Studi paling awal tentang kelistrikan berasal dari zaman dahulu, tetapi hanya sejak akhir
1700-an kelistrikan telah dipelajari secara rinci. Kita akan membahas lebih jauh tentang
kelistrikan, termasuk perangkat praktis, serta kaitannya dengan kemagnetan.
Kata listrik berasal dari kata Yunani elektron, yang berarti "amber." Amber
adalah getah pohon yang membatu, dan orang dahulu tahu bahwa jika Anda
menggosok sepotong amber dengan kain, amber akan menarik potongan-potongan
kecil daun atau debu. Sepotong karet keras, batang kaca, atau penggaris plastik yang
digosok dengan kain juga akan menampilkan "efek kuning", atau listrik statis seperti
yang kita sebut sekarang. Anda bisa dengan mudah mengambil potongan kertas kecil
dengan sisir atau penggaris plastik itu
Anda baru saja menggosok dengan kuat bahkan dengan handuk kertas. Lihat foto
di halaman sebelumnya dan Gbr. 4-1. Anda mungkin pernah mengalami listrik statis
saat menyisir rambut atau saat mengambil blus atau kemeja sintetis dari pengering
pakaian. Dan Anda mungkin merasa terkejut saat menyentuh kenop pintu logam
setelah meluncur di atas jok mobil atau berjalan di atas karpet sintetis. Dalam setiap
Gambar 4-1 (a) Gosok
kasus, sebuah benda menjadi "bermuatan" sebagai akibat dari gesekan, dan dikatakan penggaris plastik dengan kain
memiliki muatan listrik bersih. atau handuk kertas, dan (b)
dekatkan dengan beberapa
Apakah semua muatan listrik sama, atau ada lebih dari satu jenis? Sebenarnya,
lembar kertas kecil.
ada dua jenis muatan listrik, seperti yang ditunjukkan oleh eksperimen sederhana
berikut ini. Penggaris plastik yang digantung pada seutas benang digosok kuat-kuat
dengan kain untuk mengisinya. Ketika penggaris plastik kedua, yang telah diisi
dengan cara yang sama, didekatkan dengan penggaris pertama, ditemukan bahwa
penggaris yang satu menolak penggaris lainnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4-
2 a Demikian pula, jika batang kaca yang digosok didekatkan ke batang kaca
bermuatan kedua, sekali lagi gaya tolak terlihat bekerja, Gambar 4–2b. Namun, jika
batang kaca bermuatan didekatkan ke penggaris plastik bermuatan, ditemukan bahwa
mereka menarik satu sama lain, Gbr. 4–2c. Muatan pada kaca harus berbeda dengan
muatan pada plastik. Memang, secara eksperimental ditemukan bahwa semua objek
bermuatan termasuk dalam salah satu dari dua kategori. Entah mereka tertarik ke
plastik dan ditolak oleh kaca; atau mereka ditolak oleh plastik dan tertarik ke kaca.
Jadi, tampaknya ada dua, dan hanya dua, jenis muatan listrik. Setiap jenis muatan
menolak jenis yang sama tetapi menarik jenis yang berlawanan. Yaitu: tidak seperti
muatan menarik; seperti tuduhan mengusir.
Kedua jenis muatan listrik ini disebut sebagai muatan positif dan negatif oleh
negarawan, filsuf, dan ilmuwan Amerika Benjamin Franklin (1706-1790). Pemilihan
nama sesuai dengan jenis tagihan mana yang sewenang-wenang. Pilihan Franklin
menetapkan muatan pada batang kaca yang digosok menjadi muatan positif, sehingga
muatan pada penggaris plastik yang digosok (atau kuning) disebut muatan negatif.
Kami masih mengikuti konvensi ini sampai sekarang.
Franklin berpendapat bahwa setiap kali sejumlah muatan diproduksi pada satu
objek, jumlah yang sama dari jenis muatan yang berlawanan dihasilkan pada objek
lain. Positif dan negatif harus diperlakukan secara aljabar, jadi selama proses apapun,
perubahan bersih dalam jumlah muatan yang dihasilkan adalah nol. Misalnya, ketika
penggaris plastik digosok dengan handuk kertas, plastik tersebut memperoleh muatan
negatif dan handuk tersebut memperoleh muatan positif dalam jumlah yang sama.
Muatannya dipisahkan, tetapi jumlah keduanya nol.
Ini adalah contoh hukum yang sekarang sudah mapan: hukum kekekalan muatan
listrik, yang menyatakan itu
jumlah bersih muatan listrik yang dihasilkan dalam proses apapun adalah
nol;
atau, dengan kata lain,
tidak ada muatan listrik bersih yang dapat dibuat atau dihancurkan.
Jika satu benda (atau wilayah ruang) memperoleh muatan positif, maka muatan negatif yang sama akan
ditemukan di daerah atau benda tetangga. Tidak ada pelanggaran yang pernah ditemukan, dan hukum kekekalan
muatan listrik sama kuatnya dengan hukum energi dan momentum.
Seorang ilmuan, sastrawan, politisi dan terutama salah seorang penggagas
deklarasi kemerdekaan Amerika, Benjamin Franklin pada tahun 1752 kemudian
menyatakan bahwa fenomena kilat dan batu ambar merupakan gejala yang sama
dan menamakan (memberi tanda) kedua jenis listrik (muatan listrik) ini sebagai
positif (+) dan negatif (-). Penamaan ini dipakai hingga saat ini dan amat
membantu dalam menjelaskan gaya elektrostatik.
Robert A. Millikan (1869-1953) kemudian melakukan eksperimen yang
Franklin bertujuan mencari harga muatan yang paling kecil yang bisa didapatkan.
Percobaan Millikan dikenal sebagai percobaan tetes-minyak (oil-drop).
Percobaan ini dilakukan dengan meneteskan minyak dengan tetesan kecil melalui
dua pelat logam dengan beda potensial yang dapat diatur. Medan listrik yang
dihasilkan dari kedua pelat akan menarik muatan listrik dari tetsan minyak tadi
pada pelat bagian atas, dan jika beda tegangan diatur agar cukup bisa
mengimbangi gaya gravitasi pada tetes minyak, maka partikel- partikel minyak
yang mengandung muatan tadi akan melayang karena keseimbangan gaya ini.
Pada keadaan ini gaya gravitasi (yang dapat kita hitung) sama dengan gaya
Milikin
elektrostatik, sehingga muatan dapat diketahui besarnya. Melalui banyak
percobaan dengan tetes minyak yang beragam massanya, maka secara umum bisa
muatan bisa diperoleh melalui:
𝑭𝒍𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒌 = 𝑾
𝒒𝑬 = 𝒎𝒈
𝒎𝒈
𝒒=
𝑬
HUKUM COLOUMB
𝑭 ∝ 𝑸𝑨 𝑸𝑩
Selanjutnya ketika Coulomb mengatur jarak antar muatan A atau B, mengamati bahwa puntiran menjadi
besar Ketika jaraknya dekat dan menjadi kecil ketika jaraknya lebih jauh dan menyimpulkan bahwa gaya
elektrostatik ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak:
𝟏
𝑭∝
𝒓𝟐
Dari percobaan Coulomb dapatlah disimpulkan bahwa:
𝑸𝑨 𝑸𝑩
𝑭∝
𝒓𝑨𝑩
Nilai k dikenal sebagai konstanta Coulomb. Namun berapakah besarnya konstanta k ini? Sebelum Coulomb,
Cavendish sesungguhnya telah terlebih dahulu menggunakan prinsip yang sama ketika ia menghitung konstanta G
pada gaya gravitasi universal. Namun ia tidak mempublikasikannya dan terlambat dikenali orang dibandingakan
Coulomb yang mempublikasikan karya-karyanyanya melalui Mémoirs de l'Académie Royale antara tahun 1775 hingga 1779.
Nilai dari k diukur melalui percobaan menggunakan prinsip Cavendish ketika menghitung nilai G pada konstanta gravitasi
universal, yang bentuk persamaannya sangat mirip dengan gaya elektrostatik
𝑴𝒎 𝑸𝑨 𝑸𝑩
𝑭=𝑮 ↔ 𝑭 = 𝒌
𝒓𝟐 𝒓𝑨𝑩
Prinsip percobaan Cavendish sebetulnya sederhana. Terdiri dari dua bola bermuatan masing-masing dan
jari-jari yang dihubungkan dengan batang ringan yang disebut dengan ”dumbell”. Dumbell ini dapat
berputar bolak- balik karena ditolak gaya elektro static dari dua bola lain bermassa M.
Gaya tolak ini sebanding dengan torsi dengan τ = F⋅(d/2), sehingga jika torsi bisa di ukur maka gaya bisa
diukur dan jika muatan serta jarak diketahui nilai k bisa diperoleh dari hubungan persamaan (1):
𝑭𝒓𝑨𝑩
𝒌=
𝑸𝑨 𝑸𝑩
Untuk mengukur torsi, digunakan hubungan Hooke di mana :
𝝉 = 𝒄. 𝜽
c ini adalah modulus elastik dari kawat yang dapat diukur dari dengan menghitung peroda osilasi
dumbell dengan:
𝟏
𝑻 = 𝟐𝝅√
𝟒𝝅𝟐
𝑰
𝒄=
𝑻𝟐
I adalah momen inersia, untuk dumbell nilainya I=2m(d2+2r2/5 ). Maka jika d, r, m dan T bisa
dihitung maka secara prinsip kita bisa memperoleh nilai k. Nilai k dari pengukuran diperoleh sekitar 9x10 9
Nm2/C2, nilai ini untuk medium udara atau vakum.
