Anda di halaman 1dari 90

BAB-4 LISTRIK DAN MAGNET

Capaian Pembelajaran Energi listrik berperan sebagai faktor penting


1. Mampu membuktikan konsep listrik yang menunjang pembangunan masyarakat
statis dan dinamis
2. Mampu membuktikan sifat magnet dan suatu wilayah. Energi listrik juga
3. Mampu mengidentifikasi kegunaan berperan penting dalam kehidupan sehari-
magnet
4. Mampu melakukan pengukuran kuat hari. Energi listrik telah menjadi kebutuhan
arus tegangan dan hambatan. utama dalam setiap kegiatan, baik dalam
5. Mampu membuat magnet secara
induksi elektro dan menggosok kegiatan rumah tangga ataupun kegiatan
6. Mampu mengkonstruksikan rangkaian perekonomian. Maka dari itu perlu kita
seri, parallel dan campuran
Sub Materi ketahui, bagaiman listrik dapat mengalir?
1. Listrik statis dan dinamis Bagaimana rangkaiannya? Dalam bab ini kita
2. Arus Listrik
3. Rangkaian listrik akan membahas mengeai Listrik dan Magnet.
4. Konduktor dan Isolator
5. Sumber Energi Listrik
6. Sifat Kemagnetan Benda
7. Medan Magnet
8. Konsep Elektromagnet
PETA KONSEP
Kata "listrik" mungkin membangkitkan citra teknologi modern yang kompleks: lampu,
motor, elektronik, dan komputer. Tetapi gaya listrik memainkan peran yang lebih dalam dalam
hidup kita. Menurut teori atom, gaya listrik antara atom dan molekul menahannya untuk
membentuk cairan dan padatan, dan gaya listrik juga terlibat dalam proses metabolisme yang
terjadi di dalam tubuh kita. Banyak gaya yang telah kita tangani sejauh ini, seperti gaya elastis,
gaya normal, dan gaya gesek serta gaya kontak lainnya (dorong dan tarikan), sekarang dianggap
sebagai hasil dari gaya listrik yang bekerja pada tingkat atom. Gravitasi, di sisi lain, adalah gaya
yang terpisah.

Studi paling awal tentang kelistrikan berasal dari zaman dahulu, tetapi hanya sejak akhir
1700-an kelistrikan telah dipelajari secara rinci. Kita akan membahas lebih jauh tentang
kelistrikan, termasuk perangkat praktis, serta kaitannya dengan kemagnetan.

4.1 Listrik Statis, Muatan Listrik Dan Kekekalannya

Kata listrik berasal dari kata Yunani elektron, yang berarti "amber." Amber
adalah getah pohon yang membatu, dan orang dahulu tahu bahwa jika Anda
menggosok sepotong amber dengan kain, amber akan menarik potongan-potongan
kecil daun atau debu. Sepotong karet keras, batang kaca, atau penggaris plastik yang
digosok dengan kain juga akan menampilkan "efek kuning", atau listrik statis seperti
yang kita sebut sekarang. Anda bisa dengan mudah mengambil potongan kertas kecil
dengan sisir atau penggaris plastik itu
Anda baru saja menggosok dengan kuat bahkan dengan handuk kertas. Lihat foto
di halaman sebelumnya dan Gbr. 4-1. Anda mungkin pernah mengalami listrik statis
saat menyisir rambut atau saat mengambil blus atau kemeja sintetis dari pengering
pakaian. Dan Anda mungkin merasa terkejut saat menyentuh kenop pintu logam
setelah meluncur di atas jok mobil atau berjalan di atas karpet sintetis. Dalam setiap
Gambar 4-1 (a) Gosok
kasus, sebuah benda menjadi "bermuatan" sebagai akibat dari gesekan, dan dikatakan penggaris plastik dengan kain
memiliki muatan listrik bersih. atau handuk kertas, dan (b)
dekatkan dengan beberapa
Apakah semua muatan listrik sama, atau ada lebih dari satu jenis? Sebenarnya,
lembar kertas kecil.
ada dua jenis muatan listrik, seperti yang ditunjukkan oleh eksperimen sederhana
berikut ini. Penggaris plastik yang digantung pada seutas benang digosok kuat-kuat
dengan kain untuk mengisinya. Ketika penggaris plastik kedua, yang telah diisi
dengan cara yang sama, didekatkan dengan penggaris pertama, ditemukan bahwa
penggaris yang satu menolak penggaris lainnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4-
2 a Demikian pula, jika batang kaca yang digosok didekatkan ke batang kaca
bermuatan kedua, sekali lagi gaya tolak terlihat bekerja, Gambar 4–2b. Namun, jika
batang kaca bermuatan didekatkan ke penggaris plastik bermuatan, ditemukan bahwa
mereka menarik satu sama lain, Gbr. 4–2c. Muatan pada kaca harus berbeda dengan
muatan pada plastik. Memang, secara eksperimental ditemukan bahwa semua objek
bermuatan termasuk dalam salah satu dari dua kategori. Entah mereka tertarik ke
plastik dan ditolak oleh kaca; atau mereka ditolak oleh plastik dan tertarik ke kaca.
Jadi, tampaknya ada dua, dan hanya dua, jenis muatan listrik. Setiap jenis muatan
menolak jenis yang sama tetapi menarik jenis yang berlawanan. Yaitu: tidak seperti
muatan menarik; seperti tuduhan mengusir.
Kedua jenis muatan listrik ini disebut sebagai muatan positif dan negatif oleh
negarawan, filsuf, dan ilmuwan Amerika Benjamin Franklin (1706-1790). Pemilihan
nama sesuai dengan jenis tagihan mana yang sewenang-wenang. Pilihan Franklin
menetapkan muatan pada batang kaca yang digosok menjadi muatan positif, sehingga
muatan pada penggaris plastik yang digosok (atau kuning) disebut muatan negatif.
Kami masih mengikuti konvensi ini sampai sekarang.
Franklin berpendapat bahwa setiap kali sejumlah muatan diproduksi pada satu
objek, jumlah yang sama dari jenis muatan yang berlawanan dihasilkan pada objek
lain. Positif dan negatif harus diperlakukan secara aljabar, jadi selama proses apapun,
perubahan bersih dalam jumlah muatan yang dihasilkan adalah nol. Misalnya, ketika
penggaris plastik digosok dengan handuk kertas, plastik tersebut memperoleh muatan
negatif dan handuk tersebut memperoleh muatan positif dalam jumlah yang sama.
Muatannya dipisahkan, tetapi jumlah keduanya nol.
Ini adalah contoh hukum yang sekarang sudah mapan: hukum kekekalan muatan
listrik, yang menyatakan itu
jumlah bersih muatan listrik yang dihasilkan dalam proses apapun adalah
nol;
atau, dengan kata lain,
tidak ada muatan listrik bersih yang dapat dibuat atau dihancurkan.
Jika satu benda (atau wilayah ruang) memperoleh muatan positif, maka muatan negatif yang sama akan
ditemukan di daerah atau benda tetangga. Tidak ada pelanggaran yang pernah ditemukan, dan hukum kekekalan
muatan listrik sama kuatnya dengan hukum energi dan momentum.
Seorang ilmuan, sastrawan, politisi dan terutama salah seorang penggagas
deklarasi kemerdekaan Amerika, Benjamin Franklin pada tahun 1752 kemudian
menyatakan bahwa fenomena kilat dan batu ambar merupakan gejala yang sama
dan menamakan (memberi tanda) kedua jenis listrik (muatan listrik) ini sebagai
positif (+) dan negatif (-). Penamaan ini dipakai hingga saat ini dan amat
membantu dalam menjelaskan gaya elektrostatik.
Robert A. Millikan (1869-1953) kemudian melakukan eksperimen yang
Franklin bertujuan mencari harga muatan yang paling kecil yang bisa didapatkan.
Percobaan Millikan dikenal sebagai percobaan tetes-minyak (oil-drop).
Percobaan ini dilakukan dengan meneteskan minyak dengan tetesan kecil melalui
dua pelat logam dengan beda potensial yang dapat diatur. Medan listrik yang
dihasilkan dari kedua pelat akan menarik muatan listrik dari tetsan minyak tadi
pada pelat bagian atas, dan jika beda tegangan diatur agar cukup bisa
mengimbangi gaya gravitasi pada tetes minyak, maka partikel- partikel minyak
yang mengandung muatan tadi akan melayang karena keseimbangan gaya ini.
Pada keadaan ini gaya gravitasi (yang dapat kita hitung) sama dengan gaya
Milikin
elektrostatik, sehingga muatan dapat diketahui besarnya. Melalui banyak
percobaan dengan tetes minyak yang beragam massanya, maka secara umum bisa
muatan bisa diperoleh melalui:
𝑭𝒍𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒌 = 𝑾
𝒒𝑬 = 𝒎𝒈
𝒎𝒈
𝒒=
𝑬

Nilai g dan E dapat diketahui sedangkan m diukur melalui kecepatan


terminal. Millikan mengamati bahwa hasil dari muatan listrik yang diperoleh
Gambar 4.2 Ilustrasi selalu kelipatan dari 𝟏, 𝟔𝟎𝟐𝒙𝟏𝟎−𝟏𝟗 𝑪. Hasil “percobaan tetes minyak” nya
percobaan Millikan.
Tetes minyak didapatkan harga muatan terkecil sebesar 1,6 x 10-19. Harga muatan ini dimiliki
mengalami dua arah
gaya, ke atas gya listrik
dan ke bawah gaya
berat.
oleh partikel terkecil elektron, sehingga bilangan tersebut disebut e (muatan
elektron).
𝒆 = 𝟏, 𝟔𝟎𝟐𝒙𝟏𝟎−𝟏𝟗 𝑪
Artinya benda apapun yang bermuatan listrik, muatannya adalah kelipatan bilangan bulat dari harga
e (1e, 2e, 3e…). Atas percobaan ini Millikan menerima hadiah Nobel bidang Fisika.
Fenomena bahwa muatan listrik merupakan bilangan bulat dari e dikenal sebagai kuantisasi muatan.
Kuantisasi artinya dapat ”dihitung” menjadi bagian-bagian terkecil. Karena muatan electron sedemikian
kecil, maka untuk menghasilkan 1 C saja diperlukan sekitar 6.242.197.253.433.208.489 buah elektron!!
Apa yang sesungguhnya terjadi dengan fenomena elektrostatik ini? Ilustrasi berikut akan membantu
anda. Sebagaimana kita ketahui bahwa benda-benda non-konduktor memiliki muatan yang netral. Ini
berarti bahwa jumlah muatan positif dan negatif di dalamnya sama. Dan karena setiap benda terdiri dari
atom, maka dengan demikian jumlah muatan electron akan sama dengan inti atomyang notabene
bermuatan positif.

Gambar 4.3 Sebuah Atom


Bermuatan Netral Memiliki
Muatan Negatif dan Positif yang
Sama Besar

HUKUM COLOUMB

Pada tahun 1768, melalui sebuah percobaan, Coulomb mendapatkan


bahwa muatan-muatan sejenis akan menimbulkan efek tarik-menarik
(atraktif) dan benda yang berlainan jenis akan saling menolak (repulsif).
Gaya tarik/tolak ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar
benda/muatan dan sebanding dengan besarnya muatan benda tersebut
Colomb

Gambar 4.4 Perangkat


PercobaanColomb
Perangkat yang digunakan Coulomb disebut ”Torsion Balance” yang
terdiri dari dua bola bermuatan A dan B. Bola dapat berputar dan
memuntir benang serat. Dan bola B merupakan bola yang tidak bisa
bergerak sedangkan C merupakan pengimbang bola A. Gaya
elektrostatik timbul ketika bola bermuatan B seperti pada gambar 1.4 di
bawah mendekati muatan A. Jika muatannya sejenis muncul gaya
elektrostatik sehingga batang A-C berputar. Besarnya gaya elektro static
sebanding dengan putaran dari pasangan bola A-C. Putaran ini, melalui
serat (fiber) ringan D yang terukur melalui semacam busur E.
Ketika besarnya muatan B diperbesar dengan diberi muatan tambahan
atau diperkecil dengan cara megalirkan muatannya ketanah, Coulomb
mengamati bahwa (dengan melihat skala di E) puntiran menjadi besar
Gambar 4.5 Struktur Torsion
ketika muatan ditambah dan menjadi kecil ketika muatan dikurangi. Hal
Balance yang Digunakan
Coulomb Untuk Menghitung ini menunjukkan bahwa gaya elektrostatik sebanding dengan besar
hubungan Gaya Elekstrostatik
dengan jarak dan besarnya masing-masing muatan. Sehingga Coulomb merumuskan bahwa
muatan

𝑭 ∝ 𝑸𝑨 𝑸𝑩

Selanjutnya ketika Coulomb mengatur jarak antar muatan A atau B, mengamati bahwa puntiran menjadi
besar Ketika jaraknya dekat dan menjadi kecil ketika jaraknya lebih jauh dan menyimpulkan bahwa gaya
elektrostatik ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak:

𝟏
𝑭∝
𝒓𝟐
Dari percobaan Coulomb dapatlah disimpulkan bahwa:

𝑸𝑨 𝑸𝑩
𝑭∝
𝒓𝑨𝑩

Nilai k dikenal sebagai konstanta Coulomb. Namun berapakah besarnya konstanta k ini? Sebelum Coulomb,
Cavendish sesungguhnya telah terlebih dahulu menggunakan prinsip yang sama ketika ia menghitung konstanta G
pada gaya gravitasi universal. Namun ia tidak mempublikasikannya dan terlambat dikenali orang dibandingakan
Coulomb yang mempublikasikan karya-karyanyanya melalui Mémoirs de l'Académie Royale antara tahun 1775 hingga 1779.
Nilai dari k diukur melalui percobaan menggunakan prinsip Cavendish ketika menghitung nilai G pada konstanta gravitasi
universal, yang bentuk persamaannya sangat mirip dengan gaya elektrostatik

𝑴𝒎 𝑸𝑨 𝑸𝑩
𝑭=𝑮 ↔ 𝑭 = 𝒌
𝒓𝟐 𝒓𝑨𝑩

Prinsip percobaan Cavendish sebetulnya sederhana. Terdiri dari dua bola bermuatan masing-masing dan
jari-jari yang dihubungkan dengan batang ringan yang disebut dengan ”dumbell”. Dumbell ini dapat
berputar bolak- balik karena ditolak gaya elektro static dari dua bola lain bermassa M.

