaiannya berdasarkan pencegahan, deteksi, pelaporan,
kecepatan respon, sistem kesehatan, pemenuhan terhadap
standar internasional, dan risiko lingkungan.

Meskipun secara nasional kualitas kesehatan


Indonesia baik namun perbedaan antar kawasan, tingkat
ekonomi, perkotaan dan pedesaan masih cukup tinggi.
Ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia masih menunjukan kesenjangan
antara wilayah kabupaten dan kota. Persebaran tenaga dokter
di pedesaan juga masih kurang dibanding bidan.
Ketersediaan fasilitas di kota juga lebih baik dibandingkan
dengan di kabupaten dalam konteks rumah sakit pemerintah
maupun swasta, total tempat tidur yang tersedia juga masih
kurang. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut,
Muhammadiyah telah berpartisipasi dengan tujuan agar
kualitas kesehatan di Indonesia mengalami peningkatan.
Banyak klinik dan rumah sakit umum yang telah dibangun
oleh Muhammadiyah dan tersebar di beberapa daerah.

Dengan meninjau trilogi IMM seperti intelektualitas,


religiusitas, dan humanitas maka pemahaman tentang
kesetaraan gender juga menjadi persoalan. Kesetaraan gender
adalah persamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam setiap hal,
seperti politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan
dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas).
Berbicara tentang kesetaraan gender, di negeri kita ini masih
banyak yang perlu dibenahi apalagi tentang perempuan.
Banyak sekali masalah di negeri ini yang korbannya adalah
perempuan seperti pelecehan seksual yang terjadi di
lingkungan kerja, tidak adanya perlindungan hukum
terhadap pembantu rumah tangga perempuan, KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan terjadinya eksploitasi
terhadap perempuan melalui pengiriman TKW ke luar
Negeri. Mengapa harus perempuan yang jadi korban?
Kenapa bukan laki-laki saja? Berbicara tentang hal itu, pasti
banyak sekali beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Faktor – faktor tersebut antara lain adalah rendahnya tingkat
pendidikan, rendahnya angka percaya diri, tingginya angka
kemiskinan dan anggapan bahwa wanita adalah makhluk
yang lemah.

Lalu, apakah wanita akan selamanya di banding-


bandingkan dengan lelaki? Tentu saja jawabannya wanita,
tidak. Atas dasar hal tersebutlah terbentuk suatu gerakan
yang dinamakan feminisme, yaitu suatu gerakan yang
memiliki tujuan untuk mendefinisikan, membangun dan
mencapai kesetaraan gender di lingkup politik, ekonomi,
sosial dan pribadi. Adanya gerakan feminisme ini di dukung
oleh 3 aspek, yaitu Alqur’an, Legitimasi Hukum dan
Muhammadiyah. Kesetaraan gender yang akan di capai
berdasarkan Al-Qur’an di dasarkan pada asal kejadian wanita
dan pria, serta ditinjau dari nilai dan kualitas (Al-qimah).
Dalam al-Qur’an Allah menegaskan wanita dan pria
merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan, saling
melengkapi. Dijelaskan pula bahwa tolok ukur antar manusia
satu dengan yang lainnya adalah kualitas taqwa, bukan dari
kekuatan ataupun hal lainnya. Dalam aspek Legitimasi
Hukum dijelaskan pada pasal 27 UUD 1945 dan GBHN yang
membahas tentang kesejajaran antara wanita dan pria di
depan hukum dan pemerintahan. Muhammadiyah juga
menunjukkan keberpihakannya terhadap kesetaraan
perempuan dan laki-laki. Hal itu ditunjukkan dari kajian
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
tentang kepemimpinan perempuan yang diwujudkan dalam
pembahasannya tentang kepemimpinan perempuan dalam
bidang politik dan kepemimpinan perempuan dalam ibadah
(khususnya hukuman perempuan menjadi imam shalat bagi
jama’ah yang di dalamnya terdapat laki-laki), kajian
Muhammadiyah yang menunjukkan keberpihakannya

terhadap kesetaraan perempuan dengan laki-laki.


