Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam yang
tersedia, namun di lihat secara nyata, rakyat Indonesia banyak yang menderita.
Penderitaan ini seperti :kemiskinan, kelaparan, dan kesengsaraan. Penderitaan yang di
jalani rakyat tidak lain dan tidak bukan adalah dampak dari otonomi daerah yang kurang
tersruktur. Hal ini di karenakan rendahnya moral moral para pejabat yang memegang
kekuasaan
di
Indonesia.
Rendahnya
moral
para
pejabat
yang
ada
di Indonesia menyebabkan Indonesia menempati rangking ke-3 dalam Negara terkorup
di dunia. Hal ini sangat mencoreng nama bangsaIndonesia sebagai Negara yang
memiliki kekayaan lebih.
Saat ini, korupsi di Indonesia sudah mencapai puncaknya, setiap pejabat tinggi yang
di periksa, pasti terlibat korupsi. Jika hal ini tidak di tanggapi dengan serius maka Negara
Indonesia tidak akan mencapai puncak emas seperti yang di cita cita kan dalam
penukaan undang undang dasar 1945.
Permasalahannya adalah,apakah korupsi di Indonesia dapat teratasi. Maka dengan
penyusunan makalah ini, saya akan mengunggakap hal hal yang berkaitan dengan
korupsi yang ada di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumusan masalah, yaitu :
Apa yang di maksud dengan korupsi ?
Faktor apa saja yang menyebabkan tindak korupsi terjadi?
Apa saja jenis jenis korupsi?
Apakah dampak dari tindakan korupsi ?
Apakah dampak sosial dan kemsikinan masyarakat akibat korupsi?
Upaya/tindakan apa yang harus di lakukan dalam menanggapi korupsi?
1.3 TUJUAN
Pembuatan makalah ini mempunyai beberapa tujuan,yaitu :
Untuk memenuhi tugas PKN dalam rangka UAN dan UAS 2012
Memberi wawasan kepada pembaca tentang hal hal yang berkaitan dengan korupsi
Menggugah kesadaran masyarakat khususnya kalangan birokrasi untuk berperilaku anti
korupsi sehinga tercipta Negara yang bersih dan damai.

1.4 MANFAAT
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari pembuatan makalah ini,diantaranya
yaitu :
mengetahui devinisi korupsi
mengetahui faktor faktor penyebab terjadinya korupsi
mengetahui jenis jenis korupsi
mengetahui dampak yang akan timbul karena tindak korupsi
mengetahui upaya yang harus dilakukan terhadap tindakan korupsi.
1.5 METODE PENELITIAN
Metode yang di gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara,pertama
studi pustaka yaitu dengan mengambil referensi dari berbagai narasumber internet,bukubuku yang relevan. Kedua dengan melakukan pengamatan yaitu mengamati kejadian
yang terjadi di dalam masyarakat.
1.6 HIPOTESIS
Korupsi adalah tindakan yang sangat merugikan,selain merugikan keuangan Negara
dampak korupsi juga berimbas kepada rakyat rakyat kecil yang semakin hari hidupnya
menjadi semakin sengsara akibat ulah tikus tikus Negara. Untuk itu,tidak korupsi harus
di adili secara tegas. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati,maka di sini
penulis memperjelas bahwa korupsi sangat merugikan Negara dan warga Negara. Maka
dengan penyusunan makalah ini di maksudkan untuk menggugah kesadaran masyarakat
(pembaca) untuk bersikap anti korups

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI
- Definisi Korupsi
Menurut Asal kata
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupunpegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Tranparency Internasional
korupsi adalah suatu tindakan melanggar hukum dimana pelakunya akan
berusaha memperkaya diri dengan cara yang tidak semestinya. Contohnya mencuri
uang negara demi kepentingan pribadi atau golongan. Korupsi sering dikait-kaitkan
dengan kolusi dan nepotisme. Perbedaannya, korupsi adalah menggelapkan uang, kolusi
adalah tindakan penyuapan, sedangkan nepotisme adalah tindakan untuk lebih memilih
seseorang untuk bekerja sama berdasarkan hubungan pribadi (keluarga atau teman
dekat) daripada kemampuan kerjanya.
Menurut Hukum di Indonesia