Dari persamaan (1) di atas maka hukum Coulomb dirumuskan secara formalsebagai berikut :
Misalkan terdapat dua partikel bermuatan listrik q dan q’ berjarak r12 dalam hampa udara. Jika q dan q’
maka akan timbul gaya interaksi yang disebut gaya Coulomb yang didefinisikan sebagai :
𝒒𝟏 𝒒𝟐 Dengan
𝑭=𝒌 𝒓𝟐
K=1/(4πε0) ≈ 9x109
F = Gaya Coulomb (Newton)
q1= Muatan pertama (coulomb)
q2= Muatan kedua (coulomb)
r12 = jarak antar muatan 1 dan 2 (meter)
Anda tidak perlu merasa bingung dengan symbol r̂12 pada hukum Coulomb di atas, ia hanya
menunjukan arah gaya coulomb dan tidak mempengaruhi besarnya nilai F karena merupakan vektor satuan
yang nilainya satu. Dalam buku lain anda mungkin menemukan penulisan hukum Coulomb seperti:
𝟏 𝒒𝟏 𝒒𝟐
𝑭= 𝒓
𝟒𝝅𝜺𝟎 𝒓𝟑 𝟏𝟐
Di mana arahnya dinyatakan tidak dalam vektor satuan keduanya identik karena :
persamaan tersebut :
1. Hanya berlaku untuk muatan titik (artinya dimensi volume tidak diperhatikan)
2. nilai k ≈ 9 x 109 hanya berlaku untuk muatan dalam vakum atau udara, untuk medium lain
harganya akanberbeda.
3. Bila q dan q’ bertanda sama maka F akan bertanda positif. Tanda F positif menunjukan bahwa
kedua muatan tolak menolak. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan gaya yang saling
menarik
Gaya elektrostatik F merupakan besaran vektor, sehingga operasi padanya harus memenuhi
ketentuan operasi pada besaran vektor. Artinya jika terdapat beberapa muatan, maka gaya total
yang dialami satu muatan merupakan resultan dari superposisi gaya-gaya oleh muatan- muatan
lain.
ELEKTROMAGNETIK
Gejala magnet sudah diketahui orang sejak ribuan tahun yang silam,
khususnya oleh bangsa Asia Kecil. Di daerah yang dikenal sebagai Magnesia
terdapat bebatuan yang mengandung sifat magnet, yaitu dapat menarik
logam-logam yang berada dekat dengan bebatuan tersebut. Kata magnet
sendiri berasal dari nama daerah tersebut.
Magnet yang berasal dari batuan alam dikenal sebagai magnet permanen.
Pada abad ke-19 para fisikawan menemukan adanya hubungan antara sifat
kemagnetan dengan sifat kelistrikan. Dalam modul ini akan kita pelajari
hubungan tersebut.
A. MEDAN MAGNET
Gambar 1.12.
Garis-garis gaya magnetik dari sebuah magnet batang.
Sifat dari kutub-kutub magnet adalah kutub-kutub yang sejenis saling
tolak menolak dan kutub-kutub yang tidak sejenis saling tarik menarik.
Kutub-kutub magnet tidak dapat diisolasi artinya pada setiap magnet selalu
ada kutub utara dan selatan. Jika setiap magnet batang kita potong-potong
menjadi beberapa bagian seperti pada Gambar 1.13, maka setiap bagian
magnet batang tersebut tetap sebagai magnet batang yang mempunyai kutub
utara dan selatan.
Gambar 1.13.
Sifat magnet tetap ada meskipun magnet dipotong menjadi beberapa bagian
Gambar 1.14.
Magnet bumi menyerupai magnet batang
Gambar 1.15.
Garis gaya magnet di sekitar kawat berarus
Besarnya medan magnet yang ditimbulkan oleh elemen kawat berarus
yang panjangnya dan dialiri arus sebesar I pada suatu titik yang berjarak r
dari elemen kawat (Gambar1.16) dinyatakan dengan persamaan
0 I
B = sin (1.24)
4r 2
Gambar 1.16.
Elemen medan magnet ∆B yang dihasilkan elemen kawat arus
pada jarak r
0 I d
dB = sin (1.25)
4 r2
0I d
B= 2 sin d (1.26)
4 r
Pada umumnya sin θ dapat dinyatakan dalam r dan , dan dengan
menggunakan persamaan (1.26) dapat ditentukan besarnya medan magnet di
titik-titik tertentu dari kawat arus yang bentuknya tertentu. Berikut ini adalah
beberapa contoh hasil perhitungan medan magnet yang dihasilkan oleh
beberapa bentuk kawat arus.
1. Kuat medan magnet pada suatu titik berjarak r dari sebuah kawat arus
yang panjangnya tak terhingga (Gambar 1.17)
0 I
B= (1.27)
2 r
Gambar 1.17.
2. Kuat medan magnet pada titik pusat suatu kawat arus yang berbentuk
cincin (Gambar 1.18)
0 I
B= (1.28)
2a
dimana a adalah jari-jari cincin arus.
Gambar 1.18.
3. Kuat medan magnet di dalam suatu kumparan arus (solenoida) yang
panjangnya dan jumlah lilitannya N (Gambar 1.19)
Gambar 1.19.
Gambar 1.19
NI
B = (1.29a)
0
atau
B = µ0 nI (1.29b)
dengan
N
n= (1.30)
Contoh 1.10
Berapa besar arus yang harus dialirkan pada sebuah kawat lurus yang sangat
panjang agar dihasilkan medan magnet sebesar medan magnet bumi, yaitu
sebesar 0,55 × 10-4 T, pada titik yang berjarak 30 cm dari kawat?
Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.27)
I
B= 0
2 r
atau
2 rB
I=
0
Dengan B = 0,55 × 10-4 T, r = 30 cm = 0,3 m dan µ0 = 4π × 10-7 Tm/A
kita dapatkan
(2)(0,3)(0,55 10−4 )
I= A = 82,5A
410−7
Contoh 1.11
Sebuah cincin arus dengan jari-jari 20 cm dialiri arus sebesar 10 A. Tentukan
besarnya medan magnet pada pusat cincin.
Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.28)
0 I
B=
2a
Contoh 1.12
Sebuah solenoida yang panjangnya 30 cm mempunyai 1000 lilitan. Berapa
besar arus listrik yang harus dialirkan pada solenoida agar dihasilkan medan
magnet sebesar 0,25 T di dalam solenoida?
Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.29)
NI
B=
0
atau
B
I=
0 N
Dengan B = 0,25 T; = 30 cm = 0,3 m; N = 1000 lilitan dan µ0 = 4π × 10-7
Tm/A kita dapatkan
(0, 25)(0,3)
I= A 59,7 A
(4 10−7 )(1000)
Jika sebuah muatan berada di dalam medan listrik, maka muatan tersebut
akan mendapatkan gaya listrik. Andaikan muatan tersebut adalah muatan
positif yang besarnya q dan besar medan listriknya adalah E, maka besarnya
gaya listrik pada muatan adalah
Fe = qE (1.31)
Gambar 1.20.
Gerak muatan di dalam medan listrik
F = q v B (1.32)
dengan arah F tegak lurus arah v dan B mengikuti aturan tangan kanan
seperti pada Gambar 1.21. Aturan tangan kanan berlaku untuk muatan positif,
untuk muatan negatif arah gaya Lorentz berlawanan dengan aturan tangan
kanan.
(a) (b)
Gambar 1.21.
Gaya Lorentz mengikuti aturan tangan kanan
Jika kita tinjau besarnya saja, menurut aturan perkalian silang gaya
Lorentz dapat dituliskan sebagai
Gambar 1.22.
Gerak muatan di dalam medan magnet
Jika muatan q memasuki medan magnet homogen dengan arah tidak tegak
lurus B , maka muatan q akan bergerak dengan lintasan menyerupai spiral.
Contoh 1.13
Sebuah partikel bermuatan 10-6 C bergerak memasuki medan magnet
homogen yang kuat medannya 0,5 T. Partikel memasuki medan magnet
dengan arah tegak lurus arah medan magnet dan mengalami gaya Lorentz
sebesar 5 × 10-3 N. Berapa besar kecepatan partikel?
Penyelesaian :
Karena arah gerak partikel tegak lurus medan magnet maka partikel akan
bergerak melingkar, dan besarnya gaya Lorentz dinyatakan dengan
persamaan (1. 34),
F = qvB
atau
v= =
F 5 10−3
= 104 m/s
qB (10−6 )(0,5)
Contoh 1.14
Sebuah elektron bergerak dengan kecepatan 10 6 m/s memasuki medan
magnet homogen yang kuat medannya 10 T dengan arah elektron tegak lurus
arah medan magnet. Jika massa elektron besarnya 9,11 x 10-31 kg dan
muatannya 1,6 10-19 C, tentukan besarnya jari-jari lintasan elektron di
dalam medan magnet tersebut.
Penyelesaian:
Elektron di dalam medan magnet akan bergerak melingkar dengan jari-jari r.
Besarnya gaya Lorentz yang dialami elektron,
F = qvB
dan gaya ini menyebabkan elektron bergerak melingkar, artinya gaya Lorentz
menjadi gaya sentripetal bagi gerak melingkar elektron. Besarnya gaya
sentripetal elektron juga dapat dinyatakan dengan persamaan
mv2
F=
r
sehingga kita dapatkan persamaan
mv mv (9,11 10−31)(106)
qvB = 2 atau r= = = 5,7 10−7 m.
qB (1,6 10−19 )(10)
r
Seperti telah kita ketahui arus listrik adalah muatan yang bergerak. Jika
sebuah kawat arus diletakkan di dalam medan magnet maka kawat arus juga
akan mengalami gaya Lorentz. Di samping itu kawat arus juga menimbulkan
medan magnet di sekitarnya. Apabila dua buah kawat arus diletakkan sejajar,
maka masing-masing kawat akan menghasilkan medan magnet yang
mempengaruhi satu sama lain, sehingga masing-masing kawat akan
mengalami gaya Lorentz.
Jika dua buah kawat arus sejajar yang sangat panjang dialiri arus listrik
dengan arah yang sama, seperti pada Gambar 1.23a, maka arah medan
magnet pada masing-masing kawat adalah seperti pada gambar tersebut,
sehingga gaya Lorentz yang dihasilkan pada kedua kawat tersebut seolah-
olah bersifat tarik-menarik. Akibatnya kedua kawat akan melengkung ke
dalam. Jika arah arus pada kedua kawat sejajar tersebut berlawanan arah,
maka medan magnet pada masing-masing kawat adalah seperti pada Gambar
1.23b, sehingga pada masing-masing kawat bekerja gaya Lorentz yang
arahnya seolah-olah tolak-menolak. Akibatnya kedua kawat akan
melengkung ke luar.
