Anda di halaman 1dari 7

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 LANDASAN TEORI


- Definisi Korupsi
                  menurut Asal kata
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
menurut Tranparency Internasional
korupsi adalah suatu tindakan melanggar hukum dimana pelakunya akan berusaha
memperkaya diri dengan cara yang tidak semestinya. Contohnya “mencuri” uang negara
demi kepentingan pribadi atau golongan. Korupsi sering dikait-kaitkan dengan kolusi dan
nepotisme. Perbedaannya, korupsi adalah menggelapkan uang, kolusi adalah tindakan
penyuapan, sedangkan nepotisme adalah tindakan untuk lebih memilih seseorang untuk
bekerja sama berdasarkan hubungan pribadi (keluarga atau teman dekat) daripada
kemampuan kerjanya.
Menurut Hukum di Indonesia
            menurut perspektif hokum, definisi korupsi telah di jelakan dalam 13 pasal dalam UU
No.31 Tahun 1999 yang telah di ubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi. Berdasarkan pasal – pasal tersebut terdapat 30 tindakan yang dapat di
kategorikan sebagai tindak korupsi. Namun secara ringkas, rindakan – tindakan tersebut
dapat di kelompokkan sebagai berikut :
1.      kerugian keuangan Negara
2.      suap menyuap
3.      penggelapan dalam jabatan
4.      pemerasan
5.      perbuatan curang
6.      benturan kepentingan dalam pengadaan
7.      gratifikasi.

3.2 PERMASALAHAN
                  - Faktor –faktor penyebab terjadinya tindak korupsi
                        - Menurut Analisa Umum   
            Pada umumnya faktor penyebab korupsi bersumber pada tiga aspek yaitu: Kerusakan
pada lingkungan makro (negara) di mana sistem hukum, politik, pengawasan, kontrol,
transparansi rusak.Kerusakan tersebut menjadi latar lingkungan yang merupakan faktor
stimulus bagi perilaku orang. Tentunya menjadi jelas ketika sistem tidak secara kuat
memberikan hukuman terhadap pelanggaran dan imbalan terhadap sebuah prestasi, tingkah
menyimpang (korupsi) malah akan diulang-ulang karena akan memberikan konsekuensi yang
menyenangkan.
Pengaruh dari iklim koruptif di tingkat kelompok atau departemen.
Karena faktor kepribadian Korupsi dan hungunannya dengan kepribadian anak
Sigmund Freud merupakan pendiri Psikoanalisis. Teori Psikoanalisis fokus pada pentingnya
pengalaman masa kanak-kanak. Intinya, masa kanak-kanak memegang peran menentukan
dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku manusia ketika dewasa
kelak. Ada lima tahap perkembangan kepribadian dalam Psikoanalisis. Menurut Freud,
manusia dalam perkembangan kepribadiannya melalui tahapan oral, anal, phallis, laten, dan
genital. Tahap oral, Pada tahap ini manusia melulu menggunakan mulutnya untuk merasakan
kenikmatan. Bayi selalu memasukkan ke mulutnya setiap benda yang dipegangnya. Tahapan
ini berlangsung pada 0-3 tahun. Tahap anal, Inilah tahapan ketika anak memperoleh
kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari anusnya. Anak menyukai melihat tumpukan
kotorannya. Pada tahap ini anak dapat berlama-lama dalam toilet.
Tahap phallis, Tahap phallis berlangsung pada umur 8-10 tahun. Anak memperoleh
kenikmatan dengan memainkan kelaminnya.
Tahap laten, Anak melupakan tahapan memperoleh kenikmatan karena sudah memasuki usia
sekolah. Anak mempunyai teman dan permainan baru.
Tahap genital, Inilah tahapan ketika perkembangan kedewasaan mencapai puncaknya.
Manusia sudah memasuki tingkat kedewasaan. Tahap-tahap perkembangan ini berjalan
normal, dari satu tahap ke tahap berikutnya. Namun, bisa saja orang terhambat dalam
perkembangan dini. Freud menyebutnya fiksasi. Penyebabnya beragam, bisa karena orang
tua, lingkungan sosial, atau konflik mental. Lantas apa relevansinya dengan perilaku korupsi?
Untuk menjawabnya, kita mesti melacak akar penyebab korupsi.