Gaya tolak ini sebanding dengan torsi dengan τ = F⋅(d/2), sehingga jika torsi bisa di ukur maka gaya bisa
diukur dan jika muatan serta jarak diketahui nilai k bisa diperoleh dari hubungan persamaan (1):

𝑭𝒓𝑨𝑩
𝒌=
𝑸𝑨 𝑸𝑩
Untuk mengukur torsi, digunakan hubungan Hooke di mana :

𝝉 = 𝒄. 𝜽
c ini adalah modulus elastik dari kawat yang dapat diukur dari dengan menghitung peroda osilasi
dumbell dengan:

𝟏
𝑻 = 𝟐𝝅√
𝟒𝝅𝟐
𝑰
𝒄=
𝑻𝟐

I adalah momen inersia, untuk dumbell nilainya I=2m(d2+2r2/5 ). Maka jika d, r, m dan T bisa
dihitung maka secara prinsip kita bisa memperoleh nilai k. Nilai k dari pengukuran diperoleh sekitar 9x10 9
Nm2/C2, nilai ini untuk medium udara atau vakum.
Dari persamaan (1) di atas maka hukum Coulomb dirumuskan secara formalsebagai berikut :
Misalkan terdapat dua partikel bermuatan listrik q dan q’ berjarak r12 dalam hampa udara. Jika q dan q’
maka akan timbul gaya interaksi yang disebut gaya Coulomb yang didefinisikan sebagai :

𝒒𝟏 𝒒𝟐 Dengan
𝑭=𝒌 𝒓𝟐
K=1/(4πε0) ≈ 9x109
F = Gaya Coulomb (Newton)
q1= Muatan pertama (coulomb)
q2= Muatan kedua (coulomb)
r12 = jarak antar muatan 1 dan 2 (meter)

Gambar 4.7 Vektor


posisi : Interaksi dua
Gambar 4.6 Muatan sejenis muatan
akan saling menolak. Muatan
yg berlawanan jenis akan
saling menarik

Anda tidak perlu merasa bingung dengan symbol r̂12 pada hukum Coulomb di atas, ia hanya
menunjukan arah gaya coulomb dan tidak mempengaruhi besarnya nilai F karena merupakan vektor satuan
yang nilainya satu. Dalam buku lain anda mungkin menemukan penulisan hukum Coulomb seperti:
𝟏 𝒒𝟏 𝒒𝟐
𝑭= 𝒓
𝟒𝝅𝜺𝟎 𝒓𝟑 𝟏𝟐
Di mana arahnya dinyatakan tidak dalam vektor satuan keduanya identik karena :

Beberapa catatan penting tentang persamaan ini adalah bahwa

persamaan tersebut :
1. Hanya berlaku untuk muatan titik (artinya dimensi volume tidak diperhatikan)
2. nilai k ≈ 9 x 109 hanya berlaku untuk muatan dalam vakum atau udara, untuk medium lain
harganya akanberbeda.
3. Bila q dan q’ bertanda sama maka F akan bertanda positif. Tanda F positif menunjukan bahwa
kedua muatan tolak menolak. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan gaya yang saling
menarik
Gaya elektrostatik F merupakan besaran vektor, sehingga operasi padanya harus memenuhi
ketentuan operasi pada besaran vektor. Artinya jika terdapat beberapa muatan, maka gaya total
yang dialami satu muatan merupakan resultan dari superposisi gaya-gaya oleh muatan- muatan
lain.
ELEKTROMAGNETIK

Gejala magnet sudah diketahui orang sejak ribuan tahun yang silam,
khususnya oleh bangsa Asia Kecil. Di daerah yang dikenal sebagai Magnesia
terdapat bebatuan yang mengandung sifat magnet, yaitu dapat menarik
logam-logam yang berada dekat dengan bebatuan tersebut. Kata magnet
sendiri berasal dari nama daerah tersebut.
Magnet yang berasal dari batuan alam dikenal sebagai magnet permanen.
Pada abad ke-19 para fisikawan menemukan adanya hubungan antara sifat
kemagnetan dengan sifat kelistrikan. Dalam modul ini akan kita pelajari
hubungan tersebut.

A. MEDAN MAGNET

Pada bahan (material) magnetik dapat kita jumpai adanya kutub-kutub


magnet yang dikenal sebagai kutub utara dan kutub selatan. Jika bahan
magnetik berbentuk batang, maka separuh bagiannya menjadi kutub utara
dan separuh bagian yang lainnya menjadi kutub selatan. Di sekitar bahan
magnetik terdapat medan magnet yang digambarkan dengan adanya garis-
garis gaya magnetik yang berawal dari kutub utara dan berakhir di kutub
selatan magnet. Setiap garis gaya menunjukkan titik-titik yang kuat medan
magnetnya sama besar. Gambar 1.12 merepresentasikan garis-garis gaya
magnetik dari sebuah magnet batang.

Gambar 1.12.
Garis-garis gaya magnetik dari sebuah magnet batang.
Sifat dari kutub-kutub magnet adalah kutub-kutub yang sejenis saling
tolak menolak dan kutub-kutub yang tidak sejenis saling tarik menarik.
Kutub-kutub magnet tidak dapat diisolasi artinya pada setiap magnet selalu
ada kutub utara dan selatan. Jika setiap magnet batang kita potong-potong
menjadi beberapa bagian seperti pada Gambar 1.13, maka setiap bagian
magnet batang tersebut tetap sebagai magnet batang yang mempunyai kutub
utara dan selatan.

Gambar 1.13.
Sifat magnet tetap ada meskipun magnet dipotong menjadi beberapa bagian

Bumi kita ini juga mengandung magnet yang menyerupai magnet


batang. Posisi kutub utara magnet bumi berdekatan dengan kutub selatan
bumi dan posisi kutub selatan magnet bumi berdekatan dengan kutub utara
bumi. Gambar 1.14 merepresentasikan kedudukan magnet bumi.

Gambar 1.14.
Magnet bumi menyerupai magnet batang

Sebuah jarum kompas dalam keadaan bebas akan mengarah ke utara-


selatan, hal ini disebabkan jarum kompas terbuat dari bahan magnetik yang
dalam keadaan bebas kutub utaranya mengarah ke kutub selatan magnet
bumi, sedangkan kutub selatannya mengarah ke kutub utara magnet bumi.
Adanya medan magnet di sekitar bahan magnetik dapat kita amati
dengan melakukan sebuah eksperimen yang sederhana. Jika kita meletakkan
sebuah magnet batang di atas selembar kertas dan kemudian di sekitarnya
kita taburi dengan serbuk (pasir) besi maka serbuk besi tersebut akan
membentuk pola-pola garis gaya magnetik.

B. MEDAN MAGNET DI SEKITAR ARUS LISTRIK

Adanya hubungan antara sifat listrik dan sifat magnet mula-mula


diketahui dari percobaan seorang fisikawan Denmark, yaitu Hans Christian
Oersted (1777-1851). Pada Tahun 1820 Oersted melakukan percobaan
mendekatkan sebuah jarum kompas ke sebuah kawat berarus listrik. Ternyata
jarum kompas mengalami penyimpangan arah. Dari pengamatannya ini
Oersted menyimpulkan bahwa di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan
magnet (yang dapat mempengaruhi posisi jarum kompas). Pada penelitian-
penelitian berikutnya dapat diketahui bentuk garis-garis gaya magnetik di
sekitar kawat berarus. Jika kita menggambarkan sebuah garis gaya magnetik
di sekitar kawat berarus, maka bentuk garis gaya tersebut adalah sebuah
lingkaran yang berpusat di kawat. Lingkaran ini merepresentasikan titik-titik
di sekitar kawat berarus yang mempunyai medan magnet yang sama
besarnya. Gambar 1.15 merepresentasikan beberapa garis gaya yang berupa
lingkaran-lingkaran sepusat yang dihasilkan oleh sebuah kawat berarus. Arah
garis gaya magnetik, atau arah medan magnetnya, mengikuti aturan tangan
kanan.
Pada gambar tersebut arah ibu jari tangan kanan menunjukkan arah arus,
sedangkan arah genggaman jari lainnya menunjukkan arah medan magnet.

Gambar 1.15.
Garis gaya magnet di sekitar kawat berarus
Besarnya medan magnet yang ditimbulkan oleh elemen kawat berarus
yang panjangnya  dan dialiri arus sebesar I pada suatu titik yang berjarak r
dari elemen kawat (Gambar1.16) dinyatakan dengan persamaan

0 I
B = sin  (1.24)
4r 2

di mana ∆B adalah besarnya medan magnet, µ0 dikenal sebagai permeabilitas


magnetik untuk ruang hampa, dan θ adalah sudut antara vektor jarak
r dengan vektor elemen panjang  . Satuan kuat medan magnet menurut
SI adalah tesla (T). Satuan lain yang sering dipergunakan adalah gauss, di
mana 1 Gauss = 10-4 T. Besarnya µ0 = 4π × 10-7 Tm/A.

Gambar 1.16.
Elemen medan magnet ∆B yang dihasilkan elemen kawat arus 
pada jarak r

Persamaan(1.24) sering dinyatakan dalam bentuk diferensial

0 I d
dB = sin (1.25)
4 r2

atau dalam bentuk integral

0I d
B= 2 sin d (1.26)
4 r
Pada umumnya sin θ dapat dinyatakan dalam r dan , dan dengan
menggunakan persamaan (1.26) dapat ditentukan besarnya medan magnet di
titik-titik tertentu dari kawat arus yang bentuknya tertentu. Berikut ini adalah
beberapa contoh hasil perhitungan medan magnet yang dihasilkan oleh
beberapa bentuk kawat arus.

1. Kuat medan magnet pada suatu titik berjarak r dari sebuah kawat arus
yang panjangnya tak terhingga (Gambar 1.17)

0 I
B= (1.27)
2 r

Gambar 1.17.

2. Kuat medan magnet pada titik pusat suatu kawat arus yang berbentuk
cincin (Gambar 1.18)

0 I
B= (1.28)
2a
dimana a adalah jari-jari cincin arus.

Gambar 1.18.
3. Kuat medan magnet di dalam suatu kumparan arus (solenoida) yang
panjangnya dan jumlah lilitannya N (Gambar 1.19)

Gambar 1.19.

Gambar 1.19
NI
B = (1.29a)
0

atau
B = µ0 nI (1.29b)
dengan
N
n= (1.30)

di mana n menyatakan banyaknya lilitan persatuan panjang.


Untuk solenoida yang cukup panjang dengan diameter solenoida cukup
kecil, medan magnet di setiap titik di dalam solenoida sama besarnya
(homogen).

Contoh 1.10
Berapa besar arus yang harus dialirkan pada sebuah kawat lurus yang sangat
panjang agar dihasilkan medan magnet sebesar medan magnet bumi, yaitu
sebesar 0,55 × 10-4 T, pada titik yang berjarak 30 cm dari kawat?

Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.27)
 I
B= 0
2 r
atau
2 rB
I=
0
Dengan B = 0,55 × 10-4 T, r = 30 cm = 0,3 m dan µ0 = 4π × 10-7 Tm/A
kita dapatkan

(2)(0,3)(0,55 10−4 )
I= A = 82,5A
410−7

Jadi pada kawat harus dialirkan arus sebesar 82,5 A.

Contoh 1.11
Sebuah cincin arus dengan jari-jari 20 cm dialiri arus sebesar 10 A. Tentukan
besarnya medan magnet pada pusat cincin.

Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.28)

0 I
B=
2a

Dengan a = 20 cm = 0,2 m kita dapatkan

(4  10−7 )(10) −5


B= T  3,14  10 T
(2)(0, 2)

Contoh 1.12
Sebuah solenoida yang panjangnya 30 cm mempunyai 1000 lilitan. Berapa
besar arus listrik yang harus dialirkan pada solenoida agar dihasilkan medan
magnet sebesar 0,25 T di dalam solenoida?

Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.29)
NI
B=
0

atau
B
I=
0 N
Dengan B = 0,25 T; = 30 cm = 0,3 m; N = 1000 lilitan dan µ0 = 4π × 10-7
Tm/A kita dapatkan

(0, 25)(0,3)
I= A  59,7 A
(4  10−7 )(1000)

C. GERAK MUATAN DI DALAM MEDAN LISTRIK DAN MEDAN


MAGNET

Jika sebuah muatan berada di dalam medan listrik, maka muatan tersebut
akan mendapatkan gaya listrik. Andaikan muatan tersebut adalah muatan
positif yang besarnya q dan besar medan listriknya adalah E, maka besarnya
gaya listrik pada muatan adalah

Fe = qE (1.31)

Jika muatan q dilewatkan di antara dua plat kapasitor yang kuat


medannya E seperti pada Gambar 1.20, maka gaya listrik yang timbul pada
muatan q menyebabkan muatan tersebut akan membelok ke arah plat
kapasitor yang bermuatan negatif seperti ditunjukkan pada Gambar 1.20.

Gambar 1.20.
Gerak muatan di dalam medan listrik

Seperti halnya di dalam medan listrik, di dalam medan magnet pun


muatan akan mendapatkan gaya magnetik. Jika gaya listrik juga dapat timbul
pada muatan yang diam, maka gaya magnetik hanya timbul pada muatan
yang bergerak di dalam medan magnet. Gaya magnetik pada muatan yang
bergerak di dalam medan magnet dikenal sebagai gaya Lorentz, yang
mempunyai sifat yang agak berbeda dengan gaya listrik. Gaya Lorentz
merupakan produk vektor, yaitu merupakan hasil perkalian silang (cross
product) antara vektor kecepatan dan vektor medan magnet ( ) . Secara
(v ) B
matematik gaya Lorentz dinyatakan dengan persamaan

F = q v B (1.32)

dengan arah F tegak lurus arah v dan B mengikuti aturan tangan kanan
seperti pada Gambar 1.21. Aturan tangan kanan berlaku untuk muatan positif,
untuk muatan negatif arah gaya Lorentz berlawanan dengan aturan tangan
kanan.

(a) (b)

Gambar 1.21.
Gaya Lorentz mengikuti aturan tangan kanan

Jika kita tinjau besarnya saja, menurut aturan perkalian silang gaya
Lorentz dapat dituliskan sebagai

F = qvB sin θ (1.33)

di mana θ adalah sudut yang dibentuk oleh vektor v dan B.


Jika sebuah muatan q memasuki daerah medan magnet homogen
(digambarkan ⊥ bidang gambar menjauhi kita) yang kuat medannya B,
dengan kecepatan v dan arah kecepatannya tegak lurus arah medan magnet
seperti pada Gambar 1.22, maka muatan akan mengalami gaya Lorentz
sebesar

F = qvB sin 900 = qvB (1.34)


dan arah gaya Lorentz yang setiap saat tegak lurus v dan B menyebabkan
muatan q bergerak melingkar seperti pada Gambar 1.22.

Gambar 1.22.
Gerak muatan di dalam medan magnet

Jika muatan q memasuki medan magnet homogen dengan arah tidak tegak
lurus B , maka muatan q akan bergerak dengan lintasan menyerupai spiral.

Contoh 1.13
Sebuah partikel bermuatan 10-6 C bergerak memasuki medan magnet
homogen yang kuat medannya 0,5 T. Partikel memasuki medan magnet
dengan arah tegak lurus arah medan magnet dan mengalami gaya Lorentz
sebesar 5 × 10-3 N. Berapa besar kecepatan partikel?

Penyelesaian :
Karena arah gerak partikel tegak lurus medan magnet maka partikel akan
bergerak melingkar, dan besarnya gaya Lorentz dinyatakan dengan
persamaan (1. 34),

F = qvB
atau
v= =
F 5  10−3
= 104 m/s
qB (10−6 )(0,5)

Contoh 1.14
Sebuah elektron bergerak dengan kecepatan 10 6 m/s memasuki medan
magnet homogen yang kuat medannya 10 T dengan arah elektron tegak lurus
arah medan magnet. Jika massa elektron besarnya 9,11 x 10-31 kg dan
muatannya 1,6  10-19 C, tentukan besarnya jari-jari lintasan elektron di
dalam medan magnet tersebut.

Penyelesaian:
Elektron di dalam medan magnet akan bergerak melingkar dengan jari-jari r.
Besarnya gaya Lorentz yang dialami elektron,

F = qvB

dan gaya ini menyebabkan elektron bergerak melingkar, artinya gaya Lorentz
menjadi gaya sentripetal bagi gerak melingkar elektron. Besarnya gaya
sentripetal elektron juga dapat dinyatakan dengan persamaan

mv2
F=
r
sehingga kita dapatkan persamaan

mv mv (9,11  10−31)(106)
qvB = 2 atau r= = = 5,7  10−7 m.
qB (1,6  10−19 )(10)
r

D. GAYA LORENTZ PADA DUA BUAH KAWAT ARUS YANG


SEJAJAR

Seperti telah kita ketahui arus listrik adalah muatan yang bergerak. Jika
sebuah kawat arus diletakkan di dalam medan magnet maka kawat arus juga
akan mengalami gaya Lorentz. Di samping itu kawat arus juga menimbulkan
medan magnet di sekitarnya. Apabila dua buah kawat arus diletakkan sejajar,
maka masing-masing kawat akan menghasilkan medan magnet yang
mempengaruhi satu sama lain, sehingga masing-masing kawat akan
mengalami gaya Lorentz.
Jika dua buah kawat arus sejajar yang sangat panjang dialiri arus listrik
dengan arah yang sama, seperti pada Gambar 1.23a, maka arah medan
magnet pada masing-masing kawat adalah seperti pada gambar tersebut,
sehingga gaya Lorentz yang dihasilkan pada kedua kawat tersebut seolah-
olah bersifat tarik-menarik. Akibatnya kedua kawat akan melengkung ke
dalam. Jika arah arus pada kedua kawat sejajar tersebut berlawanan arah,
maka medan magnet pada masing-masing kawat adalah seperti pada Gambar
1.23b, sehingga pada masing-masing kawat bekerja gaya Lorentz yang
arahnya seolah-olah tolak-menolak. Akibatnya kedua kawat akan
melengkung ke luar.