(a) (b)
Gambar 1.23.
Gaya Lorentz antara dua kawat arus sejajar (a) gaya Lorentz antara dua
kawat sejajar dengan arus searah, dan (b) gaya Lorentz antara dua kawat
sejajar dengan arus berlawanan
Gaya Lorentz yang bekerja pada masing-masing kawat sejajar ini sama
besarnya, dan besarnya dinyatakan dalam gaya persatuan panjang
F 0 I 1 I 2 (1.35)
=
2 d
Penyelesaian :
Kita pergunakan persamaan (1.35)
F 0 I 1 I 2
=
2 d
Jadi gaya persatuan panjang pada masing-masing kawat sejajar itu besarnya
4 × 10-5 N/m.
Contoh 1.16
Dua buah kawat arus sejajar masing-masing dialiri arus sebesar 50 A dan 60
A. Akibatnya pada masing-masing kawat bekerja gaya Lorentz persatuan
panjang sebesar 1,5 × 10-3 N/m.
Berapa besar jarak antara kedua kawat?
Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.35)
F 0 I 1 I 2
=
2 d
atau
0 I1I2 (4 10−7 )(50)(60)
d= =
m = 0,4 m
2 (F/ ) 2 (1,5 10−3 )
E. SIFAT MAGNETIK BAHAN
Telah kita pelajari arus listrik yang berupa loop arus (cincin arus), seperti
pada Gambar 1.18, dapat menimbulkan medan magnet yang arahnya tegak
lurus pada bidang loop (bidang cincin). Di dalam bahan (material, zat padat)
sesungguhnya juga terdapat loop-loop arus yang disebabkan oleh gerakan-
gerakan elektron. (Ingat, material tersusun oleh atom-atom yang mengandung
elektron, dan elektron-elektron bergerak mengelilingi atom. Pada bahan
logam elektron-elektron juga dapat bergerak bebas yang juga dapat
membentuk loop-loop arus).
Pada beberapa jenis bahan, loop-loop arus elektron sangat teratur,
sehingga menghasilkan medan-medan magnet sejajar. Perpaduan dari medan-
medan magnet yang kecil-kecil ini dapat menghasilkan medan magnet yang
cukup besar, dan bahannya nampak bersifat magnet yang permanen.
Pada beberapa jenis bahan yang lain loop-loop arus elektronnya
sedemikian acak, sehingga medan magnet yang dihasilkan mempunyai arah
yang berbeda-beda. Medan-medan magnet kecil ini akan saling
menghilangkan satu sama lain, sehingga bahan tersebut tidak bersifat magnet
permanen.
Sifat magnetik dari suatu bahan dapat dibangkitkan atau diperbesar
dengan memberikan pengaruh medan magnet dari luar (medan eksternal),
misalkan dengan melilitkan kumparan pada bahan atau mengisi solenoida
dengan bahan. Kita ketahui bahwa di dalam solenoida dapat dihasilkan
medan magnet yang homogen yang dapat menjadi medan eksternal pada
bahan.
Dengan adanya medan eksternal maka orientasi medan-medan magnet di
dalam bahan, yang dihasilkan oleh loop-loop elektron, akan berubah.
Akibatnya arah medan-medan magnet di dalam bahan menjadi cenderung
teratur, sehingga bahan menjadi bersifat magnetik.
Bahan dapat mempunyai sifat magnet sementara, artinya sifat magnetnya
ada jika ada pengaruh medan eksternal, dan jika medan eksternal dihilangkan
maka sifat magnet bahan juga hilang. Beberapa jenis bahan dapat mempunyai
sifat magnet yang permanen setelah dipengaruhi medan magnet eksternal,
artinya bahan masih tetap bersifat magnet meskipun sudah tidak dipengaruhi
oleh medan magnet eksternal. Contoh dari bahan seperti ini adalah logam
besi.
Pada pembahasan sebelumnya telah kita pelajari sifat medan magnet dari
solenoida yang hanya berisi udara di dalamnya. Besarnya medan magnet di
dalam solenoida dapat dinyatakan dengan persamaan (1.30)
B0 =0 nI
B = B0 + BM (1.36)
Gambar 1.24.
Medan magnet yang dihasilkan solenoida yang berisi bahan magnetik (a)
solenoida kosong (berisi udara), (b) solenoida padat (berisi bahan
B = μnI (1.37)
Contoh 1.17
Sebuah solenoida panjangnya 36 cm dan diameter penampangnya 1,5 cm
mempunyai 600 lilitan. Jika di dalam solenoida diisi dengan besi, dan
solenoida dialiri arus sebesar 40 A, maka di dalam solenoida dapat dihasilkan
medan magnet sebesar 1,8 T. Berapa besarnya permeabilitas magnetik besi?
Penyelesaian :
Dengan N = 600 lilitan, dan = 36 cm = 0,36 m kita dapatkan besarnya n
N 600 104
n= = = lilitan/m
0,36 6
B = µnI
atau
μ=
B
=
1,8 = 2,7 10−5 T.m/A
4
nI (10 /6)(40)
2,7 10−5
= 21,5
0 4 10−7
Artinya permeabilitas besi 21,5 kali permeabilitas ruang hampa. Karena itu
besi tergolong bahan feromagnetik. Pada umumnya solenoida berisi bahan
feromagnetik agar dapat menghasilkan medan magnet yang besar.
F. INDUKSI MAGNETIK
Gambar 1.25.
Arus induksi dihasilkan karena ada perubahan fluks pada kawat loop
Banyaknya garis gaya yang menembus suatu luas penampang, atau dikenal
sebagai fluks, dinyatakan dengan persamaan
Ф = BA (1.38a)
Φ = B⊥ A
B⊥ = B sin θ (1.39)
dengan in menyatakan ggl induksi, N adalah banyaknya loop (lilitan), dan
∆Ф adalah perubahan fluks magnetik yang menembus penampang loop
dalam selang waktu ∆t. Persamaan (1.40) dikenal sebagai hukum Faraday.
Seperti telah kita pelajari sebelumnya bahwa arus listrik dapat
menimbulkan medan magnet di sekitarnya, maka arus induksi pun
menimbulkan medan magnet di sekitarnya. Medan magnet yang dihasilkan
oleh arus induksi bersifat menentang perubahan fluks.
Gambar 1.27.
(a) Arus induksi pada suatu kumparan = −N/ t , (b) hukum Lenz: arus
induksi menentang perubahan fluks.
Jika sebuah magnet batang didekatkan pada suatu loop, seperti pada Gambar
1.27a maka jumlah garis gaya yang menembus luas penampang loop
bertambah, artinya fluks membesar, dan pada kawat loop akan timbul arus
induksi yang arahnya sedemikian sehingga medan magnet yang dihasilkan
oleh arus induksi ini arahnya berlawanan dengan medan magnet dari magnet
batang. Pada gambar ditunjukkan arah arus induksi searah dengan arah
perputaran jarum jam. Arah arus induksi yang demikian dimaksudkan untuk
mengurangi perubahan fluks. Keadaan sebaliknya adalah jika magnet batang
dijauhkan dari loop, seperti pada Gambar 1.27b maka jumlah garis gaya yang
menembus luas penampang yang dibatasi loop berkurang, artinya fluks
mengecil, dan pada kawat loop akan timbul arus induksi yang pada gambar
arahnya berlawanan dengan arah perputaran jarum jam, agar dihasilkan
medan magnet dari arus induksi yang searah dengan medan magnet dari
magnet batang.
Dengan arah yang demikian maka medan magnet yang dihasilkan oleh
arus induksi menentang perubahan fluks. Hukum alam yang berlaku pada
induksi magnetik ini dan mengatur arah arus induksi ini untuk pertama
kalinya ditemukan oleh Henrich Lenz seorang fisikawan Jerman, dan
kemudian dikenal sebagai hukum Lenz.
Telah kita pelajari bahwa arus induksi dapat terjadi jika ada perubahan
fluks. Pada contoh di atas perubahan fluks terjadi karena perubahan posisi
dari magnet batang. Perubahan fluks juga dapat terjadi jika luas penampang
loop berubah. Gambar 1.28 merepresentasikan sebuah kawat loop yang
terdiri dari sebuah kawat berbentuk U dan sebuah kawat lurus yang dapat
digeser-geser yang panjangnya .
Gambar 1.28.
Kawat loop dengan salah satu sisinya (kawat ) dapat digeser, berada
dalam medan magnet
Jika kawat loop ini diletakkan di dalam medan magnet, dan kemudian kawat
digeser maka akan terjadi perubahan fluks akibat perubahan luas
penampang loop. Akibatnya pada kawat loop akan timbul arus induksi. Jika
kawat digeser dengan kecepatan v, maka perubahan luas penampang (∆A)
dapat dinyatakan dengan persamaan
∆A = v ∆t
di mana ∆t adalah selang waktu pergeseran.
Dengan adanya perubahan luas penampang sebesar ∆A maka terjadi
perubahan fluks sebesar
∆Ф = B ∆A
εin = B v (1.41)
Contoh 1.18
Sebuah cincin kawat mempunyai diameter 20 cm diletakkan di dalam medan
magnet homogen yang kuat medannya mula-mula 0,5 T. Arah medan magnet
tegak lurus penampang cincin. Jika kemudian medan magnet diperbesar
sampai 1 T dalam waktu 0,5 s berapa besar ggl induksi yang timbul pada
kawat?