TOPIK 6: PENDIDIKAN SEBAGAI
MEDIA PENYELARASAN
MODERNISASI DAN AGAMA

Apasih modernisasi itu? Modernisasi diambil dari


kata modern yang artinya ialah terjadinya perubahan dari
tradisional menjadi lebih maju, sehingga modernisasi dapat
dikatakan suatu proses terjadinya perubahan dari tradisional
menjadi lebih maju. Ciri orang tradisional biasanya seperti
berekonomi statis, teknologi yang terbatas, bermata
pencaharian petani agrarian dan gotong royong.

Aspek yang terdampak dari modernisasi ini hampir


keseluruhan seperti budaya, ekonomi, pendidikan,
tekonologi, dan lain-lain. Contohnya di bidang pertanian
adalah dari lahan persawahan yang diubah menjadi PLTU.
Lalu di sistem pergantian kepemimpinan yang awalnya
ditunjuk berubah menjadi pemilu. Dari bercocok tanam
menjadi pegawai kantoran. Namun tidak selalu perubahan
secara drastis, adapula yang hanya berupa sentuhan-
sentuhan seperti pada petani yang membajak sawah
menggunakan kerbau berubah menjadi menggunakan mesin
(traktor). Awalnya padi ditumbuk dengan lumbung sekarang
menggunakan alat, dan juga sentuhan rekayasa genetika
untuk meningkatkan kualitas seperti yang diharapkan.

Berkaca pada negara barat yang lebih dahulu modern


daripada kita, dengan pemikiran bahwa orang beragama
tidak bisa untuk modern, karena memiliki sebuah pemikiran
bahwasanya modernisasi tidak berkaitan dengan agama
sehingga akan berbanding terbalik. Jika kita lihat di lapangan
memang benar adanya, justru negara yang kurang dalam hal
agama akan lebih maju daripada negara yang beragama. Lalu
apakah agama memang berbanding terbalik dengan
modernisasi, sebagai salah satu contoh yaitu saham. Di
beberapa negara maju saham sedang sangat gencar-
gencarnya pada negara maju, namun di negara yang lebih
agamis justru hal tersebut diharamkan. Begitupun dengan sex
dimana kebutuhan manusiawi juga diharamkan di agama
kita. Kalau diperhatikan pada negara maju mereka punya
teknologi canggih, kepraktisan, dan semua mudah didapat,
tetapi mereka banyak yang bunuh diri, lantas apakah yang
ada dipikiran mereka sedangkan semua sudah enak dan
mudah didapatkan?

Di Al-Qur’an surat Al-Qasas ayat 77 dijelaskan


bahwa kita perlu menyeimbangkan dunia dan akhirat, sebab
untuk menuju ke akhirat kita perlu melalui beberapa jalan,
salah satunya hidup didunia. Ibarat hidup, jika hanya terus-
menerus sholat tanpa makan bisa pingsan. Tapi
modernisasasi juga menyalahartikan kepraktisan beragama,
seperti pada bulan ramadahan sengaja tidak puasa karena
tinggal membayar fidyah saja, padahal tanpa ada udzur
apapun. Begitupun dengan sholat, sengaja di qoshor
sedangkan tidak dalam perjalanan atau udzur apapun.
Sehingga kita dapati modernisasi ini sebatas untuk jasmani.
Lantas bagaimana dengan kerohanian kita?

Setelah kita ketahui bersama sebelumnya bahwa


modernisasi banyak ditemukan berkebalikan dengan agama,
maka kita perlu melakukan sebuah langkah untuk
memperbaiki hal tersebut. Bahkan seorang pendiri
Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan saja dikatakan kafir
oleh warga sekitar dan para tokoh - tokoh agama lainnya,
dikarenakan mengikuti modernisasi pada zamannya, yakni
sekolah menggunakan bangku dan papan tulis, sedangkan
yang lain masih berjalan tradisional. Begitupun dengan
perjalanan beliau menggunakan transportasi kereta api
sedangkan yang lain masih menggunakan kereta berkuda. 

