Anda di halaman 1dari 40

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Bidang Kerja


Data Proyek
Nama Proyek : Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya
Klien / Pemberi Tugas : PT Jaya Binara Mediktama
Konsultan Bag. Arsitektur : PT Silver Thomas Hanley
Konsultan Bag. Struktur : PT Arkonin
Manajemen Konstruksi : PT Tigarsi Multiyasa
Konsultan MEP : PT Hantaran Prima Mandiri
Quantity Surveyor : PT Langdon Seah
Kontraktor Utama : PT Adhi Persada Gedung

Gambar 3.1 Fasad dan Tampilan Gedung RSPI Bintaro Jaya (Dokumen Proyek RSPI
Bintaro Jaya dan Google Earth, Juni 2020)

17
Rumah sakit Pondok Indah Bintaro Jaya merupakan sebuah proyek
yang berlokasi di CBD Emerald, Jl. Boulevard Bintaro Jaya, Jakarta Selatan.
Proyek ini diprakarsai oleh 2 Perusahaan gabungan yaitu Rumah Sakit
Pondok Indah Group dan PT Jaya Real Property kemudian menjadi
perusahaan gabungan yaitu PT Jaya Binara Mediktama. Proyek RSPI Bintaro
Jaya yang memiliki luas bangunan sebesar 34.856 meter persegi dengan 8
lantai bangunan ditambah 2 basement ini telah rampung pada pertengahan
tahun 2017. Bangunan yang difungsikan untuk kegiatan pelayanan kesehatan
ini memiliki jumlah ruang total sebanyak 53 ruangan yang diperuntukkan untuk
kegiatan operasional medis dan kegiatan operasional lainnya.
Dalam proyek ini PT Tigarsi Multiyasa diberikan kepercayaan untuk
menjadi Manajemen Konstruksi Proyek yang bertugas mengawasi dan
memastikan jika metode konstruksi dalam proyek memenuhi dan sesuai
dengan perencanaan. Praktikan yang mulai melaksanakan Program Kerja
Profesi Alternatif terhitung sejak tanggal 2 Juni 2020. Proyek RSPI Bintaro
Jaya sebenarnya sudah rampung pada tahun 2017, dan praktikan dalam
posisi me-review dan modeling bagian instalasi Mekanikal Elektrikal dan
Plumbing (MEP) Proyek beserta metode Maintenance-nya. Dalam proyek
existing ini, praktikan memiliki fokus untuk memahami dan mempelajari data-
data proyek seputar MEP seperti gambar instalasi plumbing, gambar instalasi
elektrikal, dan beberapa data proyek lainnya.
Pada minggu pertama praktikan lebih banyak belajar dan mengenal
susunan organisasi dan tinjauan secara umum dari Proyek RSPI. Lalu secara
berurutan Praktikan mempelajari skematik air bersih dan air kotor gedung,
detail instalasi dan isometric plumbing/drainase, skematik elektrikal dan
sumber daya, berbagai instrumen pendukung bangunan seperti sprinkler
hingga pneumatic tube, serta mekanisme maintenance dalam gedung RSPI
Bintaro Jaya. Dalam Praktiknya, praktikan banyak menggunakan software
AutoCAD terutama dalam kegiatan memodelkan skematik MEP gedung RSPI
Bintaro Jaya. Praktikan juga mendapat bimbingan langsung dari PT Tigarsi
dalam melaksanakan kegiatan Kerja Profesi Alternatif ini.

18
3.2 Pelaksanaan Kerja
Pelaksanaan Kerja Profesi yang meliputi pembahasan seputar instalasi
Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing sebagian besar dikerjakan secara WFH
(Work from Home) Seturut anjuran dari pemerintah mengingat kondisi
pandemi Covid-19. Pelaksanaan Kerja Profesi ini dibantu dengan bimbingan
dari Konsultan MEP dan Konsultan Struktur dan PT. Tigarsi Multiyasa. Tugas
yang diberikan meliputi pembahasan instalasi MEP dan juga remodeling
(membuat kembali) proyek seputar bagian WTP dan Isometric MEP dengan
pengawasan dari Pembimbing Kerja. Dalam pelaksanaannya banyak
dilakukan diskusi dengan berbagai platform online untuk mendapatkan
berbagai data dan pengetahuan pendukung seputar konstruksi proyek
khususnya bagian MEP dan Struktur Bangunan.
Selama berlangsungnya kegiatan kerja profesi, praktikan memiliki
keleluasaan dalam melakukan beberapa pekerjaan seputar proyek existing
RSPI Bintaro Jaya seperti remodeling proyek (Denah Isometric Plumbing dan
Skema WTP), namun masih dalam pemantauan pihak perusahaan dalam
proyek. Dalam pelaksanaannya praktikan dapat berdiskusi dan bertukar
pikiran tentang beberapa kendala dan permasalahan yang pernah terjadi
dalam proyek, dan mendapat beberapa bimbingan seputar problem solving
sebagai engineers. Beberapa pengetahuan yang didapat beberapa tidak bisa
ditemui langsung dalam kegiatan perkuliahan melainkan berasal dari
pengalaman di lapangan.
Beberapa bimbingan dan tugas yang diberikan memberikan
kesempatan bagi praktikan untuk turut serta merasakan dan mengenal proses
ataupun tahapan pekerjaan konstruksi dimulai dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, instalasi MEP, hingga tahapan Maintenance (perawatan)
bangunan/gedung. Pekerjaan remodeling denah isometric dilakukan praktikan
dengan menggunakan software AutoCAD sebagai media gambar 2D. Sama
halnya dengan remodeling denah isometric, remodeling skema Pre-WTP dan
WTP air bersih juga menggunakan software AutoCAD. Selain itu praktikan
juga mengolah dan mempelajari data-data proyek yang dapat diolah dengan
menggunakan Microsoft Excel dan Microsoft Word (dalam hal ini termasuk
resume setiap bimbingan kerja), serta Portable Document Format (PDF) untuk
media pembuatan laporan akhir.

19
Selama 3 bulan menjalani masa kerja profesi, praktikan banyak
mempelajari penerapan-penerapan ilmu yang didapat selama masa
perkuliahan, khususnya cabang ilmu struktur dan air. Praktikan juga
merasakan langsung bagian mana melakukan tahapan perencanaan MEP
sekaligus tahapan maintenance-nya melalui kegiatan remodeling proyek RSPI
Bintaro Jaya. Sebagian besar data dan informasi seputar proyek yang
membantu praktikan dalam memahami, serta melakukan remodeling didapat
dari pembimbing kerja praktikan, dan kemudian diolah dan digali kembali lebih
dalam oleh praktikan. Berikut ini merupakan beberapa tugas dalam
melakukan remodeling yang telah dikerjakan praktikan beserta dengan
beberapa detail penjelasan yang didapat.