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

menurut perspektif hokum, definisi korupsi telah di jelakan dalam 13 pasal dalam
UU No.31 Tahun 1999 yang telah di ubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi. Berdasarkan pasal pasal tersebut terdapat 30
tindakan yang dapat di kategorikan sebagai tindak korupsi. Namun secara ringkas,
rindakan tindakan tersebut dapat di kelompokkan sebagai berikut :
kerugian keuangan Negara
suap menyuap
penggelapan dalam jabatan
pemerasan
perbuatan curang
benturan kepentingan dalam pengadaan
gratifikasi.

2.2 PERMASALAHAN
- Faktor faktor penyebab terjadinya tindak korupsi
- Menurut Analisa Umum
Pada umumnya faktor penyebab korupsi bersumber pada tiga aspek
yaitu: Kerusakan pada lingkungan makro (negara) di mana sistem hukum, politik,
pengawasan, kontrol, transparansi rusak.Kerusakan tersebut menjadi latar lingkungan
yang merupakan faktor stimulus bagi perilaku orang. Tentunya menjadi jelas ketika
sistem tidak secara kuat memberikan hukuman terhadap pelanggaran dan imbalan
terhadap sebuah prestasi, tingkah menyimpang (korupsi) malah akan diulang-ulang
karena akan memberikan konsekuensi yang menyenangkan.
Pengaruh dari iklim koruptif di tingkat kelompok atau departemen.
Karena faktor kepribadian Korupsi dan hungunannya dengan kepribadian anak
Sigmund Freud merupakan pendiri Psikoanalisis. Teori Psikoanalisis fokus pada
pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Intinya, masa kanak-kanak memegang
peran menentukan dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku manusia ketika
dewasa kelak. Ada lima tahap perkembangan kepribadian dalam Psikoanalisis. Menurut
Freud, manusia dalam perkembangan kepribadiannya melalui tahapan oral, anal, phallis,
laten, dan genital. Tahap oral, Pada tahap ini manusia melulu menggunakan mulutnya
untuk merasakan kenikmatan. Bayi selalu memasukkan ke mulutnya setiap benda yang
dipegangnya. Tahapan ini berlangsung pada 0-3 tahun. Tahap anal, Inilah tahapan ketika
anak memperoleh kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari anusnya. Anak
menyukai melihat tumpukan kotorannya. Pada tahap ini anak dapat berlama-lama dalam
toilet.
Tahap phallis, Tahap phallis berlangsung pada umur 8-10 tahun. Anak memperoleh
kenikmatan dengan memainkan kelaminnya.
Tahap laten, Anak melupakan tahapan memperoleh kenikmatan karena sudah memasuki
usia sekolah. Anak mempunyai teman dan permainan baru.
Tahap genital, Inilah tahapan ketika perkembangan kedewasaan mencapai puncaknya.
Manusia sudah memasuki tingkat kedewasaan. Tahap-tahap perkembangan ini berjalan
normal, dari satu tahap ke tahap berikutnya. Namun, bisa saja orang terhambat dalam
perkembangan dini. Freud menyebutnya fiksasi. Penyebabnya beragam, bisa karena
orang tua, lingkungan sosial, atau konflik mental. Lantas apa relevansinya dengan
perilaku korupsi? Untuk menjawabnya, kita mesti melacak akar penyebab korupsi.
- Menurut Teori Gone
Menurut Jack Bologne, akar penyebab korupsi ada empat : Greed,Opportunity,
Need, Exposes. Greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor
adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat

punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin punya pulau
pribadi. Opportunity terkait dengan sistem yang memberi lubang terjadinya korupsi.
Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang bekerja asal-asalan.
Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan, sistem pengawasan tak ketat. Orang
gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang. Peluang korupsi menganga
lebar. Need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap
konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai. Exposes berkaitan
dengan hukuman pada pelaku korupsi yang rendah. Hukuman yang tidak membuat jera
sang pelaku maupun orang lain. Deterrence effect yang minim. Empat akar masalah
diatas merupakan halangan besar pemberantasan korupsi. Tapi, dari keempat akar
persoalan korupsi tadi, menurut saya, pusat segalanya adalah sikap rakus dan serakah.
Sistem yang bobrok belum tentu membuat orang korupsi. Kebutuhan yang mendesak tak
serta-merta mendorong orang korupsi. Hukuman yang rendah bagi pelaku korupsi belum
tentu membikin orang lain terinspirasi ikut korupsi.
Pendeknya, perilaku koruptif memiliki motivasi dasar sifat serakah yang akut.
Adanya sifat rakus dan tamak tiada tara. Korupsi, menyebabkan ada orang yang
berlimpah, ada yang terkuras, ada yang jaya, ada yang terhina, ada yang mengikis, ada
yang habis. Korupsi paralel dengan sikap serakah.
- Fiksasi dan Korupsi
Ada hubungan antara tahapan perkembangan kepribadian anak dengan kondisi
anak setelah dewasa. Bila pada tahap-tahap itu terjadi fiksasi atau hambatan
perkembangan kepribadian., maka kepribadian itulah yang dibawanya sampai besar.
Sifat serakah adalah sifat dari orang yang terhambat dalam perkembangan
kepribadiannya, yaitu ketika dia terhambat dalam tahap kepribadian anal. Seorang anak
yang mengalami hambatan kepribadian pada fase anal, ketika besar ia akan
mempertahankan kepribadian anal. Karakter orang ini ditandai dengan kerakusan untuk
memiliki. Ia merasakan kenikmatan dalam pemilikan pada hal-hal yang material. Fase
anal ditandai oleh kesenangan anak melihat kotoran yang keluar dari anusnya. Kini,
kotoran telahdiganti benda lain. Benda itu berujud uang, mobil, rumah, saham, berlian,
emas, intan. Koruptor adalah anak kecil dalam tubuh orang dewasa. Badannya besar,
jiwanya kerdil. Untuk menyembuhkannya, hilangkan hambatan itu. Tunjukkan padanya
bahwa pada dasarnya dia belum dewasa. Kesenangan mengumpulkan harta adalah
simbol perilaku menyimpang akibat terhambat dalam perkembangan kepribadian di masa
kanak-kanak. Kesimpulannya, koruptor adalah orang yang belum dewasa. Ia masih perlu
belajar memperbaiki kualitas kepribadiannya.

JENIS-JENIS KORUPSI

Korupsi yang merugikan keuangan Negara, korupsi jeni ini di rumuskan dalam
pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001. unsure unsure yang di
anggap melanggar pasal pasal ini apabila :
1.
2.
3.
4.

setiap individu
memperkaya diri,orang lain ataupun kelompok
melawan hokum
merugikan keuangan dan perekonomian Negara.

Suap menyuap, pembahasan jenis korupsi ini di cantumkan dalam pasal 5 ayat
(1) a UU No. 31 tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001. unsure- unsure yang di anggap
melanggar pasal ini apabila :

1.
2.
3.
4.

setiap individu
memberikan/menjanjikan sesuatu
kepada pegawai negeri atau penyelenggara Negara
dengan maksud berbuat atau tidak berbuat sesuai dalam jabataannya sehsehingga
bertentangan dengan jabatannya.