(a) (b)

Gambar 1.23.
Gaya Lorentz antara dua kawat arus sejajar (a) gaya Lorentz antara dua
kawat sejajar dengan arus searah, dan (b) gaya Lorentz antara dua kawat
sejajar dengan arus berlawanan

Gaya Lorentz yang bekerja pada masing-masing kawat sejajar ini sama
besarnya, dan besarnya dinyatakan dalam gaya persatuan panjang

F 0 I 1 I 2 (1.35)
=
2 d

di mana I1 dan I2 adalah besarnya arus yang mengalir pada masing-masing


kawat (kawat 1 dan kawat 2), adalah panjang kawat, dan d adalah jarak
antara kedua kawat.
Contoh 1.15
Dua buah kawat arus sejajar berjarak 0,5 m dialiri arus yang sama besar,
yaitu 10 A. Tentukan besarnya gaya persatuan panjang yang bekerja pada
masing-masing kawat.

Penyelesaian :
Kita pergunakan persamaan (1.35)
F 0 I 1 I 2
=
2 d

dengan 0 = 4  10−7 Tm/A, d = 0,5m dan I1 = I2 = 10 A kita dapatkan

F (4π  10−7 )(10)(10) N/m= 4  10−5 N/m


=
(2)(0,5)

Jadi gaya persatuan panjang pada masing-masing kawat sejajar itu besarnya
4 × 10-5 N/m.

Contoh 1.16
Dua buah kawat arus sejajar masing-masing dialiri arus sebesar 50 A dan 60
A. Akibatnya pada masing-masing kawat bekerja gaya Lorentz persatuan
panjang sebesar 1,5 × 10-3 N/m.
Berapa besar jarak antara kedua kawat?

Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.35)

F 0 I 1 I 2
=
2 d
atau
0 I1I2 (4 10−7 )(50)(60)
d= =
m = 0,4 m
2 (F/ ) 2 (1,5  10−3 )
E. SIFAT MAGNETIK BAHAN

Telah kita pelajari arus listrik yang berupa loop arus (cincin arus), seperti
pada Gambar 1.18, dapat menimbulkan medan magnet yang arahnya tegak
lurus pada bidang loop (bidang cincin). Di dalam bahan (material, zat padat)
sesungguhnya juga terdapat loop-loop arus yang disebabkan oleh gerakan-
gerakan elektron. (Ingat, material tersusun oleh atom-atom yang mengandung
elektron, dan elektron-elektron bergerak mengelilingi atom. Pada bahan
logam elektron-elektron juga dapat bergerak bebas yang juga dapat
membentuk loop-loop arus).
Pada beberapa jenis bahan, loop-loop arus elektron sangat teratur,
sehingga menghasilkan medan-medan magnet sejajar. Perpaduan dari medan-
medan magnet yang kecil-kecil ini dapat menghasilkan medan magnet yang
cukup besar, dan bahannya nampak bersifat magnet yang permanen.
Pada beberapa jenis bahan yang lain loop-loop arus elektronnya
sedemikian acak, sehingga medan magnet yang dihasilkan mempunyai arah
yang berbeda-beda. Medan-medan magnet kecil ini akan saling
menghilangkan satu sama lain, sehingga bahan tersebut tidak bersifat magnet
permanen.
Sifat magnetik dari suatu bahan dapat dibangkitkan atau diperbesar
dengan memberikan pengaruh medan magnet dari luar (medan eksternal),
misalkan dengan melilitkan kumparan pada bahan atau mengisi solenoida
dengan bahan. Kita ketahui bahwa di dalam solenoida dapat dihasilkan
medan magnet yang homogen yang dapat menjadi medan eksternal pada
bahan.
Dengan adanya medan eksternal maka orientasi medan-medan magnet di
dalam bahan, yang dihasilkan oleh loop-loop elektron, akan berubah.
Akibatnya arah medan-medan magnet di dalam bahan menjadi cenderung
teratur, sehingga bahan menjadi bersifat magnetik.
Bahan dapat mempunyai sifat magnet sementara, artinya sifat magnetnya
ada jika ada pengaruh medan eksternal, dan jika medan eksternal dihilangkan
maka sifat magnet bahan juga hilang. Beberapa jenis bahan dapat mempunyai
sifat magnet yang permanen setelah dipengaruhi medan magnet eksternal,
artinya bahan masih tetap bersifat magnet meskipun sudah tidak dipengaruhi
oleh medan magnet eksternal. Contoh dari bahan seperti ini adalah logam
besi.
Pada pembahasan sebelumnya telah kita pelajari sifat medan magnet dari
solenoida yang hanya berisi udara di dalamnya. Besarnya medan magnet di
dalam solenoida dapat dinyatakan dengan persamaan (1.30)

B0 =0 nI

dengan B0 menyatakan medan magnet dari solenoida yang hanya berisi


udara.
Jika di dalam solenoida kita isi dengan suatu bahan, maka bahan
dipengaruhi oleh medan magnet B0 sehingga pada bahan timbul medan
magnet yang kita misalkan besarnya BM.
Medan magnet total yang dihasilkan dalam proses magnetisasi ini merupakan

perpaduan antara B0 dan BM dan dinyatakan dengan persamaan

B = B0 + BM (1.36)

dengan B menyatakan medan magnet total.

Gambar 1.24.
Medan magnet yang dihasilkan solenoida yang berisi bahan magnetik (a)
solenoida kosong (berisi udara), (b) solenoida padat (berisi bahan

magnetik), (c) medan magnet di dalam solenoida padat B=B0 +BM .

Analog dengan persamaan (1.30), besar medan magnet total dapat


dinyatakan dengan

B = μnI (1.37)

di mana μ adalah permeabilitas magnetik bahan.


Beberapa jenis bahan seperti besi, cobalt, dan nikel, mempunyai harga μ
yang sangat besar dibandingkan dengan 0 , atau μ >> 0 , sehingga dapat
menghasilkan medan magnet yang sangat besar di dalam solenoida. Bahan
seperti ini dikenal sebagai bahan feromagnetik. Beberapa jenis bahan yang
lain mempunyai harga μ yang sedikit lebih besar atau sedikit lebih kecil dari
0 . Bahan dengan μ > 0 dikenal sebagai bahan paramagnetik, dan bahan
dengan μ < 0 dikenal sebagai bahan diamagnetik.

Contoh 1.17
Sebuah solenoida panjangnya 36 cm dan diameter penampangnya 1,5 cm
mempunyai 600 lilitan. Jika di dalam solenoida diisi dengan besi, dan
solenoida dialiri arus sebesar 40 A, maka di dalam solenoida dapat dihasilkan
medan magnet sebesar 1,8 T. Berapa besarnya permeabilitas magnetik besi?

Penyelesaian :
Dengan N = 600 lilitan, dan = 36 cm = 0,36 m kita dapatkan besarnya n

N 600 104
n= = = lilitan/m
0,36 6

Selanjutnya kita pergunakan persamaan (1.37)

B = µnI

atau
μ=
B
=
1,8 = 2,7  10−5 T.m/A
4
nI (10 /6)(40)

Jadi permeabilitas magnetik besi 2,7 × 10-5 T.m/A.


Jika kita bandingkan permeabilitas besi dengan permeabilitas ruang hampa

 2,7  10−5
=  21,5
0 4 10−7
Artinya permeabilitas besi 21,5 kali permeabilitas ruang hampa. Karena itu
besi tergolong bahan feromagnetik. Pada umumnya solenoida berisi bahan
feromagnetik agar dapat menghasilkan medan magnet yang besar.

F. INDUKSI MAGNETIK

Gejala induksi magnetik pertama kali ditemukan di dalam eksperimen


Michael Faraday (1791-1867). Pada mulanya Faraday melakukan percobaan
dengan menggunakan sebatang magnet dan seutas kawat yang dibentuk loop
dan ujung-ujungnya dihubungkan dengan sebuah amperemeter (alat
pengukur arus). Gambar 1.25 merepresentasikan eksperimen Faraday.

Gambar 1.25.
Arus induksi dihasilkan karena ada perubahan fluks pada kawat loop

Jika batang magnet dalam keadaan diam, amperemeter menunjuk angka


nol, artinya tidak ada arus listrik yang mengalir pada kawat. Jika batang
magnet digerakkan mendekati loop maka jarum amperemeter bergerak yang
menunjukkan adanya arus yang mengalir pada kawat. Demikian pula halnya
jika batang magnet digerakkan menjauhi loop, pada kawat terjadi arus listrik.
Faraday menyimpulkan bahwa terjadinya arus listrik pada kawat loop
disebabkan terjadinya perubahan fluks, yaitu perubahan jumlah garis-garis
gaya yang menembus luas penampang yang dibatasi oleh loop. Jika batang
magnet didekatkan ke loop maka terjadi penambahan garis gaya yang
menembus luas penampang yang dibatasi loop, sehingga terjadi arus listrik.
Demikian pula jika batang magnet dijauhkan dari loop maka terjadi
pengurangan garis gaya yang menembus luas penampang yang dibatasi loop,
dan mengakibatkan terjadinya arus pula. Arus yang terjadi karena induksi
magnetik ini dikenal sebagai arus induksi.
Gambar 1.26.
Medan magnet menembus luas penampang A (a) B ⊥ A , (b) B tidak ⊥ A

Banyaknya garis gaya yang menembus suatu luas penampang, atau dikenal
sebagai fluks, dinyatakan dengan persamaan

Ф = BA (1.38a)

dengan Ф menyatakan fluks magnetik yang menembus penampang yang


luasnya A. Menurut SI satuan untuk fluks magnetik adalah weber (Wb), di
mana 1 Wb = 1 Tm2.
Persamaan (1.38a) berlaku untuk medan magnet yang arahnya tegak
lurus penampang yang ditembusnya. Jika arah medan magnet tidak tegak
lurus penampang maka yang berperan adalah komponen medan magnet yang
arahnya tegak lurus penampang. Karena itu persamaan (1.38a) juga dapat
dituliskan dalam bentuk

Φ = B⊥ A

di mana B⊥ menyatakan komponen medan magnet yang arahnya tegak lurus


penampang.
Untuk medan magnet homogen, di mana garis-garis gayanya sejajar,
maka besarnya B⊥ dapat dinyatakan dengan

B⊥ = B sin θ (1.39)

di mana θ adalah sudut antara medan magnet dan bidang penampang.


Fluks magnetik yang berubah-ubah di dalam loop kawat bersifat seperti
sumber tegangan karena dapat menghasilkan arus listrik. Tegangan yang
dihasilkan oleh induksi magnetik ini dikenal sebagai gaya gerak listrik
induksi (ggl induksi). Menurut Faraday besarnya ggl induksi dapat
dinyatakan dengan persamaan

=−N (1.40)
t
in

dengan in menyatakan ggl induksi, N adalah banyaknya loop (lilitan), dan
∆Ф adalah perubahan fluks magnetik yang menembus penampang loop
dalam selang waktu ∆t. Persamaan (1.40) dikenal sebagai hukum Faraday.
Seperti telah kita pelajari sebelumnya bahwa arus listrik dapat
menimbulkan medan magnet di sekitarnya, maka arus induksi pun
menimbulkan medan magnet di sekitarnya. Medan magnet yang dihasilkan
oleh arus induksi bersifat menentang perubahan fluks.

Gambar 1.27.
(a) Arus induksi pada suatu kumparan  = −N/ t , (b) hukum Lenz: arus
induksi menentang perubahan fluks.

Jika sebuah magnet batang didekatkan pada suatu loop, seperti pada Gambar
1.27a maka jumlah garis gaya yang menembus luas penampang loop
bertambah, artinya fluks membesar, dan pada kawat loop akan timbul arus
induksi yang arahnya sedemikian sehingga medan magnet yang dihasilkan
oleh arus induksi ini arahnya berlawanan dengan medan magnet dari magnet
batang. Pada gambar ditunjukkan arah arus induksi searah dengan arah
perputaran jarum jam. Arah arus induksi yang demikian dimaksudkan untuk
mengurangi perubahan fluks. Keadaan sebaliknya adalah jika magnet batang
dijauhkan dari loop, seperti pada Gambar 1.27b maka jumlah garis gaya yang
menembus luas penampang yang dibatasi loop berkurang, artinya fluks
mengecil, dan pada kawat loop akan timbul arus induksi yang pada gambar
arahnya berlawanan dengan arah perputaran jarum jam, agar dihasilkan
medan magnet dari arus induksi yang searah dengan medan magnet dari
magnet batang.
Dengan arah yang demikian maka medan magnet yang dihasilkan oleh
arus induksi menentang perubahan fluks. Hukum alam yang berlaku pada
induksi magnetik ini dan mengatur arah arus induksi ini untuk pertama
kalinya ditemukan oleh Henrich Lenz seorang fisikawan Jerman, dan
kemudian dikenal sebagai hukum Lenz.
Telah kita pelajari bahwa arus induksi dapat terjadi jika ada perubahan
fluks. Pada contoh di atas perubahan fluks terjadi karena perubahan posisi
dari magnet batang. Perubahan fluks juga dapat terjadi jika luas penampang
loop berubah. Gambar 1.28 merepresentasikan sebuah kawat loop yang
terdiri dari sebuah kawat berbentuk U dan sebuah kawat lurus yang dapat
digeser-geser yang panjangnya .

Gambar 1.28.
Kawat loop dengan salah satu sisinya (kawat ) dapat digeser, berada
dalam medan magnet

Jika kawat loop ini diletakkan di dalam medan magnet, dan kemudian kawat
digeser maka akan terjadi perubahan fluks akibat perubahan luas
penampang loop. Akibatnya pada kawat loop akan timbul arus induksi. Jika
kawat digeser dengan kecepatan v, maka perubahan luas penampang (∆A)
dapat dinyatakan dengan persamaan
∆A = v ∆t
di mana ∆t adalah selang waktu pergeseran.
Dengan adanya perubahan luas penampang sebesar ∆A maka terjadi
perubahan fluks sebesar

∆Ф = B ∆A

Sehingga ggl induksi yang timbul dapat dinyatakan dengan persamaan

εin = B v (1.41)

Contoh 1.18
Sebuah cincin kawat mempunyai diameter 20 cm diletakkan di dalam medan
magnet homogen yang kuat medannya mula-mula 0,5 T. Arah medan magnet
tegak lurus penampang cincin. Jika kemudian medan magnet diperbesar
sampai 1 T dalam waktu 0,5 s berapa besar ggl induksi yang timbul pada
kawat?

Penyelesaian:
Kita anggap semua garis gaya menembus penampang cincin kawat. Jari-jari
penampang adalah

20
r= cm = 10 cm = 0,1 m
2

dan luas penampang cincin adalah A = r2 = (0,1)2 = 0,01  m2


Besarnya perubahan fluks adalah

∆Ф = ∆B A = (1 – 0,5)(0,01 π) Wb = 0,015 Wb

Besarnya ggl induksi yang ditimbulkan oleh ∆Ф adalah


 0,015
=− =− V = 0,03 V
in
t 0,5
Contoh 1.19
Kawat loop seperti pada Gambar 1.28 panjang sisi yang dapat digesernya
adalah = 10 cm. Kawat loop diletakkan di dalam medan magnet yang kuat
medannya 2 T. Berapa besarnya ggl induksi yang timbul pada kawat jika luas
penampang kawat diperbesar dengan menggeser kawat dengan kecepatan
0,5 m/s?