3.2.1 Perencanaan Skematik Water Treatment Plan


Dalam membuat kembali skema pre-treatment dan treatment air
bersih RSPI Bintaro Jaya, praktikan mendapat kesempatan menerima
sekaligus mengolah data yang didapat dari perusahaan berupa denah
skematik. Praktikan banyak berdiskusi sekaligus mempelajari skema
treatment air bersih kemudian menggambar ulang skema treatment
dan pre-treatment ini. Dalam gedung Rumah Sakit Pondok Indah
Bintaro Jaya, Air yang berasal dari air pam dan di back up dengan deep
well. Air pam ditampung dalam ground tank kemudian air dialirkan
kedalam roof tank, dari roof tank baru akan dipompa masuk kedalam
clean water tank.
Sebelum masuk ke dalam clean water tank, air bersih ini masuk
ke dalam 2 cabang filter yaitu untuk fase pre-treatment yang terdiri dari
2 filter system yaitu water softener filter and activated carbon filter. Air
sisa hasil pre-treatment ini bisa digunakan untuk mengisi hydrant dan
sprinkler. Lalu setelah itu sebagian air dialirkan ke dalam RO (Reverse
Osmosis) untuk masuk fase treatment, dan menghasilkan air yang
benar-benar bersih/murni yang biasa dipakai untuk sarana cuci tangan
dokter dan pencucian peralatan kedokteran habis pakai.

20
Gambar 3.2 Foto sistem WTP Gedung RSPI Bintaro Jaya (Dokumentasi pribadi
Praktikan, Juni 2020)

Gambar 3.2 adalah foto dari sistem water treatment plan RSPI
Bintaro Jaya, dapat dilihat terdapat beberapa instalasi bak berwarna
biru yang berisi garam (brine tank) yang berfungsi untuk meregenerasi
resin kation pada mineral tank yang berisi resin untuk menyisikan zat
kontaminan pada air yaitu calcium, magnesium, dan iron, beserta hard
mineral lainnya (water softener system).
Susunan alat dan sistem water treatment plan (WTP) gedung
RSPI Bintaro Jaya ini terdapat pada lantai 3 gedung. Air hasil sistem
WTP ini nantinya akan dialirkan ke beberapa lantai dan beberapa
ruangan khusus dalam gedung RSPI Bintaro Jaya yang membutuhkan
treatment khusus pada air sebelum digunakan. Berikut ini adalah
gambaran lokasi ruang water treatment plan RSPI Bintaro Jaya
beserta rincian elevasi per lantainya.

21
3.2.1.1 Remodeling Skematik Fase Pre-Treatment Air Bersih
Dalam pelaksanaannya praktikan berkesempatan
membaca dan mempelajari gambar skematik fase pre-
treatment air bersih yang termasuk dalam skematik Water
Treatment Plan (WTP). Praktikan juga berkesempatan
mengolah data proyek kemudian melakukan pemodelan
ulang dan membuat resume mengenai fase pre-treatment air
bersih gedung RSPI Bintaro Jaya. Seperti namanya, fase pre-
treatment ini adalah fase pengolahan air sebelum masuk ke
fase treatment menggunakan filter reverse osmosis.
Dalam fase pre-treatment air melewati 2 filter utama
yaitu water softener filter and activated carbon filter. 2 jenis
sistem filter ini memiliki fungsi yang berbeda. Selain 2 filter
tadi terdapat pula 2 bypass filter yang berfungsi untuk
membantu perawatan, membersihkan, serta memperbaiki
filter dengan memanfaatkan efek backwashing. Selain itu
terdapat pipa yang ber-material stainless steel berdiameter
65mm sebagai penghubung filter. Terdapat 4 valve pada
skema pre-treatment air bersih ini.
Saat akan memfilter air (pengoperasian normal) maka
posisi valve menuju tabung filter yaitu valve 1 dan 4 dalam
posisi dibuka, sedangkan valve bypass dalam posisi ditutup.
Air akan mengisi tabung activated carbon filter dan melewati
serangkaian media filter dalam tabung. Activated carbon filter
ini bekerja dengan cara penyerapan ataupun absorpsi,
fungsinya mengambil beberapa kandungan tidak baik yang
ada pada air. Selain itu activated carbon filter berfungsi untuk
menyerap atau menghilangkan bau, menjernihkan air, dan
menyerap klorin dan bahan yang sukar terserap.
Setelah itu air akan mengalir ke dalam water softener
filter yang berfungsi untuk mengurangi dan juga menyaring
kadar-kadar mineral yang berlebih pada air umumnya seperti
calcium dan magnesium yang terdapat pada air keras (air
yang memiliki kandungan mineral yang tinggi) dengan efek

22
backwashing. Material seperti kapur yang berlebih berpotensi
menimbulkan kerak pada bak clean water ataupun pada alat
pengolahan air lainnya dalam sistem WTP ini, sehingga pada
dasarnya water softener filter ini juga memiliki fungsi untuk
merawat instalasi plumbing dalam WTP menjadi bertahan
lebih lama (awet).
Pada water softener filter ini terdapat juga brine tank
yang di dalamnya berisi kandungan garam (NaCl) yang
berfungsi untuk meregenerasi resin pada resin tank yang
berfungsi untuk pertukaran ion dalam air yang berfungsi untuk
mengikat kadar calcium dan magnesium. Pada kondisi ini air
hasil fase pre-treatment dapat digunakan untuk mengisi
hydrant dan instalasi pemadam kebakaran lainnya. Berikut ini
adalah gambaran atau skema aliran air fase pre-treatment
dalam gedung RSPI Bintaro Jaya.

Gambar 3.3 Skema Pre-Treatment air bersih RSPI Bintaro Jaya


(Dokumen Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juni 2020)

Dalam fase maintenance atau perawatan filter, secara


garis besar proses pembersihan filter ini menggunakan efek
backwashing yang mana akan dilakukan apabila debit air
yang mengalir dari filter mulai menurun. Posisi valve dalam
keadaan terbalik dari kondisi normal atau kondisi operasional
filter. Valve 1 dan 4 dalam posisi tertutup, dan valve bypass

23
yaitu valve 2 dan 3 dalam keadaan terbuka, air kemudian
mengalir dari by pass menuju water softener filter, kemudian
air akan memenuhi tabung water softener filter sekaligus
mengangkat kotoran-kotoran yang menempel, kemudian air
yang menguras kotoran tadi akan dibuang melalui pipa drain.
Berikut ini adalah gambaran atau skema perawatan fase pre-
treatment dalam gedung RSPI Bintaro Jaya. Maintenance
dianjurkan untuk dilakukan seminggu sekali secara manual
dengan mengganti garam pada brine tank dengan garam
yang baru untuk regenerasi resin kation.
Untuk membersihkan tabung activated carbon filter
maka valve pada pipa drain tabung water softener ditutup
kemudian air akan mengalir ke dalam activated carbon filter,
dan sama halnya dengan tabung water softener filter, air akan
mengangkat kotoran-kotoran yang menempel, kemudian air
hasil menguras tadi akan dibuang melalui pipa drain pada
tabung activated carbon filter. Berikut ini adalah gambaran
atau skema fase pre-treatment dalam gedung RSPI Bintaro
Jaya.

