Anda di halaman 1dari 2

TUBERKULOSIS PARU DENGAN BTA

POSITIF
No. Dokumen : 800/ /SOP/2022
No. Revisi :
SOP Tanggal
:
Terbit
Halaman : 1/2

UPTD Yusniar Harahap, S,Kep


Puskesmas Aek Godang NIP.19800609200904001

1. Pengertian TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam menerapkan langkah-langkah
penatalaksanaan tuberkulosis paru di UPTD Puskesmas Aek Godang.
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Aek Godang Nomor : 800/....../SK/2022
tentang Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Aek Godang.
4. Referensi - Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis.
- Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2020 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
5. Alat dan Bahan -
6. Prosedur 1. Petugas menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
2. Petugas mencatat hasil anamnesa di kartu status pasien.
3. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien : inspeksi, palpasi, perkusi
dan palpasi paru.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang : BTA sputum.
5. Penanganan TB paru (apabila hasil BTA SPS positif atau BTA SPS
negatif).
Pemberian terapi:
a. OAT kategori I untuk semua pasien TB (termasuk pasien dengan
infeksi HIV) yang tidak pernah mendapat terapi TB sebelumnya.
1) Fase awal selama 2 bulan, terdiri dari: isoniazid, rifampisin,
pirazinamid dan ethambutol.
2) Fase lanjuta selama 4 bulan, terdiri dari: isoniazid dan
rifampisin.
b. OAT kategori II untuk semua pasien TB yang pernah mendapat
terapi TB lebih dari 1 bulan.
1) Fase awal selama 3 bulan, terdiri dari: isoniazid, rifampisin,
pirazinamid dan ethambutol ditambah dengan injeksi
stretomycin (tergantung BB) selama 2 bulan .
2) Fase lanjutan selama 5 bulan, terdiri dari: isoniazid,
rifampisin dan ethambutol.
c. Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan
prinsip pengobatan dengan : 1). Sistem patient-centered strategy,
yaitu memilih bentuk obat, cara pemberian obat serta kontrol
sesuai kondisi pasien; 2). Pengawasan langsung menelan obat
(DOT)
d. Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah
follow-up mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat:
1) Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi), apabila pada akhir
fase ini hasil pemeriksaan dahak masih positif langsung
dilanjutkan terapi lanjutan.
2) Pada follow up bulan ketiga dilakukan pemeriksaan dahak
masih tetap positif maka dilakukan pemeriksaan
penunjang, yaitu pemeriksaan multi drug resistance.
3) 1 bulan sebelum akhir terapi dan pada akhir terapi.
4) Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1
bulan sebelum akhir terapi dianggap gagal dan harus
meneruskan terapi modifikasi yang sesuai dan dilakukan
pemeriksaan penunjang.
e. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan
dan pengobatan di rekam medis.

7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang perlu Petugas bersama-sama melaksanakan koordinasi dan tindakan.
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Loket pendafataran
2. Pelayanan Umum
3. Apotek
10. Dokumen Terkait  Rekam medik
11. Rekam Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai

Anda mungkin juga menyukai