Penyalahgunaan jabatan, jenis korupsi ini di atur dalam pasal 8 UU No. 31 tahun
1999 dan UU No. 20 tahun 2001 yang menyebutkan unsure unsurnya adalah:

1.

pegawai negeri atau bukan pegawai negeri yang di tugaskan untuk menjalankan suatu
jabatan umum secara terus- menerus atau sementara waktu
2. dengan sengaja
3. menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil/menggelapkan/membantu
melakukan perbuatan itu
4. uang atau surat berharga yang di simpan karena jabatannya.

Pemerasan, yang di maksud pemerasan disini adalah apabila seorang pegawai


negeri yang memiliki kekuasaan menyuruh orang lain (bawahannya) untuk melakukan
tindakan yang menguntungkan bagi dirinya. Jenis korupsi ini di atur dalam pasal 12 huruf
e UU No. 31 tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001, unsure unsure dari jenis korupsi
ini adalah :
1.
2.
3.
4.

pegawai negeri
dengan maksud menguntungkan diri atau orang lain
dengan cara melawan hokum
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran yang
menguntungkan oknum oknum yang menginginkan.
5. menyalahgunakan kekuasaan.


Kecurangan, dalam kecurangan yang di masukkan dalam jenis korupsi disini
lebih di tekannkan kepada TNI/POLRI yang melakukan kecurangan kecurangan perihal
senjata senjata, hal ini di atur dalam pasal 7 ayat (1) huruf c UU No. 31 tahun 1999 dan
No.20 tahun 2001,dengan unsure unsure sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

setiap orang
melakukan perbuatan curang
pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan POLRI Negara RI
dapat membahayakan keselamatan Negara dalam keadaan perang

pengadaan, pengadaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk


menghadirkan barang atau jasa yang di butuhkan oleh suaru instansi atau perusahaan.
Unsure unsure korupsi ini di atur dalam pasal 12 huruf I UU No. 31 tahun 1999 dan UU
No. 20 tahun 2001.yaiutu :

1.
2.
3.
4.

pegawai negeri atau penyelenggara Negara


dengan sengaja
langsung atau tidak langsung ikut serta dalam pemborongan,pengadah atau persewaan
pada saat di lakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian di tugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya

gratifikasi (hadiah), adalah pemberian hadiah,bisa berupa uang,barang, biaya


pengobatan, dan fasilitas lain.,jenis korupsi ini di jelaskan dalam pasal 12B UU No. 31
tahun1999 dan UU No.20 tahun 2001. unsure unsurnya adalah :

1.
2.
3.
4.

pegawai negeri atau penyelenggara Negara


menerima gratifikasi
yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya
penerima gratifikasi tersebut tidak di laporkan pada KPK dalam jangka waktu 30 hari
sejak di terimanya gratifikasi.
- Dampak dari tindakan korupsi

Kesejahteraan umum Negara menjadi tergganggu


Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun
merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus pro-bisnis ini hanya

mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan


besar kepada kampanye pemilu mereka.

Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia
politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum
dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan
kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan
masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah,
karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau
dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan
toleransi.

Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.


Menurut Chetwynd et al (2003),
korupsi akan menghambat pertumbuhan
investasi. Baik investasi domestik maupun asing. Mereka mencontohkan fakta business
failure di Bulgaria yang mencapai angka 25 persen.
Maksudnya, 1 dari 4 perusahaan di negara tersebut mengalami kegagalan dalam
melakukan ekspansi bisnis dan investasi setiap tahunnya akibat korupsi penguasa.
Selanjutnya, terungkap pula dalam catatan Bank Dunia bahwa tidak kurang dari 5 persen
GDP dunia setiap tahunnya hilang akibat korupsi. Sedangkan Uni Afrika menyatakan
bahwa benua tersebut kehilangan 25 persen GDP-nya setiap tahun juga akibat
korupsi.Menurut Mauro (2002),Setelah melakukan studi terhadap 106 negara, ia
menyimpulkan bahwa kenaikan 2 poin pada Indeks Persepsi Korupsi (IPK, skala 0-10)
akan mendorong peningkatan investasi lebih dari 4 persen. Sedangkan Podobnik et al
(2008) menyimpulkan bahwa pada setiap kenaikan 1 poin IPK, GDP per kapita akan
mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 persen setelah melakukan kajian empirik terhadap
perekonomian dunia tahun 1999-2004. Menurut Gupta et al (1998). Menyatakan fakta
bahwa penurunan skor IPK sebesar 0,78 akan mengurangi pertumbuhan ekonomi yang
dinikmati kelompok miskin sebesar 7,8 persen. Ini menunjukkan bahwa korupsi memiliki
dampak yang sangat signifikan dalam menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam


menjalankan program pembangunan.
Pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah, layanan publik
cenderung lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, Gupta, Davoodi, dan
Tiongson (2000) menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan
memperburuk layanan kesehatan dan pendidikan. Konsekuensinya, angka putus sekolah

dan kematian bayi mengalami peningkatan.Sebagai akibat dampak pertama dan kedua,
maka korupsi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan. Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa
peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin.
Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin
melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat
umum kepada para elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.

Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.


Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan
ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga akan
menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama. Rasa saling
percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang. Akibatnya,
muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan rasa percaya, baik
antar sesama individu, maupun terhadap institusi negara. Perasaan aman akan berganti
dengan perasaan tidak aman (insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran
dikatakan sebagai libaasul khauf (pakaian ketakutan). Fakta bahwa negara dengan
tingkat korupsi yang tinggi memiliki tingkat ketidakpercayaan
dan kriminalitas yang
tinggi pula. Ada korelasi yang kuat di antara ketiganya.

Mempersulit Pembangunan Ekonomi


Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas
pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen
dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena
penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos
(niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan
bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru
dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga
mengacaukan lapangan perniagaan. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari
persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak
efisien. Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan
upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek
masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih
banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan
bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas
pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap
anggaran pemerintah.Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu

faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika,


adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan
penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam
negeri (maka adanya ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki
rekening bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang
sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok), namun lebih
memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban
hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun
1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun,
melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri. (Hasilnya, dalam artian
pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu
teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah
ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel
aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi
para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari
ekspropriasi di masa depan.

Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan


menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.

Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa peningkatan
IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin. Artinya,
kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin melebar. Hal ini
disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum kepada para
elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.
Korupsi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan.
Peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar
5,4 poin. Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin
melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat
umum kepada para elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi

A.

2.3 DAMPAK TERHADAP SOSIAL DAN KEMSIKINAN


Dampak Ekonomi karena Korupsi
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enermous
destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara, khususnya
dalam segi sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat.
Berbagai macam permasalahan ekonomi adalah:
1.
Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan
investasi dalam negeri.Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan

10

2.

3.

4.

5.

B.

membuat distorsi dan ketidak efisien yang tinggi.Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup dan resiko pembatalan
perjanjian atau karena penyelidikan.Kondisi negara yang korup akan membuat
pengusaha multinasional menginggalkan negara tersbut,karena investasi di
negara yang korup akan merugikan negara itu sendiri karena memiliki biaya
siluman yang tinggi.
Penurunan Produktifitas
Negara yang korup menimbulkan produktifitas yang semakin menurun.Hal ini
terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi yang
berkembang lebih baik atau melakukan pengembangan kapasitas.Penurunan
produktifitas ini akan menyebabkan permasalahan yang cukup rumit seperti,
tingginya angka PHK dan meningkatkan pengangguran.Akhirnya akan terjadi
kemiskinan masyarakat yang cukup meluas.
Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api dan
yang lainnya adalah contoh nyata bahwa di negara kita ini kualitas barang dan
jasa sangatlah rendah.Pejabat birokrasi yang korup akan menambah
kompleksitas proyek yang ada untuk menyembunyikan berbagai korup yang
mereka lakukan.
Menurunnya Pendapatan Negara dari sektor Pajak
Di Indonesia di kenal dengan berbagai pajak, seperti PPh,pajak bumi dan
bangunan, PPn dan masih banyak lainnya.Pajak berfungsi sebagai stabilitas
harga sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi.Kondisi penurunan
pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan kenyataan bahwa banyak
sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain bahwa untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri.
Meningkatnya Hutang Negara
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri yang
semakin besar. Konon sekarang ini setiap bayi yang lahir di Indonesia langsung
menanggung hutang negara sebesar tujuh juta rupiah.