Gambar 3.4 Skema perawatan filter Pre-Treatment air bersih RSPI


(Dokumen Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juni 2020)

24
3.2.1.2 Remodeling Skematik Fase Treatment Air Bersih
Setelah melewati fase pre-treatment, air akan masuk ke
dalam raw water tank, dan dari raw water tank air kemudian
akan memasuki fase treatment. Air yang dihasilkan dari fase
treatment ini merupakan air yang sangat murni dan akan
digunakan untuk operasional medis dalam rumah sakit.
Dalam fase treatment ini, pertama air akan di filter
menggunakan sistem Reverse Osmosis (RO). Metode
Reverse Osmosis digunakan untuk menyaring molekul dan
zat-zat kontaminan dari air yang terlebih dahulu melewati fase
pre-treatment. Selain itu RO dapat menghasilkan air yang
murni dengan menurunkan tingkat conductivity air atau
kemampuan air dalam mengantarkan arus listrik.
RO juga mampu menyingkirkan hampir semua jenis
bakteri dan virus walaupun tidak sesempurna metode
sterilisasi UV. Metode ini menggunakan tekanan tinggi pada
air yang dialirkan ke dalam sebuah membran (semi
permeable) yang berukuran 0.0001 mikron. Perlu diketahui
ukuran bakteri sebesar 0.2 sampai 0,1 mikron, sedangkan
virus antara 0.02 sampai 0.04 mikron. Tingkat penolakan
kontaminan terbilang cukup tinggi yaitu antar 85-95 persen.
Ada dua jenis reverse osmosis dalam water treatment plan
pada proyek RSPI ini, yaitu single pass reverse osmosis, dan
double pass reverse osmosis.
Dua jenis sistem reverse osmosis ini, memiliki hasil air
yang diperuntukkan untuk tujuan berbeda dan diletakkan ke
dalam tanki yang berbeda pula. Air hasil single pass RO
dimanfaatkan untuk peralatan dental (perawatan gigi) juga air
minum. Sedangkan air hasil double pass RO dimanfaatkan
untuk menghasilkan air yang sangat murni (ultra pure water)
untuk mesin hemodialisis (alat cuci darah) dan dialysis
treatment. Berikut ini adalah gambaran/skema sistem reverse
osmosis pada gedung RSPI Bintaro Jaya

25
Gambar 3.5 Sistem Reverse Osmosis filter air bersih RSPI (Dokumen
Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

Tangki yang berbeda yang menampung air hasil filter


reverse osmosis, memiliki arah tujuan filter yang berbeda.
Pada tangki air hasil filter single pass RO, air akan disuplai
untuk memenuhi kebutuhan air ruang operasi yang berada di
lantai 3 Gedung RSPI Bintaro. Kebutuhan air ini digunakan
untuk mencuci peralatan medis sebelum dan sesudah
kegiatan operasi.
Sebelum air dialirkan ke dalam ruang operasi, air
terlebih dahulu melewati multiround cartridge yang mana
fungsinya hampir mirip seperti sistem reverse osmosis itu
sendiri yaitu menghilangkan zat kontaminan yang tertinggal
dalam air. Kemudian air juga akan melewati led ultraviolet
(UV) yang secara efektif mampu membunuh seluruh kuman
bakteri dan mikroorganisme dalam air. Berikut ini adalah
gambaran proses filtrasi menuju operation room gedung RSPI
Bintaro Jaya

26
Gambar 3.6 Sistem filter air bersih untuk ruang operasi RSPI (Dokumen
Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

Pada tangki air hasil filter double pass RO, air akan
disuplai menuju HD room atau high dependency unit (khusus
penanganan penyakit ganas) yang berada di lantai 2 Gedung
RSPI Bintaro. Sama halnya dengan filter yang menuju
operation room. Sebelum air dialirkan menuju HD room
seperti perawatan medis, air terlebih dahulu melewati
multiround cartridge. Kemudian air juga akan melewati led
ultraviolet (UV1) yang secara efektif mampu membunuh
seluruh kuman bakteri dan mikroorganisme dalam air. Berikut
ini adalah gambaran proses filtrasi menuju HD room gedung
RSPI Bintaro Jaya

Gambar 3.7 Sistem filter air bersih menuju HD room RSPI (Dokumen
Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

27
Selain mensuplai air menuju ruang operasi, pada tangki
air hasil filter single pass RO, air akan disuplai juga menuju 4
ruangan yang berbeda dalam gedung rumah sakit, yaitu Birth
Room, CSSD (Central Sterile Supply Departement), Dental
Pharmacy, dan dapur (kitchen). Sama halnya dengan filter
yang menuju operation room dan HD room. Sebelum air
dialirkan menuju 4 ruangan tersebut, air terlebih dahulu
melewati multiround cartridge yang mana fungsinya untuk
menghilangkan zat kontaminan yang tertinggal dalam air.
Kemudian air juga akan melewati led ultraviolet (UV2) dengan
indeks yang berbeda-beda tergantung indeks dari sinar UV-
nya.

Gambar 3.8 Sistem filter air bersih menuju Birth Room, CSSD, Dental
Pharmacy, dan dapur (kitchen) (Dokumen Proyek dan diolah Kembali oleh
Praktikan, Juli 2020)

Dari gambar diatas dapat dilihat mengenai skema


penyinaran sinar UV menuju 4 ruangan berbeda yaitu Birth
Room, CSSD, Dental Pharmacy, dan dapur (kitchen). Tipe
alat led UV yang menggunakan tipe Ultraviolet S8Q-PA.
Angka dalam keterangan sinar UV pada skematik filter air
bersih diatas menunjukan urutan alat yang memiliki dimensi
reactor yang berbeda-beda.

28
Teknis perawatan atau maintenance dari alat ini cukup
mudah karena dilengkapi lampu indikator otomatis yang dapat
memberi tanda apabila lampu led sudah tidak bekerja dengan
optimal ataupun mengalami kegagalan operasi dan harus
diganti. Dalam hal ini bagian engineering (teknisi) atau
maintenance di lantai basemen 1 RSPI Bintaro Jaya yang
akan menangani sekaligus mengganti lampu led UV tersebut
apabila diperlukan.

3.2.2 Perencanaan Sistem Plumbing dan Drainase RSPI Bintaro Jaya


Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada gedung RSPI
Bintaro Jaya, sumber air untuk operasional gedung berasal dari deep
well dan air pump. Skema pendistribusian air menggunakan tanki atap,
dimana air terlebih dahulu dipompa menggunakan pompa transfer
menuju bagian atap gedung RSPI dan disimpan dalam Raw Water
Tank. Pompa transfer ini memiliki sistem otomatis dimana apabila air
dalam tank sudah penuh dan mengakibatkan naiknya tekanan, pada
batas tekanan tertentu pompa akan mati atau off secara otomatis.
Setelah air terkumpul di tanki atap, air akan didistribusikan secara
gravitasi menuju semua lantai untuk keperluan sanitasi seperti toilet,
ataupun jika untuk keperluan khusus medis air terlebih dahulu
melewati Water Treatment Plant di lantai 3.
Sementara untuk instalasi plumbing air kotor dan drainase
pada gedung RSPI Bintaro Jaya memiliki konsep Green House atau
ramah lingkungan. Konsep ini juga diterapkan dalam konsep pemipaan
air gedung RSPI Bintaro yang mendukung sistem water recycling dan
water reuse. Konsep ini menggunakan atau menekankan program
daur ulang air secara optimal. Dimana air bekas atau Drain Waste
(DW) di filtrasi kembali untuk kemudian dapat digunakan kembali
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan air. Selain itu, air hujan juga
ditampung untuk dapat digunakan kembali salah satunya untuk cooling
tower.