Maka dari itu kita membutuhkan pendidikan sebagai


alat untuk bisa mencapai hal tersebut, untuk mengedukasi
masyarakat bahwa modernisasi bukanlah sebuah kekafiran,
melainkan suatu proses terjadinya perubahan dari cara
tradisional menjadi lebih maju. Dalam hal tersebut
merupakan hasil pemikiran seseorang bukan penilaian atas
kekafiran seseorang. Bahkan dalam agama pun Al-Qur’an
surat Al-Qasas ayat 77 dijelaskan bahwa kita perlu
menyeimbangkan dunia dan akhirat, karena untuk menuju
akhirat maka kita perlu jalan, dan dunia inilah jalannya.

Modernisasi dalam pendidikan dapat dikatakan


sebagai pendekatan jangka panjang atas berbagai persoalan
umat Islam saat ini dan masa mendatang. Meningkatnya
kualitas pendidikan baik dari aspek sarana prasarana, media,
pola pembelajaran, sumber bahan ajar, dan mudahnya
pertukaran informasi dari manapun yang dibutuhkan dalam
sektor pendidikan merupakan implikasi dari modernisasi.
Untuk mendapatkan ilmu pun tidak harus di sekolah, akan
tetapi ilmu bisa didapat dari manapun, bisa dari jalan atau
dari mana saja. Bahkan ada pepatah mengatakan bahwa
pengalaman merupakan guru terbaik. Mengapa demikian,
karena kita mengalami sendiri sesuatu hal tersebut, sehingga
kita bisa mengerti seluk beluk, positif negatif hal tersebut dan
hal apa yang bisa menjadikan sesuatu itu sangat ber-value
sehingga kita bisa mengambil pelajaran dari situ, dan pada
umumnya ilmu yang seperti inilah yang bertahan lama dan
sangat bermanfaat bagi kita kedepannya.
Namun jika tidak diseimbangkan dengan ilmu
agama, maka perubahan atau kemajuan dapat bertolak
belakang, sepertinya yang banyak terjadi disalahartikan
dengan adanya modernisasi ini muncul ideologi - ideologi
liberalisme, sehingga harus dapat kita kendalikan dengan
batasan dan norma yang ada. Dalam suatu hadist nabi
Muhammad SAW bersabda bahwa, Manusia yang paling
berat mendapatkan siksa di hari kiamat, yaitu orang-orang
yang mempunyai ilmu, akan tetapi tidak memeberikan
manfaat atas ilmu tersebut ataupun memiliki ilmu namun
tidak diamalkan. Untuk itu, ilmu dapat berperan sebagai alat
dan harus dapat kita sesuaikan dengan batasan dan norma
yang ada.

Setelah kita membahas pendidikan sebagai jembatan


atau sarana untuk penyelarasan antara agama dan
modernisasi, maka sekarang kita kembali ke permasalahan
utama yakni agama dan modernisasinya. Tokoh-tokoh
muslim pun meyakinkan bahwa kejayan izzul islam wal
muslimin hanya bisa tercapai apabila kita kembali pada
tuntunan kita yaitu Al Quran yakni modernisasi jasmani dan
rohani. Dimana hal tersebut juga sesuai dari tujuan
Muhammadiyah yakni menciptakan masyarakat islam yang
sebenar-benarnya, yaitu masyrakat islam yang berpedoman
Al Quran dan Hadits.
Sejak awal, langkah yang diambil oleh kebanyakan
negara barat tidak sesuai dan lebih memilih
mengesampingkan agama. Meskipun di negara barat semua
serba ada dan serba mudah, namun tetap saja ditemukan
banyak problematika bahkan sampai mengakibatkan
peristiwa bunuh diri. Mereka merasa hampa kehilangan arah
dan tujuan hidup. Hal tersebut bisa terjadi karena stigma
mereka akan agama itu buruk, seperti contoh terorisme yang
selalu dikaitkan pada salah satu agama tertentu, yang
mengakibatkan mereka menganggap bahwa dengan
beragama akan mengekang hidupnya sehingga sulit untuk
melakukan modernisasi. Padahal sebenarnya didalam agama
kita diajarkan kebaikan saling berbuat baik kepada sesama,
hanya saja mereka belum tahu sehingga mereka bersikap
seperti itu.