Penyelesaian:
Kita anggap arah medan magnet tegak lurus penampang loop. Ggl induksi
dicari dengan menggunakan persamaan (1.41)

εin = B v

Dengan B = 2 T, = 10 cm = 0,1 m dan v = 0,5 m/s kita dapatkan εin

= (2)(0,1)(0,5) = 0,1 V

G. ARUS BOLAK-BALIK

Jika sebuah kawat loop seperti pada Gambar 1.29 diputar di dalam
medan magnet, dengan sumbu putarnya tegak lurus arah medan, maka akan
terjadi perubahan fluks yang menembus penampang loop. Perubahan fluks ini
membesar-mengecil secara periodik, di mana fluks terbesar adalah pada saat
posisi penampang tegak lurus arah medan, dan fluks terkecil adalah pada saat
posisi penampang sejajar dengan arah medan. Perubahan fluks ini
menyebabkan timbulnya ggl atau arus induksi yang berubah secara periodik
pula. Ggl dan arus yang timbul ini dikenal sebagai ggl dan arus bolak-balik.
Gambar 1.29.
Perputaran kawat loop di dalam medan magnet menghasilkan tegangan/arus
bolak-balik

Kawat loop yang diputar di dalam medan magnet dapat berupa sebuah
kumparan. Jika sebuah kumparan dengan N buah lilitan yang diputar di
dalam medan magnet yang kuat medannya B dan kecepatan putarnya ω,
maka pada kumparan akan timbul ggl dan arus induksi yang besarnya
dinyatakan dengan persamaan

= 0 cost (1.42)

I = I0 cos t (1.43)

dengan 0 dan I0 menyatakan amplitudo dari tegangan (ggl) dan arus bolak-
balik. Dapat dibuktikan dengan menggunakan persamaan (1.40) bahwa
amplitudo tegangan dapat dinyatakan dengan persamaan

0 = NAB ω (1.44)

di mana A adalah luas penampang kumparan.


Kecepatan putaran dapat dinyatakan dalam frekuensi osilasi ƒ sebagai ω =
2πƒ. Pada umumnya untuk listrik yang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari mempergunakan frekuensi 50-60 hertz.
Persamaan (1.42) dan (1.43) dapat digambarkan dalam bentuk grafik
seperti pada Gambar 1.30. Gambar tersebut menunjukkan perubahan
tegangan dan arus bolak-balik sebagai fungsi dari waktu. Untuk setiap
setengah periode terjadi perubahan arah arus yang digambarkan dengan
perubahan harga arus dari positif ke negatif atau sebaliknya.

Gambar 1.30.
Grafik tegangan dan arus bolak-balik sebagai fungsi waktu

Jika kita melakukan pengukuran terhadap tegangan dan arus bolak-balik,


maka yang terukur adalah harga efektifnya, di mana harga efektif dari
tegangan dan arus bolak-balik dapat dinyatakan dengan
o
eff = (1.45)
2
Io
Ieff = (1.46)
2

Contoh 1.20
Sebuah kumparan terdiri dari 100 lilitan dan mempunyai diameter 10 cm
diputar di dalam medan magnet yang kuat medannya 2 T dengan kecepatan
putar 100 π rad/s. Tentukanlah:
1. amplitudo tegangan induksi yang dihasilkan pada kumparan
2. persamaan tegangan sebagai fungsi dari waktu
3. eff dan Ieff jika hambatan kawat pada kumparan besarnya 0,5 Ω
4. persamaan arus induksi sebagai fungsi dari waktu

Penyelesaian:
1. Amplitudo tegangan ( 0 ) dicari dengan menggunakan persamaan (1.44),

0 = NABω
10
Dengan jari-jari kumparan r = cm = 5 cm = 0, 05 m maka luas
2
penampang kumparan

A = πr2 = π (0,05)2 = 2,5 π ×10−3 m2

sehingga kita dapatkan

0 = 100 × 2,5π ×10−3 × 2 × 100 π V = 493,5 V

2. Persamaan tegangan bolak-balik sebagai fungsi waktu

ε = 0 cos ωt = 493,5 cos (100 πt)

3. Tegangan efektif
 493,5
eff = 0 = V= 349 V
2 2

Arus efektif dicari dengan menggunakan hukum Ohm

 = I eff = 349 A = 698 A


R atau I =
eff eff eff
R 0,5

4. Untuk menentukan persamaan arus listrik kita cari dahulu besarnya


amplitudo arus dari persamaan

I0
Ieff = atau I0 = I eff 2 = 698 ( 2 ) = 987,1 A
2

Jadi kita dapatkan persamaan arus bolak-balik I = I0 cos ωt = 987,l


cos (100 πt)

H. INDUKTANSI

Jika dua buah kumparan diletakkan berdekatan dengan penampangnya


berhadapan seperti pada Gambar 1.31, dan salah satu kumparan dialiri arus
listrik, maka akan ada medan magnet dari kumparan pertama yang
menembus penampang kumparan kedua, atau pada kumparan kedua terdapat
fluks magnetik.

Gambar 1.31.
Arus bolak-balik yang mengalir pada kumparan 1 menimbulkan tegangan
induksi (bolak-balik) pada kumparan 2

Jika arus listrik pada kumparan pertama berubah, maka fluks magnetik pada
kumparan kedua berubah dan akibatnya pada kumparan kedua timbul ggl
induksi yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan

I1
 2= − M (1.47)
t

dengan ε2 menyatakan ggl induksi yang timbul pada kumparan kedua akibat
adanya perubahan arus pada kumparan pertama sebesar ∆I1 dalam selang
waktu ∆t. Besaran M dikenal sebagai induktansi bersama dengan satuannya
menurut SI adalah henry (H), di mana 1H = 1 Ωs. Pemberian nama satuan ini
adalah sebagai penghargaan terhadap Joseph Henry (1797-1878), seorang
fisikawan Amerika, atas jasanya dalam bidang elektromagnetika.
Ggl induksi juga dapat timbul pada kumparan tunggal. Jika sebuah
kumparan dialiri arus listrik maka di dalam kumparan akan timbul medan
magnet, dan karena medan magnet ini menembus penampang kumparan
maka pada kumparan terdapat fluks magnetik. Jika arus pada kumparan
berubah maka fluks berubah dan akibatnya timbul ggl induksi yang sifatnya
menentang perubahan fluks. Jika tegangan awal menurun, artinya arus
mengecil, maka ggl induksi akan berharga positif, artinya arus induksi akan
searah dengan arus semula. Sebaliknya jika tegangan awal naik, artinya arus
membesar, maka ggl induksi akan berharga negatif, artinya arus induksi akan
berlawanan arah dengan arus semula.
Analog dengan persamaan (1.47), besarnya ggl induksi pada kumparan
tunggal dapat dinyatakan dengan persamaan
I
in = − L (1.48)
t

dengan L menyatakan induktansi diri, yang mempunyai satuan yang sama


dengan satuan induktansi bersama, yaitu henry (H).
Induktansi diri sering disebut induktor. Di dalam rangkaian listrik
induktor digambarkan dengan simbol seperti pada Gambar l.32. Di dalam
rangkaian arus bolak-balik, yang akan kita pelajari kemudian, biasanya
induktor dirangkai dengan hambatan (resistor) dan kapasitor, sehingga
dikenal dengan rangkaian RLC.

Gambar 1.32.
Simbol induktor

Ggl induksi selain dapat dinyatakan dengan persamaan (1.48) juga dapat
dinyatakan dengan persamaan (1.40)

in = − N
t
sehingga dapat kita tuliskan persamaan
I 
−L =−N

t t
atau

L=N (1.49)
I

Untuk solenoida dapat dibuktikan bahwa L dapat dinyatakan dengan


persamaan

 0 N2 A
L= (1.50)
dengan N adalah jumlah lilitan pada solenoida, A adalah luas penampang
solenoida dan adalah panjang solenoida.
Setiap kumparan menyimpan energi yang tersimpan di dalam medan
magnetnya. Besarnya energi yang tersimpan pada kumparan (solenoida)
dinyatakan dengan persamaan

1
E= LI 2 (1.51)
2

Jika kumparan menghasilkan medan magnet sebesar B, maka energi yang


tersimpan dapat dinyatakan dengan

1 B2
E= (1.52)
2 0

Jika kumparan diisi dengan bahan feromagnetik maka 0 pada persamaan


(1.52) diganti dengan µ (permeabilitas magnetik bahan).

I. TRANSFORMATOR

Transformator adalah alat untuk menaikkan atau menurunkan tegangan.


Prinsipnya transformator terdiri dari dua buah kumparan yang tersusun
seperti pada Gambar 1.33. Kumparan pertama disebut kumparan primer.
Kumparan ini dihubungkan dengan sumber tegangan input. Kumparan kedua
disebut kumparan sekunder yang akan menghasilkan tegangan output.

Gambar 1.33.
Bagan tranformator
Jika kumparan primer diberi tegangan bolak-balik, maka pada kumparan
tersebut terjadi arus bolak-balik yang menyebabkan terjadinya perubahan
fluks pada kedua kumparan. Pada dasarnya perubahan fluks yang terjadi pada
kumparan sekunder sama besarnya dengan perubahan fluks yang terjadi pada
kumparan primer, sehingga perbandingan antara tegangan (induksi) yang
dihasilkan pada kumparan sekunder dengan tegangan yang diberikan pada
kumparan primer dapat dinyatakan dengan persamaan

Vs Ns
= (1.53)
Vp Np

di mana Vp adalah tegangan pada kumparan primer, Vs adalah tegangan


pada kumparan sekunder, Np adalah jumlah lilitan pada kumparan primer,
dan Ns adalah jumlah lilitan pada kumparan sekunder.
Jika tidak ada energi yang hilang, misalkan karena berubah menjadi
panas, maka pada kedua kumparan berlaku hukum kekekalan energi di mana
energi dari kumparan primer dipindahkan ke kumparan sekunder. Dengan
menggunakan hukum kekekalan energi dapat dibuktikan bahwa
perbandingan arus pada kedua kumparan dapat dinyatakan dengan persamaan
Is Np
= (1.54)
Ip Ns

dengan Ip dan Is menyatakan arus pada kumparan primer dan sekunder.


Dari persamaan (1.53) dapat kita katakan bahwa tegangan output yang
dihasilkan oleh suatu transformator dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari
tegangan inputnya, tergantung pada jumlah lilitan pada kumparan
sekundernya. Jika Ns > Np maka Vs > Vp artinya tegangan ouput lebih besar
dari tegangan input. Transformator dengan tipe ini dikenal sebagai
transformator step-up. Sebaliknya jika Ns < Np maka Vs < Vp artinya
tegangan output lebih kecil dari tegangan input. Transformator dengan tipe
ini dikenal sebagai transformator step-down.

Contoh 1.21
Tentukan besarnya induktansi diri dari sebuah kumparan yang panjangnya 10
cm dan jari-jari penampangnya 2 cm, yang mempunyai 100 lilitan.
Penyelesaian :
Kita pergunakan persamaan (1.50)

 0 N2 A
L=

dengan = 10 cm = 0,1 m; r = 2 cm = 0,02 m; A = π r2 = π (0,02)2 m2 ;


N = 100 lilitan;
µ0 = 4 π × 10-7 T.m/A kita dapatkan

(410−7 )(100)2 (410−4 )


L= H 1,6 10−4 H
0,1

Contoh.1.22
Berapa besarnya ggl induksi yang terjadi pada suatu kumparan yang
mempunyai induktansi diri sebesar 10 -5 H, jika arus pada kumparan berubah
dari 10 A menjadi 15 A dalam waktu 0,01 s.

Penyelesaian:
Kita pergunakan persamaan (1.48)

I
in = − L
t

Dengan L = 10-5 H, ∆I = (15-10) A = 5 A dan ∆t = 0,01 s kita dapatkan

5
in = − (10−5) V= − 5  10−3 V=− 5mV
0,01

Contoh 1.23
Sebuah transformator didesain untuk mengubah tegangan input 220 V
menjadi tegangan output 1100 V. Jika kumparan primernya mempunyai
5000 lilitan, tentukanlah:
1. jumlah lilitan pada kumparan sekunder;
2. arus listrik pada kumparan sekunder jika pada kumparan primer arusnya
50 A.
Penyelesaian:
1. Kita pergunakan persamaan (1.53)

N pVs
Vs Ns
= N=
s
Vp N p Vp

Dengan Np = 5000, Vp = 220 V, Vs = 1100 V kita dapatkan

(5000)(1100)
N= lilitan = 25.000 lilitan
s
220

2. Kita pergunakan persamaan (1. 54)

NpIp
I s Np I=
= s
Ip Ns Ns

Dengan Ip = 50 A kita dapatkan (5000)(50)


Is= A = 10A
25000

J. RANGKAIAN RLC

Rangkaian arus bolak-balik biasanya mengandung beban listrik seperti


hambatan (R), induktor (L) dan kapasitor (C) sehingga sering disebut
rangkaian RLC. Hambatan total dari rangkaian RLC dikenal sebagai
impedansi (Z). Untuk rangkaian RLC seri seperti pada Gambar 1.34,
besarnya impedansi dapat dinyatakan dengan persamaan

Z = R2 +(XL − XC)2 (1.55)

dengan
1XL = ω L (1.56)

1
XC = (1.57)
C
dengan ω = 2πƒ, dan ƒ adalah frekuensi osilasi dari arus atau tegangan bolak-
balik. XL dan XC masing-masing dikenal sebagai reaktansi induktif dan
reaktansi kapasitif.

Gambar 1.34.
Rangkaian RLC seri.

Hukum Ohm pada rangkaian RLC dapat dinyatakan dengan persamaan

Veff = Ieff Z (1.58)


atau
V 0 = I0 Z (1.59)

di mana Veff dan Ieff menyatakan tegangan dan arus efektif, dan Vo dan Io
menyatakan amplitudo dari tegangan dan arus bolak-balik.
Keadaan di mana XL = Xc dikenal sebagai keadaan resonansi. Dalam hal
ini besarnya impedansi adalah Z = R. Besarnya frekuensi osilasi yang
menyebabkan keadaan resonansi, atau dikenal sebagai frekuensi resonansi
(ƒr), yang harganya dapat diturunkan dari persamaan

XL = XC
1
L =
C
1
2πƒr L =
2frC
1
ƒr = (1.60)
2π LC

dengan ωr = 2πƒr dan ƒr adalah frekuensi resonansi.


Contoh 1.24
Sebuah rangkaian RLC terdiri dari hambatan R = 2 Ω, induktor L = 3,6 mH
dan kapasitor C = 5,43 × 10-7 F. Tentukanlah:
1. besarnya impedansi pada rangkaian jika frekuensi tegangan bolak-
baliknya 3000 Hz;
2. besarnya arus pada rangkaian jika diberi tegangan efektif 200 V;
3. besarnya frekuensi resonansi.

Penyelesaian:
1. Kita pergunakan persamaan (1.55)

Z = R2 +( XL − XC )2
Dengan R = 2 Ω, ω = 2πƒ = (2π)(3000) rad = 6000π rad, L = 3,6 mH =
3,6 × 10-3 H dan
C = 5,43 × 10-7 F kita dapatkan XL = ωL = 6000π × 3,6 × 10-3 Ω =
21,6π Ω = 67,9 Ω

1 1
XC = =  = 97,7 
C 6000   5, 43  10−7

Z = 22 +(67,9−97,7) 2  = 29,9 

2. Kita pergunakan hukum Ohm

Veff = 200 A = 6, 7 A
Veff = Ieff Z  Ieff =
Z 29,9

3. Kita pergunakan persamaan (1. 60)

1 1
fx = = Hz = 3600 Hz
2 LC 2π 3,610−3 5, 4310−7
K. PENGUKURAN ALIRAN DARAH DENGAN METODE
ELEKTROMAGNETIK

Pengukuran kecepatan aliran darah dapat diukur dengan berbagai


metode, salah satunya adalah dengan metode yang berbasis elektromagnetik.
Alat ukurnya dikenal sebagai electromagnetic flowmeter. Prinsip
pengukurannya didasarkan pada gerakan muatan (ion) di dalam medan
magnet. Di dalam darah terkandung banyak sekali ion-ion. Di dalam plasma
darah terkandung sekitar 145 × 10-3 mol/liter ion Na+ dan sekitar 125 × 10-3
mol/liter ion Cl- serta ion-ion lain dalam jumlah mol yang sangat kecil
dibandingkan dengan kedua jenis ion tersebut.
Jika pembuluh darah diletakkan di dalam medan magnet dengan arah
medan sejajar dengan penampang pembuluh, seperti pada Gambar 1.35,
maka ion-ion di dalam darah akan mengalami gaya Lorentz yang arahnya
seperti pada gambar tersebut, yaitu ion positif mendapat gaya ke atas dan ion
negatif mendapat gaya ke bawah.