29
Pada subbab sebelumnya telah dilihat bagaimana proses
filtrasi untuk kebutuhan air bersih. Sementara untuk air bekas (drain
waste) akan langsung dialirkan dari pipa utama menuju ke Sewage
treatment Plant (STP). Sementara untuk air kotor (Drain Sewage
Water) sebelum dialirkan ke dalam STP terlebih dahulu akan dialirkan
dan ditampung dari pipa drain utama menuju Sewage Sump Pit. Pada
gedung RSPI Bintaro terdapat 3 Sewage Sump Pit (SSP), yang
terletak dibawah basemen 2 di kedalaman sekitar 1,5 meter. Masing-
masing sewage sump pit memiliki sump pump yang akan memompa
air kotor (DSW) menuju ke dalam Sewage Treatment Plant (STP).
Sump Pump yang menggunakan sistem baling-baling motor
yang menciptakan tekanan ini memungkinkan zat padat yang terdapat
dalam air kotor untuk melewati pipa menuju STP tanpa menyumbat
pompa dan pipa. Ada 3 jenis alat sump pump dengan perbedaan
sistem operasi yaitu manual, otomatis, dan dual system, dalam gedung
RSPI Bintaro alat sump pump dalam sewage sump pit memiliki sistem
operasi otomatis. Setiap Sump Pump dalam rumah sakit, terdapat
sistem batas water level control. Batas atas, batas menengah, dan
batas bawah yang menjadi indikator untuk mencegah terjadinya
kelebihan air dalam sump pump.
Di dalam sewage treatment plant, air bekas dan kotor di
treatment secara aerasi untuk mencapai kadar BOD sebesar 30 mg/L
sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik. Baku air mutu ini berlaku untuk beberapa bangunan
fungsional salah satunya pelayanan kesehatan. Dalam gedung RSPI
Bintaro Jaya terdapat beberapa tanki aerasi yang memanfaatkan 𝑂2
(oksigen) untuk membiakan bakteri. Dalam proses aerasi ini
mengharuskan kadar BOD dan pH-7 tercapai, kemudian baru air kotor
dan bekas hasil treatment dimasukan ke dalam tangki penampungan.
Air bekas yang sudah melewati fase treatment STP ini dapat
digunakan untuk cooling tower (perlu melewati WTP) dan juga kran
taman. Jika air yang digunakan atau ditampung berlebihan, akan
secara otomatis (overflow) dialirkan ke drainase kota.

30
Untuk pendistribusian air hujan pada gedung RSPI Bintaro
Jaya, air hujan dialirkan melalui pipa drainase untuk menghindari
adanya genangan air pada lantai atap menuju Drain Sump Pit, dari
Drain Sump Pit ini nantinya air akan dipompa menuju long soak pond
(sumur resapan). Dalam wilayah gedung RSPI Bintaro Jaya terdapat
dua sumur resapan air untuk meresapkan limpahan air hujan.
Selain memahami skema pendistribusian air bersih ke semua
lantai, dan pendistribusian air kotor dan bekas, praktikan juga
berkesempatan untuk melihat dan mengenal beberapa jenis pipa yang
digunakan dalam instalasi plumbing RSPI Bintaro Jaya. Dalam gedung
RSPI Bintaro Jaya penempatan dan diameter pipa untuk plumbing
mempertimbangkan asumsi kehilangan tekanan dalam pipa serta
kecepatan aliran air dalam pipa.

Gambar 3.9 Ragam Warna Pipa dengan Fungsi Berbeda (Dokumentasi Pribadi
Praktikan, Juli 2020)

31
Gambar 3.10 instalasi pipa plumbing RSPI Bintaro Jaya (Dokumentasi Pribadi
Praktikan, Juli 2020)

Gambar 3.9 dan 3.10 diatas menunjukan pipa dalam instalasi


plumbing gedung RSPI Bintaro Jaya yang memiliki warna pipa yang
berbeda dengan fungsi dan maksud yang berbeda juga. Pipa warna
merah untuk mengalirkan zat kimia dan aktivitas medis, pipa warna
putih untuk mengalirkan oksigen, pipa warna hijau untuk mengalirkan
air bersih, pipa berwarna coklat untuk mengalirkan solar genset, pipa
warna abu-abu untuk mengalirkan gas nitrogen, pipa warna orange
untuk mengalirkan gas karbondioksida.
Selain instalasi pipa yang mengalirkan air, pada gedung RSPI
Bintaro Jaya juga memiliki instalasi pipa vent. Pemasangan pipa vent
bertujuan untuk mensirkulasikan udara pada pipa pembuangan.
Dengan kata lain pipa vent ini bertujuan untuk mengeluarkan udara
yang terjebak dalam pipa pembuangan. Diameter pipa vent dalam
gedung RSPI Bintaro Jaya adalah sekitar setengah diameter pipa
pembuangannya.

3.2.2.1 Remodeling Detail Instalasi Plumbing serta Isometric


Drainase dan Plumbing
Selama 3 bulan menjalani masa kerja profesi, praktikan
juga berkesempatan mendapatkan dan mengolah data
seputar alur pipa atau instalasi air untuk kebutuhan sanitasi

32
dan toilet gedung RSPI Bintaro Jaya. Praktikan
berkesempatan untuk melakukan plotting denah dan
remodeling isometric toilet gedung RSPI Bintaro Jaya
menggunakan software AutoCAD, namun tetap mengikuti
petunjuk atau arah alur pipa dari data yang didapatkan, dalam
beberapa kesempatan praktikan juga turut serta meminta
bimbingan dan masukan dari pembimbing kerja apabila
terdapat revisi ataupun tambahan dari plotting, detailing, dan
remodeling isometric toilet ini.
Isometric sendiri merupakan salah satu drawing shop
yang bertujuan untuk mengetahui alur atau jalan pipa dan
penentuan kapan posisi pipa turun dalam skema 3D yang
tentunya melibatkan elevasi per lantainya. Secara umum ada
dua jenis isometric yaitu isometric plumbing dan drainase
(isometric air bersih dan isometric air bekas/kotor).
Pemodelan isometric untuk air bersih dimulai dari main pipe
lalu berlanjut hingga distribusi pipa untuk mengalirkan air
bersih. Sedangkan untuk isometric air kotor/bekas dimulai
dari distribusi pipa yang mengalirkan air kotor dari berbagai
sarana seperti closet toilet dan floor drain menuju pipa utama
yang pada akhirnya akan dialirkan menuju Sewage Treatment
Plant (STP). Untuk mempermudah pekerjaan, praktikan
mendapat beberapa data pendukung berupa salinan
hardcopy gambar plumbing dan drainase RSPI Bintaro Jaya.
Sebelum masuk ke dalam tahapan pemodelan detail
instalasi plumbing dan isometric plumbing, terlebih dahulu
dilakukan plotting terhadap denah plan beberapa lantai dalam
gedung RSPI menjadi satu denah toilet tersendiri untuk
kemudian menjadi base dalam detail instalasi plumbing dan
isometric. Plotting ini disesuaikan dan mencakup seluruh
instalasi dalam toilet yang tersambung dengan pipa air bersih
untuk isometric plumbing dan air kotor untuk isometric
drainase.

33
Gambar 3.11 Plotting denah untuk detail toilet dan isometric (Dokumen
Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

Gambar 3.11 merupakan contoh plotting denah untuk


detail instalasi plumbing toilet dan isometric. Kotak berwarna
merah merupakan area yang nantinya akan di plot dan
dipisahkan dengan gambar plan denah lantai 1 RSPI Bintaro
Jaya menjadi 1 gambar base toilet tersendiri. Kendala yang
dihadapi adalah gambar plan dari denah lantai 1 RSPI Bintaro
Jaya ini sendiri dalam bentuk 1 layer yang tentu saja tidak bisa
dilakukan perintah trim pada aplikasi AutoCAD untuk
memisahkan bagian denah toilet.
Selanjutnya praktikan harus lebih dahulu memplotting
bagian kotak merah pada gambar plan ke dalam versi PDF
lalu mengkonversi ulang ke dalam bentuk DWG dan
menyesuaikan skala yang dipakai untuk detail toilet. Setelah
selesai plotting kemudian baru dilaksanakan tahapan
detailing instalasi plumbing toilet dengan menempatkan alur
pipa (berwarna biru) pada denah base toilet, dilengkapi
dengan notasi dimensi pipa yang digunakan beserta arah

34
aliran air dalam pipa (anak panah) yang menuju ke berbagai
instalasi dalam satu ruangan toilet.