Dampak Sosial Karena Korupsi


Dampak Sosial Korupsi, tidak diragukan, menyuburkan berbagai jenis kejahatan
dalam masyarakat. Menurut Alatas, melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan atau
penjahat perseorangan dapat leluasa melanggar hukum, menyusupi berbagai
oraganisasi negara dan mencapai kehormatan. Menurut Transparensy International,
terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika
angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat.
Sebaliknya, ketika angka korupsi berhasil dikurangi, maka kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum (law enforcement) juga meningkat. Jadi bisa dikatakan,

11

mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak langsung) mengurangi kejahatan lain dalam
masyarakat.
Beberapa hal di bawah ini adalah dampak sosial akibat korupsi:
1.
Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan Publik
Praktek korupsi yang terjadi menciptakan biaya ekonomi yang
tinggi.Beban yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high
cost economy.Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya harga
jasa dan pelayanan publik, karena harga yang ditetapkan harus dapat menutupi
kerugian pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena
penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi.
2.
Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat
Pengentasan kemiskinan dirasakan sangat lambat.Hal ini terjadi karena berbagai
sebab seperti lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan
lembaga.Karena korupsi dan permasalahan kemiskinan itu sendiri yang pada
akhirnya alan membuat masyarkat sulit mendapatkan akses ke lapangan kerja
yang disebakan latar belakang pendidikan, sedangkan untuk membuat
pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan, masalah teknis dan
pendanaan.
3.
Terbatasnya Akses bagi Masyarakat Miskin
Korupsi membuat semua harga melambung tinggi dan semakin tidak
terjangkau oleh rakyat miskin.Kondisi ini mengakibatkan rakyat miskin semakin
tidak bisa mendapatkan berbagai macam akses dalam kehidupannya.Karena
mereka lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok daripada untuk
menyekolahkan anak,ataupun untuk berobat.
4.
Meningkatnya kriminalitas
Melalui praktik korupsi dapat meyuburkan berbagai jenis kejahatan dalam
masyarakat,seperti :
a) Sindikat kejahatan atau penjahat leluasa melanggar hukum
b) Proteksi terhadap kelompok kejahatan.Seperti polisi yang korup gampang
sekali disuap untuk menyediakan proteksi terhadap organisasi-organisasi
kejahatan dengan pemerintahan yang korup.
5.
Solidaritas yang semakin langka
Korupsi yang begitu masif yang terjadi membuat masyarakat merasa tidak
mempunyai pegangan yang jelas untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.Pada
akhirmya masyarakat semakin lama menjadin masyarakat yang individualis yang
hanya mementingkan dirinya dan keluarganya.
2.4 UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK KORUPSI
upaya penanggulangan korupsi dapat di lakukan dengan dua cara yaitu :
pencegahan dan penindakan. Upaca pencegahan (preventif) yang paling utama adalah
upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama para penyelenggara Negara

