“BUMI MANUSIA”
Disusun oleh:
Disusun Oleh:
Pengesahan
DAFTAR ISI
Ungkapan puji sukur saya panjatkan kepada Allah SWT,yang telah memberikan
petunjuk dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Analisis Film yang berjudul
Bumi Manusia. Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan tugas analisis ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal
dapat saya deskripsikan dengan sempurna dalam tugas analisis ini. Saya melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang saya miliki.
1.Bapak kepala sekolah SMA Telkom Bandung yang telah memberikan izin dan memberikan
kesempatan kepada saya dalam membuat tugas analisis film .
2. Kuswati Fuji Hastuti, S.Pd sebagai guru sekaligus pembimbing dalam tugas analisis film ini
serta selalu memberikan arahan dan dukungan
3.Teman-teman sekelompok yang membantu dan memberikan dukungan
Penulis masih menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam penyajian materi, unsur -unsur maupun nilai –
nilai yang terdapat dalam film, bahkan banyak kekurangan lain yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Karena penulis
masih dalam tahap belajar oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pihak
pembaca.
Dalam pembuatan ini penulis berharap semoga analisis film ini bermanfaat khususnya
bagi penulis pribadi dan umumnya bagi pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas analisis film ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bumi Manusia (secara internasional The Earth of Mankind) adalah sebuah film drama
biografi sejarah Indonesia tahun 2019 yang disutradarai Hanung Bramantyo dan ditulis
Salman Aristo. Film ini dialihwahanakan dari novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta
Toer. Film ini dibintangi Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, dan Sha Ine Febriyanti.
Film ini menceritakan kegamangan Minke antara kemajuan Eropa dan perjuangan membela
tanah airnya serta hubungannya dengan Annelies.
Proses produksi Bumi Manusia bermula ketika Falcon Pictures mendapatkan hak alih
wahana novel Bumi Manusia dan Perburuan pada 2014. Penggarapan dimulai ketika Anggy
Umbara ditunjuk menjadi sutradara pada 2015, tetapi tidak kunjung terlaksana. Kursi
sutradara berganti kepada Hanung dua tahun kemudian, dengan Salman sebagai penulis. Para
pemain film mulai terungkap ketika Sha dipilih memerankan Ontosoroh pada Mei 2018, yang
disebutnya sebagai keterlibatan pertamanya dalam industri komersial. Iqbaal, Mawar, Ayu
Laksmi, dan Donny Damara terpilih memerankan Minke, Annelies, ibu Minke, dan ayah
Minke beberapa hari kemudian, disusul pemeran lainnya di kemudian hari. Pemilihan
pemeran ini mendapatkan tanggapan yang biasa saja, kecuali Iqbaal yang memantik pelbagai
tanggapan dari warganet. Pemilihan Iqbaal ini juga mementahkan persyaratan awal yang
ditetapkan, karena tidak berhasil mendapatkan aktor yang tepat di kemudian hari.
Pengambilan gambar dilakukan pada akhir Juli hingga Agustus 2018 di Studio
Gamplong, Yogyakarta; Semarang, Jawa Tengah; dan Belanda. Rumah Ontosoroh yang
dibangun untuk produksi film dijadikan museum pada tahun berikutnya. Dalam proses
produksi film, Hanung sempat melakukan kekerasan fisik terhadap Iqbaal dan Annelies,
walau mereka menganggap tindakan itu lebih kepada pendalaman peran alih-alih hanya
kekerasan fisik. Film ini menghabiskan biaya sekitar Rp30 miliar.
Unsur instrinsik adalah unsur yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri atau unsur
yang digunakan untuk membangun film. Unsur-unsur intrinsik bisa dilihat langsung di
dalam film. Kita juga bisa membuat penilaian dari unsur-unsur intrinsik tersebut saat melihat
film jika sudah memahami unsur-unsur intrinsik tersebut.
1. Tema
Tema merupakan ide atau gagasan dasar yang menjadi latarbelakang keseluruhan
cerita yang ada. Tema bisa diambil dari pengalaman pribadi pengarang, permasalahan di
lingkungan sekitar, cerita lain, sejarah, dll.
2. Tokoh dan watak
Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut.
Penentuan watak dari tokoh dalam cerita disebut dengan penokohan. Ada 4 jenis tokoh
dalam film. Tokoh-tokoh tersebut yaitu tokoh antagonis, protagonis, tritagonis, dan
figuran.