A A

Gambar 3.12 Detail Instalasi Plumbing Toilet MP-203 Lantai 1 RSPI Bintaro
(Dokumen Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

35
Gambar 3.12 merupakan contoh detail instalasi
plumbing pada base toilet dengan kode denah MP-203 lantai
1 RSPI Bintaro Jaya. Terlihat garis biru yang menunjukan alur
pipa disertai tanda anak panah yang menunjukan arah aliran
air dalam pipa. Terdapat juga notasi dimensi atau diameter
pipa yang digunakan untuk clean water pipe (pipa air bersih).

Gambar 3.13 Isometric Plumbing Toilet MP-203 Lantai 1 RSPI


(Dokumen Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

Gambar 3.13 merupakan contoh isometric plumbing


pada base toilet dengan kode denah MP-203 lantai 1 RSPI
Bintaro Jaya. Terlihat garis biru yang menunjukan alur pipa
dengan elevasi sebesar 4,5 m diatas permukaan lantai.
Terdapat juga notasi dimensi atau diameter pipa yang
digunakan untuk clean water pipe (pipa air bersih) yang
menggunakan teknik obliguing pada software AutoCAD.
Isometric yang digambar merupakan South West Isometric
(SW Isometric).

36
Gambar 3.14 Detail Instalasi Plumbing dan Isometric Plumbing Toilet MP-
202 A dan MP-202 B Lantai Basement 1 RSPI Bintaro Jaya (Dokumen
Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

Gambar 3.14 merupakan contoh detail instalasi


plumbing dan isometric plumbing pada base toilet dengan
kode denah MP-202 A dan MP 202 B lantai Basement 1 RSPI
Bintaro Jaya. Terlihat garis biru yang menunjukan alur pipa
dengan elevasi sebesar 4,5 m diatas permukaan lantai.
Terdapat juga notasi dimensi atau diameter pipa yang
digunakan untuk clean water pipe (pipa air bersih) yang
menggunakan teknik obliguing pada software AutoCAD.
Isometric yang digambar merupakan South West Isometric
(SW Isometric).

37
Gambar 3.15 Detail Instalasi Plumbing dan Isometric Plumbing Toilet MP-
203 B dan MP-203 C Lantai 1 RSPI Bintaro Jaya (Dokumen Proyek dan
diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

Gambar 3.15 merupakan contoh detail instalasi


plumbing dan isometric plumbing pada base toilet dengan
kode denah MP-203 B dan MP 203 C lantai 1 RSPI Bintaro
Jaya. Terlihat garis biru yang menunjukan alur pipa dengan
elevasi sebesar 4 m diatas permukaan lantai. Terdapat juga
notasi dimensi atau diameter pipa yang digunakan untuk
clean water pipe (pipa air bersih) yang menggunakan teknik
obliguing pada software AutoCAD. Isometric yang digambar
merupakan South West Isometric (SW Isometric).

38
Setelah melakukan modeling isometrik plumbing (air
bersih), Praktikan juga berkesempatan melakukan modeling
isometric drainase (air kotor/bekas). Isometric drainase ini
bertujuan untuk mengetahui alur atau jalan pipa air
kotor/bekas dan juga menentukan kapan posisi pipa turun
dalam skema 3D yang tentunya melibatkan elevasi per
lantainya. Pemodelan isometric drainase dimulai dari dari
distribusi pipa yang mengalirkan air kotor dari berbagai
sarana seperti kloset toilet dan floor drain menuju pipa utama
yang pada akhirnya akan dialirkan menuju Sewage Treatment
Plant (STP).
Sama halnya dengan membuat isometric plumbing,
dalam menggambar isometric drainase, praktikan terlebih
dulu melakukan ploting data dari base toilet yang ingin
dimodelkan. Dalam hal ini praktikan menggunakan file plotting
data dari isometric plumbing. Kemudian praktikan memasuki
tahapan menggambar detail instalasi drainase.

Gambar 3.16 Detail Instalasi Drainase Toilet MP-203 C Lantai 1 RSPI


Bintaro Jaya (Dokumen Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli
2020)

39
Gambar 3.16 merupakan salah satu contoh gambar
detail instalasi drainase toilet MP-203 C lantai 1 RSPI. Dalam
perencanaannya, gambar detail instalasi drainase ini memiliki
3 notasi pipa dengan warna yang berbeda. Yaitu Drain Waste
Pipe/Pipa Air Bekas (DW) berwarna ungu, Drain & Sewage
Pipe/Pipa Air Kotor (DSW) berwarna hijau, serta Vent Pipe
(DV) berwarna cyan. Khusus untuk vent pipe merupakan
salah satu jenis pipa untuk mensirkulasikan dan menjaga
tekanan udara dalam pipa baik air bekas maupun kotor.
Setelah menggambarkan detail instalasi drainase, praktikan
kemudian mulai memasuki tahapan penggambaran isometric
drainase seperti berikut ini.

Gambar 3.17 Detail Instalasi Drainase Toilet MP-203 C Lantai 1 RSPI


(Dokumen Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Juli 2020)

40
Pada gambar 3.17 dibawah ini menunjukan potongan
vertikal A-A pada toilet MP-203 lantai 1 yang menunjukan
penempatan pipa isometric berdasarkan titik elevasi pipa
(bottom of pipe).

Gambar 3.18 Detail Potongan Toilet MP-203 Lantai 1(Dokumen Proyek


dan diolah Kembali oleh Praktikan, Oktober 2020)

Ketinggian pipa air bersih, setidak-tidaknya berada


diatas plafon dengan jarak 10cm antara BOP (bottom of pipe
dengan plafon diatasnya). Sementara untuk pipa air bekas
dan kotor turun kebawah lantai sekitar 50cm atau setidak-
tidaknya berada di bawah plat lantai atau setidaknya berada
diatas plafon lantai dibawahnya.

41
3.2.3 Perencanaan Elektrikal RSPI Bintaro Jaya
Selain mempelajari perencanaan mekanikal, dan plumbing,
praktikan juga berkesempatan mempelajari skematik perencanaan
elektrikal Proyek RSPI Bintaro Jaya. Dalam pelaksanaannya praktikan
banyak mempelajari tentang skematik elektrikal utama dan instalasi
elektronik proyek RSPI Bintaro Jaya. Skematik elektrikal utama ini
merupakan perencanaan aliran/sumber daya listrik yang berasal dari
PLN atau dibackup oleh Generator Set (Genset) sebelum listrik
didistribusikan melalui panel distribusi untuk kebutuhan listrik seluruh
ruangan dalam gedung. Sementara instalasi elektronik gedung
mencakup pemasangan lampu/alat penerang, sistem
keamanan/sekuriti gedung, serta instalasi elektronik pendukung medis
seperti pneumatic tube dan refrigerator.

