Anda di halaman 1dari 6

Derivatisasi adalah suatu proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa

menjadi senyawa lain yang memiliki sifat-sifat yang sesua untuk dilakukan
analisis menggunakan kromatografi gas (menjadi lebih mudah menguap). Tujuan
utama dari derivatisasi ini adalah untuk meningkatkan sifat volatilitas senyawa-
senyawa yang tidakk mudah menguap (non-volatil). Senyawa-senyawa dengan
berat molekul rendah biasanya tidak mudah menguap karena adanya gaya tarik
menarik inter molekul abntar gugus-gugus polar, sehingga apabila gugus-gugus
polar tersebut ditutup dengan cara diderivatisasi maka akan mampu meningkatkan
volatilitas senyawa-senyawa tersebut. Beberapa tujuan lainnya dilakukan
derivatisasi yaitu :

 Senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisa dengan


menggunakan kromatografi gas terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya.
 Meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Beberapa senyawa
tidak menghasilkan bentuk kromatogram yang bagus (seperti puncak
kromatogram slaing tumpang tindih) atau sampel yang dianalisa tidak
dapat dideteksi, sehingga diperlukan derivatisasi sebelum dianalisa
menggunakan kromatografi gas.
 Meningkatkan volatilitas suatu senyawa agar mudah untuk dianalisa
menggunakan kromatografi gas.
 Meningkatkan stabilitas, karena beberapa senyawa volatil mengalami
dekomposisi parsial karena panas sehingga diperlukan derivatisasi untuk
meningkatkan stabilitasnya.

Beberapa jenis derivatisasi, yaitu :

