Anda di halaman 1dari 23

ASKEP PD KELUARGA DENGAN PRIORITAS MASALAH

KEBUTUHAN DASAR ISTRAHAT DAN TIDUR (INSOMNIA)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. PUTRI APRILLA A : 19142010138

2. MIRANTI KAMPONG : 19142010142

3. ADINDA ANATASYA : 19142010038

4. VETRYN LAEHE : 19142010143

5. VIRGINIA DALUGHU : 19142010140

6. MARIA DUARMAS : 19142010054

7. NORNINCE MASOH : 1814201122

KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

TA/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus atas rahmat dan tuntunan-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Insomnia untuk memenuhi tugas

mata kuliah Keperawatan Keluarga.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu dalam proses penulisan.

Penulis menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat

diharapkan oleh penulis, guna dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga

makalah ini, dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Manado, 2022
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Istirahat Dan Tidur

1. Definisi
Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun
yang berakibat badan menjadi lebih segar. Tidur adalah suatu keadaan relatif
tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan
siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak
dan badaniah yang berbeda. Istirahat dan tidur sama pentingnya dengan
kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu
membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya
(Wartonah, 2010). Tidur adalah keadaan pikiran dan tubuh yang berbeda
dimana tubuh beristirahat secara tenang, aktivitas metabolisme tubuh
menurun, dan pikiran menjadi tidak sadar terhadap dunia luar Kebutuhan
berikut ini, seringkali disebut 14 kebutuhan dasar Henderson, memberikan
kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan
1) Bernapas secara normal
2) Makan dan minum cukup
3) Eliminasi
4) Bergerak dan mempertahankan posisi yang di kehendaki
5) Istirahat dan tidur
6) Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepas pakaian
7) Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9) Menghindari bahaya dari lingkungan
10) Berkomunikasi dengan orang lain
11) Beribadah menurut keyakinan
12) Bekerja yang menjanjikan prestasi
13) Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14) Belajar, menggali atau memuaskan rasa keinginantahuan yang mengacu
pada perkembangan dan kesehatan normal.

Berdasarkan Teori Henderson, insomnia atau gangguan pola tidur masuk ke dalam
tingkatan kebutuhan dasar manusia yang ke lima yaitu “istirahat dan tidur” (Potter &
Perry, 2005).

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan


mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur inI diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian
atas pons.

Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan


visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neouron
dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada
saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotinin dari sel khusus
yang berada di pons dan batak otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional
(BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima
dipusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sitem pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2006).
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode yang
lebih lama dari keterjagaan (Potter & Perry, 2006)
3. Irama Sirkadian

Irama sirkadian, termasuk siklus tidur-bangun harian, dipengaruhi oleh cahaya


dan suhu serta juga faktor-faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan rutinitas
pekerjaan. Semua orang mempunyai jam yang sinkron dengan siklus tidur mereka.
Beberapa orang dapat tertidur pada pukul 8 malam, sementara yang lain tidur pada
tengah malam atau dini hari. Orang yang berbeda juga berfungsi terbaik pada waktu
yang berbeda dalam suatu hari. Horne dan Ostberg (1976) menguraikan dua
kelompok orang, jenis pagi dan malam. Orang pagi menyukai pergi tidur dan bangun
pagi, melakukan kegiatan pada pagi hari adalah paling baik. Orang malam menyukai
tidur dan bangun lambat, paling baik berfungsi pada malam hari(Potter & Perry,
2006). Irama biologis tidur seringkali menjadi sinkron dengan fungsi tubuh yang lain.
Perubahan dalam suhu tubuh, sebagai contoh, berkorelasi dengan pola tidur. Secara
normal, suhu tubuh meningkat memuncak pada siang hari, menurun secara bertahap,
dan kemudian turun secara tajam setelah seseorang tertidur. Jika siklus tidur-bangun
menjadi terganggu(mis. Perputaran dinas kerja), fungsi fisiologis lain dapat berubah
juga. Sebagai contoh, seseorang mungkin mengalami penurunan nafsu makan dan
kehilangan berat badan. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun
individual yang biasanya dapat secara berlawanan mempengaruhi kesehatan
keseluruhan seseorang. (Potter & Perry, 2006).