Gambar 3.19 Salah Satu Instalasi Elektrikal Yaitu Gardu Kios PLN pada Proyek
RSPI Bintaro Jaya (Dokumentasi Pribadi Praktikan, Agustus 2020)

42
3.2.3.1 Skematik Elektrikal Aliran Listrik Utama
Pada Gedung RSPI Bintaro Jaya, sumber daya listrik
berasal dari 2 sumber daya yaitu PLN dan juga dibackup oleh
genset. Sebelum aliran listrik didistribusikan ke seluruh
ruangan dalam gedung RSPI Bintaro Jaya, aliran listrik
terlebih dahulu harus melewati serangkaian panel yang
berfungsi menurunkan tegangan listrik dengan jumlah arus
yang sama, serta instalasi sistem proteksi seperti pemutus
tegangan ataupun air circuit breaker.
Sebagai opsi pendukung atau backup saat ini gedung
RSPI Bintaro Jaya memiliki 3 genset yang akan mengambil
alih fungsi mensuplai energi listrik dalam waktu 20 detik
apabila terjadi mati listrik dari PLN (blackout). Saat ini
kapasitas genset RSPI Bintaro Jaya adalah 1500 kVA dan
mampu memenuhi kebutuhan listrik untuk operasional
gedung. Ada rencana untuk menambah jumlah genset
menjadi 4 untuk menambah kapasitas listrik sebesar 2000-
2500 kVA.

Gambar 3.20 Skematik Elektrikal Utama RSPI Bintaro Jaya (Dokumen


Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Agustus 2020)

43
Pada gambar 3.20 dapat dilihat skematik aliran listrik
utama yang menggambarkan aliran listrik dari PLN dan
Genset menuju beberapa panel distribusi dalam gedung.
Listrik yang ditransmisikan dari PLN terlebih dahulu melewati
panel tegangan menengah/Medium Voltage Main Switch
Board (MVMSB) sebelum dialirkan ke dalam trafo menuju
Panel Tegangan Rendah/Low Voltage Main Switch Board
(LVMSB). Panel tegangan mampu menghubungkan dan
memiliki sistem keamanan sebelum daya listrik mengaliri
gedung dari gardu PLN, dan mensuplai listrik sebesar 20 kV
atau 20.000 Volt secara bertahap melewati 4 buah Trafo step
down (Tr1 – Tr4).
Ada 2 jenis Trafo (Transformer) yang umum digunakan
yaitu Dry Type Transformer (Trafo Kering) dan Oil Filled
Transformer (Trafo Basah). Pada gedung RSPI Bintaro Jaya
Trafo yang digunakan untuk menyalurkan listrik dari panel
tegangan menengah menuju panel tegangan rendah adalah
trafo kering yang digunakan tanpa perlu diisi dengan minyak
sebagai pendingin kumparan layaknya trafo basah
memudahkan dalam hal maintenance, dan tentunya lebih
aman untuk dipakai untuk digunakan pada gedung bertingkat.
Aliran listrik dari Trafo Step Down kemudian akan
melewati busduct menuju panel tegangan rendah (LVMSB).
Busduct adalah sebuah lempengan yang terbuat dari
aluminium atau tembaga yang mampu menghantarkan listrik
sebagai pengganti kabel. Dalam panel tegangan rendah
aliran listrik akan terbagi lagi dan kapasitas listrik yang mampu
disuplai berkisar 50 – 1000 Volt. Pada fase ini aliran listrik
sudah bisa disuplai menuju panel-panel distribusi menuju
panel seperti panel rawat inap dan beberapa stop kontak.
Sementara untuk membackup aliran listrik pada gedung
apabila dalam kondisi mati listrik dari PLN, terdapat 3 genset
yang siap beroperasi pada gedung RSPI Bintaro Jaya.
Kegiatan fungsional gedung yang menyangkut banyak hidup

44
manusia dan membutuhkan aliran listrik yang tetap ini
menjadi alasan dibutuhkannya genset. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya terdapat 3 buah genset pada bagian
atap gedung dan terdapat rencana untuk menambah 1 genset
lagi untuk mencukupi kebutuhan listrik di masa yang akan
datang.
Dalam pengoperasiannya terdapat Genset Control
Panel yang akan memonitor/memantau fungsi serta memberi
informasi seputar mesin generator seperti tekanan oli, dan
suhu cairan pendingin, serta dapat juga memantau apabila
terjadi malfunction pada salah satu genset. Genset control
panel ini juga dapat memulai atau mengaktifkan genset
apabila terjadi pemadaman listrik. Sama halnya dengan listrik
dari generator PLN, aliran listrik dari Genset akan mengalir
melewati busduct menuju panel tegangan rendah (LVMSB)
sebelum didistribusikan ke seluruh gedung.
Dalam panel tegangan menengah dan rendah, masing-
masing dilengkapi dengan instalasi pengaman seperti air
circuit breaker yang dapat memutus aliran listrik dengan
memanfaatkan udara sebagai peredam apabila terdapat
percikan api.

Gambar 3.21 Panel Distribusi (kiri) & Instalasi Kabel dari LVSMB (kanan)
(Dokumentasi Pribadi Praktikan, Agustus 2020)

45
3.2.3.2 Perencanaan Instalasi Penerang dan Elektronik
Praktikan juga berkesempatan mempelajari
perencanaan instalasi penerang dan elektronik RSPI Bintaro
Jaya. Pada perencanaan instalasi penerang ini turut juga
memperhatikan beberapa faktor seperti kenyamanan,
keindahan, hingga beberapa syarat teknis lainnya. Praktikan
berkesempatan membedah dan mempelajari data berupa
gambar instalasi penerang per lantai dalam gedung RSPI
Bintaro Jaya. Gambar 3.22 dibawah ini merupakan salah satu
contoh denah instalasi penerang yang di pelajari praktikan.

Gambar 3.22 Denah Instalasi Penerang Lantai 1 RSPI (Dokumen


Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Agustus 2020)

Beberapa ruangan berbeda memiliki jenis lampu


sebagai titik penerang yang berbeda sesuai dengan
fungsional dan kenyamanan, seperti bagian koridor/lobi dan
ruang konsultasi yang menggunakan down light, ruang kantor
yang menggunakan lampu LED panjang 2x9 watt, hingga
ruang lab yang menggunakan lampu tipe RM general.
Sebagian besar instalasi penerang ini dihubungkan dengan 3
kabel NYA dengan diameter 2,5mm.

46
Untuk mendukung mobilitas barang terkhusus obat-
obatan, gedung RSPI Bintaro Jaya memiliki instalasi
elektronik berupa 2 tipe Pneumatic Tube yang memiliki fungsi
berbeda yaitu untuk mengirimkan obat atau dokumen
lab/resep obat pasien menuju semua lantai pada gedung
RSPI kecuali basement dan atap. Terdapat total 14 stasiun
pneumatic tube yang terhubung di setiap lantai dan tersedia
pada ruangan berbeda seperti central pharmacy dan klinik
bedah. Sistem pneumatic tube terhubung dan dikendalikan
dengan komputer yang dapat diakses di lantai basement 1.

Gambar 3.23 Instalasi Pneumatic Tube Gedung RSPI Bintaro Jaya


(Dokumentasi Pribadi Praktikan, Agustus 2020)

Gambar 3.23 adalah foto instalasi pneumatic tube


Gedung RSPI Bintaro Jaya. Untuk perawatan pneumatic tube
mencakup monitoring alat (predictive maintenance),
melumasi bagian rantai penggerak, pemeriksaan sensor
vakum dan tekanan, pembersihan wadah tabung/silinder,
serta pemeriksaan dan penyetelan rem (preventive
maintenance). Sementara jika terjadi kerusakan diperlukan
pergantian suku cadang (corrective maintenance).

