Anda di halaman 1dari 3

TUBERCULOSIS PARU

DENGAN BTA POSITIF

No. Dokumen :SOP/UKP/RJ


No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit :15 Juni 2016
Halaman : 1/3
UPTD
PUSKESMAS
ATAMBUA dr. Bathseba E. Corputty, MARS
SELATAN NIP.19740612 200604 2 032
TB paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
1. Pengertian yaitu Mycobacterium tuberculosis.

Sebagai bahan acuan bagi petugas dalam menerapkan langkah-langkah


2. Tujuan penatalaksanaan tuberkulosis paru di UPTD Puskesmas Atambua Selatan.

Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Atambua Selatan Nomor : 044


3. Kebijakan /SK/PK/X/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Atambua
Selatan.
Permenkes no. 5 tahun 2014 tentang Panduan Klinis bagi Dokter di Fasilitas
4. Referensi Pelayanan Kesehatan Primer.

5. Prosedur a. Petugas menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien


b. Petugas mencatat hasil anamnesa di kartu status pasien
c. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien : inspeksi,palpasi ,perkusi dan
palpasi paru
d. Lakukan pemeriksaan penunjang: BTA sputum (sps)
e. Penanganan tuberculosis paru (apabila hasil BTA SPS positif dan atau
BTA SPS negative disertai foto rontgen positif)
Pemberian terapi :
1) OAT Kategori I untuk semua pasien TB (termasuk pasien dengan
infeksi HIV)yang tidak pernah mendapt terapi TB sebelumnya
a) Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Ethambutol
b) Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid
danRifampisin.
2) OAT kategori II untuk semua pasien TB yang pernah mendapat terapi
TB lebih dari 1 bulan
a) Fase Awal selama 3bulan,terdiri dari:
Isoniazid,Rifampisin,Pirazinamid, dan Ethambutol.ditambah
dengan Injeksi Stretomycin (tergantung BB) selama 2bulan.
b) Fase Lanjutan selama 5 bulan, terdiri dari: Isoniazid
danRifampisin serta Ethambutol.
3) Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan
prinsip pengobatan dengan: 1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu
memilih bentuk obat, cara pemberian cara mendapatkan obat serta
kontrol pasien sesuai2. Pengawasan Langsung menelan obat
(DOT/direct observed therapy)
4) Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah follow-
up mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat:
a) Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi), apabila pada akhir fase
ini hasil pemeriksaan dahak masih positif langsung dilanjutkan
terapi lanjutan
b) Pada follow up bulan ketiga dilakukan pemeriksaan dahak masih
tetap positif maka dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan Multi Drug Resistance
c) 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
d) Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan
sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan harus
meneruskan terapi modifikasi yang sesuai dan dilkukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Multi Drug Resistence.
e) Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan
prioritas dalam follow up TB paru.
5) Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan dan
pengobatan di rekam medis.
6) Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis – HIV
sering bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan sebagai bagian
dari tatalaksana rutin.
7) Semua pasien dengan infeksi Tuberkulosis-HIV harus dievaluasi
untuk: 1. Menentukan indikasi ARV pada tuberkulosis. 2. Inisasi
terapi tuberkulosis tidak boleh ditunda. 3. Pasien infeksi tuberkulosis-
HIV harus diterapi Kotrimoksazol apabila CD 4 < 200.
Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.

6. Diagram Alir
Anamnesa & pemeriksaan fisik, amati
tanda bahaya

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan BTA

Penegakan Diagnosa : TB paru dg


BTA aktif

a. OAT Kategori I untuk semua pasien TB (termasuk pasien dengan


infeksi HIV)yang tidak pernah mendapat terapi TB sebelumnya
1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin.
b. OAT kategori II untuk semua pasiem TB yang pernah mendapat terapi
TB lebih dari 1 bulan
1. Fase Awal selama 3bulan,terdiri dari: Isoniazid,Rifampisin,
Pirazinamid, dan Ethambutol.ditambah dengan Injeksi Stretomycin
(tergantung BB) selama 2bulan.
2. Fase Lanjutan selama 5 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
serta Ethambutol.
c. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi), apabila pada akhir fase ini hasil
pemeriksaan dahak masih positif langsung dilanjutkan terapi lanjutan

a. Gagal kategori I dilanjutkan kategori 2.


(dilakukan pemeriksaan suspek MDR
b. Gagal kategori 2 lakukan suspek MDR
Membaik

7. Hal-hal yang Ketersediaan obat emergency


perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait a. UGD
b. Pelayanan Umum
c. Pelayanan Lansia
d. Laboratorium
9. Dokumen 1. Rekam Medis
Terkait 2. Register Poli Umum
3. Register Ruang Tindakan
10. Rekaman
Historis No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
perubahan Diberlakukan
- - - -

Anda mungkin juga menyukai