4. Tahapan Tidur

Eeg, emg, dan eog sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang
berbeda dari otak, otot dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur Yng berbed
(Sleep research society, 1993). Tidur yang normal melibatkan dua fase: pergerakan
mata yang tidak cepat (tidur nonrapid eye movement,NREM) dan pergerakan mata
yang cepat (tidur rapid eye movement,REM). Selama NREM seorang yang tidur
mengalami kemajuan melalui empat tahapan selama siklus tidur yang tipikal 90
menit. Kualitas tidur 1 sampai 4 tahap bertambah dalam. Tidur yang dangkal
merupakan karakteristik dari tahap 1 dan 2 dan seorang lebih mudah terbangun.
Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang dalam, disebut tidur gelombangrendah, dan
seorang sulit terbangun. Tidur REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90
menit. Konsolidasi memori (Karni dkk, 1994) dan pemulihan psikologis terjadi pada
waktu ini. Faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau menganggu tahapan siklus
tidur yang berbeda (Wartonah,2010).

5. Siklus Tidur

Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit,
tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu
jam atau lebih. Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur
penuh, tiap sikus tidur terdiri 4 tahpa dari tidur NREM dan satu periode dari tidur
REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM,
diikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2, diakhiri dengan periode dari tidur REM.
Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur. Dengan
tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang periode
REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak
semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa.
Sebagai contoh, orang yang tidur dapat berfluktasi untuk interval pendek antara
NREM tingkat 2,3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan
tiap tahap variasi (Potter & Perry, 2006).

Tahap 1: NREM

- Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur.


- Tahap berakhir beberapa menit.
- Penurunan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap
tanda-tanda vital dan metabolisme.
- Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara.
- Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun.

Tahap 2: NREM

- Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara.


- Kemajuan relaksasi.
- Untuk terbangun masih relatif mudah.
- Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.
- Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban.

Tahap 3: NREM

- Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam.


- Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak.
- Otot-otot dalam keadaan santai penuh
- Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
- Tahap berakhir 15 hingga 30 menit.

Tahap 4: NREM

- Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam.


- Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur.
- Jika terjadi kurang tidu, maka orang yang tidur akan menghabiskan
porsi malam yang seimbang pada tahap ini.Tanda-tanda vital menurun
secra bermakna disbanding selama jam terjaga.
Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit.
Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi.

Tidur REM
- Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
- Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur.
- Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang
cepat, fluktasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau
fluktasi tekanan darah.
- Terjadi tonus otot skelet penurunan.
- Peningkatan sekresi lambung
- Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur.
- Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata- rata 20
menit.

Perubahan tahap ke tahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan


perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan
perpindahan untuk tidur nyenyak cenderung bertahap. Jumlah siklus tidur tergantung
pada jumlah total waktu yang klien gunakan untuk tidur (Wartonah, 2006).

6. Fungsi Dan Tujuan Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa
tidur dapat digunakan untuk menjaga kesimbangan mental, emosiaonal, kesehatan,
mengurangi stres pada paru, kardivaskular, endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan
selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting.
Secara umum terdapat dua efek fisiologis dan tidur: pertama, efek pada sistem saraf
yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antar
berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan
kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan
(Hidayat, 2010).
Tujuh Pola Tidur Normal

1) Neonatus sampai dengan 3 bulan


- Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
- Mudah berespons terhadap stimulus.
- Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah REM.
2) Bayi
- Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
- Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/ hari.
- Tahap REM 20-30%.
3) Toodler
- Tidur 10-12 jam/hari.
- Tahap REM 25%.
4) Preschooler
- Tidur 11 jam pada malam hari.
- Tahap REM 20%.
5) Usia Sekolah
- Tidur 10 jam pada malam hari.
- Tahap REM 18,5%.
6) Adolensia
- Tidur 8,5 jam pada malam hari.
- Tahap REM 20-25%.
7) Dewasa muda
- Tidur 7-9 jam/hari.
- Tahap REM 20-25%.
8) Usia dewasa pertengahan
- Tidur ± 7 jam/hari.
- Tahap REM 20%.
9) Usia tua
- Tidur ± 6 jam/hari.
- Tahap REM 20-25%.
- Tahap IV NREM menurun dan kadang-kadang absen.
- Sering terbangun pada malam hari(Wartonah, 2010).

7. Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Dan Kualitas Tidur

Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal
tidak hanya menjadi penyebab masalh tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan
lingkungan dapat mengubah dan kuantitas tidur (Potter & Perry, 2006).

a) Penyakit fisik

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (mis. Kesulitan


bernapas), atau masalh suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat
menyebabakan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai
masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien
untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang
aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat menganggu tidur.

b) Obat-obatan dan substansi

Dari daftar obat PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas menuliskan
mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281
menyebabkan kelelahan (Buysse, 1991). Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek
samping mediksi yang umum (lihat kotak diatas). Medikasi yang diresepkan untuk
tidur seringkali memberi banyak masalah dari pada keuntungan. Orang deawsa muda
dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stresor gaya
hidupnya. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau
mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat
menganggu tidur secara serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam
makanan seperti susu, keju, dan daging, dapat membantu orang tidur. Gaya hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja


bergantian berputar (mis. 2 minggu siang diikuti 1 minggu malam) seringkali
mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Jam internal tubuh
diatur pukul 22.00, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur hanya selama
3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun
dan aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan
penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu kerja
pada dinas malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat menyesuaikan.
Perubahan lain dalam rutinitas yang menganggu pola tidur meliputi kerja berat yang
tidak biasanya, terlibat dalam aktivitas sosial pada larut- malam, dan perubahan
waktu makan malam.

c) Pola tidur yang biasa dan mengantuk yang berlebihan pada siang hari (EDS)

Pada abad lampau jumlah tidur yang diperoleh pada malam hari oleh penduduk
AS telah menurun lebih dari 20% (National Commissionon Sleep Disorder Research
1993), menunjukkan bahwa banyak oran Amerika kehilangan tidur dan mengalami
mengantuk yang berlebihan pada siang hari. EDS seringkali menyebabkan kerusakan
pda fungsi terjaga, penampilan kerja atau sekolah yang buruk, kecelakaan saat
mengemudi atau menggunakan peralatan, dan masalah perilaku atau emosional.
Perasaan mengantuk biasanya paling intens saat terbangun dari, atau sesaat sebelum
pergi, tidur, dan sekitar 12 jam setelah periode tengah tidur.

d) Stres emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menganggu tidur. Stres
emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi
apabila tidak tidur. S tres juiga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk
tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, terlalu banyak tidur. Stres yang
berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk.

e) Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan


untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang
tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur ymempengaruhi kualitas tidur.
Tempat tidur rumah sakit seringkali lebih keras dari pada di rumah. Jika seseorang
biasanya tidur dengan individu lain,maka tidur sendiri menyebabkan ia terjaga.
Sebaliknya, tidur tanpa ketenangan atau teman tidur yang mengorok juga menganggu
tidur.Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa klien
menyukai ruangan yang gelap, sementara yang lain, seperti anak- anak atau lansia,
menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Klien juga mungkin
bermasalah tidur karena suhu ruangan. Ruangan yang terlalu hangat atau terlalu
dingin seringkali menyebabkan klien gelisah.

f) Latihan fisik dan kelelehan

Seseorang yang kelelahan menegah (moderate) biasanya memperoleh tidur yang


megistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang
menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh
mendingin dan mempertahankan suatu keadaan yang meningkatkan relaksasi. Akan
tetapi, kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau
penuh stres membuat sulit tidur. Hal ini dapat menjadi masalah yang umum bagi anak
sekolah dan remaja.

g) Asupan makanan dan kalori

Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang
baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hauri dan Linde, 1990).
Makan besar, berat, dan/atau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak
dapat dicerna yang menganggu tidur. Klafein dan alkohol yang dikonsumsi pada
malam hari mempunyai efek produksi insomnia sehingga mengurangi atau
menghindari zat tersebut secara drastis adalah strategi penting yang digunakan untuk
meningkatkan tidur. Alergi makanan menyebabkan insomnia.