47
Untuk instalasi tata suara untuk keperluan evakuasi dan
keamanan pengindraan kebakaran, setiap lantai pada gedung
RSPI Bintaro dilengkapi dengan instalasi tata suara seperti
ceiling speaker pada plafon, dan box speaker 6W di setiap
lantainya, serta khusus lantai basement 1 dan 2 juga
dilengkapi dengan column speaker. Alat tata suara ini
dimaksudkan untuk penyaluran informasi, dan kebutuhan
evakuasi dalam keadaan darurat (emergency). Gambar 3.23
adalah foto instalasi tata suara Gedung RSPI Bintaro Jaya
pada lantai basement 2.

Gambar 3.24 Instalasi Tata Suara Gedung RSPI Bintaro Jaya


(Dokumentasi Pribadi Praktikan, Agustus 2020)

Sementara untuk instalasi sekuriti, gedung RSPI


Bintaro Jaya dilengkapi dengan monitoring door dan sistem
CCTV. Pada setiap lantai terpasang instalasi CCTV Indoor
pada beberapa sudut (termasuk lift), dan untuk lantai 10,
basemen 1 dan 2 dilengkapi juga dengan CCTV tipe fixed.
Semua rekaman dalam CCTV dapat diakses dalam monitor
video manager yang terdapat dalam security room di lantai
basemen 1.

48
Selain itu di dalam sistem keamanan pada security
room di basemen 1 juga terhubung dengan access card yang
tersedia di setiap pintu masuk menuju kamar rawat inap.
Gambar 3.25 menunjukan instalasi CCTV dan Access Card
dalam gedung rumah sakit Pondok Indah Bintaro Jaya.

Gambar 3.25 Foto Instalasi CCTV (kiri) dan Instalasi Access Card (kanan)
(Dokumentasi Pribadi Praktikan, Agustus 2020)

Masih dalam lingkup elektronik, praktikan juga


berkesempatan mempelajari sistem HVAC RSPI Bintaro Jaya
yang menggunakan 6 unit chiller di lantai atap untuk
mendinginkan ruangan dengan metode pertukaran kalor (heat
exchanger) melalui media air. Chiller terhubung dengan
cooling tower yang dapat mendinginkan air dengan membuat
air bersentuhan langsung dengan udara yang terhisap oleh
fan di atasnya (menggunakan sistem rotating spray). Air yang
masuk ke cooling tower berasal dari kondensor dan memiliki
suhu sebesar ±32˚C, dan setelah diproses suhu air akan turun
menjadi ±26˚C.

49
Pada chiller air akan melewati evaporator, dalam
evaporator air akan menjadi lebih dingin dengan adanya
pertukaran kalor kembali menghasilkan 2 aliran pipa berbeda
yaitu pipa refrigerant (gas), dan air dingin bersuhu berkisar
±8°C. Setelahnya air akan masuk ke AHU (Air Handling Unit)
dan disini udara panas dari dalam ruangan akan
dihembuskan menggunakan blower melewati air pendingin
(coil water), sehingga udara akan menjadi lebih dingin dan
baru dapat dialirkan menggunakan instalasi defuser pada
beberapa lantai.
Serangkaian proses dalam chiller ini menghasilkan
pembuangan kalor dalam bentuk gas yang nantinya akan
dialirkan menggunakan kondensor dan terjadi proses
kondensasi menjadi air. Air hasil kondensor ini akan
memasuki cooling tower untuk didinginkan, sehingga terjadi
siklus yang berulang. Lama kelamaan air pendingin
kondensor akan berkurang akibat dari terjadinya penguapan,
dari sini air bekas hasil treatment akan dialirkan menuju
cooling tower untuk menjaga kapasitas air pendingin untuk
digunakan mendinginkan kondensor (make up water).
Gambar 3.26 berikut ini adalah gambar scan instalasi cooling
tower gedung RSPI Bintaro Jaya.

Gambar 3.26 Gambar Instalasi Cooling Tower RSPI Bintaro Jaya


(Dokumen Proyek dan diolah Kembali oleh Praktikan, Agustus 2020)

50
3.2.4 Perencanaan Maintenance RSPI Bintaro Jaya
Pada Proyek RSPI Bintaro Jaya juga terdapat perencanaan
pemeliharaan gedung (maintenance). Ada yang bersifat antisipatif
(preventive maintenance) dan di luar dugaan dan membutuhkan
perbaikan (corrective maintenance). Praktikan mempelajari teknis
maintenance gedung RSPI dari pembimbing kerja, kemudian
membandingkannya dengan pedoman dari Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 24 Tahun 2008 tentang pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung.
Sebagai perencana yang baik, setiap detail mengenai proyek
harus direncanakan dengan matang, dan pertanyaan-pertanyaan
sekecil apapun harus ditanyakan oleh seorang perencana agar proyek
tereksekusi dengan baik. Dengan eksekusi yang baik ini tentunya
pemeliharaan gedung pun juga akan terencana dengan baik dan
membutuhkan pemeliharaan yang seminimal mungkin terutama pada
bagian (corrective maintenance). Hal ini yang ditekankan pembimbing
kerja kepada praktikan sebelum mempelajari teknis maintenance.

Pada Proyek RSPI Bintaro Jaya terdapat perencanaan maintenance


berdasarkan periode waktu, yaitu:

a. Pemeriksaan Harian
Pemeriksaan/pemeliharaan harian dilakukan dengan
jangkauan yang luas dengan perawatan yang cenderung minor
meliputi pengosongan kotak pembuangan sampah, pembersihan
perlengkapan dalam toilet (wastafel, kloset, kran air, hingga
cermin), pengisian kembali cairan sabun dan tissue, pembersihan
pintu/jendela dan juga pengepelan lantai hingga pembersihan
dinding.

b. Pemeriksaan Mingguan
Pemeriksaan/pemeliharaan mingguan juga menyangkut
pemeriksaan harian, seperti pembersihan lantai, dinding dan
tempat sampah. Dengan penambahan berupa pengecekan Floor

51
Drain (FD), pembersihan sumbatan pada FD, pemeriksaan stop
kontak khususnya pada ruang bedah atau tempat yang seringkali
mencabut pasang pada area stop kontak.

c. Pemeriksaan Bulanan
Pemeriksaan/pemeliharaan bulanan banyak menyangkut
fasilitas utilitas gedung seperti instalasi elektronik dan plumbing
(pipa dan pompa). Untuk perawatan minornya meliputi
pembersihan sudut-sudut yang jarang dijangkau seperti
pembersihan sarang laba-laba, serta pembersihan dinding dan
lantai agar mengkilap. Untuk instalasi elektronik seperti AC, dan
Chiller dilakukan pembersihan atau penyekaan menggunakan
kain dan deterjen rutin setiap sebulan sekali. Pembersihan juga
dilakukan untuk komponen pemindah panas seperti kondensor
hingga evaporator rutin setiap 3 bulan sekali, dan untuk instalasi
AHU dilakukan 6 bulan sekali.
Pembersihan juga dilakukan untuk sistem tata suara seperti
speaker dan microphone dengan menggunakan kuas. Sementara
untuk pemipaan juga dilakukan tahapan pengecekan terhadap
kebocoran atau pemampatan, mencakup pipa air bersih, hydrant,
hingga sprinkler. Dan untuk pompa juga dilakukan pemeriksaan
disertai pelumasan poros-poros pada unit yang bergerak dengan
pelumas berdasarkan ketentuan dari pabrik asal pompa.

d. Pemeriksaan Tahunan
Pemeriksaan/pemeliharaan skala tahunan biasanya akan
direncanakan secara detail dan menyeluruh (overhaul). Pada
gedung RSPI sendiri meliputi pemeriksaan mesin seperti genset,
pergantian suku cadang, dan penyetelan ulang mesin untuk
mengembalikannya ke performa awal apabila ditemukan kondisi
atau kinerja mesin yang menurun. Biasanya untuk genset
tersendiri dilakukan pemeriksaan overhaul setelah 12.000 jam
kerja.