12

(birokrasi) melalui sarana pendidikan, agar berperilaku anti korupsi dan malu melakukan
korupsi. Yang kedua adalah melakukan pengawasan yang lebih tersistematis dengan
menerapkan teknologi canggih seperti yang di terapkan di Negara- Negara maju.
Sedangkan upaya penindakan di lakukan melalui penegakan hukum. Upaya
pemberantasan korupsi sangat memerlukan dukungan dari rakyat. Tanpa dukungan dari
rakyat maka pemberantasan korupsi akan mengalami kegagalan. Komponen masyarakat
yang memegang perasan penting dalam pemberantasan korupsi adalah kalangan
birokrasi seperti :
a. Kepolisian,tugas polisi dalam menjaga kestabilan dan keamanan Negara telah di atur
dalam UUD 1945 pada pasal 30 ayat 2 yang isinya usaha pertahanan dan keamanan
Negara dilaksanakan melalui sisitem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI
dan kepolisian Negara republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung dari keterangan tersebut makan sudah jelas bahwa tugas polisi
adalah
menjaga
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat,polisi
bertugas
melindungi,mengayomi,melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
b. Kejaksaan, jaksa adalah alat yang menjadi wakil rakyat dalam menegakkan
hukum.jaksa mempunyai tugas tugas pokok,yaitu :
mengadakan penyidikan lanjutan terhadap kejahatan,pelanggaran dan mengawasi serta
mengkoordinasikan alat alat penyidik menurut ketentuan dalam hukum acara pidana
dan peraturan Negara lainya
mengawasi aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara
melaksanakan tugas khusus lain yang di berikan oleh suatu peraturan Negara.
c. Kehakiman, dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum,lembaga
kehakiman di atur dalam UUD 1945 pasal 24 ayat 2 yang berbunyi kekuasaan
kehakiman di lakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yang berada
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama,peradilan
militer,peradilan tata usaha Negara dan sebuah mahkamah konstitusi
d. Advokat, adalah pengacara, seorang pengacara sangat penting dalam penegakan
tindak pidana korupsi, dengan adanya advokat makan pekerjaan lembaga kepolisian
lebih terbantu. Peran advokat disini adalah dengan mengumpulkan bukti bukti, di
haruskan advokat dapat membedakan yang benar dan yng salah sehingga dapat
mengakkan hukum dengan baik, benar serta adil.

13

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupunpegawai
negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka. Ada banyak jenis jenis tindakan korupsi antara lain :
Korupsi yang merugikan keuangan Negara
Suap menyuap
Penyalahgunaan jabatan
Pemerasan
Kecurangan
Pengadaan
gratifikasi (hadiah),
Dampak yang di timbulkan akibat tindakan korupsi adalah :
Kesejahteraan umum Negara menjadi tergganggu
Demokrasi menjadi tidak lancar
Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam menjalankan program
pembangunan.
Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.
Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat upaya
pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
Upaya penanggulangan korupsi dapat di lakukan dengan dua cara yaitu :
pencegahan dan penindakan.tetapi pada saat ini upaaya yang di lakukan badan birokrasi
masih sangat kurang sekali. Hal ini di buktikan dengan banyaknya kasus korupsi yang
merajalela di Indonesia pada saat ini.

3.2 SARAN
Dari semua penjelasan yang sudah saya paparkan di depan,maka setelah saya
tarik kesimpulan,seperti di atas.saya dapat memberi saran sebagai berikut :
masyarakat perlu mengetahui pemahaman tentang korupsi,dari yang ringgan hingga
yang berat,dengan begitu maka mengajarkan kepada msyarakat untuk tidak mengambil
hak orang lain dan bersikap anti korupsi

14

lembaga peradilan harus mengutamakan kejujuran di banding materi,di lihat sekarang ini
semua lembaga penegak hukum yang ada di Indonesia menjadi tumpul apabila sudah di
iming- imingi materi yang banyak.maka,mengaca dari situ,seharusnya untuk pemilihan
oenegak hukum harus benar benar cermat yang memiliki sikap anti koruspsi dan
mengutamakan jujur dari pada materi.
Pengasan hukum di Indonesia harus leih di tegakkan.
Sekian saran dari saya semoga dapat di terima dan di tindak lanjuti.

15

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.corupsi.com
www.antikorpsi.com
www.mengapaorangkorupsi.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
http://www.kpk.go.id/
http://www.infokorupsi.com/id/korupsi.php

16

Anda mungkin juga menyukai