Penyelesaian:
Kita anggap semua garis gaya menembus penampang cincin kawat. Jari-jari
penampang adalah
20
r= cm = 10 cm = 0,1 m
2
∆Ф = ∆B A = (1 – 0,5)(0,01 π) Wb = 0,015 Wb
Penyelesaian:
Kita anggap arah medan magnet tegak lurus penampang loop. Ggl induksi
dicari dengan menggunakan persamaan (1.41)
εin = B v
= (2)(0,1)(0,5) = 0,1 V
G. ARUS BOLAK-BALIK
Jika sebuah kawat loop seperti pada Gambar 1.29 diputar di dalam
medan magnet, dengan sumbu putarnya tegak lurus arah medan, maka akan
terjadi perubahan fluks yang menembus penampang loop. Perubahan fluks ini
membesar-mengecil secara periodik, di mana fluks terbesar adalah pada saat
posisi penampang tegak lurus arah medan, dan fluks terkecil adalah pada saat
posisi penampang sejajar dengan arah medan. Perubahan fluks ini
menyebabkan timbulnya ggl atau arus induksi yang berubah secara periodik
pula. Ggl dan arus yang timbul ini dikenal sebagai ggl dan arus bolak-balik.
Gambar 1.29.
Perputaran kawat loop di dalam medan magnet menghasilkan tegangan/arus
bolak-balik
Kawat loop yang diputar di dalam medan magnet dapat berupa sebuah
kumparan. Jika sebuah kumparan dengan N buah lilitan yang diputar di
dalam medan magnet yang kuat medannya B dan kecepatan putarnya ω,
maka pada kumparan akan timbul ggl dan arus induksi yang besarnya
dinyatakan dengan persamaan
I = I0 cos t (1.43)
dengan 0 dan I0 menyatakan amplitudo dari tegangan (ggl) dan arus bolak-
balik. Dapat dibuktikan dengan menggunakan persamaan (1.40) bahwa
amplitudo tegangan dapat dinyatakan dengan persamaan
0 = NAB ω (1.44)
Gambar 1.30.
Grafik tegangan dan arus bolak-balik sebagai fungsi waktu
Contoh 1.20
Sebuah kumparan terdiri dari 100 lilitan dan mempunyai diameter 10 cm
diputar di dalam medan magnet yang kuat medannya 2 T dengan kecepatan
putar 100 π rad/s. Tentukanlah:
1. amplitudo tegangan induksi yang dihasilkan pada kumparan
2. persamaan tegangan sebagai fungsi dari waktu
3. eff dan Ieff jika hambatan kawat pada kumparan besarnya 0,5 Ω
4. persamaan arus induksi sebagai fungsi dari waktu
Penyelesaian:
1. Amplitudo tegangan ( 0 ) dicari dengan menggunakan persamaan (1.44),
0 = NABω
10
Dengan jari-jari kumparan r = cm = 5 cm = 0, 05 m maka luas
2
penampang kumparan
3. Tegangan efektif
493,5
eff = 0 = V= 349 V
2 2
I0
Ieff = atau I0 = I eff 2 = 698 ( 2 ) = 987,1 A
2
H. INDUKTANSI
Gambar 1.31.
Arus bolak-balik yang mengalir pada kumparan 1 menimbulkan tegangan
induksi (bolak-balik) pada kumparan 2
Jika arus listrik pada kumparan pertama berubah, maka fluks magnetik pada
kumparan kedua berubah dan akibatnya pada kumparan kedua timbul ggl
induksi yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan
I1
2= − M (1.47)
t
dengan ε2 menyatakan ggl induksi yang timbul pada kumparan kedua akibat
adanya perubahan arus pada kumparan pertama sebesar ∆I1 dalam selang
waktu ∆t. Besaran M dikenal sebagai induktansi bersama dengan satuannya
menurut SI adalah henry (H), di mana 1H = 1 Ωs. Pemberian nama satuan ini
adalah sebagai penghargaan terhadap Joseph Henry (1797-1878), seorang
fisikawan Amerika, atas jasanya dalam bidang elektromagnetika.
Ggl induksi juga dapat timbul pada kumparan tunggal. Jika sebuah
kumparan dialiri arus listrik maka di dalam kumparan akan timbul medan
magnet, dan karena medan magnet ini menembus penampang kumparan
maka pada kumparan terdapat fluks magnetik. Jika arus pada kumparan
berubah maka fluks berubah dan akibatnya timbul ggl induksi yang sifatnya
menentang perubahan fluks. Jika tegangan awal menurun, artinya arus
mengecil, maka ggl induksi akan berharga positif, artinya arus induksi akan
searah dengan arus semula. Sebaliknya jika tegangan awal naik, artinya arus
membesar, maka ggl induksi akan berharga negatif, artinya arus induksi akan
berlawanan arah dengan arus semula.
Analog dengan persamaan (1.47), besarnya ggl induksi pada kumparan
tunggal dapat dinyatakan dengan persamaan
I
in = − L (1.48)
t
Gambar 1.32.
Simbol induktor
Ggl induksi selain dapat dinyatakan dengan persamaan (1.48) juga dapat
dinyatakan dengan persamaan (1.40)
in = − N
t
sehingga dapat kita tuliskan persamaan
I
−L =−N
t t
atau
L=N (1.49)
I
0 N2 A
L= (1.50)
dengan N adalah jumlah lilitan pada solenoida, A adalah luas penampang
solenoida dan adalah panjang solenoida.
Setiap kumparan menyimpan energi yang tersimpan di dalam medan
magnetnya. Besarnya energi yang tersimpan pada kumparan (solenoida)
dinyatakan dengan persamaan
1
E= LI 2 (1.51)
2
1 B2
E= (1.52)
2 0
I. TRANSFORMATOR
Gambar 1.33.
Bagan tranformator
Jika kumparan primer diberi tegangan bolak-balik, maka pada kumparan
tersebut terjadi arus bolak-balik yang menyebabkan terjadinya perubahan
fluks pada kedua kumparan. Pada dasarnya perubahan fluks yang terjadi pada
kumparan sekunder sama besarnya dengan perubahan fluks yang terjadi pada
kumparan primer, sehingga perbandingan antara tegangan (induksi) yang
dihasilkan pada kumparan sekunder dengan tegangan yang diberikan pada
kumparan primer dapat dinyatakan dengan persamaan
Vs Ns
= (1.53)
Vp Np
Contoh 1.21
Tentukan besarnya induktansi diri dari sebuah kumparan yang panjangnya 10
cm dan jari-jari penampangnya 2 cm, yang mempunyai 100 lilitan.
Penyelesaian :
Kita pergunakan persamaan (1.50)
0 N2 A
L=
Contoh.1.22
Berapa besarnya ggl induksi yang terjadi pada suatu kumparan yang
mempunyai induktansi diri sebesar 10 -5 H, jika arus pada kumparan berubah
dari 10 A menjadi 15 A dalam waktu 0,01 s.
Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.48)
I
in = − L
t
5
in = − (10−5) V= − 5 10−3 V=− 5mV
0,01
Contoh 1.23
Sebuah transformator didesain untuk mengubah tegangan input 220 V
menjadi tegangan output 1100 V. Jika kumparan primernya mempunyai
5000 lilitan, tentukanlah:
1. jumlah lilitan pada kumparan sekunder;
2. arus listrik pada kumparan sekunder jika pada kumparan primer arusnya
50 A.
Penyelesaian:
1. Kita pergunakan persamaan (1.53)
N pVs
Vs Ns
= N=
s
Vp N p Vp
(5000)(1100)
N= lilitan = 25.000 lilitan
s
220
NpIp
I s Np I=
= s
Ip Ns Ns
J. RANGKAIAN RLC
dengan
1XL = ω L (1.56)
1
XC = (1.57)
C
dengan ω = 2πƒ, dan ƒ adalah frekuensi osilasi dari arus atau tegangan bolak-
balik. XL dan XC masing-masing dikenal sebagai reaktansi induktif dan
reaktansi kapasitif.
Gambar 1.34.
Rangkaian RLC seri.
di mana Veff dan Ieff menyatakan tegangan dan arus efektif, dan Vo dan Io
menyatakan amplitudo dari tegangan dan arus bolak-balik.
Keadaan di mana XL = Xc dikenal sebagai keadaan resonansi. Dalam hal
ini besarnya impedansi adalah Z = R. Besarnya frekuensi osilasi yang
menyebabkan keadaan resonansi, atau dikenal sebagai frekuensi resonansi
(ƒr), yang harganya dapat diturunkan dari persamaan
XL = XC
1
L =
C
1
2πƒr L =
2frC
1
ƒr = (1.60)
2π LC
Penyelesaian:
1. Kita pergunakan persamaan (1.55)
Z = R2 +( XL − XC )2
Dengan R = 2 Ω, ω = 2πƒ = (2π)(3000) rad = 6000π rad, L = 3,6 mH =
3,6 × 10-3 H dan
C = 5,43 × 10-7 F kita dapatkan XL = ωL = 6000π × 3,6 × 10-3 Ω =
21,6π Ω = 67,9 Ω
1 1
XC = = = 97,7
C 6000 5, 43 10−7
Z = 22 +(67,9−97,7) 2 = 29,9
Veff = 200 A = 6, 7 A
Veff = Ieff Z Ieff =
Z 29,9
1 1
fx = = Hz = 3600 Hz
2 LC 2π 3,610−3 5, 4310−7
K. PENGUKURAN ALIRAN DARAH DENGAN METODE
ELEKTROMAGNETIK
(a) (b)
Gambar 1.35.
Prinsip pengukuran kecepatan aliran darah dengan metode elektromagnetik
(a) Polarisan pada pembuluh arteri, dan (b) Keadaan setimbang, Fe = Fm
Akibat adanya gaya Lorentz ini maka terjadi penumpukan ion-ion positif
pada dinding pembuluh bagian atas dan ion-ion negatif pada dinding
pembuluh bagian bawah, atau kita katakan terjadi polarisasi pada dinding
atas dan dinding bawah. Dengan adanya polarisasi ini maka dinding
pembuluh menjadi bersifat seperti kapasitor plat sejajar dengan jarak antar
platnya sama dengan diameter pembuluh, dan sebagai akibatnya di dalam
pembuluh juga terdapat medan listrik yang besarnya dapat dinyatakan dengan
V
E= (1.61)
d
di mana V adalah beda potensial antara dua dinding pembuluh darah, dan d
adalah diameter pembuluh.