Maka dari itu, kita perlu melakukan pembersihan


stigma-stigma negatif tentang agama, dengan cara
berdakwah. Dakwah tidak selalu berupa ceramah dan
berkoar koar dibalik mimbar saja tetapi dapat berupa
memberikan contoh secara langsung melalui tindakan yang
kita lakukan sehingga masyarakat akan meniru. Jikalau kamu
belum bisa untuk mengajak orang lain, setidaknya mulai dari
dirimu sendiri terlebih dahulu. Seperti dalam surat Ali Imran
ayat 104, bahwa dengan berkelompok kita akan memiliki
power dan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan
ketika kita melakukan sendirian.

Apabila stigma negatif telah memudar di kalangan


masyarakat maka akan lebih mudah bagi kita untuk
melakukan dakwah dan mengajak saudara-saudara kita
karena memang mereka sudah menerima, bahkan kalau
sangat tertarik mereka bisa berjalan dengan kemauan mereka
sendiri tanpa adanya ajakan. Maka dari itu karena problem
utamanya terdapat pada agama dan modernisasi itu sendiri
maka penyelesaiannya pun berkaitan dengan itu. Dengan
demikian, adanya agama menjadi jembatan dari berbagai
aspek kehidupan sehingga mampu menyelesaikan persoalan

diatas secara tidak langsung atau otomatis.


AKTUALISASI NILAI NILAI
PROFETIK DALAM
BERHUMANISASI

Profetik berasal dari Bahasa Inggris yaitu prophet


yang artinya nabi. Dimana setidaknya terdapat tiga makna
terangkum dalam memaknai apa itu profetik menurut jurnal
yang berjudul Paradigma Ilmu Sosial Politik karya
Kuntowijoyo. Pertama profetik bisa diartikan yang berkaitan
dengan seorang nabi atau sosok inspirasi. Kedua,
mengandung Nubuwah atau tulisan kenabian seperti Al-
qur’an dan As-sunah yang dikumpulkan dalam satu kitab.
Ketiga yaitu memiliki fungsi atau kekuasaan seorang nabi,
sebagai suatu kepribadian. Pada dasarnya apabila kita
membahas tentang profetik maka kita akan membahas
seputar tentang kenabian. Menurut Bakran Adz-Dzakley,
profetik adalah hal ikhwal yang berhubungan dengan
seseorang yang telah memperoleh potensi kenabian.
Jika ditinjau melalui terminologi nabi dalam bahasa
Arab, Menurut Said Ramadhan Al-Buthi kalimat nabi diambil
dari naba', maknanya adalah khabar. Maksudnya yaitu Allah
mengkhabarkan melalui Jibril, lalu Jibril mengabarkan
khabar-khabar itu melalui mereka yang disebut nabi. Nabi
adalah yang diberi khabar dari jalur wahyu. Sedangkan Rasul
itu seseorang yang diberi khabar (wahyu) dari perantara Jibril
kemudian mereka diperintah untuk mengkhabarkan risalah
atau menyampaikan kepada manusia. Kemudian nubuwah
adalah ungkapan untuk hubungan seorang yang diberi
wahyu dengan tuhannya. Menurut Muqowwim, terdapat tiga
kriteria nabi, pertama yaitu menerima wahyu yang kemudian
terhimpun dalam satu kitab. Kedua, membawa hukum atau
syariat sebagai pedoman cara hidup. Oleh karena itu teladan
nabi dan rasul itu sebagai sumber hukum. Ketiga,
berkemampuan memprediksi berbagai hal di masa yang akan
datang. Nabi memiliki kekuatan ilmiah tanpa harus belajar,
daya khayal kuat (jiwa yang suci) sehingga menerima wahyu
dari Allah. Contohnya yaitu nabi pernah berkata bahwasanya
akan tiba masa dimana bangsa Romawi dan Persia takluk di
tangan Islam. Dan benar saja pada zaman Umar bin Khottob
mampu menaklukkan bangsa Persia sedangkan pada zaman
Turki Ustmani yang dipimpin oleh Sultan Al Fatih mampu
menaklukkan bangsa Romawi.
Berbicara mengenai nabi, maka apasih sebenarnya
iman kepada nabi itu? Jadi iman kepada nabi yaitu kita wajib
mempercayai risalahnya. Berikutnya yaitu meyakini
kenabiannya. Kita percaya bahwa nabi bertugas untuk
megajarkan kepada manusia tentang sesuatu dimana
manusia tidak boleh bodoh tentang hal tersebut. Jadi kita
wajib mengimani seluruh nabi. Menurut filsuf, nabi juga
memiliki keistimewaan berupa kekuatan ilmiah yang mana
seorang nabi menerima atau mengetahui pengetahuan tanpa
belajar. Daya ingat dan khayal nabi juga sangat kuat sehingga
dirinya mampu mengkhayal bentuk-bentuk yang bersifat
cahaya yang mengajaknya berbicara serta mendengarkan
wahyu yang dia terima. Keistimewaan lainnya yaitu nabi
memiliki pengaruh sangat besar dihadapan dan dalam
kehidupan manusia sehingga nabi pada zamannya mampu
dengan mudah dikenal.