(a) (b)

Gambar 1.35.
Prinsip pengukuran kecepatan aliran darah dengan metode elektromagnetik
(a) Polarisan pada pembuluh arteri, dan (b) Keadaan setimbang, Fe = Fm

Akibat adanya gaya Lorentz ini maka terjadi penumpukan ion-ion positif
pada dinding pembuluh bagian atas dan ion-ion negatif pada dinding
pembuluh bagian bawah, atau kita katakan terjadi polarisasi pada dinding
atas dan dinding bawah. Dengan adanya polarisasi ini maka dinding
pembuluh menjadi bersifat seperti kapasitor plat sejajar dengan jarak antar
platnya sama dengan diameter pembuluh, dan sebagai akibatnya di dalam
pembuluh juga terdapat medan listrik yang besarnya dapat dinyatakan dengan
V
E= (1.61)
d

di mana V adalah beda potensial antara dua dinding pembuluh darah, dan d
adalah diameter pembuluh.
Penumpukan muatan akan berlangsung terus sampai medan listrik yang
dihasilkannya mencapai suatu keadaan tertentu di mana ion-ion yang berada
di dalam darah mendapat gaya listrik dan gaya magnetik yang besarnya sama
tetapi arahnya berlawanan (Gambar 1.35b). Keadaan ini dikenal sebagai
keadaan setimbang. Jika Fe menyatakan gaya listrik dan Fm menyatakan gaya
magnetik yang bekerja pada sebuah ion, di mana F e dan Fm dapat dinyatakan
dengan
Fe = qE
Fm = qvB

di mana q adalah muatan ion, v adalah kecepatan gerakan ion, dan B adalah
kuat medan magnet, maka keadaan setimbang dapat dinyatakan dengan
persamaan

Fe = Fm
qE = qvB
qV
= qvB
d

sehingga kita dapatkan persamaan

V
v= (1.62)
Bd

Jadi dengan memberikan medan magnet pada pembuluh darah, dan kemudian
mengukur beda potensial di antara dinding pembuluh darah yang sudah
diketahui diameternya, maka dapat ditentukan kecepatan ion, yang
merupakan representasi dari kecepatan aliran darah.
Beda potensial di antara kedua bagian dinding pembuluh darah sangat
kecil. Sebagai contoh, pengukuran pada arteri yang berdiameter 1 cm, di
mana kecepatan rata-rata dari aliran darahnya sekitar 30 cm/s, jika berada di
dalam medan magnet yang kuat medannya 1000 gauss hanya memberikan
beda potensial sekitar 300 µV (mikrovolt = 10-6 V). Jadi untuk
pengukurannya diperlukan alat yang sangat sensitif.
Kesulitan lain dalam penggunaan metode ini adalah adanya interaksi
antara muatan yang terakumulasi di dinding pembuluh dengan muatan lain di
luar cairan darah, sehingga sulit dibedakan antara potensial polarisasi dan
potensial lainnya. Akan tetapi kesulitan ini dapat diatasi dengan memberikan
medan magnet yang arahnya bolak-balik secara periodik dengan perioda
(atau frekuensi) tertentu. Pembahasan secara rinci mengenai teknik-teknik
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan pengukuran dengan metode ini tidak
akan diberikan di sini, tetapi yang perlu kita ketahui adalah dengan adanya
kemajuan teknologi segala kesulitan pengukuran dapat diatasi.

Contoh 1.25
Pengukuran beda potensial pada arteri yang berdiameter 1,2 cm dengan
medan magnet sebesar 800 gauss menunjukkan beda potensial sebesar
250 µV. Berapa besar volume aliran darah (dalam m3/s) di dalam arteri?

Penyelesaian:
Volume darah di dalam arteri dapat kita nyatakan dengan

Vol = Ax (1)

dengan A adalah luas penampang arteri dan x adalah panjang arteri.


Kecepatan aliran darah di dalam arteri dapat dinyatakan dengan persamaan
(1. 62)

V
v= (2)
Bd

Jika dalam waktu t aliran darah menempuh jarak x, maka kecepatan aliran
darah juga dapat dinyatakan dengan persamaan
x
v = (3)
t
atau
x = vt (4)
Substitusi persamaan (2) ke (4) menghasilkan
Vt
x= (5)
Bd
dan substitusi persamaan (5) ke persamaan (1) menghasilkan
AVt
Vol = (6)
Bd
Volume aliran darah dinyatakan dengan persamaan

Vol AV
Q = =
t Bd

Dengan r = 1,2/2 cm = 0,6 cm = 6×10 -3 m; A = πr2 = π (6×10-3)2 m2 ; V =


250 µV = 2,5×10-4 V; B = 800 gauss = 800 × 10-4 T = 8 × 10-2 T; d = 1,2 cm
= 1,2 × 10-2 m kita dapatkan

  (6  10−3)2  2,5  10−4 3 −5 3


m /s = 2,95 10 m /s
Q =
8  10−2  1, 2  10−2

L. BAHAYA LISTRIK BAGI MANUSIA

Aliran listrik dapat berbahaya bagi manusia, karena dapat menyebabkan


kerusakan pada tubuh, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sengatan
listrik pada bagian kulit dapat menyebabkan kulit terbakar. Jika aliran listrik
melalui jaringan syaraf, jantung atau organ-organ vital lainnya, maka organ-
organ tersebut akan mengalami gangguan fungsinya, dan jika aliran listrik
yang melalui tubuh mempunyai daya yang cukup besar maka dapat
menyebabkan kematian.
Arus listrik terkecil yang bisa dirasakan oleh tubuh kita adalah sekitar
1mA. Arus listrik yang besarnya beberapa mA dapat menyebabkan sedikit
gangguan dan kerusakan pada manusia. Arus listrik di atas 10 mA dapat
menyebabkan kerusakan pada bagian telapak tangan atau telapak kaki. Arus
listrik di atas 70 mA jika melalui jantung akan menyebabkan kontraksi yang
tak teratur, sehingga aliran darah juga terganggu, dan jika terjadi cukup lama
akan menyebabkan kematian. Akan tetapi jika arus listrik lebih besar lagi,

yaitu sekitar 1A, gangguan yang terjadi pada jantung lebih ringan. Ini
memang merupakan keanehan pada jantung kita.
Sejauh mana kerusakan yang dapat terjadi pada tubuh kita akibat aliran
listrik tergantung dari besarnya hambatan efektif dari tubuh kita. Jaringan
kulit yang mengandung banyak ion mempunyai hambatan efektif yang lebih
kecil dibandingkan jaringan lainnya. Karena itu jaringan ini lebih mudah
rusak jika terkena sengatan listrik. Dalam keadaan kering, jaringan kulit
mempunyai hambatan efektif sekitar 104 - 106 Ω , tetapi dalam keadaan basah
bisa mencapai sekitar 103 Ω. Seseorang yang berada dalam keadaan kontak
dengan lantai dan terkena tegangan listrik sebesar 220 V akan menyebabkan
tubuhnya teraliri arus listrik kira-kira sebesar
I = 220 V/1000  = 0,22A = 220 mA . Arus listrik sebesar ini cukup
berbahaya bagi tubuh kita.
Pemakaian listrik di dalam rumah tangga juga berbahaya jika tidak hati-
hati. Pemasangan peralatan listrik yang kurang sempurna dapat menyebabkan
kita terkena aliran listrik melalui peralatan tersebut. Peralatan listrik yang
tidak dilengkapi dengan sistem grounded jika mengalami kebocoran arus
dapat menyebabkan arus tersebut mengalir melalui tubuh kita untuk
mencapai tanah (ground). Peralatan listrik dengan desain yang lebih bagus,
yaitu dengan sistem 3 kabel, masing-masing untuk tegangan +, tegangan -,
dan grounded, di mana jika terjadi kebocoran arus listrik pada peralatan ini,
sebagian besar arus mengalir melalui kabel grounded, dan hanya sebagian
kecil saja yang melalui tubuh kita. Hal ini disebabkan oleh hambatan kabel
jauh lebih kecil dibandingkan dengan hambatan tubuh kita. Jadi peralatan
listrik dengan sistem grounded lebih aman bagi kita.
RANGKUMAN

Elektrodinamika mempelajari sifat dari muatan listrik. Muatan


listrik yang bergerak menimbulkan arus listrik. Pada zat padat arus listrik
merupakan arus elektron, dan pada larutan elektrolit arus listrik adalah
arus ion.
Arus listrik adalah besaran skalar yang menyatakan besarnya
muatan yang mengalir persatuan waktu

Q
I=
t

Rapat arus adalah besaran vektor yang menyatakan besarnya arus


yang melalui suatu luas penampang konduktor

I Q
J= =
 t

Hubungan antara beda potensial (V) pada ujung-ujung suatu


konduktor dengan arus dan hambatan listrik dinyatakan dengan hukum
Ohm

V = IR

dengan hambatan R tergantung pada hambatan jenis bahan konduktor


(ρ), panjang konduktor ( ) dan luas penampang konduktor (A)

R=

Arus listrik dapat menimbulkan energi potensial listrik yang


besarnya,

E = I2 Rt

Daya listrik didefinisikan sebagai besarnya energi listrik yang dihasilkan


persatuan waktu

E
P= = I 2 R = VI
t

Pada setiap rangkaian listrik tertutup berlaku hukum Kirchhoff


yang menyatakan
∑ Iinput = ∑ Ioutput , pada setiap percabangan

∑ V - ∑ IR = 0 , pada setiap rangkaian tertutup

Beberapa buah hambatan dapat dirangkai secara seri, paralel, atau


seri-paralel. Jika n buah hambatan dirangkai seri maka hambatan
penggantinya adalah
n
Rp =  Ri
i=1
dan jika dirangkai paralel, hambatan penggantinya dicari dari persamaan
n
1 1
=
Rp

i=1 R i

Hukum Kirchhoff dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah


arus listrik pada rangkaian tertutup. Di dalam tubuh kita sistem informasi
dari organ ke otak dan instruksi dari otak ke organ dilakukan oleh sistem
syaraf, di mana informasi dan instruksi tersebut dikirimkan dalam bentuk
sinyal listrik melalui mekanisme yang sangat kompleks.

Arus listrik dapat menyebabkan timbulnya medan magnet di


sekitarnya. Besarnya medan magnet di suatu titik yang berjarak r dari
suatu kawat arus dapat dinyatakan dengan persamaan
 I d
B = 0 sin  d
4  r2
di mana d adalah elemen panjang kawat dan θ adalah sudut antara
vektor r dan d .

Untuk kawat arus yang bentuknya tertentu, medan magnet di


sekitarnya dapat dinyatakan dengan persamaan-persamaan sebagai
berikut:

1. Medan magnet di suatu titik berjarak r dengan sebuah kawat lurus


yang sangat panjang yang dialiri arus sebesar I
0 I
B=
2 r

2. Medan magnet di pusat suatu cincin arus yang berjari-jari a


0 I
B=
2a
3. Medan magnet di dalam kumparan solenoida yang jumlah lilitannya
N dan panjang solenoida
B = 0 nI
dengan n = N/ adalah jumlah lilitan persatuan panjang.

Muatan yang bergerak dengan kecepatan v di dalam medan magnet


yang kuat medannya B akan mengalami gaya Lorentz yang secara vektor
dinyatakan dengan

F = qv  B
atau besarnya

F = qvB sin θ

di mana θ adalah sudut antara vektor v dan vektor B . Gaya Lorentz


juga terjadi pada dua buah kawat arus yang sejajar. Besarnya gaya
Lorentz pada masing-masing kawat sejajar tersebut dinyatakan dengan

F 0 I1I2
=
2 d
Sifat magnet dari suatu bahan ditentukan oleh permeabilitas
magnetik dari bahan tersebut. Makin besar permeabilitasnya makin kuat
sifat magnetnya. Berdasarkan sifat magnetnya, bahan-bahan dibedakan
menjadi:
1. bahan feromagnetik, jika  0
2. bahan paramagnetik, jika   0
3. bahan diamagnetik, jika   0

Jika solenoida diisi dengan bahan magnetik, maka besarnya medan


magnet total di dalam solenoida dapat dinyatakan dengan

B = µnI

Fluks magnetik adalah banyaknya garis gaya yang menembus suatu


luas penampang dengan arah tegak lurus penampang. Besarnya fluks
magnetik yang menembus suatu luas penampang A dinyatakan dengan

Φ = B⊥A

di mana B⊥ adalah komponen medan magnet yang arahnya tegak


lurus luas penampang. Jika suatu kawat loop berada di dalam medan
magnet, dan fluks magnetik yang menembus luas penampang yang
dibatasi loop berubah, maka pada kawat loop akan terjadi ggl induksi
yang dinyatakan dengan


in = − N
t

di mana N adalah banyaknya loop.

Jika perubahan fluks ∆Ф berubah secara periodik, maka ggl atau


arus induksi yang timbul pada kawat loop juga berubah secara periodik,
yang dikenal sebagai ggl atau arus bolak-balik dan dapat dinyatakan
dengan persamaan

 = 0 cost ωt
I = I0 cost ωt
Ggl dan arus efektif pada arus bolak-balik dinyatakan dengan

eff = 0
2
I
Ieff = 0
2

Jika dua buah kumparan diletakkan berhadapan dan salah satunya


dialiri arus bolak-balik, maka pada kumparan kedua akan terjadi ggl
induksi yang dinyatakan dengan

I1
in = − M
t

di mana M adalah induktansi bersama.


Ggl induksi juga terjadi pada kumparan tunggal yang dialiri arus
bolak-balik, yang dinyatakan dengan

I
in = − L
t

di mana L adalah induktansi diri.

Pada rangkaian seri RLC, besarnya impedansi dinyatakan dengan

Z = R2 +( XL −XC )2

dengan XL adalah reaktansi induktif dan XC adalah reaktansi kapasitif,


sedangkan ω = 2πƒ adalah frekuensi sudut dari arus atau tegangan bolak-
balik dan f adalah frekuensi osilasinya. Keadaan dengan X L = XC dikenal
sebagai resonansi, di mana frekuensi resonansi dinyatakan dengan
persamaan

1
fr =
2 LC
DAFTAR PUSTAKA
❖ Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan
Aplikasi Edisi ke 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
❖ Hackett, Jay, K., Dkk (2008), California Science,
Macmillan, New York
❖ Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. Fundamentals
of Physics 7th Edition. New York. John Wiley &
Sons Inc. 2004
4.2 Listrik Dinamis

Pada bagian sebelumnya Anda mempelajari muatan listrik dalam keadaan diam. Akan tetapi
dalam kehidupan sehari-hari pemakaian listrik lebih banyak berhubungan dengan listrik yang
bergerak atau mengalir yang biasa disebut arus listrik. Lampu senter dan lampu penerangan di
rumah menyala, kipas angin berputar, radio dan televisi dapat ditonton, komputer dapat
dioperasikan, semuanya berkat adanya listrik yang bergerak. Muatan listrik yang bergerak dalam
bentuk arus listrik biasanya menggunakan medium yang mudah menghantarkan arus listrik tersebut
yang dikenal dengan istilah konduktor. Sedangkan medium yang bersifat sulit menghantarkan arus
listrik disebut isolator.