Penumpukan muatan akan berlangsung terus sampai medan listrik yang
dihasilkannya mencapai suatu keadaan tertentu di mana ion-ion yang berada
di dalam darah mendapat gaya listrik dan gaya magnetik yang besarnya sama
tetapi arahnya berlawanan (Gambar 1.35b). Keadaan ini dikenal sebagai
keadaan setimbang. Jika Fe menyatakan gaya listrik dan Fm menyatakan gaya
magnetik yang bekerja pada sebuah ion, di mana F e dan Fm dapat dinyatakan
dengan
Fe = qE
Fm = qvB
di mana q adalah muatan ion, v adalah kecepatan gerakan ion, dan B adalah
kuat medan magnet, maka keadaan setimbang dapat dinyatakan dengan
persamaan
Fe = Fm
qE = qvB
qV
= qvB
d
V
v= (1.62)
Bd
Jadi dengan memberikan medan magnet pada pembuluh darah, dan kemudian
mengukur beda potensial di antara dinding pembuluh darah yang sudah
diketahui diameternya, maka dapat ditentukan kecepatan ion, yang
merupakan representasi dari kecepatan aliran darah.
Beda potensial di antara kedua bagian dinding pembuluh darah sangat
kecil. Sebagai contoh, pengukuran pada arteri yang berdiameter 1 cm, di
mana kecepatan rata-rata dari aliran darahnya sekitar 30 cm/s, jika berada di
dalam medan magnet yang kuat medannya 1000 gauss hanya memberikan
beda potensial sekitar 300 µV (mikrovolt = 10-6 V). Jadi untuk
pengukurannya diperlukan alat yang sangat sensitif.
Kesulitan lain dalam penggunaan metode ini adalah adanya interaksi
antara muatan yang terakumulasi di dinding pembuluh dengan muatan lain di
luar cairan darah, sehingga sulit dibedakan antara potensial polarisasi dan
potensial lainnya. Akan tetapi kesulitan ini dapat diatasi dengan memberikan
medan magnet yang arahnya bolak-balik secara periodik dengan perioda
(atau frekuensi) tertentu. Pembahasan secara rinci mengenai teknik-teknik
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan pengukuran dengan metode ini tidak
akan diberikan di sini, tetapi yang perlu kita ketahui adalah dengan adanya
kemajuan teknologi segala kesulitan pengukuran dapat diatasi.
Contoh 1.25
Pengukuran beda potensial pada arteri yang berdiameter 1,2 cm dengan
medan magnet sebesar 800 gauss menunjukkan beda potensial sebesar
250 µV. Berapa besar volume aliran darah (dalam m3/s) di dalam arteri?
Penyelesaian:
Volume darah di dalam arteri dapat kita nyatakan dengan
Vol = Ax (1)
V
v= (2)
Bd
Jika dalam waktu t aliran darah menempuh jarak x, maka kecepatan aliran
darah juga dapat dinyatakan dengan persamaan
x
v = (3)
t
atau
x = vt (4)
Substitusi persamaan (2) ke (4) menghasilkan
Vt
x= (5)
Bd
dan substitusi persamaan (5) ke persamaan (1) menghasilkan
AVt
Vol = (6)
Bd
Volume aliran darah dinyatakan dengan persamaan
Vol AV
Q = =
t Bd
yaitu sekitar 1A, gangguan yang terjadi pada jantung lebih ringan. Ini
memang merupakan keanehan pada jantung kita.
Sejauh mana kerusakan yang dapat terjadi pada tubuh kita akibat aliran
listrik tergantung dari besarnya hambatan efektif dari tubuh kita. Jaringan
kulit yang mengandung banyak ion mempunyai hambatan efektif yang lebih
kecil dibandingkan jaringan lainnya. Karena itu jaringan ini lebih mudah
rusak jika terkena sengatan listrik. Dalam keadaan kering, jaringan kulit
mempunyai hambatan efektif sekitar 104 - 106 Ω , tetapi dalam keadaan basah
bisa mencapai sekitar 103 Ω. Seseorang yang berada dalam keadaan kontak
dengan lantai dan terkena tegangan listrik sebesar 220 V akan menyebabkan
tubuhnya teraliri arus listrik kira-kira sebesar
I = 220 V/1000 = 0,22A = 220 mA . Arus listrik sebesar ini cukup
berbahaya bagi tubuh kita.
Pemakaian listrik di dalam rumah tangga juga berbahaya jika tidak hati-
hati. Pemasangan peralatan listrik yang kurang sempurna dapat menyebabkan
kita terkena aliran listrik melalui peralatan tersebut. Peralatan listrik yang
tidak dilengkapi dengan sistem grounded jika mengalami kebocoran arus
dapat menyebabkan arus tersebut mengalir melalui tubuh kita untuk
mencapai tanah (ground). Peralatan listrik dengan desain yang lebih bagus,
yaitu dengan sistem 3 kabel, masing-masing untuk tegangan +, tegangan -,
dan grounded, di mana jika terjadi kebocoran arus listrik pada peralatan ini,
sebagian besar arus mengalir melalui kabel grounded, dan hanya sebagian
kecil saja yang melalui tubuh kita. Hal ini disebabkan oleh hambatan kabel
jauh lebih kecil dibandingkan dengan hambatan tubuh kita. Jadi peralatan
listrik dengan sistem grounded lebih aman bagi kita.
RANGKUMAN
Q
I=
t
I Q
J= =
t
V = IR
R=
E = I2 Rt
E
P= = I 2 R = VI
t
F = qv B
atau besarnya
F = qvB sin θ
F 0 I1I2
=
2 d
Sifat magnet dari suatu bahan ditentukan oleh permeabilitas
magnetik dari bahan tersebut. Makin besar permeabilitasnya makin kuat
sifat magnetnya. Berdasarkan sifat magnetnya, bahan-bahan dibedakan
menjadi:
1. bahan feromagnetik, jika 0
2. bahan paramagnetik, jika 0
3. bahan diamagnetik, jika 0
B = µnI
Φ = B⊥A
in = − N
t
= 0 cost ωt
I = I0 cost ωt
Ggl dan arus efektif pada arus bolak-balik dinyatakan dengan
eff = 0
2
I
Ieff = 0
2
I1
in = − M
t
I
in = − L
t
Z = R2 +( XL −XC )2
1
fr =
2 LC
DAFTAR PUSTAKA
❖ Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan
Aplikasi Edisi ke 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
❖ Hackett, Jay, K., Dkk (2008), California Science,
Macmillan, New York
❖ Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. Fundamentals
of Physics 7th Edition. New York. John Wiley &
Sons Inc. 2004
4.2 Listrik Dinamis
Pada bagian sebelumnya Anda mempelajari muatan listrik dalam keadaan diam. Akan tetapi
dalam kehidupan sehari-hari pemakaian listrik lebih banyak berhubungan dengan listrik yang
bergerak atau mengalir yang biasa disebut arus listrik. Lampu senter dan lampu penerangan di
rumah menyala, kipas angin berputar, radio dan televisi dapat ditonton, komputer dapat
dioperasikan, semuanya berkat adanya listrik yang bergerak. Muatan listrik yang bergerak dalam
bentuk arus listrik biasanya menggunakan medium yang mudah menghantarkan arus listrik tersebut
yang dikenal dengan istilah konduktor. Sedangkan medium yang bersifat sulit menghantarkan arus
listrik disebut isolator.
RANGKAIAN LISTRIK
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mendengarkan radio, menonton televisi,
menggunakan kulkas, setrika listrik dan lain-lain. Penggunaan alat-alat tersebut memerlukan listrik.
Arus listrik terjadi karena adanya perpindahan muatan-muatan listrik. Listrik dibedakan menjadi
listrik statis (listrik tak mengalir) dan listrik dinamis (listrik mengalir). Listrik statis merupakan
bagian dari ilmu listrik yang mempelajari sifat-sifat muatan listrik. Muatan listrik berkaitan
langsung dengan susunan zat suatu benda. Semua benda tersusun atas partikel-partikel yang sangat
kecil yang disebut atom. Atom terdiri atas inti atom atau nukleus dan elektron. Inti atom terletak di
tengah-tengah atom terdiri dari ptoron dan neutron. Elektron bergerak mengelilingi inti atom. Dari
pelajaran listrik statis ini kita dapat mengetahui bahwa elektron adalah muatan listrik yang mudah
berpindah-pindah melalui bahan konduktor serta sulit berpindah melalui bahan isolator. Namun
demikian, dalam kehidupan sehari-hari pemanfaatan listrik lebih banyak berkaitan dengan muatan
listrik yang bergerak (listrik dinamis), baik dirumah, dikantor, di perusahaan maupun di industri
kecil dan besar.
1. Arus Listrik
Listrik dinamis atau elektrodinamika berkaitan dengan dengan muatan listrik yang bergerak
atau arus listrik. Kata arus berarti aliran atau gerakan kontinyu. Arus listrik analog dengan aliran
air. Aliran air terjadi jika ada perbedaan ketinggian atau perbedaan energi potensial. Air mengalir
dari tempat tinggi (energi potensial tinggi) ke tempat yang rendah (energi potensial rendah).
Demikian halnya arus listrik mengalir karena adanya perbedaan potensial listrik V (V positif dan V
negatif). Perbedaan potensial listrik dalam rangkaian listrik ditimbulkan oleh Gaya Gerak Listrik
1
(GGL) dalam sumber arus listrik (misalnya baterai).