Tujuan diutusnya nabi dan rasul menurut Musa


Asy'ari berdasarkan pendekatan doktrinal, dapat dipahami
bahwa kedatangan nabi ke masyarakat ialah agar kehidupan
masyarakat berjalan seimbang, selamat dari konflik yang
dapat menghancurkan dirinya sendiri. Bahkan diumpamakan
fungsi nabi terhadap masyarakatnya seperti fungsi hati untuk
seluruh badan. Menurut Muhammad Abduh, kedudukan
para nabi dan rosul seperti kedudukan akal dalam diri
manusia. Tak heran apabila Tuhan mengkhususkan sebagai
makhluk dengan wahyu dan ilham, karena jiwa mereka telah
tinggi dan dapat pula menerima limpahan Tuhan dan
rahasianya. Menurut Thobatoba’i dalam tafsir surah Al Hadid
ayat 25, mengatakan bahwa tujuan Allah mengutus nabi dan
rasul serta menurunkan kitab adalah untuk menegakkan
keadilan bagi sesama manusia atau untuk menegakkan
masyarakat yang adil. Dengan demikian, nabi dan rasul
memiliki hubungan dimensi vertikal (sesama manusia) yang
baik sertahubungan horizontal (kaitan dirinya dengan tuhan).
Beberapa aspek revolutif nabi yakni contohnya ketika orang
Arab mengubur bayi perempuan karena dianggap aib,
kemudian diubah dengan keutamaan memelihara anak
perempuan sesuai hadits Muslim No. 2631, memberantas
kedzaliman praktik riba, menganjurkan pembebasan budak
dan mengajak pada kesetaraan sesama manusia.