RANGKAIAN LISTRIK
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mendengarkan radio, menonton televisi,
menggunakan kulkas, setrika listrik dan lain-lain. Penggunaan alat-alat tersebut memerlukan listrik.
Arus listrik terjadi karena adanya perpindahan muatan-muatan listrik. Listrik dibedakan menjadi
listrik statis (listrik tak mengalir) dan listrik dinamis (listrik mengalir). Listrik statis merupakan
bagian dari ilmu listrik yang mempelajari sifat-sifat muatan listrik. Muatan listrik berkaitan
langsung dengan susunan zat suatu benda. Semua benda tersusun atas partikel-partikel yang sangat
kecil yang disebut atom. Atom terdiri atas inti atom atau nukleus dan elektron. Inti atom terletak di
tengah-tengah atom terdiri dari ptoron dan neutron. Elektron bergerak mengelilingi inti atom. Dari
pelajaran listrik statis ini kita dapat mengetahui bahwa elektron adalah muatan listrik yang mudah
berpindah-pindah melalui bahan konduktor serta sulit berpindah melalui bahan isolator. Namun
demikian, dalam kehidupan sehari-hari pemanfaatan listrik lebih banyak berkaitan dengan muatan
listrik yang bergerak (listrik dinamis), baik dirumah, dikantor, di perusahaan maupun di industri
kecil dan besar.

A. Arus Listrik dan Kuat Arus Listrik

1. Arus Listrik
Listrik dinamis atau elektrodinamika berkaitan dengan dengan muatan listrik yang bergerak
atau arus listrik. Kata arus berarti aliran atau gerakan kontinyu. Arus listrik analog dengan aliran
air. Aliran air terjadi jika ada perbedaan ketinggian atau perbedaan energi potensial. Air mengalir
dari tempat tinggi (energi potensial tinggi) ke tempat yang rendah (energi potensial rendah).
Demikian halnya arus listrik mengalir karena adanya perbedaan potensial listrik V (V positif dan V
negatif). Perbedaan potensial listrik dalam rangkaian listrik ditimbulkan oleh Gaya Gerak Listrik

1
(GGL) dalam sumber arus listrik (misalnya baterai).

Gambar 11.1: Arus listrik terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik
Arus ini mengalir pada suatu bahan yang mudah mengalirkan arus listrik yang disebut
konduktor. Suatu bahan disebut bersifat konduktif (bahan konduktor) jika di dalamnya terdapat
cukup banyak muatan (elektron) bebas. Lawan dari konduktor adalah isolator yaitu bahan yang
sukar mengalirkan arus listrik karena kurang atau tidak memiliki elektron bebas. Logam pada
umumnya adalah konduktor karena mudah memiliki elektron bebas. Sedangkan bahan bukan logam
pada umumnya adalah isolator karena sukar memiliki elektron bebas. Elektron bebas adalah
elektron yang tidak terikat pada satu inti atom, atau meskipun terikat, ia merupakan elektron yang
letaknya jauh dari inti sehingga hanya mendapatkan gaya tarik yang kecil saja. Elektron bebas ini
kemudian, yang akan “mengalir” dalam bahan (kawat) apabila ada perbedaan potensial diantara dua
titik pada kawat. Elektron-elektron dalam kawat yang memiliki benda potensial mengalir dari
potensial yang lebih rendah (-) ke potensial yang lebih tinggi (+) (Namun dalam baterai yang terjadi
justru sebaliknya).
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa arus listrik merupakan gerakan kelompok
partikel bermuatan listrik dalam arah tertentu. Arah arus listrik yang mengalir dalam suatu
konduktor adalah dari potensial tinggi ke potensial rendah (berlawanan arah dengan gerak
elektron).
2. Kuat Arus Listrik
Pernahkah Anda mendengar kata kuat arus listrik? Coba diingat! Di rumah Anda lampu
menyala disebabkan oleh aliran listrik dalam rangkaian arus bolak-balik. Jika Anda
menghubungkan lampu listrik kecil dan baterai dengan kabel, apa yang terjadi? Lampu akan
menyala, yang disebabkan oleh aliran listrik dalam rangkaian arus searah.

2
Gambar 11.2 Kuat arus listrik ditentukan oleh jumlah muatan yang
menembus luas penampang penghantar tiap detik.

Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar.
Seperti yang akan dibahas lebih lanjut, arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan
arah dengan arah gerak elektron. Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu
penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik.
Dengan demikian kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai “jumlah muatan listrik yang menembus
penampang konduktor tiap satuan waktu; atau banyaknya muatan yang mengalir dalam satu detik”,
sehingga secara matematis bisa dirumuskan sebagai :

I = Q ………………… (11.1)
t

dengan I = kuat arus (ampere / A)


Q = muatan listrik (coulomb / C)
t = waktu (sekon / s)
Satuan dari kuat arus listrik dalam sistem Internasional (SI) adalah Coulomb/detik atau
Ampere (A). Satu ampere dapat diartikan sebagai satu coulomb muatan yang bergerak melalui luas
penampang lintang dalam interval waktu satu detik. Satuan arus listrik yang lebih kecil sering
dinyatakan dalam miliampere dan mikroampere. Satu miliampere sama dengan 10 -3 A, dan
1 mikroampere = 10-6 A.
Dari definisi kuat arus dapat dipahami bahwa makin banyak jumlah muatan listrik (elektron)
yang bergerak, makin besar pula kuat arusnya. Demikian juga makin besar luas penampang
penghantar makin banyak arus elektron yang mengalir. Selain karena pengaruh luas penampang
kuat arus listrik ditentukan juga oleh faktor-faktor lainnya seperti beda potensial listrik pada
penghantar dan jenis penghantar.

3
Contoh Soal:
Jika sebuah kawat penghantar listrik dialiri muatan listrik sebesar 360 coulomb dalam waktu 1
menit, tentukan kuat arus listrik yang melintasi kawat penghantar tersebut ?
Penyelesaian
Diketahui : Q = 360 coulomb
t = 1 menit = 60 sekon
Ditanyakan : I =.............. ?
Jawab :

I= Q
t
360 C
=
60 c

=6A

Jadi kuat arus listrik (I) itu adalah 6 A.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat dan malah menikmati hasil pancaran sinar
yang dihasilkan oleh serangkaian arus listrik. Tahukah Anda bagaimana aliran listrik itu terjadi? Hal
tersebut terjadi akibat lampu pijar dalam rangkaian listrik tertutup yang berarti bahwa arus listrik
dapat mengalir dari sumber energi (baterai), menuju ke lampu pijar dan berubah menjadi energi
panas dan cahaya. Hal penting yang perlu dilihat baik baterai maupun lampu pijar mempunyai dua
terminal untuk membentuk hubungan tertutup.

B. Hukum Ohm
Sebagaimana disinggung di muka, arah dari arus listrik berlawanan dengan arah
mengalirnya elektron, ketentuan arah arus ini hanyalah merupakan sebuah kesepakatan. Arus listrik
sebenarnya adalah aliran partikel bermuatan negatif (elektron bebas). Penentuan arah arus ini
didasarkan pada kesepakatan historis, karena mula-mula dianggap bahwa adanya arus listrik pada
logam itu, disebabkan oleh gerakan muatan positif, sedangkan yang sebenarnya yang bergerak
adalah elektron.

4
Gambar 11.3 Arah arus listrik dalam rangkaian

Di alam ini tidak ada bahan isolator maupun bahan konduktor yang sempurna yaitu suatu
bahan yang sama sekali tidak dapat mengantarkan arus listrik, maupun suatu bahan yang tanpa
mempunyai hambatan. Mudah tidaknya suatu arus mengalir pada suatu penghantar dinyatakan
dalam Hukum Ohm. Hukum ini berasal dari hasil percobaan George Simon Ohm (1787 – 1854)
yang menunjukkan adanya hubungan antara arus, beda potensial dan hambatan: “Kuat arus yang
mengalir pada suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial antar kedau ujung
penghantar tersebut dan berbending terbailk dengan hambatannya”. Secara matematis ditulis:

I = V ……………… (11.2)
R
I = kuat arus (ampere / A)
V = beda potensial (volt / V)
R = hambatan (volt/ampere
atau ohm / V = Ω)

5
Persamaan 11.2 disebut dengan hukum Ohm dan dalam sistem satuan SI, hambatan
dinyatakan dalam ohm. Berdasarkan hukum di atas satuan hambatan dapat dinyatakan dalam
volt/ampere, di mana I V/A = 1 Ω . Dengan demikian jika beda potensial antara kedua ujung
konduktor adalah 1 volt dan arus yang mengalir = 1 ampere, maka hambatan dari konduktor itu
adalah 1 ohm.

Menurut hukum Ohm semakin besar tegangan listrik semakin besar pula arus yang mengali
dalam rangkaian. Perbandingan tegangan listrik dengan kuat arus (I) adalah tetap. Hasil bagi ini
dinamakan hambatan listrik atau resistansi. Setiap jenis bahan memiliki hambatan jenis yang
berbeda-beda, makin besar hambatan jenis, makin besar pula hambatan listriknya. Dalam
menghantarkan arus listrik, jenis bahan digolongkan menjadi konduktor, isolator dan
semikonduktor.

Baiklah untuk memantapkan pemahaman Anda mengenai konduktor dan isolator berikut ini
Anda akan melakukan beberapa kegiatan percobaan yang dapat Anda lakukan secara mandiri
maupun terbimbing. Siapkan segala sesuatunya baik alat, bahan lembar pengamatan dan pahami
terlebih dahulu langkah kerja dengan cermat agar hasil kegiatan yang anda peroleh benar, akurat
dan memuaskan.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan berbagai bahan atau benda yang
pemanfaatannya ditentukan berdasarkan sifatnya yang mudah atau sulit menghantarkan listrik.
Hampir semua bagian dari alat-alat elektronik atau perlengkapan listrik yang mudah tersentuh
tangan atau tubuh kita dibuat dari bahan-bahan yang tidak atau sulit mengalirkan arus listrik.
Misalnya, plastik, karet, kaca, adalah bahan-bahan yang tidak atau sulit menghantarkan arus listrik.
Bahan-bahan ini sering disebut isolator karena sifatnya yang dapat mengisolasi listrik dari benda-
benda lain. Pada bahan isolator elektron-elektron relatif

12
stabil, sehingga elektron sulit keluar dari inti atomnya. Sebaliknya, jika diperlukan media
untuk menghantarkan listrik dengan baik dari satu bagian ke bagian lain, maka yang
digunakan adalah bahan-bahan yang mudah menghantarkan arus listrik. Bahan seperti ini
disebut konduktor atau penghantar listrik. Bahan yang termasuk jenis konduktor antara lain,
logam seperti tembaga, alumunium, timah, seng, besi dan lain-lain. Penangkal petir yang
terpasang di bangunan yang tinggi terbuat dari logam tembaga karena tembaga adalah
konduktor yang baik. Di dalam bahan konduktor, elektron-elektron tidak terlalu kuat diikat
oleh inti atomnya, sehingga ketika tegangan listrik diberikan pada bahan konduktor,
elektron-elektron mudah lepas dan bergetar, ha1 ini menyebabkan arus listrik mudah
mengalir.
Saat Anda berbicara tentang arus listrik dan Hukum Ohm, besaran yang sering disinggung
adalah kuat arus listrik, beda potensial listrik, hambatan penghantar. Ketiga besaran ini akan Anda
perdalam pembahasannya lebih lanjut.

1. Amperemeter
Alat untuk mengukur arus yang mengalir melalui suatu komponen listrik, misalnya resistor,
adalah Amperemeter, (diberi simbol A dalam rangkaian listrik). Alat ini ada dua jenis yaitu
amperemeter analog dan digital baik itu AC maupun DC, namun dalam pembahasan ini kita hanya
mcmbahas ampcrcmctcr analog saja.

Gambar 11.4 Amperemeter analog dan digital

Amperemeter harus di rangkai seri dengan komponen yang akan diukur arusnya. Yakinkan bahwa
l‹utub-kutub Amperemeter dan sumber tegangan telah saling di hubungkan.

13
Gambar 11.5 Cara pamasangan Amperemeter pada rangkaian

Khusus untuk amperemeter DC Perhatikan bahwa arus listrik harus mengalir masuk ke
kutub positif (+) dan meninggalkan Amperemeter melalui kutub negatif (-). Jika dihubungkan
dengan polaritas terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang dalam arah kebalikan. Ini akan
menyebabkan jarum membentur sisi tanda nol dengan gaya yang cukup besar sehingga akan
merusak amperemeter.

Amperemeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Bagian terpenting dari
Amperemeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya antara medan
magnet dan kumparan berarus. Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus
searah yang kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan pada
galvanometer. Amperemeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor
yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur amperemeter.
Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada pada amperemeter Galvanometer mampu
mendeteksi arus kecil yang melaluinya, dan hambatan Shunt yang dipasang secara pararel antara
keduanya. Hambatan shunt biasanya jauh lebih kecil daripada resistansi galvanometer , tujuannya
untuk menaikan batas ukur amperemeter itu sendiri

Gambar 11.6 Rangkaian hambatan Shunt (Rsh) Amperemeter memperbesar batas ukurnya

Besar hambatan shunt yang dipasang pada amperemeter tersebut adalah

1
R = R
( n − 1)
sh A
............................ (11.3)

14
Dengan R sh
= Hambatan Shunt satuannya Ω

I
n = = Kelipatan batas Ukur
I A

I = batas ukur sesudah dipasang hambatan Shunt

I A
= batas ukur sebelum dipasang hambatan shunt

R A
= Hambatan dalam amperemeter satuannya

Perinsip kerja amperemeter adalah sebagai berikut:

Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik atau yang lebih kita kenal dengan
sebutan gaya lorenz.

Jarum penunjuk

Arus masuk Arus keluar

Gambar 11.7 Prinsip kerja Amperemeter

Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi medan magnet, timbul gaya lorenz yang
menggerakan jarum penunjuk sehingga menyimpang dari kedudukan awalnya. Apabila arus yang
melewati kumparan besar, maka gaya yang ditimbulkan juga akan membesar sedemikian sehingga
penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih lebih besar. Demikian pula sebaliknya,ketika kuat
arus tidak ada maka maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula oleh pegas.

Bagaimana cara membaca skala pada Amperemeter ?


Dalam pembacaan skala pada ampermeter perlu kehati-hatian, dan ketelitian , karena harus
memperhatikan batas ukur yang digunakan. Misalnya dalam suatu pengukuran kita menggunakan
batas ukur 1 A, pada skala tertulis angka dari 0 sampai dengan 10 . ini berarti saat jarum
amperemeter menunjuk angka 10 kuat arus yang mengalir hanya 1 A. Jika menunjukan angka 5

15
berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. secara umum hasil pengamatan pada pembacaan
amperemeter dapat dituliskan sebagai berikut:

Contoh Soal:

Batas pengukuran maksimum pada sebuah amperemeter sebesar 50 mA yang mempunyai


hambatan dalam 30 ohm. Hitung hambatan shunt yang harus dipasang untuk mengukur arus
pada rangkaian sebesar 3 ampere ?
Penyelesaian:

Diketahui: IA = 50 mA = 0,5 A
RA = 30 ohm
I=3A
Ditanyakan: Rsh = ................... ?
I 3Æ
Jawab : n= = =6
I A 0,5 Æ
1
R = RA
sh
( n − 1)
1
=
(6–1)
.30 oℎN

= 6 ohm

1. Beda Potensial atau Tegangan Listrik (V)


Setelah Anda mempelajari arus listrik dan kuat arus listrik, selanjutnya kita akan
mempelajari beda potensial atau tegangan listrik. Untuk mempelajari beda potensial atau tegangan
listrik, coba kita perhatikan sebuah baterai; yang Anda pasti sudah tahu, pada baterai itu terdapat 2
(dua) kutub, yaitu kutub positif dan kutub negatif. Bila kutub positif dan kutub negatif kita
hubungkan dengan kawat penghantar listrik, maka akan mengalir elektron dari kutub negatif
melalui penghubung ke kutub positif. Para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik
mengalir dari kutub positif ke kutub negatif. Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran
elektron.
Seandainya Anda ingin lebih jelas lagi, perhatikan gambar di bawah ini.