                        Menurut Teori Gone


Menurut Jack Bologne, akar penyebab korupsi ada empat : Greed, Opportunity, Need,
Exposes. Greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah
orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat punya
gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin punya pulau pribadi. Opportunity terkait
dengan sistem yang memberi lubang terjadinya korupsi. Sistem pengendalian tak rapi, yang
memungkinkan seseorang bekerja asal-asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan,
sistem pengawasan tak ketat. Orang gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang.
Peluang korupsi menganga lebar.  Need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah
cukup, penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai. Exposes
berkaitan dengan hukuman  pada pelaku korupsi yang rendah. Hukuman yang tidak membuat
jera sang pelaku maupun orang lain. Deterrence effect yang minim. Empat akar masalah
diatas merupakan halangan besar pemberantasan korupsi. Tapi, dari keempat akar persoalan
korupsi tadi, menurut saya, pusat segalanya adalah sikap rakus dan serakah. Sistem yang
bobrok belum tentu membuat orang korupsi. Kebutuhan yang mendesak tak serta-merta
mendorong orang korupsi. Hukuman yang rendah bagi pelaku korupsi belum tentu membikin
orang lain terinspirasi ikut korupsi.
Pendeknya, perilaku koruptif memiliki motivasi dasar sifat serakah yang akut. Adanya
sifat rakus dan tamak tiada tara. Korupsi, menyebabkan ada orang yang berlimpah, ada yang
terkuras, ada yang jaya, ada yang terhina, ada yang mengikis, ada yang habis. Korupsi paralel
dengan sikap serakah.

                        Fiksasi dan Korupsi


Ada hubungan antara tahapan perkembangan kepribadian anak dengan kondisi anak
setelah dewasa. Bila pada tahap-tahap itu terjadi fiksasi atau hambatan perkembangan
kepribadian., maka kepribadian itulah yang dibawanya sampai besar. Sifat serakah adalah
sifat dari orang yang terhambat dalam perkembangan kepribadiannya, yaitu ketika dia
terhambat dalam tahap kepribadian anal. Seorang anak yang mengalami hambatan
kepribadian pada fase anal, ketika besar ia akan mempertahankan kepribadian anal. Karakter
orang ini ditandai dengan kerakusan untuk memiliki. Ia merasakan kenikmatan dalam
pemilikan pada hal-hal yang material. Fase anal ditandai oleh kesenangan anak melihat
kotoran yang keluar dari anusnya. Kini, kotoran telahdiganti benda lain. Benda itu berujud
uang, mobil, rumah, saham, berlian, emas, intan. Koruptor adalah anak kecil dalam tubuh
orang dewasa. Badannya besar, jiwanya kerdil. Untuk menyembuhkannya, hilangkan
hambatan itu. Tunjukkan padanya bahwa pada dasarnya dia belum dewasa. Kesenangan
mengumpulkan harta adalah simbol perilaku menyimpang akibat terhambat dalam
perkembangan kepribadian di masa kanak-kanak. Kesimpulannya, koruptor adalah orang
yang belum dewasa. Ia masih perlu belajar memperbaiki kualitas kepribadiannya.

- Jenis – Jenis Korupsi


 Korupsi yang merugikan keuangan Negara, korupsi jeni ini di rumuskan dalam pasal
2 UU No. 31 Tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001. unsure – unsure yang di anggap
melanggar pasal – pasal ini apabila :
1.      setiap individu
2.      memperkaya diri,orang lain ataupun kelompok
3.      melawan hokum
4.      merugikan keuangan dan perekonomian Negara.

 Suap menyuap, pembahasan jenis korupsi ini di cantumkan dalam pasal 5 ayat (1) a
UU No. 31 tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001. unsure- unsure yang di anggap melanggar
pasal ini apabila :
1.      setiap individu
2.      memberikan/menjanjikan sesuatu
3.      kepada pegawai negeri atau penyelenggara Negara
4.      dengan maksud berbuat atau tidak berbuat sesuai dalam jabataannya sehsehingga
bertentangan dengan jabatannya.
 Penyalahgunaan jabatan, jenis korupsi ini di atur dalam pasal 8 UU No. 31 tahun 1999
dan UU No. 20 tahun 2001 yang menyebutkan unsure – unsurnya adalah:
1.      pegawai negeri atau bukan pegawai negeri yang di tugaskan untuk menjalankan suatu
jabatan umum secara terus- menerus atau sementara waktu
2.      dengan sengaja
3.      menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil/menggelapkan/membantu
melakukan perbuatan itu
4.      uang atau surat berharga yang di simpan karena jabatannya.