Manusia menurut Al-Qur'an itu memiliki fitrah yang


agung yang mana bertugas untuk menegakkan aturan-aturan
Allah SWT. Manusia sebagai khalifah memakmurkan bumi
dengan menyebarkan kedamaian, keselamatan, kasih sayang,
dan menegakkan keadilan serta sebagai hamba Allah SWT
yang harus beribadah kepadanya. Fungsi nabi dalam profetik
bertujuan untuk menegakkan keadilan dan kesetaraan
sesama manusia.
Terdapat sebuah teori yang menerapkan hal tersebut,
dikenali dengan Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo. Teori ini
merupakan tawaran teologi baru yang lebih sesuai dengan
kondisi yang ada di Indonesia sebagai kritik terhadap teologi
tradisional, salah satu model integralisasi agama dan ilmu
pengetahuan. Dalam pendidikan profetik membutuhkan tiga
pilar, seperti yang terdapat dalam surat Al-Imran ayat 110
yaitu humanisasi, liberasi dan transedensi. Apabila ketiga
pilar tersebut berjalan beriringan serta berkesinambungan
dapat menjadi interpretasi untuk mewujudkan misi
pendidikan Islam yang holistik. Pemaknaan tiga pilar
tersebut sebagai berikut.
1. Humanisasi adalah upaya memanusiakan manusia,
menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan
dan kebencian dari manusia. Humanisasi sesuai dengan
semangat liberalisme barat. Dalam konteks pendidikan,
humanisasi ini berarti pendidikan yang mengajarkan
anti-kekerasan. Humanisasi teosentris sebagai lawan
untuk humanisasi antroposentris yg sering kali berujung
pada de humanisasi.
2. Liberasi adalah pemaknaan kreatif dari nahi munkar.
Liberasi dalam Ilmu Sosial Profetik sesuai dengan
prinsip sosialisme, satu diskursus sosial untuk pro aktif
dalam menolak dan menentang kebatilan serta
kemungkaran seperti korupsi.
3. Transendensi, memiliki arti naik ke atas, menembus,
melewati, atau melampaui. Menurut istilah memiliki arti
“perjalanan di atas atau di luar”. Dalam istilah
teologisnya, transendensi bermakna “ketuhanan, dan
makhluk-makhluk gaib”. Sudah selayaknya jika umat
Islam meletakkan Allah SWT sebagai pemegang otoritas
Tuhan Yang Maha Objektif dengan 99 Nama Indah itu.
Pendidikan harus mampu menyapa dimensi spiritualitas
sebagai asas dan akar berdirinya. Segala misi pendidikan
untuk diupayakan menuju dimensi ketuhanan.
Beberapa istilah pada ilmu sosial profetik ini berupa
Demistifikasi Islam, Islamisasi Pengetahuan, dan
Dekodifikasi. Kelemahan Islamisasi yang menghilangkan
esensi bahwa ilmu itu muamalah. Sedangkan kalau
kelemahan Dekodifikasi menyebabkan involusi dan ekspansi.
Ilmu sosial transformatif ialah hasil elaborasi ajaran-ajaran
agama kedalam bentuk suatu teori sosial. Humanisme
berperan sebagai ukuran segala sesuatu baik buruk, benar
salah, dan lain sebagainya. Dengan adanya sekulerisme
membuat terkadang sains tidak sesuai dengan agama. Pada
liberalisme ada beberapa syarat seperti liberasi sistem
pengetahuan fanatik buta dimana klaim kebenaran yang
tidak disertai analisa rasional. Seolah ilmu pengetahuan
doktriner dan dogmatis. Lalu liberasi sistem sosial yaitu
dengan membangun kesetaraan bersatu dalam keragaman,
toleransi dan saling menghargai. Liberasi sistem ekonomi
betujuan menciptakan ekonomi berkeadilan bebas dari
korupsi dan memihak pada kepentingan masyarakat banyak.
Terakhir liberasi sistem politik untuk membebaskan manusia
dari birokrasi yang otoriter, tidak adil dan menindas
beberapa kaum atau golongan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

https://kemuhammadiyahan.com/kaderisasi-
muhammadiyah/

https://adoc.pub/sistem-perkaderan-muhammadiyah.html

https://fauziannor.files.wordpress.com/2013/03/
problematika-dan-strategi-kaderisasi-dalam-
muhammadiyah.pdf

https://mpkpdmkudus.files.wordpress.com/2011/08/
materi-31.pdf

https://al-maktaba.org/book/26332/1488

https://www.umm.ac.id/id/arsip-koran/oke-zone/apa-itu-
syirik-akbar-dan-syirik-asgar-simak-penjelasannya.html

https://www.google.co.id/amp/s/
kemuhammadiyahan.com/kaderisasi-muhammadiyah/
http://muhammadiyahis.blogspot.com/2015/07/pengertian-
tahayul-bidah-dan-churofat.html

https://utusanakhirzamaBun.wordpress.com/2017/03/14/
contoh-contoh-amalan-khurafat-dan-tahayul/

Yusuf Qardhawi. 2005. Hakikat Tauhid dan Fenomena


Kemusyrikan. Jakarta : Rabbani Press. Hlm.125

Fatikhul Amin Abdullah. 2017. Kualitas Pendidikan


Indonesia di Mata Dunia. Sidoarjo

Imam Nur Aziz. 2019. Pemerataan Akses Pendidikan bagi


Masyarakat Indonesia, Institut Keislaman Abdulla Faqih.
Gresik

Idrus, M. 2012. Mutu Pendidikan dan Pemerataan Pendidikan


di Daerah. Psikopedagogia. 1(2).