52
Sebetulnya Bangunan RSPI memiliki fungsi utilitas yang baik
dengan sistem otomatisasi gedung yang baik sehingga menawarkan
kemudahan termasuk dalam hal pemeliharaan bangunan. Pada
bagian elektrikal terdapat kapasitor bank yang selain dapat
menghemat anggaran listrik, tapi juga memperpanjang umur instalasi
elektronik, karena menghasilkan daya listrik yang stabil. Fungsi utilitas
yang baik ini dapat meminimalisir adanya kerusakan tidak terduga
yang membutuhkan corrective maintenance (di luar dugaan).
Pada sistem WTP, pemeliharaan korektif dilakukan dengan
mengganti garam mineral pada brine tank untuk sistem water softener
filter. Sementara untuk bagian plumbing apabila ada pipa yang bocor,
maka akan dilakukan pergantian pipa. Sementara apabila ada
sumbatan dalam pipa, maka pipa cleanout akan dibuka dan kotoran
atau endapan pada pipa akan dikeluarkan melalui pipa cleanout atau
ditusuk menggunakan kawat (auger wire).

Gambar 3.27 Skema Pemasangan Cleanout untuk Drainase Toilet (Dibuat oleh
Praktikan, Agustus 2020)

Pada gambar 3.27 adalah skema pemasangan pipa cleanout


untuk drainase toilet. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pipa
cleanout sendiri berfungsi untuk membuka atau menutup saluran
pembuangan apabila terjadi sumbatan. Pipa cleanout ini diletakkan
pada bagian/daerah sebelum fitting (sambungan) pipa air kotor yang
memiliki lekukan sudut yang cukup tajam dan memungkinkan
terjadinya endapan.

53
Gambar 3.28 Skema Pemasangan Cleanout untuk Drainase Toilet Berderet
(Dibuat oleh Praktikan, Agustus 2020)

Gambar 2.28 adalah skema instalasi pipa cleanout yang


terdapat pada toilet berderet yang dapat ditemui pada drainase toilet
MP-203 C lantai 1 gedung RSPI Bintaro Jaya. Selain itu apabila terjadi
kerusakan minor seperti keramik atau lantai yang pecah akan
dilakukan pergantian.

3.3 Kendala yang Dihadapi


Selama masa konstruksi proyek RSPI Bintaro Jaya, terdapat banyak
kendala yang dihadapi. Salah satu kendalanya ialah terbatasnya ruang (area
luar gedung) sehingga beberapa beberapa instalasi seperti rumah genset
tidak dapat dibangun. Pada akhirnya genset ditempatkan pada bagian atap
gedung RSPI Bintaro Jaya, dan beban dari genset ini membuat kemungkinan
struktur plat di atasnya tidak kuat menahan beban (perubahan beban rencana
pada plat).
Kendala lain yang dihadapi terdapat pada bagian shear wall (dinding
geser). Terdapat banyaknya bukaan untuk pintu, serta sistem tata udara.
Dinding geser sendiri berfungsi untuk memperkaku struktur untuk
meminimalisir terjadinya simpangan horizontal akibat adanya gaya lateral
(akibat gempa). Adanya banyak bukaan pada shear wall dapat mengurangi
tingkat kekakuan pada shear wall, umumnya bukaan tidak boleh melebihi 5%
dari dimensi shear wall.

54
Selain itu terdapat juga kendala dalam desain arsitek dan struktur,
dimana terdapat balok kantilever dengan bentang 8m yang bertumpu pada
shear wall. Hal ini mengakibatkan rapatnya pembesian dan sulitnya
melakukan pemadatan melalui vibrator. Terdapatnya juga permintaan dari
owner untuk memakai kaca sebagai dinding penutup yang mendominasi
bagian luar gedung. Material kaca dinilai cukup rentan, sehingga diperlukan
pemilihan untuk tipe kaca yang tepat.
Sementara untuk kendala yang dihadapi praktikan sendiri selama
menjalani Kerja Profesi alternatif ini adalah kekurangpahaman praktikan
dalam membaca gambar kerja, sehingga pada minggu awal praktikan banyak
mendapat bimbingan serta browsing menggunakan internet atau melihat
video tutorial. Kekurangpahaman membaca gambar kerja juga berdampak
pada saat melakukan remodeling skematik WTP dan isometric sebagai tugas
utama praktikan dari pembimbing kerja. Kesalahan dalam pembuatan notasi
dan arti dari notasi itu sendiri seringkali dialami oleh praktikan selama
menjalani masa kerja profesi.

3.4 Cara Mengatasi Kendala


Adanya kendala menjadi suatu yang lumrah dan mungkin terjadi dalam
proyek, kendala harus dihadapi dengan mencari sebuah solusi. Untuk
mengatasi kendala-kendala yang telah dibahas subbab sebelumnya,
diperlukan perencanaan yang tepat. Akibat adanya keterbatasan area
gedung, maka genset diletakkan pada atap bangunan, sekaligus menjadi
solusi yang baik untuk mencegah gas buangan dari genset yang berbahaya
apabila mengudara ke atas melewati instalasi jendela rumah sakit dan dapat
membahayakan pasien. Dengan menaruh genset pada bagian atap, gas hasil
operasi genset bisa langsung mengalir ke atas dari atap gedung.
Adapun untuk menahan beban tambahan akibat genset pada lantai
atap, terjadi penebalan plat area genset dari tebal rencana 12 cm menjadi 20
cm. pemasangan spring mounting pada kaki genset untuk menahan getaran
pada plat. Sementara untuk mengatasi banyaknya bukaan pada area shear
wall, dilakukan perkuatan pembesian sesuai SNI, dan untuk pemadatan
dilakukan secara konvensional dengan dirojok dengan besi serta dipadu

55
dengan vibrator. Material kaca sebagai dinding penutup menggunakan kaca
tipe tempered yang tidak mudah pecah dan memiliki tebal 12 mm.
Selama menjalani Kerja Profesi alternatif, praktikan berusahan untuk
aktif mempelajari data-data skematik RSPI yang didapat baik dalam hardcopy
maupun softcopy, praktikan juga berusaha bertanya dan bimbingan sebanyak
mungkin dengan pembimbing kerja, kemudian membuat resume hasil
bimbingan hasil diskusi. Untuk notasi dan jenis-jenis alat pada plumbing RSPI
praktikan menanyakannya langsung dengan pembimbing kerja atau browsing
menggunakan internet.
Pada minggu kedua masa kerja Profesi, praktikan juga ikut dalam
pelatihan berbasis zoom dengan rekomendasi dan izin dari pembimbing kerja,
mengenai penjelasan MEP termasuk sistem HVAC, pada pelatihan itu,
praktikan banyak mempelajari cara membuat gambar isometric plumbing dan
drainase, dan juga skematik elektrikal, sehingga praktikan memiliki bekal
untuk membuat kembali beberapa skematik MEP termasuk isometric pada
proyek RSPI Bintaro Jaya.

56

Anda mungkin juga menyukai