Gambar 11.1: Arus listrik terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik
Arus ini mengalir pada suatu bahan yang mudah mengalirkan arus listrik yang disebut
konduktor. Suatu bahan disebut bersifat konduktif (bahan konduktor) jika di dalamnya terdapat
cukup banyak muatan (elektron) bebas. Lawan dari konduktor adalah isolator yaitu bahan yang
sukar mengalirkan arus listrik karena kurang atau tidak memiliki elektron bebas. Logam pada
umumnya adalah konduktor karena mudah memiliki elektron bebas. Sedangkan bahan bukan logam
pada umumnya adalah isolator karena sukar memiliki elektron bebas. Elektron bebas adalah
elektron yang tidak terikat pada satu inti atom, atau meskipun terikat, ia merupakan elektron yang
letaknya jauh dari inti sehingga hanya mendapatkan gaya tarik yang kecil saja. Elektron bebas ini
kemudian, yang akan “mengalir” dalam bahan (kawat) apabila ada perbedaan potensial diantara dua
titik pada kawat. Elektron-elektron dalam kawat yang memiliki benda potensial mengalir dari
potensial yang lebih rendah (-) ke potensial yang lebih tinggi (+) (Namun dalam baterai yang terjadi
justru sebaliknya).
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa arus listrik merupakan gerakan kelompok
partikel bermuatan listrik dalam arah tertentu. Arah arus listrik yang mengalir dalam suatu
konduktor adalah dari potensial tinggi ke potensial rendah (berlawanan arah dengan gerak
elektron).
2. Kuat Arus Listrik
Pernahkah Anda mendengar kata kuat arus listrik? Coba diingat! Di rumah Anda lampu
menyala disebabkan oleh aliran listrik dalam rangkaian arus bolak-balik. Jika Anda
menghubungkan lampu listrik kecil dan baterai dengan kabel, apa yang terjadi? Lampu akan
menyala, yang disebabkan oleh aliran listrik dalam rangkaian arus searah.
2
Gambar 11.2 Kuat arus listrik ditentukan oleh jumlah muatan yang
menembus luas penampang penghantar tiap detik.
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar.
Seperti yang akan dibahas lebih lanjut, arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan
arah dengan arah gerak elektron. Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu
penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik.
Dengan demikian kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai “jumlah muatan listrik yang menembus
penampang konduktor tiap satuan waktu; atau banyaknya muatan yang mengalir dalam satu detik”,
sehingga secara matematis bisa dirumuskan sebagai :
I = Q ………………… (11.1)
t
3
Contoh Soal:
Jika sebuah kawat penghantar listrik dialiri muatan listrik sebesar 360 coulomb dalam waktu 1
menit, tentukan kuat arus listrik yang melintasi kawat penghantar tersebut ?
Penyelesaian
Diketahui : Q = 360 coulomb
t = 1 menit = 60 sekon
Ditanyakan : I =.............. ?
Jawab :
I= Q
t
360 C
=
60 c
=6A
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat dan malah menikmati hasil pancaran sinar
yang dihasilkan oleh serangkaian arus listrik. Tahukah Anda bagaimana aliran listrik itu terjadi? Hal
tersebut terjadi akibat lampu pijar dalam rangkaian listrik tertutup yang berarti bahwa arus listrik
dapat mengalir dari sumber energi (baterai), menuju ke lampu pijar dan berubah menjadi energi
panas dan cahaya. Hal penting yang perlu dilihat baik baterai maupun lampu pijar mempunyai dua
terminal untuk membentuk hubungan tertutup.
B. Hukum Ohm
Sebagaimana disinggung di muka, arah dari arus listrik berlawanan dengan arah
mengalirnya elektron, ketentuan arah arus ini hanyalah merupakan sebuah kesepakatan. Arus listrik
sebenarnya adalah aliran partikel bermuatan negatif (elektron bebas). Penentuan arah arus ini
didasarkan pada kesepakatan historis, karena mula-mula dianggap bahwa adanya arus listrik pada
logam itu, disebabkan oleh gerakan muatan positif, sedangkan yang sebenarnya yang bergerak
adalah elektron.
4
Gambar 11.3 Arah arus listrik dalam rangkaian
Di alam ini tidak ada bahan isolator maupun bahan konduktor yang sempurna yaitu suatu
bahan yang sama sekali tidak dapat mengantarkan arus listrik, maupun suatu bahan yang tanpa
mempunyai hambatan. Mudah tidaknya suatu arus mengalir pada suatu penghantar dinyatakan
dalam Hukum Ohm. Hukum ini berasal dari hasil percobaan George Simon Ohm (1787 – 1854)
yang menunjukkan adanya hubungan antara arus, beda potensial dan hambatan: “Kuat arus yang
mengalir pada suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial antar kedau ujung
penghantar tersebut dan berbending terbailk dengan hambatannya”. Secara matematis ditulis:
I = V ……………… (11.2)
R
I = kuat arus (ampere / A)
V = beda potensial (volt / V)
R = hambatan (volt/ampere
atau ohm / V = Ω)
5
Persamaan 11.2 disebut dengan hukum Ohm dan dalam sistem satuan SI, hambatan
dinyatakan dalam ohm. Berdasarkan hukum di atas satuan hambatan dapat dinyatakan dalam
volt/ampere, di mana I V/A = 1 Ω . Dengan demikian jika beda potensial antara kedua ujung
konduktor adalah 1 volt dan arus yang mengalir = 1 ampere, maka hambatan dari konduktor itu
adalah 1 ohm.
Menurut hukum Ohm semakin besar tegangan listrik semakin besar pula arus yang mengali
dalam rangkaian. Perbandingan tegangan listrik dengan kuat arus (I) adalah tetap. Hasil bagi ini
dinamakan hambatan listrik atau resistansi. Setiap jenis bahan memiliki hambatan jenis yang
berbeda-beda, makin besar hambatan jenis, makin besar pula hambatan listriknya. Dalam
menghantarkan arus listrik, jenis bahan digolongkan menjadi konduktor, isolator dan
semikonduktor.
Baiklah untuk memantapkan pemahaman Anda mengenai konduktor dan isolator berikut ini
Anda akan melakukan beberapa kegiatan percobaan yang dapat Anda lakukan secara mandiri
maupun terbimbing. Siapkan segala sesuatunya baik alat, bahan lembar pengamatan dan pahami
terlebih dahulu langkah kerja dengan cermat agar hasil kegiatan yang anda peroleh benar, akurat
dan memuaskan.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan berbagai bahan atau benda yang
pemanfaatannya ditentukan berdasarkan sifatnya yang mudah atau sulit menghantarkan listrik.
Hampir semua bagian dari alat-alat elektronik atau perlengkapan listrik yang mudah tersentuh
tangan atau tubuh kita dibuat dari bahan-bahan yang tidak atau sulit mengalirkan arus listrik.
Misalnya, plastik, karet, kaca, adalah bahan-bahan yang tidak atau sulit menghantarkan arus listrik.
Bahan-bahan ini sering disebut isolator karena sifatnya yang dapat mengisolasi listrik dari benda-
benda lain. Pada bahan isolator elektron-elektron relatif
12
stabil, sehingga elektron sulit keluar dari inti atomnya. Sebaliknya, jika diperlukan media
untuk menghantarkan listrik dengan baik dari satu bagian ke bagian lain, maka yang
digunakan adalah bahan-bahan yang mudah menghantarkan arus listrik. Bahan seperti ini
disebut konduktor atau penghantar listrik. Bahan yang termasuk jenis konduktor antara lain,
logam seperti tembaga, alumunium, timah, seng, besi dan lain-lain. Penangkal petir yang
terpasang di bangunan yang tinggi terbuat dari logam tembaga karena tembaga adalah
konduktor yang baik. Di dalam bahan konduktor, elektron-elektron tidak terlalu kuat diikat
oleh inti atomnya, sehingga ketika tegangan listrik diberikan pada bahan konduktor,
elektron-elektron mudah lepas dan bergetar, ha1 ini menyebabkan arus listrik mudah
mengalir.
Saat Anda berbicara tentang arus listrik dan Hukum Ohm, besaran yang sering disinggung
adalah kuat arus listrik, beda potensial listrik, hambatan penghantar. Ketiga besaran ini akan Anda
perdalam pembahasannya lebih lanjut.
1. Amperemeter
Alat untuk mengukur arus yang mengalir melalui suatu komponen listrik, misalnya resistor,
adalah Amperemeter, (diberi simbol A dalam rangkaian listrik). Alat ini ada dua jenis yaitu
amperemeter analog dan digital baik itu AC maupun DC, namun dalam pembahasan ini kita hanya
mcmbahas ampcrcmctcr analog saja.
Amperemeter harus di rangkai seri dengan komponen yang akan diukur arusnya. Yakinkan bahwa
l‹utub-kutub Amperemeter dan sumber tegangan telah saling di hubungkan.
13
Gambar 11.5 Cara pamasangan Amperemeter pada rangkaian
Khusus untuk amperemeter DC Perhatikan bahwa arus listrik harus mengalir masuk ke
kutub positif (+) dan meninggalkan Amperemeter melalui kutub negatif (-). Jika dihubungkan
dengan polaritas terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang dalam arah kebalikan. Ini akan
menyebabkan jarum membentur sisi tanda nol dengan gaya yang cukup besar sehingga akan
merusak amperemeter.
Amperemeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Bagian terpenting dari
Amperemeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya antara medan
magnet dan kumparan berarus. Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus
searah yang kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan pada
galvanometer. Amperemeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor
yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur amperemeter.
Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada pada amperemeter Galvanometer mampu
mendeteksi arus kecil yang melaluinya, dan hambatan Shunt yang dipasang secara pararel antara
keduanya. Hambatan shunt biasanya jauh lebih kecil daripada resistansi galvanometer , tujuannya
untuk menaikan batas ukur amperemeter itu sendiri
Gambar 11.6 Rangkaian hambatan Shunt (Rsh) Amperemeter memperbesar batas ukurnya
1
R = R
( n − 1)
sh A
............................ (11.3)
14
Dengan R sh
= Hambatan Shunt satuannya Ω
I
n = = Kelipatan batas Ukur
I A
I A
= batas ukur sebelum dipasang hambatan shunt
R A
= Hambatan dalam amperemeter satuannya
Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik atau yang lebih kita kenal dengan
sebutan gaya lorenz.