 Pemerasan, yang di maksud pemerasan disini adalah apabila seorang pegawai negeri
yang memiliki kekuasaan menyuruh orang lain (bawahannya) untuk melakukan tindakan
yang menguntungkan bagi dirinya. Jenis korupsi ini di atur dalam pasal 12 huruf e UU No. 31
tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001, unsure – unsure dari jenis korupsi ini adalah :
1.      pegawai negeri
2.      dengan maksud menguntungkan diri atau orang lain
3.      dengan cara melawan hokum
4.      memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran yang
menguntungkan oknum – oknum yang menginginkan.
5.      menyalahgunakan kekuasaan.

 Kecurangan, dalam kecurangan yang di masukkan dalam jenis korupsi disini lebih di
tekannkan kepada TNI/POLRI yang melakukan kecurangan – kecurangan perihal senjata –
senjata, hal ini di atur dalam pasal 7 ayat (1) huruf c UU No. 31 tahun 1999 dan No.20 tahun
2001,dengan unsure – unsure sebagai berikut :
1.      setiap orang
2.      melakukan perbuatan curang
3.      pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan POLRI Negara RI
4.      dapat membahayakan keselamatan Negara dalam keadaan perang

 pengadaan, pengadaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghadirkan


barang atau jasa yang di butuhkan oleh suaru instansi atau perusahaan. Unsure – unsure
korupsi ini di atur dalam pasal 12 huruf I UU No. 31 tahun 1999 dan UU No. 20 tahun
2001.yaiutu :
1.      pegawai negeri atau penyelenggara Negara
2.      dengan sengaja
3.      langsung atau tidak langsung ikut serta dalam pemborongan,pengadah atau persewaan
4.      pada saat di lakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian di tugaskan untuk mengurus
atau mengawasinya

 gratifikasi (hadiah), adalah pemberian hadiah,bisa berupa uang,barang, biaya


pengobatan, dan fasilitas lain.,jenis korupsi ini di jelaskan dalam pasal 12B UU No. 31
tahun1999 dan UU No.20 tahun 2001. unsure – unsurnya adalah :
1.      pegawai negeri atau penyelenggara Negara
2.      menerima gratifikasi
3.      yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya
4.      penerima gratifikasi tersebut tidak di laporkan pada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak
di terimanya gratifikasi.