Fathoni, Farid 1990. Kelahiran Yang Dipersoalkan. Surabaya: PT


Bina Ilmu.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tuwaijiri.


2013. Ensiklopedia Islam AL-Kamil. Jakarta: Darus Sunnah.
Hlm 75

Pribadi, Imam. "Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


(Imm) Dalam Membentuk Perilaku Beragama Mahasiswa Di
Perguruan Tinggi Muhammadiyah." Voice of Midwifery 5.07
(2016): 39-54

Agham, Noor Chozin. 1997. Melacak Sejarah Kelahiran dan


Perkembangan Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah. Jakarta:
PERKASA

Aris Kurniawan. 2018. Peran Mahasiswa Menurut para Ahli


Beserta Peran dan Fungsinya. (Online),
(https://www.gurupendidikan.co.id)

Azzam. 2011. Melacak Akar Ideologi Gerakan Mahasiswa


Islam Indonesia. (Online), (http://www.academia.edu)

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group

Caly, Sadli. 2012. Mahasiswa dan Menulis. (Online),


(http://etheses.uin-malang.ac.id)

Al-Qur'an

Al-Hadits

Muslim.or.id
Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, jilid I,
Beirut, Dar al Fikr.

Asy'arie, M. 2002. Filsafat Islam; Sunnah Nabi Dalam


Berpikir.Yogyakarta: LESFI

Zarkasyi, H, F. 2012. Misykat: Refleksi Tentang Islam,


Westernisasi & Liberalisasi. Jakarta: Insists

Kuntowijoyo. 2007. Islam sebagai Ilmu. Yogyakarta: Tiara


Wacana.

Mauliana, 2018. Takhayul dalam Perspektif Masyarakat.


Skripsi. Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
POTRET KAJIAN KAMI
SINOPSIS

Kaderisasi sebagai langkah awal dalam berMuhammadiyah--


diharapkan mampu membentuk perkumpulan yang
terorganisir dalam menjangkau aspek amar ma'ruf nahi
mungkar

Ikatan dan Kesadaran Beragama ---- membahas mengenai


ikatan sebagai pergerakan kemahasiswaan yang memiliki
kemampuan kader dengan kultur yang berbeda dengan
organisasi lain

Kausalitas IMM terhadap Era Modern --- berdirinya IMM di


era modern menjadi solusi terhadap permasalahan yang
terjadi di kalangan umat serta menjadi Intelektual Muda
Muhammadiyah yang mampu menjaga cita-cita perjuangan
Muhammadiyah dengan realitas peran dan titik fokus
pergerakan organisasi IMM

Sasaran strategis pembaharuan Muhammadiyah ----


Muhammadiyah sebagai organisasi yang menjunjung tinggi
misi mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
senantiasa memberikan pembaharuan(tajdid) terhadap
kepercayaan kental yang dianut oleh masyarakat

Hubungan Kualitas Kemanusiaan dalam Pembangunan Masa


Depan--- IMM diharapkan memahami trilogi IMM serta
mengamalkannya untuk pembangunan masa depan

Pendidikan sebagai Media Penyelarasan Modernisasi dan


Agama--- meluruskan pandangan masyarakat bahwa
modernisasi bukanlah sebuah kekafiran melainkan suatu
proses perubahan dari tradisional menjadi yang lebih maju.

——————

Buku ini adalah gabungan notulensi selama kajian Follow UP


DAD Avicenna 2021. Terbitnya buku ini, menjadi bukti
semangat kami dalam menjalani pengkaderan. Buku ini juga
menjadi kenangan kami berproses. Kami meyakini pastilah
banyak yang perlu diperbaiki. Namun, inilah karya kami.

Selamat Membaca

Anda mungkin juga menyukai