3. Latar
Latar adalah unsur intrinsik pada karya sastra yang meliputi ruang, waktu serta
suasana yang terjadi pada suatu peristiwa didalam karya sastra.
• Latar tempat
• Latar waktu
• Latar suasana
Alur adalah urutan jalan cerita dalam film yang disampaikan oleh penulis. Alur
bisa memiliki tahap perkenalan, penanjakan, klimaks, anti klimaks, dan penyelesaian.
5. Sudut Pandang
6. Pesan / Amanat
Amanat adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik dari cerita ditulis.
Amanat bisa dituliskan langsung atau disampaikan secara tersirat
1. Nilai Agama
Nilai agama adalah hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang terkandung di dalam
cerita yang berkaitan dengan ajaran agama.
2. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi tokoh-tokoh yang
ada di dalam cerita dengan tokoh lain, lingkungan dan masyarakat sekitar tokoh.
3. Nilai Kesusilaan/Budi Pekerti
4. Nilai kecerdasan
5. Nilai Kemandirian
Nilai tidak menggantung pada orang lain, percaya kepada kemampuan diri sendiri,
tidak merepotkan dan merugikan orang lain, berusaha mencukupi kebutuhan sendiri dengan
semangat bekerja dan mengembangkan diri.
6. Nilai Kesabaran
Kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai
nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Semakin tinggi
kesabaran yang seseorang miliki maka semakin kokoh juga ia dalam menghadapi segala
macam masalah yang terjadi dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tema:
Film ini memiliki tema tentang kisah percintaan seorang pemuda keturunan pribumi
Jawa (Minke) dengan seorang gadis keturunan Belanda dan perjuangannya ditengah
pergerakan Indonesia awal abad ke 20.
3. Latar
- Waktu : Abad ke-20, pada tahun 1918 pada masa kolonialisme belanda
- Tempat : Surabaya
- Suasana : Menegangkan, romantsc, tragis, dan menyedihkan
4. Alur
Pada suatu hari di Surabaya, Minke diajak Robert Suurhof melawat ke rumah keluarga
Mellema, Boerderij Buitenzorg di Wonokromo. Kedatangan Minke disambut dengan penuh
kecurigaan oleh Robert Mellema yang justru menyambut Suurhof dengan penuh keakraban,
tetapi sebaliknya dengan adiknya Annelies Mellema serta ibunya Ontosoroh yang menerima
Minke dengan gembira. Minke mulai menjalin hubungan mesra dengan Annelies dan
Ontosoroh, walau Annelies sempat merasa belum terbiasa dengan Minke.
Minke akhirnya kembali ke rumah dan disambut dengan kemarahan ayahnya karena
berhubungan dengan Annelies; hubungan itu dinilai ayahnya meninggalkan budaya dan tradisi
Jawa. Pada saat yang sama di Wonokromo, Ontosoroh menenangkan Annelies yang menangisi
kepergian Minke, tetapi Annelies langsung pergi meninggalkan Ontosoroh.
Kembali ke Wonokromo, Minke mulai dihadapkan dengan perkara yang sudah lama
mengganggu hatinya, yang tak lain antara jurang pemisah antara kaum yang "terperintah"
(bumiputra) dan "memerintah" (Eropa), serta hubungannya dengan Annelies. Keesokan
harinya, ayah Minke diangkat menjadi bupati. Beberapa hari kemudian, Minke meninggalkan
ayahnya ke rumah Annelies dan merasa dibuntuti Gendut Sipit di kereta api yang ditumpangi.
Di sekolah, Magda menyatakan keingintahuannya akan Max Tollenaar, yang kemudian
dibocorkan Suurhof, tetapi Magda justru memuji kepiawaian Minke dalam menulis. Suurhof
yang merasa tidak terima dengan pujian Magda menghina Minke dan kemudian Panji Darman,
yang dibalas dengan pukulan Panji. Karena perkelahian itu, kepala sekolah memanggil mereka.
Suatu hari, Gendut Sipit didapati penjaga rumah Annelies sedang memata-matai rumah itu,
sehingga memancing Darsam, Minke, dan Annelies mengejarnya hingga rumah pelacuran. Di
sana, Darsam menemukan Herman yang tewas karena keracunan dan maiko melarikan diri.