Jarum penunjuk
Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi medan magnet, timbul gaya lorenz yang
menggerakan jarum penunjuk sehingga menyimpang dari kedudukan awalnya. Apabila arus yang
melewati kumparan besar, maka gaya yang ditimbulkan juga akan membesar sedemikian sehingga
penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih lebih besar. Demikian pula sebaliknya,ketika kuat
arus tidak ada maka maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula oleh pegas.
15
berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. secara umum hasil pengamatan pada pembacaan
amperemeter dapat dituliskan sebagai berikut:
Contoh Soal:
Diketahui: IA = 50 mA = 0,5 A
RA = 30 ohm
I=3A
Ditanyakan: Rsh = ................... ?
I 3Æ
Jawab : n= = =6
I A 0,5 Æ
1
R = RA
sh
( n − 1)
1
=
(6–1)
.30 oℎN
= 6 ohm
16
Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub
negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif dengan kutub
negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.
17
Gambar 11.8 Perjanjian arah arus listrik
2. Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara dua titik.
Sama halnya dengan amperemeter, jenis Voltmeter juga ada dua macam yaitu Voltmeter Analog
dan digital baik AC maupun DC.
18
Voltmeter juga menggunakan galvanometer yang dihubungkan seri dengan resistor. Coba
Anda bedakan dengan Ampermeter! Beda antara Voltmeter dengan Ampermeter adalah sebagai
berikut:
1. Amperemeter merupakan galvanometer yang dirangkai dengan hambatan shunt secara seri,
Voltmeter secara paralel.
2. Hambatan Shunt yang dipasang pada Ampermeter nilainya kecil sedangkan pada Voltmeter
sangat besar.
Bagaimana menggunakan Voltmeter? Menggunakan Voltmeter berbeda dengan
menggunakan Amperemeter, dalam menggunakan Voltmeter harus dipasang paralel pada kedua
ujung yang akan dicari beda tegangannya. Misalkan Anda kan mengukur beda tegangan antara
ujung-ujung lampu pada gambar berikut.
Anda cukup mengatur batas ukur pada alat dan langsung hubungkan dua kabel dari
voltmeter ke ujung-ujung lampu seperti pada gambar 11.10.
19
Untuk memasang voltmeter DC pada suatu rangkaian perhatikan bahwa titik yang
potensialnnya lebih tinggi harus di hubungkan ke kutub positif (+) dan titik yang potensialnya
rendah dihubungkan ke kutub negatif (-) sumber tegangan. Jika di hubungkan dengan polaritas
terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang sedikit di kiri tanda nol. Seperti pada saat Anda
menggunakan Amperemeter, jika jarum pada voltmeter melewati batas skala maksimal, berarti beda
potensial yang Anda ukur lebih besar dari kemampuan alat ukur. Sehingga Anda harus
memperbesar batas ukur. Caranya dengan memasang resistor (hambatan muka) secara seri pada
voltmeter. Seperti gambar 11.11.
………………… (11.4)
Dengan R M
= Hambatan muka satuannya Ω
V
N= = Kelipatan batas ukur
V V
V V
= Batas ukur voltmeter sebelum dipasang hambatan muka
R V
= Hambatan dalam Voltmeter
Tiga hal yang paling penting dalam merangkai voltmeter dan amperemeter, yaitu:
1. Voltmeter dalam posisi paralel dengan beban (lampu atau resistor) dan amperemeter dalam
posisi seri dengan beban.
2. Kutub-kutub baterai, voltmeter, dan amparemeter tidak boleh terbalik (khusus amperemeter DC
dan voltmeter DC)
3. Batas ukur voltmeter maupun amperemeter harus “sedikit” lebih tinggi dari tegangan dan kuat
arus yang melalui beban.
20
Jika batas ukur lebih rendah dari pada nilai yang melalui beban, akibatnya alat ukur akan rusak.
Tetapi jika batas ukur jauh lebih besar daripada nilai yang melalui beban, akibatnya pembacaan
skala menjadi tidak teliti.
Contoh Soal:
Sebuah Voltmeter mempunyai hambatan dalam 3 k Ω, dapat mengukur tegangan maksimal 5 Volt.
Jika ingin memperbesar batas ukur Voltmeter menjadi 100 Volt, tentukan hambatan muka yang
harus dipasang secara seri pada Voltmeter.
Penyelesaian:
Diketahui: Rv = 3 k Ω
Vv = 5 V
V = 100 V
Ditanyakan : Rm = .............. ?
Jawab :
V
n=
Vv
100 V
=
5V
= 20
Rm = (n – 1) . Rv
= (20 -1) . 3 k Ω
= 57 k Ω
Alat ukur yang Anda pelajari di atas adalah untuk arus searah (dc). Jika ingin digunakan
pada arus bolak-balik harus disesuaikan dengan menambahkan diode. Tetapi Anda tidak akan
mempelajarinya. Biasanya alat yang tersedia di sekolah-sekolah adalah Basic meter. Basic meter
dapat berfungsi sebagai Amperemeter ataupun Voltmeter dengan menggeser colokan yang ada.
Prinsip kerja voltmeter hampir sama dengan amperemeter karena desainnya juga terdiri dari
galvanometer, tapi yang membedakanya adalah hambatan seri atau multiplier. Galvanometer
menggunakan prinsip hukum lorentz, dimana interaksi anatara medan magnet dan kuat arus akan
menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik inilah yang mennggerakan jarum penunjuk sehingga
menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan. Makin besar kuat arus akan makin
besar penyimpangannya. Fungsi dari multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang terjadi
21
pada galvanometer tidak melebihi kapasitas maksimumnya, sehingga sebagian tegangan akan
berkumpul pada multiplier. Dengan demikian kemampuan mengukurnya menjadi lebih besar.
Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui
suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk menjaga kuat arus dan
tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi
dengan baik. Besar kecilnya hambatan suatu penghantar (R) tergantung kepada jenis kawat (),
panjang kawat (L), dan luas penampang kawat (A), dapat dirumuskan seperti berikut:
S
R = (11. 5)
Æ..................................
dengan:
R = hambatan( Ω)
= hambatan jenis penghantar (Ω m)
l = panjang penghantar (m)
A = Luas penampang penghantar (m2)
ambatan jenis penghantar atau resistivitas () adalah sifat intrinsik dari bahan konduktor.
Hambatan jenis ini tergantung pada struktur elektron dari bahan dan temperatur. Dengan demikian
konduktor listrik yang baik akan mempunyai hambatan jenis yang sangat kecil dan bahan isolator
yang baik akan mempunyai hambatan jenis yang sangat besar. Satuan hambatan jenis dalam sistem
satuan SI dinyatakan dengan ohm meter. Berikut menunjukkan harga hambatan jenis beberapa
bahan.
22
Contoh soal:
1. Seutas kawat besi panjangnya 20 meter dan luas penampangnya 1 mm2, mempunyai hambatan
jenis 10-7 ohm meter. Jika antara ujung-ujung kawat dipasang beda potensial 60 volt, tentukan
kuat arus yang mengalir dalam kawat!
Penyelesaian
Diketahui : I = 20 m
A = 1 mm2 = 1 x 10-6 m2
V = 60 V
= 10-7 ohm-meter
Ditanya : I = ............... ?
Jawab : Langkah pertama, selidiki dahulu nilai hambatannya
L
R=
Æ
= (10-7 ohm-meter). (20 m) / (1 mm2 = 1 x 10-6 m2)
= 2 ohm
V
I=
R
60 V
=
2 fi
= 30 A
Jadi, kuat arus yang mengalir dalam kawat adalah 30 A
2. Seutas kawat yang panjangnya 50 cm, luas penampangnya 2 mm2, ternyata hambatannya 100
ohm. Tentukan hambatan jenis kawat tersebut ?
Penyelesaian
Diketahui : I = 50 cm = 0,5 m
A = 2 mm2 = 2 x 10-6 m2
R = 100 Ω
Ditanyakan : = .......... ?
L
Jawab : R=
Æ
23
A
=R L
= 4 x 10-4 Ω m
24
Beberapa hambatan (resistor) dirangkai untuk tujuan tertentu seperti untuk membagi arus
(memperkecil arus) ataupun membagi tegangan.
1. Rangkaian hambatan Seri
Hambatan pengganti dari beberapa penghambat yang disusun secara seri adalah jumlah dari
masing-masing hambatan. Hambatan pengganti seri (Rs) sama dengan jumlah tiap-tiap hambatan.
Jika terdapat beberapa hambatan misal R1 dan R2 dirangkai secara seri, maka hambatan pengganti
seri (Rs) secara umum dapat ditulis:
v2 _
+
R2
+ +
v _ i1 R1 v1
_
I1 = I2 = In = Is .......................(11.7)
Tegangan pada hambatan pengganti seri (Vs) sama dengan jumlah tegangan pada tiap-tiap
hambatannya.
Hambatan-hambatan yang disusun seri berguna untuk memperbesar hambatan serta sebagai
pembagi tegangan.
2. Rangkaian Paralel.
Hambatan pengganti paralel dapat dihitung dengan persamaan:
1 1
= + 1 + … ..+ 1
……………. (11.9)
Rp R1 R2 Rn
25
I I
+ I2 I1 +
V V Req
R2 R1
_ _
Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan jumlah kuat arus yang melalui
tiap-tiap hambatan.
Tegangan pada tiap-tiap hambatan adalah sama dan sama dengan tegangan pada hambatan
pengganti paralel.
D. Hukum Kirchhoff
1. Hukum I Kirchhoff
Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui
percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya tergantung ada
tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya
arus listrik yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang,
hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya besar.
Perhatikan gambar percobaan berikut!
26
Dari percobaan akan didapatkan bahwa penunjukkan ampere meter A1 sama dengan penjumlahan
penunjukkan A1 dan A3 (lihat gambar 11.14).