16
Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub
negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif dengan kutub
negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.

17
Gambar 11.8 Perjanjian arah arus listrik

Keterangan: 1. kutub positif (+)


2. kutub negatif (–)
3. arah arus listrik
4. arah gerak elektron
Jadi arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah, sedangkan aliran elektron
mengalir dari potensial rendah ke potensial tinggi. Beda potensial antara kutub positif dan kutub
negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut
tegangan jepit.

2. Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara dua titik.
Sama halnya dengan amperemeter, jenis Voltmeter juga ada dua macam yaitu Voltmeter Analog
dan digital baik AC maupun DC.

Gambar 11.9 Volmeter Analog dan digital

18
Voltmeter juga menggunakan galvanometer yang dihubungkan seri dengan resistor. Coba
Anda bedakan dengan Ampermeter! Beda antara Voltmeter dengan Ampermeter adalah sebagai
berikut:
1. Amperemeter merupakan galvanometer yang dirangkai dengan hambatan shunt secara seri,
Voltmeter secara paralel.
2. Hambatan Shunt yang dipasang pada Ampermeter nilainya kecil sedangkan pada Voltmeter
sangat besar.
Bagaimana menggunakan Voltmeter? Menggunakan Voltmeter berbeda dengan
menggunakan Amperemeter, dalam menggunakan Voltmeter harus dipasang paralel pada kedua
ujung yang akan dicari beda tegangannya. Misalkan Anda kan mengukur beda tegangan antara
ujung-ujung lampu pada gambar berikut.

Gambar 11. 9 Rangkaian dengan sumber arus dc.

Anda cukup mengatur batas ukur pada alat dan langsung hubungkan dua kabel dari
voltmeter ke ujung-ujung lampu seperti pada gambar 11.10.

Gambar 11.10 Mengukur tegangan.

19
Untuk memasang voltmeter DC pada suatu rangkaian perhatikan bahwa titik yang
potensialnnya lebih tinggi harus di hubungkan ke kutub positif (+) dan titik yang potensialnya
rendah dihubungkan ke kutub negatif (-) sumber tegangan. Jika di hubungkan dengan polaritas
terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang sedikit di kiri tanda nol. Seperti pada saat Anda
menggunakan Amperemeter, jika jarum pada voltmeter melewati batas skala maksimal, berarti beda
potensial yang Anda ukur lebih besar dari kemampuan alat ukur. Sehingga Anda harus
memperbesar batas ukur. Caranya dengan memasang resistor (hambatan muka) secara seri pada
voltmeter. Seperti gambar 11.11.

Gambar 11.11 Rangkaian hambatan muka (Rm) pada Voltmeter


untuk memperbesar batas ukurnya.
Besar hambatan muka yang dipasang pada Voltmeter tersebut adalah:

………………… (11.4)
Dengan R M
= Hambatan muka satuannya Ω

V
N= = Kelipatan batas ukur
V V

V = Batas ukur voltmeter setelah dipasang hambatan muka

V V
= Batas ukur voltmeter sebelum dipasang hambatan muka

R V
= Hambatan dalam Voltmeter

Cara menggunakan voltmeter dan Amperemeter

Tiga hal yang paling penting dalam merangkai voltmeter dan amperemeter, yaitu:

1. Voltmeter dalam posisi paralel dengan beban (lampu atau resistor) dan amperemeter dalam
posisi seri dengan beban.
2. Kutub-kutub baterai, voltmeter, dan amparemeter tidak boleh terbalik (khusus amperemeter DC
dan voltmeter DC)
3. Batas ukur voltmeter maupun amperemeter harus “sedikit” lebih tinggi dari tegangan dan kuat
arus yang melalui beban.
20
Jika batas ukur lebih rendah dari pada nilai yang melalui beban, akibatnya alat ukur akan rusak.
Tetapi jika batas ukur jauh lebih besar daripada nilai yang melalui beban, akibatnya pembacaan
skala menjadi tidak teliti.

Contoh Soal:

Sebuah Voltmeter mempunyai hambatan dalam 3 k Ω, dapat mengukur tegangan maksimal 5 Volt.
Jika ingin memperbesar batas ukur Voltmeter menjadi 100 Volt, tentukan hambatan muka yang
harus dipasang secara seri pada Voltmeter.

Penyelesaian:
Diketahui: Rv = 3 k Ω
Vv = 5 V
V = 100 V
Ditanyakan : Rm = .............. ?
Jawab :
V
n=
Vv

100 V
=
5V
= 20
Rm = (n – 1) . Rv
= (20 -1) . 3 k Ω
= 57 k Ω

Alat ukur yang Anda pelajari di atas adalah untuk arus searah (dc). Jika ingin digunakan
pada arus bolak-balik harus disesuaikan dengan menambahkan diode. Tetapi Anda tidak akan
mempelajarinya. Biasanya alat yang tersedia di sekolah-sekolah adalah Basic meter. Basic meter
dapat berfungsi sebagai Amperemeter ataupun Voltmeter dengan menggeser colokan yang ada.
Prinsip kerja voltmeter hampir sama dengan amperemeter karena desainnya juga terdiri dari
galvanometer, tapi yang membedakanya adalah hambatan seri atau multiplier. Galvanometer
menggunakan prinsip hukum lorentz, dimana interaksi anatara medan magnet dan kuat arus akan
menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik inilah yang mennggerakan jarum penunjuk sehingga
menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan. Makin besar kuat arus akan makin
besar penyimpangannya. Fungsi dari multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang terjadi

21
pada galvanometer tidak melebihi kapasitas maksimumnya, sehingga sebagian tegangan akan
berkumpul pada multiplier. Dengan demikian kemampuan mengukurnya menjadi lebih besar.

4. Hambatan dan hambatan jenis

Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui
suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk menjaga kuat arus dan
tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi
dengan baik. Besar kecilnya hambatan suatu penghantar (R) tergantung kepada jenis kawat (),
panjang kawat (L), dan luas penampang kawat (A), dapat dirumuskan seperti berikut:

S
R = (11. 5)
Æ..................................
dengan:
R = hambatan( Ω)
 = hambatan jenis penghantar (Ω m)
l = panjang penghantar (m)
A = Luas penampang penghantar (m2)

ambatan jenis penghantar atau resistivitas () adalah sifat intrinsik dari bahan konduktor.
Hambatan jenis ini tergantung pada struktur elektron dari bahan dan temperatur. Dengan demikian
konduktor listrik yang baik akan mempunyai hambatan jenis yang sangat kecil dan bahan isolator
yang baik akan mempunyai hambatan jenis yang sangat besar. Satuan hambatan jenis dalam sistem
satuan SI dinyatakan dengan ohm meter. Berikut menunjukkan harga hambatan jenis beberapa
bahan.

Tabel 11.1. Hambatan Jenis Beberapa Zat.

22
Contoh soal:
1. Seutas kawat besi panjangnya 20 meter dan luas penampangnya 1 mm2, mempunyai hambatan
jenis 10-7 ohm meter. Jika antara ujung-ujung kawat dipasang beda potensial 60 volt, tentukan
kuat arus yang mengalir dalam kawat!
Penyelesaian
Diketahui : I = 20 m
A = 1 mm2 = 1 x 10-6 m2
V = 60 V
 = 10-7 ohm-meter

Ditanya : I = ............... ?
Jawab : Langkah pertama, selidiki dahulu nilai hambatannya

L
R=
Æ
= (10-7 ohm-meter). (20 m) / (1 mm2 = 1 x 10-6 m2)

= 2 ohm

Berdasarkan hukum Ohm :

V
I=
R
60 V
=
2 fi

= 30 A
Jadi, kuat arus yang mengalir dalam kawat adalah 30 A

2. Seutas kawat yang panjangnya 50 cm, luas penampangnya 2 mm2, ternyata hambatannya 100
ohm. Tentukan hambatan jenis kawat tersebut ?
Penyelesaian

Diketahui : I = 50 cm = 0,5 m
A = 2 mm2 = 2 x 10-6 m2
R = 100 Ω
Ditanyakan :  = .......... ?

L
Jawab : R=
Æ

23
A
=R L

= (100 Ω) (2 x 10-6 m2) / (0,5 m)

= 4 x 10-4 Ω m

C. Rangkaian Listrik Seri dan Paralel


Rangkaian listrik dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Rangkaian komponen listrik yang disusun secara berderet dengan tidak ada cabang pada sumber
arus listrik disebut dengan rangkaian listrik seri. Pada rangkaian listrik seri, kuat arus yang mengalir
pada setiap rangkaian adalah sama sedangkan beda potensial berbeda. Rangkaian paralel adalah
rangkaian komponen listrik yang disusun secara sejajar sehingga terbentuk cabang diantara sumber
arus listrik. Pada rangkaian paralel arus yang mengalir pada setiap cabang berbeda, sedangkan beda
potensialnya sama.
Dengan satu sumber energi kita dapat menyediakan energi kepada lebih dari satu konsumen
(lampu pijar). Hal itu dapat kita lakukan dengan memasang dua (atau lebih) lampu pijar berurutan
dalam rangkaian seri atau dengan membuat percabangan, yang berarti rangkaian paralel. Kedua
jenis rangkaian itu mempunyai beberapa sifat yang berbeda. Dalam rangkaian seri lampu pijar akan
kurang terang dibandingkan lampu pijar dalam rangkaian paralel. Dua lampu pijar pada rangkaian
seri mempunyai hambatan dua kali lipat dan oleh karena itu menghasilkan lebih sedikit cahaya.
Dalam rangkaian paralel hanya ada hambatan dari satu lampu pijar dalam setiap cabang rangkaian
dan oleh karena itu setiap lampu pijar mempunyai cahaya yang sama seperti satu lampu pijar dalam
rangkaian tunggal. Dengan kata lain dua lampu pijar paralel akan menghabiskan energi lebih
banyak dalam menghabiskan energi baterai lebih cepat dibandingkan dengan dua lampu pijar yang
dihubungkan seri. Perbedaan lainnya adalah peluang terkena gangguan. Jika satu bagian (lampu
pijar) dalam rangkaian seri rusak, seluruh rangkaian akan terganggu. Jika beberapa lampu pijar
terpasang paralel dan salah satu tidak bekerja, lampu-lampu yang lain tidak terpengaruh, karena
rangkaiannya tidak terganggu. Karena sifat itu maka rangkaian-rangkaian listrik di rumah (stop
kontak, lampu-lampu, dan konsumen energi lainnya) terpasang secara paralel.

24
Beberapa hambatan (resistor) dirangkai untuk tujuan tertentu seperti untuk membagi arus
(memperkecil arus) ataupun membagi tegangan.
1. Rangkaian hambatan Seri
Hambatan pengganti dari beberapa penghambat yang disusun secara seri adalah jumlah dari
masing-masing hambatan. Hambatan pengganti seri (Rs) sama dengan jumlah tiap-tiap hambatan.
Jika terdapat beberapa hambatan misal R1 dan R2 dirangkai secara seri, maka hambatan pengganti
seri (Rs) secara umum dapat ditulis:

Rs = R1 + R2 +…… Rn ............ (11.6)

v2 _
+
R2
+ +
v _ i1 R1 v1
_

Gambar 11.12 Skema Rangkaian Seri Hambatan

Kuat arus yang melalui tiap-tiap hambatan adalah sama.

I1 = I2 = In = Is .......................(11.7)

Tegangan pada hambatan pengganti seri (Vs) sama dengan jumlah tegangan pada tiap-tiap
hambatannya.

Vs = V1 + V2 + ….. + Vn ...................... (11.8)

Hambatan-hambatan yang disusun seri berguna untuk memperbesar hambatan serta sebagai
pembagi tegangan.

2. Rangkaian Paralel.
Hambatan pengganti paralel dapat dihitung dengan persamaan:
1 1
= + 1 + … ..+ 1
……………. (11.9)
Rp R1 R2 Rn

25
I I

+ I2 I1 +

V V Req
R2 R1
_ _

Gambar 11.13 Skema Rangkaian Paralel Hambatan

Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan jumlah kuat arus yang melalui
tiap-tiap hambatan.

Ip = I1 + I2 + ….. + In ........................ (11.10)

Tegangan pada tiap-tiap hambatan adalah sama dan sama dengan tegangan pada hambatan
pengganti paralel.

V1 = V2 = …….= Vn = Vp.................... (11.11)


Hambatan-hambatan yang disusun paralel berguna untuk memperkecil hambatan serta sebagai
pembagi arus.

D. Hukum Kirchhoff
1. Hukum I Kirchhoff
Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui
percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya tergantung ada
tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya
arus listrik yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang,
hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya besar.
Perhatikan gambar percobaan berikut!

Gambar 11.14 Skema Diagram Hukum I Kirchhoff

26
Dari percobaan akan didapatkan bahwa penunjukkan ampere meter A1 sama dengan penjumlahan
penunjukkan A1 dan A3 (lihat gambar 11.14).
Hal tersebut dikenal sebagai hukum I Kirchhoff yang berbunyi: “Jumlah kuat arus listrik yang
masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul
tersebut”.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya merupakan hukum kekekalan muatan listrik. Hukum I
Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:

Gambar 11.15 Kuat arus yang masuk dan keluar dari suatu titik simpul
Contoh Soal:
Ada lima buah percabangan berarus listrik, percabangan berarus listrik masuk yaitu I1 = 10 ampere,
I2 = 5 ampere sedangkan percabangan berarus listrik keluar yaitu I3 = 5 ampere, I4 = 7 ampere
sedangkan I5 harus ditentukan besar dan arahnya, tentukan I5 tersebut!

Penyelesaian:
Σ Imasuk = I1 + I2 = 10 A + 5 A = 15A
Σ Ikeluar = I3 + I4 + I5 = 5 A + 7 A + I5 = 12A + I5 arahnya keluar dari titik percabangan

I1 + I2 = I3 + I4 + I5
15A = 12A + I5
I5 = 15 A – 12 A = 3 A
Jadi I5 = 3 A arahnya keluar dari titik percabangan
27
2. Hukum II Kirchhoff
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang
tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel. Umumnya ini terjadi jika dua
atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga penyederhanaan
rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan
rangkaian tersebut. Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang
berbunyi: “Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan
penurunan tegangan (IR) sama dengan nol”.
Secara matematis dirumuskan:

………….. (11.12)
Perhatikan rangakaian satu loop berikut!

Gambar 11.16 Rangkaian sederhana satu loop


Pada rangkaian sederhana dengan satu loop, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I (karena
pada rangkaian tertutup).
Dalam menyelesaikan persoalan di dalam loop perhatikan hal-hal berikut ini!
a. Kuat arus bertanda positif jika searah dengan loop dan bertanda negatif jika berlawanan dengan
arah loop.

b. GGL bertanda positif jika kutub positipnya lebih dulu di jumpai loop dan sebaliknya ggl negatif
jika kutub negatif lebih dulu di jumpai loop.

Misalkan kita ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a (lihat gambar 11.16).

28
Kuat arus listrik I di atas dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum II Kirchhoff:
Σ ε + Σ IR = 0
– ε1 + ε2 + I (r1 + r2 + R) = 0
Jika harga ε1, ε2, r1, r2 dan R diketahui maka kita dapat menentukan harga I-nya

ENERGI DAN DAYA LISTRIK

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Peryataan ini telah kita kenal
dan kita bahas pada pelajaran tentang energi pada BBM 4. Dengan demikian, energi listrik
bukan hasil ciptaan manusia, tetapi energi listrik dapat timbul dari energi panas dan energi gerak.
Selain itu, energi listrik tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi listrik dapat diubah menjadi
energy panas, energy bunyi, atau energi gerak. Berdasarkan penjelasan tersebut, apakah
keuntungan energi listrik itu? Pada BBM ini, kita akan membahas manfaat energi listrik dalam
kehidupan sehari-hari, cara menghitung energi listrik yang terpakai dan alat-alat yang dapat
mengubah energi listrik menjadi energi kalor.