8. Gangguan Tidur Yang Umum Terjadi


1) Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan untuk
tidur, sering terbangun dari tidur, dan/atau tidur singkat atau tidur nonrestoratif.
Insomnia sering berkaitan dengan kebiasaan tidur yang buruk. Apabila kondisi
berlanjut,ketakutan tidak dapat tidur dapat cukup menyebabkan keterjagaan. Disiang
hari, seseorang dengan insomnia kronik dapat merasa mengantuk, letih, depresi, dan
cemas.

2) Apnea tidur

Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur, klien yang
mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain
itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari, serangan
tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual.

3) Narkolepsi

Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur.
EDS adalah keluhan utama paling sering yang berkaitan dengan gangguan ini.
Masalah signifikan untuk individu yang menderita narkolepsi adalah bahwa orang
tersebut jatuh tertidur tanpa bisa dikendalikan pada waktu yang tidak tepat. Serangan
tidur dapat dengan mudah disalah artikan dengan kemalasan, kurangnya minat
terhadap aktivitas, atau mabuk kecuali jika gangguan di pahami.

4) Deprivasi tidur
Deprivasi tidr adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat disomnia.
Penyebabnya dapat mencakup penyakit (mis., demam, sulit bernapas, atau nyeri),
stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (mis., asuhan keperawatan yang
sering dilakukan), dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja.
Respon seseorang terhadap deprivasi tidur sangat bervariasi. Klien dapat mengalami
berbagai gejala fisiologis dan psikologis. Keparahan gejala sering berhubungan
dengan durasi deprivasi tidur. Terapi yang paling efektif untuk deprivasi tidur adalah
menghilangkan atau memperbaiki faktor-faktor yang menganggu pola tidur.

5) Parasomnia

Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak dari pada
orang dewasa. Terapi khusus untuk gangguan ini bervariasi. Namun, dalam semua
kasus yang terpenting adalah mendukung klien dan mempertahankan keamananya.
Misalnya, orang yang berjalan dalam tidur tidak menyadari lingkungan di sekitarnya
dan lambat bereaksi. Oleh karena itu risiko jatuh sangatlah besar. Perawat tidak boleh
mengejutkan klien yang sedang berjalan tidur tetapi membangunkan dengan lembut
dan membimbingnya kembali ke tempat tidur.

B. Proses Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar


Istirahat dan Tidur
a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur ini, antara lain:
riwayat tidur, gejala klinis, dan penyimpangan dari tidur(Hidayat, 2006).

1. Riwayat tidur

Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur siang di
siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya,
kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien
tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien
mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola
tidur(Hidayat, 2006).Gejala klinis

Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman
di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, kongjungtiva merah dan mata perih,
perhatian tidak fokus, serta sakit kepala(Hidayat, 2006).

2. Penyimpangan tidur

Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya


kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung dan
disorientasi teempat dan waktu, gangguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai,
dan intonasinya tidak teratur(Hidayat, 2006).

3. Pemeriksaan fisik

Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien. Adanya lingkaran
hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah. Perilaku: iritabel, kurang
perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, lengket, menarik diri, bingung, dan
kurang koordinasi(Wartonah, 2010).

b. Rumusan Masalah
- Gangguan pola tidur
- Insomnia
- Deprivasi tidur
- Kesiapan meningkatkan tidur
c. Analisa Data
a) Data Subjektif
- Klien mengatakan sulit tertidur pada malam hari
- Klien mengatakan mengantuk di siang hari
- Klien mengatakan tidak merasa cukup istirahat
b) Data Objektif
- Klien sering menguap-nguap
- Mata klien tampak cekung
- Dibawah mata klien terlihat lingkaran hitam
- Konjungtiva klien tampak merah

4. Perencanaan

Tujuan:

Perencanaan keperawatan berhubungan dengan cara untuk mempertahankan


kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal (Hidayat, 2010).

Rencana tindakan:

- Lakukan identifikasi faktor yang memengaruhi masalah tidur.


- Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat
menganggu tidur.
- Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
- Coba untuk memicu tidur (induce sleep).
- Kurangi potensial cedera selama tidur.
- Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika
diperlukan(Hidayat, 2010).

C. Contoh Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

Mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada klien , berikut deskripsi dari


hasil pengkajian yang dilakukan.

a) Biodata.
b) Keluhan Utama
Pada saat pengkajian, alasan klien sering merasa mengantuk waktu di siang hari dan
susah tertidur pada malam hari.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan penyebab dirinya susah tertidur ketika di malam hari karena
kurangnya jam tidur malamnya terganggu dengan keadaannya sekarang. Dan sampai
saat ini klien mengalami kondisi tersebut.

d) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makan dan obat , klien juga
mengatakan imunisasi klien lengkap.

e) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan terganggu dengan keadaannya yang sekarang. Dan sampai saat ini
klien mengalami kondisi susah tidur tersebut.

f) Riwayat Keadaan Psikososial

Persepsi klien tentang penyakitnya, klien mengatakan ingin cepat sembuh dari
penyakitnya yang susah tidur ini yang klien sebut dengan insomnia.

g) Status Mental

Tingkat kesadaran klien sadar penuh (compos mentis), klien juga sering menguap-
nguap saat di kaji, alam perasaan klien lesu, kontak mata dengan klien sedikit kurang.

h) Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien compos mentis namun klien terlihat lesu dan gelisah, mata klien
terlihat bengkak karena kurang tidur, kongjungtiva merah, klien juga terlihat tidak
bersemangat saat melakukan aktivitas. TTV: Suhu tubuh: 36,2ºC, tekanan darah
120/90mmHg, nadi 81×/menit, pernafasan 21×/menit, tinggi badan 167 cm, berat
badan 65 kg. Bentuk kepala klien simetris, ubun- ubun normal, kulit kepala tidak
berketombe, penyebaran rambut merata, warna rambut putih tidak berbau keringat,
warna kulit sawo matang. Warna kulit wajah sawo matang, struktur wajah simetris
atau oval. Kelengkapan dan kesimetrisan pada kedua mata klien lengkap simetris,
keadaan mata tampak cekung, tidak ada kelainan pada palpebra, kongjungtiva dan
sclera tampak merah, tidak ditemukan kelainan pada iris dan kornea klien, tekanan
bola mata tidak dilakukan pemeriksaan. Tulang hidung dan posisi masi normal,
lubang hidung lengkap dan simetris, tidak ditemukan pernafasan menggunakan
cuping hidung. Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, ukuran telinga normal.
Keadaan bibir kering, gigi tidak terdapat sisa makanan dan masi lengkap, lidah
bersih, tidak ada kelainan pada orofaring. Posisi trachea normal dibagian medial,
tidak ditemukan adanya pembengkakan pada thyroid, suara klien normal, tidak
ditemukan adanya kelainan pada kelenjar limfe dan vena jugularis, denyut nadi
karotisteraba. Kebersihan kulit klien bersih tidak ada lesi pembengkakan, suhu tubuh
klien dalam keadaan normal, warna kulit klien sawo matang, turgor kulit klien kurang
dari 2 detik, kulit klien tampak kering dan tidak ditemukan adanya kelainan pada
kulit.

i) Pola Kebiasaan Sehari-hari

Frekuensi makan klien 3 kali sehari, nafsu makan dan selera makan klien kuat, tidak
ditemukan nyeri ulu hati pada klien, tidak ada alergi makanan, klien juga tidak
merasakan mual dan muntah, klien makan dengam 1 porsi nasi lauk pauk. Klien
makan pada waktu pagi, siang dan malam. Klien tidak mengalami kesulitan dalam
mengunyah makanannya.

j) Perawatan diri/personal hygiene

Kebersihan tubuh klien bersih dan rapi, karena klien mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun, sikat gigi dan mulut bersih, kuku tangan dan kuku kaki klien
tidak panjang dan tidak ada kotoran. Mandi dan makan dilakukan klien sendiri tanpa
bantuan orang lain.
k) Pola eliminasi

BAB dan BAK klien dilakukan secara mandiri tanpa bantuan perawat atau orang lain,
BAB 1 kali sehari pada pagi hari, BAB nya normal, karakteristik feses lembek, tidak
ditemukan riwayat perdarahan di feses. BAK 5-7 kali sehari, tidak ditemukan nyeri,
rasa terbakar dan lain sebagainya.

2. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


Keperawatan

1 DS: Ansietas Deprivasi Tidur

- klien mengatakan sulit tidur


dimalam hari
DO: Gelisah

- klien tampak cemas


- Terlihat lingkaran hitam dibwah
mata Kelelahan
- Klien sering menguapuap saat dikaji
- Mata klien tampak bengkak karena
kurang tidur
Deprivasi tidur
- Konjungtiva merah
2 DS: Menyatakan sering Gangguan pola
terjaga tidur
- Klien mengatakan pola tidurnya
yang sudah tidak normal lagi
semenjak 5 bulan yang lalu
- Klien mengatakan tidurnya sering Ketidakpuasan
terjaga dan susah untuk tidur tidur
kembali
- Klien mengatakan ketidakpuasan
tidur setiap hari
DO: Perubahan pola
tidur normal
- Wajah terlihat kusam dan mata
terlihat cekung
- Terlihat lingkar hitam disekitar mata
Gangguan pola
tidur
3 DS: Tidur siang terlalu Insomnia
lama
- Klien menyatakan sulit konsentrasi
- Klien menyatakan sulit tidur
- Klien menyatakan sulit tidur
nyenyak Konsumsi stimulan
- Klien menyatakan sulit tidur (kopi)
kembali setelah terbangun
- Klien menyatakan gangguan tidur
yang berdampak pada keeseokan
harinya Tidur terputus

DO:
Gangguan pola
- Afek tampak berubah tidur normal
- Tampak kurang bergairah

Insomnia

3. Skoring

No Kriteria Bobot Perhitungan Bobot

1 Sifat masalah: 1 Deprivasi tidur = 1


1/3*1= 1
Skala:

- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan Gangguan pola
- Krisis 2 tidur = 2/3*1= 0,6

1 0,6

Insomnia = 0,5
½*1= 0,5

2 Kemungkinan masalah dapat 2 Deprivasi tidur 1


diubah: =1/2*2= 1

Skala:
- Dengan masalah 2 Gangguan pola 1
- Hanya Sebagian tidur = ½*2= 1
- Tidak dapat 1

0
Insomnia =
1
3/3*1= 1

3 Potensi masalah untuk 1 Deprivasi tidur 0,3


dicegah: =1/3*1=0,3

Skala:
3
- Tinggi Gangguan pola
- Cukup 2 1
tidur =2/2*1= 1
- Rendah
1

Insomnia =
½*1= 0,5 0,5

4 Menonjolnya masalah: 1 Deprivasi tidur 1


=3/3*1=1
Skala:

- Masalah berat harus 2


ditangani Gangguan pola
- Masalah tidak dirasakan 1 1
tidur =1/2*2=1
0

Insomnia =
3/3*1= 1 1

Skor total Deprivasi tidur


=3,3

Gangguan pola
tidur = 3,6
Insomnia = 3

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Deprivasi tidur Tujuan dan kriteria -Lakukan persiapan


hasil: untuk tidur malam
seperti pada jam 9
Klien akan mampu malam sesuai dengan
menunjukan tidur pola tidur pasien
dengan skala 3 pada
indikator:

- Perasaan segar
setelah tidur
- Pola dan
kualitas tidur
2 Gangguan pola tidur Setelah dilakuka Rencana tindakan
tindakan
keperawatan - Lakukan
persiapan untuk
diharapkan
tidur malam
gangguan pola tidur seperti pada jam
teratasi 9 malam sesuai
dengan pola
tidur pasien
- Lingkungan tidur
yang memadai
seperti tempat
tidur yang bersih
3 Insomnia Setelah dilakukan Rencana tindakan
tindakan
keperawatan - tingkatkan
aktivitas
diharapkan insomnia
seharihari dan
teratasi kurangi aktivitas
sebelum tidur
- keadaan tempat
tidur yang
nyaman, bersih
dan bantal yang
nyaman

Anda mungkin juga menyukai