5. Sudut Pandang
Menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, si penulis menceritakan apa saja
terkait tokoh utama, tentang watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang
mendalangi sebuah kejadian. Selain menggunakan kata ganti “ia" atau “dia", kata ganti yang
digunakan ialah nama dari si tokoh itu sendiri (Minke). Hal ini berlaku juga untuk sudut
pandang orang ketiga (pengamat).
6. Amanat
Pelajaran yang dapat kita petik dari film tersebut ialah hidup itu adalah tentang memilih,
dimana kita bebas untuk memilih sesuatu yang diinginkan ke depannya. Lalu Lawan lah
ketika ada seseorang yang berani menginjak nginjak diri kita. Dan selalu ingatlah tetap ada
orang-orang baik yang akan datang untuk menolong. Serta terdapat pesan bahwa meski sudah
jadi manusia modern, tetapi jangan sampai melupakan kebudayaan sendiri. Lalu ketika berani
jatuh cinta maka harus siap untuk menghadapi resikonya
1. Nilai Agama
Tokoh Minke menganut agama Islam karena digambarkan mengucapkan "Masya
Allah", meskipun tidak dirincikan secara jelas.
2. Nilai social
Pada awal abad 20, orang Belanda derajat sosialnya jauh lebih tinggi dan lebih
didahulukan kepentingannya daripada pribumi.
3. Nilai kesusilaan
Melalui novelnya, si penulis menyinggung soal moral-moral tokoh yang kurang baik
namun tidak diketahui orang banyak. Selain itu, penulis juga menggambarkan
anggapan orang-orang pada zaman dahulu bahwa para pribumi Jawa itu merupakan
orang yang kolot, sedangkan kaum Belanda merupakan orang-orang yang maju dan
modern.
4. Nilai kecerdasan
Tokoh Minke merupakan satu-satunya siswa H.B.S Surabaya yang berdarah pribumi.
Hal ini membuat Minke minder dan kecil hati, namun dia tidak patah semangat dan
terus belajar sambil menulis.
5. Nilai kemandirian
Tokoh Minke adalah seseorang yang mencerminkan nilai kemandirian, yaitu ketika ia
masih duduk di sekolah dasar ia dibully oleh teman-temannya karena berpenampilan,
dan kurang pintar. Dan ketika ia sudah beranjak dewasa, ia dapat membuktikan bahwa
dirinya dapat berubah menjadi seseorang yang berkepribadian mandiri
6. Nilai kesabaran :
BAB III
PENUTUP
A. SINOPSIS
Bumi Manusia mengikuti kehidupan Minke, siswa HBS atau sekolah menengah atas
dengan pengantar bahasa Belanda. Minke—yang merupakan satu-satunya orang Indonesia di
antara siswa Belanda—mendapat kesempatan dari pemerintah kolonial untuk bersekolah di
sana karena ia keturunan priayi. Pada konteks masyarakat kala itu, golongan priayi tinggi diberi
hak istimewa untuk menduduki karier yang terhormat, selama ia patuh pada tuntutan sistem
yang ada. Sistem yang dimaksud adalah berperilaku dengan mengikuti kebudayaan priayi dan
tunduk pada kemauan penguasa kolonial, yang memanfaatkan golongan priayi untuk
mengukuhkan kekuasaan.
Dalam novel ini, Pram mengisahkan pula jalinan cinta Minke dengan Annelies, putri
Herman Mellema dengan Nyai Ontosuroh, dan akhirnya menikahinya. Hubungan ini pula yang
membawanya pada petualangan yang “menggugah", dan menjadi bumbu pelengkap dalam
kisah Minke.
Minke tergambar sebagai “sosok pribumi" penuh privilese, cerdas, dan liyan daripada
golongannya. Tulisan-tulisan Minke dalam majalah berbahasa Belanda misalnya, membuat
Asisten Residen mengundangnya sebagai tamu kehormatan, bahkan kemudian menjadikannya
sahabat keluarga.
Namun, kehidupan penuh privilese ini justru secara berangsur membuatnya tersadar, bahwa
dirinya berada dalam masyarakat rasialis. Ia menemukan pula bahwa sistem etis sekalipun,
tidak dapat menerima masyarakat bangsanya.
Di sisi lain, kondisi masyarakat Indonesia pada saat itu pun dihadapkan pada kehidupan
yang dengan ketat melaksanakan praktik feodalisme, termasuk oleh keluarganya sendiri. Dua
premis cerita tersebut lah yang menguat sepanjang isi novel.
Produser : Frederica