Hal tersebut dikenal sebagai hukum I Kirchhoff yang berbunyi: “Jumlah kuat arus listrik yang
masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul
tersebut”.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya merupakan hukum kekekalan muatan listrik. Hukum I
Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
Gambar 11.15 Kuat arus yang masuk dan keluar dari suatu titik simpul
Contoh Soal:
Ada lima buah percabangan berarus listrik, percabangan berarus listrik masuk yaitu I1 = 10 ampere,
I2 = 5 ampere sedangkan percabangan berarus listrik keluar yaitu I3 = 5 ampere, I4 = 7 ampere
sedangkan I5 harus ditentukan besar dan arahnya, tentukan I5 tersebut!
Penyelesaian:
Σ Imasuk = I1 + I2 = 10 A + 5 A = 15A
Σ Ikeluar = I3 + I4 + I5 = 5 A + 7 A + I5 = 12A + I5 arahnya keluar dari titik percabangan
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
15A = 12A + I5
I5 = 15 A – 12 A = 3 A
Jadi I5 = 3 A arahnya keluar dari titik percabangan
27
2. Hukum II Kirchhoff
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang
tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel. Umumnya ini terjadi jika dua
atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga penyederhanaan
rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan
rangkaian tersebut. Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang
berbunyi: “Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan
penurunan tegangan (IR) sama dengan nol”.
Secara matematis dirumuskan:
………….. (11.12)
Perhatikan rangakaian satu loop berikut!
b. GGL bertanda positif jika kutub positipnya lebih dulu di jumpai loop dan sebaliknya ggl negatif
jika kutub negatif lebih dulu di jumpai loop.
Misalkan kita ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a (lihat gambar 11.16).
28
Kuat arus listrik I di atas dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum II Kirchhoff:
Σ ε + Σ IR = 0
– ε1 + ε2 + I (r1 + r2 + R) = 0
Jika harga ε1, ε2, r1, r2 dan R diketahui maka kita dapat menentukan harga I-nya
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Peryataan ini telah kita kenal
dan kita bahas pada pelajaran tentang energi pada BBM 4. Dengan demikian, energi listrik
bukan hasil ciptaan manusia, tetapi energi listrik dapat timbul dari energi panas dan energi gerak.
Selain itu, energi listrik tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi listrik dapat diubah menjadi
energy panas, energy bunyi, atau energi gerak. Berdasarkan penjelasan tersebut, apakah
keuntungan energi listrik itu? Pada BBM ini, kita akan membahas manfaat energi listrik dalam
kehidupan sehari-hari, cara menghitung energi listrik yang terpakai dan alat-alat yang dapat
mengubah energi listrik menjadi energi kalor.
A. Energi Listrik
Energi listrik berguna untuk kita karena dapat dengan mudah diubah menjadi energi
bentuk lain. Misalnya motor listrik merubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi listrik
adalah energi yang ditimbulkan oleh arus listrik pada suatu penghantar yang dapat diubah
menjadi energi bentuk lain.
1. Energi listrik menjadi energi kalor, misalnya kompor listrik, setrika listrik, solder listrik, dan
rice cooker.
2. Energi listrik menjadi energi gerak, misalnya bor listrik, kipas angin listrik, dan motor listrik.
3. Energi listrik menjadi energi kimia, misalnya pada proses pengisian akumulator.
W = V . Q ...................... (11.13)
W = V . I. t ..................... (11.14)
Dalam sistem SI, satuan energi adalah volt. Coulomb atau joule (J). Oleh karena V = I. R, maka
persamaan (11.14) dapat ditulis menjadi
V2
Atau W= .t
R ............................................................
(11.16)
dengan
t = waktu (s)
Contoh Soal:
Kuat arus 10 A mengalir di dalam penghantar yang mempunyai hambatan 20 Ω selama 1 menit.
Berapakah besarnya energi listrik ?
Penyelesaian
Diketahui: I = 10 A
R = 20 Ω
t =1 menit = 60 s
Ditanyakan : W = ……… ?
Jawab : W = I2. R. t
= 120.000 J
Energi listrik lebih mudah digunakan oleh manusia karena energi ini dapat diubah
menjadi energi lain dalam sekejap. Contohnya energi listrik dapat diubah menjadi energi
kalor dan energi mekanik. Dalam sebuah kegiatan, Joule mendapat angka kesetaraan antara
energi mekanik dan energi kalor yang disebut dengan tara kalor mekanik yang besarnya adalah
Dengan demikian, persamaan (11.13), (11.14), (11.15) dan (11.16) dapat ditulis menjadi:
Satuan yang lebih besar untuk energi kalor adalah kilo kalori (kkal). 1 kkal sama dengan
103 kalori.
Gambar 11.17 Alat-alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi kalor
Bagian utama sebuah alat pemanas dinamakan elemen pemanas yang terbuat dari bahan nikel
dan krom (disingkat: nikron). Bahan ini memiliki kemampuan berpijar secara terus-menerus
tanpa mengoksidasi.
Contoh soal:
1. Berapa energi kalor yang dihasikan oleh sebuah kompor listrik dengan elemen pemanas
dari hambatan 100 ohm yang dilakukan arus sebesar 10 ampere selama 2 menit?
Penyelesaian:
Diketahui : R = 100 Ω
I = 10 A
t = 2 menit = 120 s
Ditanya : W=?
Jawab : Wkalor = 0,24 . I2 . R . t
= 0,24 . (10)2 . 100 . 120
= 288. 000 kalori
= 288 kkal
B. Daya Listrik
Daya listrik adalah laju energi listrik yang dipindahkan atau energi listrik tiap satuan waktu.
Daya listrik dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
M
P= (11.21)
t ............................
P = V . I ………(11.21)
V2
P= (11.23)
R ................................
P = daya listrik (Watt)
Dalam sistem SI , daya listrik dinyatakan dalam Joule per detik atau watt. Satuan yang lebih
besar adalah 1 kilowatt = 103 watt dan 1 megawat = 106 watt.
Jadi 1 watt = 1 joule/sekon
1 joule = 1 watt sekon
Contoh soal:
1. Kuat arus listrik sebesar 2 ampere mengalir dalam konduktor yang berhambatan 5 ohm
selama 5 menit. Hitunglah:
a. Energi listrik
b. Energi kalor yang timbul
c. Daya listrik
Penyelesaian:
Diketahui : I = 2A
R=5Ω
Ditanyakan : a. Wlistrik = ?
b. Wkalor = ?
c. P =?
Jawab:
a. Wlistrik = I2 . R . t
= 22 . 5 . 300
= 6.000 joule
b. Wkalor = 0,24 . Wlistrik
= 0,24 . 6.000
= 1.440 kalori = 1,44 kkal
c. P = I2 . R
= 22 . 5
= 20 watt
Setiap bulan, semua pelanggan listrik PLN harus membayar biaya pemakaian energi
listrik sesuai dengan banyaknya energi listrik yang dikonsumsi. Dalam hal ini biasanya energi
listrik yang diperhitungkan dinyatakan dalam satuan kilowatt-jam atau kilo watt-hour disingkat
kWh. 1 kWh adalah jumlah energi yang dipakai oleh sebuah peralatan listrik yang berdaya 1
kilowatt selama 1 jam. Banyaknya energi listrik yang digunakan dapat dibaca pada gardu rumah
(meteran listrik).
Pemakaian energi listrikk selama sebulan dapat diketahui melalui meteran listrik itu. Kemudian,
dengan tarif listrik tertentu, misalnya sekitar Rp 180,00/kWh, pihak PLN ataupun kita dapat
mengetahui besar biaya pemakaian energi listrik selama sebulan. Biaya pemakaian energi listrik
inilah yang harus kita bayarkan secara rutin setiap bulan pada PLN, yang sering kita sebut
rekening listrik.
Pada kenyataannya, tarif listrik itu tidak sama untuk semua gedung atau kepentingan. Secara
umum perbedaan tarif listrik dapat dibedakan atas tiga kriteria, yaitu tarif listrik untuk rumah
tangga, badan sosial (yayasan yatim piatu), dan pabrik atau industri.
Contoh soal:
Berapakah biaya rekening listrik yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari) jika 1 kWh Rp
180,00 dan biaya pelanggan Rp 3.500,00?
Penyelesaian:
Diketahui:
W=P.t
a. TV W = 350 . 12 = 4.200 Wh
b. Radio W = 15 . 10 = 150 Wh
c. Lemari es W = 350 . 18 = 6.300 Wh
d. Pompa air W = 250 . 4 = 1.000 Wh
e. Mesin cuci W = 500 . 5 = 2.500 Wh
Jumlah =14.150 Wh
14.150
Energi dalam kWh =
1.000 kMh
= 14,15 kWh
8. Jika kutub-kutub senama dua buah magnet saling di dekatkan, maka akan . . .
a. Tarik menarik
b. Sejajar
c. Tolak menolak
d. Bertumbukan
9. Alat yang dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik dinamakan ..
a. Transformator
b. Kumparan
c. Dinamo
d. Generator
3µC 2µC
7. Dua buah muatan berada pada sumbu x yaitu 3µ C di x=0 dan –5µC di x
= 40 cm. Di mana muatan ketiga q harus ditempatkan agar
resultan gaya padanya akan sama dengan nol
Listrik Statis
1. Titik-titik manakah dari baterai dan titik-titik manakah dari lampu pijar yang perlu saling
terhubungkan agar lampu pijar menyala. Apakah perlu ada suatu rangkaian tertutup agar
lampu pijar menyala? Buatlah gambar realistis untuk hal ini.
2. Untuk lebih memahami tentang penggunaan apermeter dan voltmeter, cobalah Anda
kerjakan latihan berikut ini:
a. Tentukan hasil pengamatan yang ditunjukkan oleh amperemeter berikut ini!
b. Gambarkan rangkaian cara mengukur arus listrik dan beda potensial pada
4. Sebuah rumah memakai 4 lampu 20 watt, 2 lampu 60 watt, dan TV 60 watt. Setiap
harinya dinyalakan rata-rata 8 jam. Jika energy listrik setiap kWh-nya Rp.111,30.
Berapakah biaya yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari) ?