 Alkilasi
Alkilasi ini digunakan untuk menderivatisasi fenol, alkohol, amina
primer dan sekunder, imida serta sulfihidril. Derivatisasi ini dibuat
dengan menggunakan metode sintesis Wiliamson, yaitu fenol atau
alkohol ditambahkan alkil atau benzil dengan adanya basa.
 Asilasi
Derivatisasi asilasi ini digunakan apabila sampel yang diuji
mengandung alkohol, fenol, atau amin primer maupun sekunder.
Derivatisasi dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan asam
asetat, asam p-toluen sulfonat, piridin, N metil amidazol,
perfluoroanhidrida yang murni atau dalam pelarut, contohnya
asetonitril dan etil asetat. Asilasi memberikan bentuk kromatogram
yang baik.
 Esterifikasi
Ester adalah senyawa kimia yang dihasilkan dengan mereaksikan suatu
asam karboksilat dengan komponen hidroksil seperti alkohol atau
fenol. Digunakan untuk membuat derivat gugus karboksil. Pengubahan
gugus karboksil menjadi ester akan meningkatkan volatilitas. Hal ini
dikarenakan akan menurunkan ikatan hidrogen. Derivatisasi dengan
esterifikasi dapat dilakukan dengan cara esterifikasi Fisher biasa dalam
asam kuat. Ester metil paling banyak digunakan untuk derivatisasi ini.
ester alifatik yang lebih panjang dibuat untuk menurunkan volatilitas,
meningkatkan respon detektor, meningkatkan resolusi atau daya pisah
dari bahan pengganggu, dan meningkatkan resolusi dari senyawa-
senyawa yang mempunyai rumus molekul yang hampir sama. (Fourie
& Basson, 1990; Gandjar & Rohman, 2007).
 Kondensasi
Reaksi kondensasi digunakan untuk derivatisasi amina dimana
pereaksinya mengandung gugus karbonil. Amina primer bereaksi
dengan keton membentuk enamin atau bereaksi dengan karbon
disulfida membentuk isotiosinat. Aston dan siklobutanon bereaksi
dengan amin primer membentuk enamin yang menghasilkan puncak
tunggal dalam kromatografi gas.
 Siklisasi
Derivatisasi dengan cara penutupan gugus polar dilakukan pada
senyawa yang mengandung 2 gugus fungsi yang kira-kira sangat
mudah dibuat heterosiklis yang memiliki atom 5 atau 6. Asam amino
juga bereaksi dengan anhidrida asam atau klorida membentuk azlakton
yang memiliki sifat lebih volatil.
 Sililasi
Sililasi digunakan untuk menggantikan eter alkil untuk analisa sampel
yang memiliki sifat polar dan tidak mudah menguap. Sililasi yang
paling sering dibuat adalah trimetilsilil.
1. Derivatisasi pada Gula
Gula merupakan karbohidrat sederhana karena dapt larut dalm air dan
langsung diserap oleh tubuh untuk diubah menjadi energi. Metode
derivatisasi yang biasanya digunakan untuk karbohidrat yaitu metil ester,
asetat, trifluoroasetat, dan trimetilsilil eter. Namun, karena hasil yang
diperoleh bagus volatilitasnya dan stabil karakteristiknya sehingga
derivatisasi yang paling populer digunakan untuk karbohidrat pada analisa
kromatografi gas sakarida dan polialkohol adalah trimetilsilil (TMS). Sililasi
umumnya menggunakan Hexamethyldisilane (HMDS) dan Trimetilklorosilan
(TMCS) sebagai agen derivatisasi dan piridin sebagai pelarutnya. Selain
kedua reagen derivatisasi tersebut juga terdapat beberapa reagen derivatisasi
yang biasanya digunakan, yaitu N-trimethylsilylimidazole (TMSI), N –
methyl – N- trimethylsilylacetamide (MSA), N - trimethylsilyldiethylamine
(TMSDEA), N - trimethylsilyldimethylamine (TMSDMA), N – methyl – N -
trimethylsilyltrifluoroacetamide (MSTFA), N,O-bis(trimethylsilyl)acetamide
(BSA) and N,O-bis(trimethylsilyl) trifluoroacetamide (BSTFA). Beberapa
pelarut aprotik juga dapat digunakan sebagai pelarut pada derivatisasi
karbohidrat, namun karena kelarutan karbohidrat paling baik pada piridin,
maka piridin pelarut paling sering digunakan untuk analisa gula (Ruiz-Matute
et al, 2011).
Menurut Harvey (2011) derivatisasi dengan metode sililasi dilakukan dengan
mereaksikan piridin dengan Hexamethyldisilazane (HMDS) dan dikatalisa
oleh Trimethylchlorosilane (TCMS) yang memberikan hasil sangat bagus.
Dalam perkembangannya sililasi ini cenderung menggunakan reagen seperti
BSA (Bovine Serum Albumine) atau BSTFA (N,O-bis (trimethylsilyl)
trifluoroacetamide) dan ditambahkan dengan sedikit Trimethylsilylmidazole
(TMSI) untuk mengkatalisis.
2. Derivatisasi pada Asam Amino
Asam amino yang akan dianalisa menggunakan kromatografi gas harus
diderivatisasi dahulu. Karena asam amino memiliki sifat kepolaran yang
tinggi dan volatilitas yang rendah. Prinsip derivatisasi yang biasanya
digunakan untuk analisa asam amino adalah sililasi. Derivatisasi sililasi ini
melibatkan reaksi antara asam amino dengan karboksil (Li et al, 2016). Asam
amino yang digunakan untuk analisa oleh Li et al (2016) ini yaitu glisin,
tirosin, metionin, dan triptofan. Sililasi yang digunakan disini dikombinasikan
dengan metode micorave. Prosedur sililasinya yaitu :
 Asam-asam amino diesktrak dari sampel yang direaksikan dengan
BSTFA (N,O-Bis(trimethylsilyl)trifluoroacetamide)
 Kemudian dibilas menggunakan aseton dan dikeringkan untuk
menghilangkan kotoran
 Sampel direaksikan dengan etanol dengan rasio volume 3:1
menggunakan magnetic stirrer. Adanya etanol ini dapat menurunkan
dengan tajam tegangan permukaan dari larutan sampel. Etanol ini tidak
akan mengakibatkan denaturasi protein pada sampel, karena jumlah
etanol yang digunakan sedikit.
 Kemudian dikeringkan dengan filter paper dan disentrifuge pada suhu
40°C selama 30 menit untuk menghilangkan uap air.
 Kemudian BSTFA 0,1 mL dan larutan derivatif 0,9 mL dimasukkan tube
dan disentrifuge, serta direaksikan dengan analit dibawah iradiasi
microwave.
 Terakhir, larutan tersebut diinjeksikan ke kromatografi gas untuk
dianalisa.
3. Derivatisasi pada Kolestrol
Untuk menganalisa kolestrol menggunakan kromatografi gas memerlukan
proses derivatisasi. Metode derivatisasi yang digunakan untuk kolestrol
adalah asetilasi. Anhidrida asetat biasanya digunakan untuk pada metode
asetilasi ini. Namun, dibanding dengan asetilasi, metode sililasi jauh lebih
umum digunakan pada derivatisasi kolestrol. Sililasi pada kolestrol ini
menggunakan reagen N-O-bis- (trimethylsilyl) trifluoroasetamida (BSTFA)
atau N-metil-N-trimethylsiyltrifluoroacetamide (MSTFA). Dan dikatalis oleh
trimethyl-chlorosilane (TMCS) dan trimethylsilyl-imidazole (TMSI) untuk
meningkatkan proses sililasi. Proses sililasi ini biasanya menggunakan suhu
60° atau 70°C selama 60 menit. N- (tert-butyldimethylsilyl) -N-
methyltrifluoroacetamide (MTBSTFA) juga merupakan reagen yang
digunakan pada proses sililasi pada sampel yang mengandung gugus hidroksil
atau gugus karboksil (Wu et al, 2010).
Prosedur derivatisasi metode sililasi yang digunakan oleh Wu et al (2010)
yaitu:
 Kolestrol yang sudah diderivatisasi menggunakan TMS ditambahkan 1
mL 1 ppm kolestrol yang sudah dilarutkan dengan metilen klorida dan
100 µL BSTFA (1% TMCS) ke 2 mL kromatografi gas autosampler vial.
 Kemudian divortex. Setelah divortex, dipanaskan menggunakan suhu
60°C selama 1 jam.
 Kemudian dikeringkan pada aliran N2.
 Kemudian kolestrol dilarutkan dalam 1 mL dimetilen klorida dan
diinjeksikan pada kromatografi gas untuk dianalisa.

Kolestrol yang diderivatisasi menggunakan TMS dibuat dengan cara yang


sama melalui 2 prosedur derivatisasi, yaitu dengan menggunakan reagen
MTBSTFA bukan BSTFA (1% TMCS). Kolestrol yang diderivatisasi
menggunakan metode metilasi dilakukan dengan cara penambahan 1 mL 1
ppm kolestrol (yang sudah dilarutkan dengan metanol) dan 100 µL TMCS ke
2 mL vial. Proses derivatisasi ini menggunakan suhu 25°C selama 2 jam.
Setelah itu hasilnya diinjeksikan ke kromatografi gas untuk dianalisa (Wy et
al, 2010).

Anda mungkin juga menyukai