- Dampak dari tindakan korupsi


 Kesejahteraan umum Negara menjadi tergganggu
            Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi
sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan
yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME).
Politikus-politikus “pro-bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan
besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.
 Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,
korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan
cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi
mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat
yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.
 Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Chetwynd et al (2003),          korupsi akan menghambat pertumbuhan
investasi. Baik investasi domestik maupun asing. Mereka mencontohkan fakta business
failure di Bulgaria yang mencapai angka 25 persen.
Maksudnya, 1 dari 4 perusahaan di negara tersebut mengalami kegagalan dalam melakukan
ekspansi bisnis dan investasi setiap tahunnya akibat korupsi penguasa. Selanjutnya, terungkap
pula dalam catatan Bank Dunia bahwa tidak kurang dari 5 persen GDP dunia setiap tahunnya
hilang akibat korupsi. Sedangkan Uni Afrika menyatakan bahwa benua tersebut kehilangan
25 persen GDP-nya setiap tahun juga akibat korupsi.Menurut Mauro (2002),Setelah
melakukan studi terhadap 106 negara, ia menyimpulkan bahwa kenaikan 2 poin pada Indeks
Persepsi Korupsi (IPK, skala 0-10) akan mendorong peningkatan investasi lebih dari 4
persen. Sedangkan Podobnik et al (2008) menyimpulkan bahwa pada setiap kenaikan 1 poin
IPK, GDP per kapita akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 persen setelah melakukan
kajian empirik terhadap perekonomian dunia tahun 1999-2004. Menurut  Gupta et al (1998).
Menyatakan fakta bahwa penurunan skor IPK sebesar 0,78 akan mengurangi pertumbuhan
ekonomi yang dinikmati kelompok miskin sebesar 7,8 persen. Ini menunjukkan bahwa
korupsi memiliki dampak yang sangat signifikan dalam menghambat investasi dan
pertumbuhan ekonomi.
 Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam
menjalankan program pembangunan.
Pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah, layanan publik
cenderung lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, Gupta, Davoodi, dan
Tiongson (2000) menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan memperburuk
layanan kesehatan dan pendidikan. Konsekuensinya, angka putus sekolah dan kematian bayi
mengalami peningkatan.Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan
menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Terkait dengan hal
ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan
meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin. Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya
dan kelompok miskin akan semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya
aliran dana dari masyarakat umum kepada para elit, atau dari kelompok miskin kepada
kelompok kaya akibat korupsi.
 Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.
Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan
ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga akan
menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama. Rasa saling percaya
yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang. Akibatnya, muncul
fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan rasa percaya, baik antar sesama
individu, maupun terhadap institusi negara. Perasaan aman akan berganti dengan perasaan
tidak aman (insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran dikatakan sebagai
libaasul khauf (pakaian ketakutan). Fakta     bahwa    negara    dengan tingkat korupsi yang
tinggi memiliki tingkat   ketidakpercayaan      dan  kriminalitas yang tinggi
pula.  Ada korelasi yang kuat di antara ketiganya.
 Mempersulit Pembangunan Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi
dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang
menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi,
konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan
pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan
inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan yang
memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan
perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di
dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang
mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas
proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan
lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan
bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas
pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap
anggaran pemerintah.Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor
keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah
korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal
(capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya
ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di Swiss).
Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan
dari semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan,
melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas
Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara
sub-Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri.
(Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah dibuatkan
modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu
faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru
sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi
dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar
jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.
 Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat
upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa peningkatan IPK
sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin. Artinya, kesenjangan
antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh
semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum kepada para elit, atau dari
kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.
-          Korupsi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan.
Peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4
poin. Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin
melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum
kepada para elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi
2.3 UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK KORUPSI
            upaya penanggulangan korupsi dapat di lakukan dengan dua cara yaitu : pencegahan
dan penindakan. Upaca pencegahan (preventif) yang paling utama adalah upaya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terutama para penyelenggara Negara (birokrasi) melalui
sarana pendidikan, agar berperilaku anti korupsi dan malu melakukan korupsi. Yang kedua
adalah melakukan pengawasan yang lebih tersistematis dengan menerapkan teknologi
canggih seperti yang di terapkan di Negara- Negara maju. Sedangkan upaya penindakan di
lakukan melalui penegakan hukum. Upaya pemberantasan korupsi sangat memerlukan
dukungan dari rakyat. Tanpa dukungan dari rakyat maka pemberantasan korupsi akan
mengalami kegagalan. Komponen masyarakat yang memegang perasan penting dalam
pemberantasan korupsi adalah kalangan birokrasi seperti :
a. Kepolisian,tugas polisi dalam menjaga kestabilan dan keamanan Negara telah di atur dalam
UUD 1945 pada pasal 30 ayat 2 yang isinya “usaha pertahanan dan keamanan Negara
dilaksanakan melalui sisitem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan
kepolisian Negara republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung ” dari keterangan tersebut makan sudah jelas bahwa tugas polisi adalah menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat,polisi bertugas melindungi,mengayomi,melayani
masyarakat serta menegakkan hukum.
b.Kejaksaan, jaksa adalah alat yang menjadi wakil rakyat dalam menegakkan hukum.jaksa
mempunyai tugas – tugas pokok,yaitu :
-          mengadakan penyidikan lanjutan terhadap kejahatan,pelanggaran dan mengawasi serta
mengkoordinasikan alat – alat penyidik menurut ketentuan dalam hukum acara pidana dan
peraturan Negara lainya
-          mengawasi aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara
-          melaksanakan tugas khusus lain yang di berikan oleh suatu peraturan Negara.
c. Kehakiman, dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum,lembaga kehakiman di
atur dalam UUD 1945 pasal 24 ayat 2 yang berbunyi “kekuasaan kehakiman di lakukan oleh
sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum,lingkungan peradilan agama,peradilan militer,peradilan tata usaha Negara
dan sebuah mahkamah konstitusi”
d.                        Advokat, adalah pengacara, seorang pengacara sangat penting dalam
penegakan tindak pidana korupsi, dengan adanya advokat makan pekerjaan lembaga
kepolisian lebih terbantu. Peran advokat disini adalah dengan mengumpulkan bukti – bukti,
di haruskan advokat dapat membedakan yang benar dan yng salah sehingga dapat mengakkan
hukum dengan baik, benar serta adil.

Anda mungkin juga menyukai