A. Energi Listrik

Energi listrik berguna untuk kita karena dapat dengan mudah diubah menjadi energi
bentuk lain. Misalnya motor listrik merubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi listrik
adalah energi yang ditimbulkan oleh arus listrik pada suatu penghantar yang dapat diubah
menjadi energi bentuk lain.

Beberapa pemanfaatan perubahan energi listrik menjadi energi bentuk lain:

1. Energi listrik menjadi energi kalor, misalnya kompor listrik, setrika listrik, solder listrik, dan
rice cooker.

2. Energi listrik menjadi energi gerak, misalnya bor listrik, kipas angin listrik, dan motor listrik.

3. Energi listrik menjadi energi kimia, misalnya pada proses pengisian akumulator.

4. Energi listrik menjadi energi cahaya, misalnya pada lampu pijar.

Untuk mengalirkan muatan-muatan listrik dalam suatu penghantar, sumber tegangan


mengeluarkan energi listrik. Jika muatan-muatan itu dinyatakan dengan Q coulomb, tegangan
listrik yang dihasilkan sumber tegangan dinyatakan dengan V volt dan waktunya t detik, maka
besarnya energy listrik adalah:

W = V . Q ...................... (11.13)

Oleh karena Q = I. t, maka bentuk persamaan lain adalah

W = V . I. t ..................... (11.14)

Dalam sistem SI, satuan energi adalah volt. Coulomb atau joule (J). Oleh karena V = I. R, maka
persamaan (11.14) dapat ditulis menjadi

W = I. R.I.t atau W = I2. R. t ................... (11.15)

V2
Atau W= .t
R ............................................................
(11.16)

dengan

W = energi listrik (J)

V = tegangan listrik (V)

R = hambatan listrik (Ω)

I = kuat arus listrik (A)

t = waktu (s)

Contoh Soal:

Kuat arus 10 A mengalir di dalam penghantar yang mempunyai hambatan 20 Ω selama 1 menit.
Berapakah besarnya energi listrik ?

Penyelesaian

Diketahui: I = 10 A

R = 20 Ω
t =1 menit = 60 s

Ditanyakan : W = ……… ?

Jawab : W = I2. R. t

= (10 A)2 . (20 Ω). (60 s)

= 120.000 J

Jadi, besarnya energi listrik adalah 120.000 J

1. Energi listrik dapat diubah menjadi energi kalor

Energi listrik lebih mudah digunakan oleh manusia karena energi ini dapat diubah
menjadi energi lain dalam sekejap. Contohnya energi listrik dapat diubah menjadi energi
kalor dan energi mekanik. Dalam sebuah kegiatan, Joule mendapat angka kesetaraan antara
energi mekanik dan energi kalor yang disebut dengan tara kalor mekanik yang besarnya adalah

1 joule = 0,24 kalori atau 1 kalori = 4,2 joule

Dengan demikian, persamaan (11.13), (11.14), (11.15) dan (11.16) dapat ditulis menjadi:

W = 0,24 . V . Q kalori ................ (11.17)

W = 0,24 . V . I . t kalori ............... (11.18)

W = 0,24 . I2 . R . t kalori .............. (11.19)


2
W = 0,24 . VR . t kalori .............. (11.20)

Satuan yang lebih besar untuk energi kalor adalah kilo kalori (kkal). 1 kkal sama dengan
103 kalori.

2. Alat-Alat yang Dapat Mengubah Energi Listrik Menjadi Energi Kalor


Joule menyatakana bahwa kalor ditimbulkan dalam kawat yang memiliki hambatan besar.
Keadaan ini diterapkan pada beberapa alat listrik, antara lain setrika listrik, alat pemanas air
(water heater), pengering rambut (hair dryer), kompor listrik, dan solder listrik.

Gambar 11.17 Alat-alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi kalor

Bagian utama sebuah alat pemanas dinamakan elemen pemanas yang terbuat dari bahan nikel
dan krom (disingkat: nikron). Bahan ini memiliki kemampuan berpijar secara terus-menerus
tanpa mengoksidasi.

Contoh soal:
1. Berapa energi kalor yang dihasikan oleh sebuah kompor listrik dengan elemen pemanas
dari hambatan 100 ohm yang dilakukan arus sebesar 10 ampere selama 2 menit?
Penyelesaian:
Diketahui : R = 100 Ω
I = 10 A
t = 2 menit = 120 s
Ditanya : W=?
Jawab : Wkalor = 0,24 . I2 . R . t
= 0,24 . (10)2 . 100 . 120
= 288. 000 kalori
= 288 kkal

B. Daya Listrik

Daya listrik adalah laju energi listrik yang dipindahkan atau energi listrik tiap satuan waktu.
Daya listrik dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
M
P= (11.21)
t ............................
P = V . I ………(11.21)

P = I2. R..................... (11.22)

V2
P= (11.23)
R ................................
P = daya listrik (Watt)
Dalam sistem SI , daya listrik dinyatakan dalam Joule per detik atau watt. Satuan yang lebih
besar adalah 1 kilowatt = 103 watt dan 1 megawat = 106 watt.
Jadi 1 watt = 1 joule/sekon
1 joule = 1 watt sekon

Energi listrik juga dinyatakan dalam kWh (kilo watt hours)


1 kWh = 1 kWh x 1 joule
= 1 kWh x 1 jam
= 1000 watt x 3600 sekon
= 3.600.000 watt sekon
Jadi 1 kWh = 3,6 x 106 joule

Contoh soal:
1. Kuat arus listrik sebesar 2 ampere mengalir dalam konduktor yang berhambatan 5 ohm
selama 5 menit. Hitunglah:
a. Energi listrik
b. Energi kalor yang timbul
c. Daya listrik

Penyelesaian:

Diketahui : I = 2A

R=5Ω

t = 5 menit = 300 detik

Ditanyakan : a. Wlistrik = ?

b. Wkalor = ?

c. P =?

Jawab:

a. Wlistrik = I2 . R . t
= 22 . 5 . 300
= 6.000 joule
b. Wkalor = 0,24 . Wlistrik
= 0,24 . 6.000
= 1.440 kalori = 1,44 kkal
c. P = I2 . R
= 22 . 5
= 20 watt

Perhitungan Pemakaian Energi Listrik (Rekening Listrik)

Setiap bulan, semua pelanggan listrik PLN harus membayar biaya pemakaian energi
listrik sesuai dengan banyaknya energi listrik yang dikonsumsi. Dalam hal ini biasanya energi
listrik yang diperhitungkan dinyatakan dalam satuan kilowatt-jam atau kilo watt-hour disingkat
kWh. 1 kWh adalah jumlah energi yang dipakai oleh sebuah peralatan listrik yang berdaya 1
kilowatt selama 1 jam. Banyaknya energi listrik yang digunakan dapat dibaca pada gardu rumah
(meteran listrik).

Pemakaian energi listrikk selama sebulan dapat diketahui melalui meteran listrik itu. Kemudian,
dengan tarif listrik tertentu, misalnya sekitar Rp 180,00/kWh, pihak PLN ataupun kita dapat
mengetahui besar biaya pemakaian energi listrik selama sebulan. Biaya pemakaian energi listrik
inilah yang harus kita bayarkan secara rutin setiap bulan pada PLN, yang sering kita sebut
rekening listrik.

Pada kenyataannya, tarif listrik itu tidak sama untuk semua gedung atau kepentingan. Secara
umum perbedaan tarif listrik dapat dibedakan atas tiga kriteria, yaitu tarif listrik untuk rumah
tangga, badan sosial (yayasan yatim piatu), dan pabrik atau industri.

Contoh soal:

1. Pada sebuah rumah, penghuninya menggunakan pesawat listrik sebagai berikut.


a. TV dengan daya 350 watt dinyalakan selama 12 jam/hari
b. Radio dengan daya 15 watt dinyalakan selama 10 hari/jam
c. Lemari es dengan daya 350 watt dinyalakan selama 18 jam/hari
d. Pompa air dengan daya 250 watt dinyalakan selama 4 jam/hari
e. Mesin cuci dengan daya 500 watt dinyalakan selama 5 jam/hari

Berapakah biaya rekening listrik yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari) jika 1 kWh Rp
180,00 dan biaya pelanggan Rp 3.500,00?

Penyelesaian:

Diketahui:

a. TV, P = 350 watt, t = 12 jam


b. Radio, P = 15 watt, t = 10 jam
c. Lemari es, P = 350 watt, t = 18 jam
d. Pompa air, P = 250 watt, t = 4 jam
e. Mesin cuci, P = 500 watt, t = 5 jam

Biaya 1 kWh sebesar Rp 180,00

Biaya pelanggannya sebesar Rp 3.500,00

Ditanyakan: Biaya rekening selama 30 hari = ?


Jawab:

W=P.t

a. TV W = 350 . 12 = 4.200 Wh
b. Radio W = 15 . 10 = 150 Wh
c. Lemari es W = 350 . 18 = 6.300 Wh
d. Pompa air W = 250 . 4 = 1.000 Wh
e. Mesin cuci W = 500 . 5 = 2.500 Wh
Jumlah =14.150 Wh

14.150
Energi dalam kWh =
1.000 kMh

= 14,15 kWh

Biaya rekening = W x Rp 180,00

= 14,15 x Rp 180,00 = Rp 2.547,00

Biaya rekening selama 30 hari adalah

(30 x Rp 2547,00) + biaya pelanggan

Rp 76.410 + Rp 3.500,00 = Rp 79.910,00

Jadi, biaya rekening untuk satu bulan adalah Rp 79.910,00.


SOAL
Pilihan Ganda
1. Brikut merupakan gejala listrik statis, kecuali . . . .
a. Terjadinya petir
b. Batang ebonit yang ditarik bulu dapat menarik balon
c. Lampu yang menyala karena ada aliran elektron
d. Kaca yang bermuatan positif setelah di gosok kain sutra
2. Setelah sisir plastik digosok ke kain wol , yang terjadi adalah . . . .
a. Sisir menjadi muatan positif karena mendapat elektron dari kain wol
b. Sisir menjadi muatan negatif karena mendapat elektron dari kain wol
c. Sisir menjadi muatan positif karena elektron pindah ke kain wol
d. Sisir menjadi muatan negatif karena elektron pindah ke kain wol
3. Besarnya gaya tarik menarik atau tolak menolah di tentukan berdasarkan hukum . . . .
a. Coloumb
b. Pascal
c. Newton
d. Volt
4. Perhatikan rangkaian berikut :

Arus listrik yang mengalir pada hambatan R2 adalah . . . .


a. 0,7 A
b. 1,3 A
c. 2,0 A
d. 3,0 A
5. Perhatikan gambar rangkaian di samping. Jika sumber arus 18 V dengan hambatan dalam 1 Ω,
maka beda potensial titik a dan b adalah....
a. 10 Volt
b. 15 Volt
c. 20 Volt
d. 30 Volt
6. Jika arus 4 ampere mengalir dalam kawat yang ujung-ujungnya berselisih potensial12 volt, maka
besar muatan tiap menit yang mengalir melalui kawat….
a. 4 coulomb
b. 12 coulomb
c. 240 coulomb
d. 60 coulomb

7. Berikut yang bukan cara membuat magnet adalah ….


a. . memukul-mukul besi
b. menggosok besi
c. . menginduksi besi
d. . mengaliri arus listrik pada kumparan kawat yang melilit besi

8. Jika kutub-kutub senama dua buah magnet saling di dekatkan, maka akan . . .
a. Tarik menarik
b. Sejajar
c. Tolak menolak
d. Bertumbukan

9. Alat yang dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik dinamakan ..
a. Transformator
b. Kumparan
c. Dinamo
d. Generator

10. Satuan kuat medan magnet menurut sistem SI yaitu ...


a. Newton
b. Tesla
c. Ampere
d. joule
Essay
GAYA COULOMB
1. Dua partikel titik dengan muatan yang sama. Berapakah muatan disetiap partikel
jika diketahui gaya Coulomb yang timbul adalah 2,0 N. Jarak kedua partikel adalah
1,5m
2. Muatan dari inti helium adalah +2e dan muatan inti neon +10e, dimana e adalah
muatan dasar yang besarnya 1,6x10-19C. Hitunglah gaya elektro statik antara
kedua inti tersebut seandainya jarak antara keduanya 3nanometer.
3. Pada model atom Bohr, elektron (q = -e) mengelilingi proton (q = +e) dengan jari-
jari 5,3 x 10-11. Gaya tarik antara proton dan elektron inilah yang menyebabkan
gaya sentripetal pada elektron, hingga elektron dapat tetap mngorbit. Hitunglah:
a. Gaya tarik menarik antara kedua partikel tersebut
b. Kecepatan elektron berputar mengelilingi proton
4. Tiga buah muatan titik ditempatkan pada sumbu x seperti pada gambar berpakah
jumlah gaya total yang bekerja pada muatan –5 µC?

3µC -5µC 8µC

5. Gambar di samping menunjukan perangkat untuk menghitung muatan listrik yang


terdiri dari dua bola identik (m = 0,10 g) bermuatan sama menggantung di ujung
tali yang sama panjangnya. Pada posisi yang tampak pada gambar di bawah, kedua
bola itu ternyata mengalami kesetimbangan. Berapakah muatan bola?
6. Perhatikan muatan-muatan di bawah ini, hitunglah gaya Coulomb total pada
muatan 4 µC oleh muatan-muatanlain
4 µC

3µC 2µC
7. Dua buah muatan berada pada sumbu x yaitu 3µ C di x=0 dan –5µC di x
= 40 cm. Di mana muatan ketiga q harus ditempatkan agar
resultan gaya padanya akan sama dengan nol

Listrik Statis
1. Titik-titik manakah dari baterai dan titik-titik manakah dari lampu pijar yang perlu saling
terhubungkan agar lampu pijar menyala. Apakah perlu ada suatu rangkaian tertutup agar
lampu pijar menyala? Buatlah gambar realistis untuk hal ini.
2. Untuk lebih memahami tentang penggunaan apermeter dan voltmeter, cobalah Anda
kerjakan latihan berikut ini:
a. Tentukan hasil pengamatan yang ditunjukkan oleh amperemeter berikut ini!

b. Gambarkan rangkaian cara mengukur arus listrik dan beda potensial pada

lampu (hambatan) secara bersamaan


3. Sebuah peralatan listrik yang dipakai pada tegangan 220 volt memiliki hambatan 22
ohm. Tentukan arus listrik yang dipaia peralatan listrik tersebut !
4. Sebuah kawat panjang 10 meter dengan diameter 2 mm dan hambatan jenisnya 3,14 .10-
6
ohmmeter. Hitung hambatan kawat tersebut!
5. Perhatikan gambar rangkaian listrik di bawah ini !

Jika hambatan R1 = 8 ohm, R2 = 16 ohm, R3 = 16 ohm, R4 = 8 ohm dan R5 = 12 ohm.


Hitung tegangan antara A dan B !
Listrik Dinamis
1. Suatu elemen pemanas listrik mempunyai hambatan 20 Ω dan dialiri arus 2 A selama 1
menit. Berapah energi listrik yang digunakan ?
2. Pada sebuah lampu tertulis 25 W, 220V. Berdasarkan data tersebut, tentukan hambatan
dalam lampu tersebut ?
3. Suatu alat pemanas mempunyai hambatan 5 kilo ohm, dialiri arus listrik 2 A selama 2
jam. Berapaka energy listrik yang dipakai?

4. Sebuah rumah memakai 4 lampu 20 watt, 2 lampu 60 watt, dan TV 60 watt. Setiap
harinya dinyalakan rata-rata 8 jam. Jika energy listrik setiap kWh-nya Rp.111,30.
Berapakah biaya yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari) ?

Anda mungkin juga menyukai