Anda di halaman 1dari 5

Husni Mardhyatur Rahmi

NIM 1810721001
Sosiolinguistik

Kepunahan dan Perencanaan Bahasa

A. Kepunahan Bahasa
Kepunahan bahasa bermula dari pergeseran suatu bahasa yang akhirnya mengakibatkan
kepunahan suatu bahasa. Pergeseran bahasa dan mempertahankan bahasa ibaratkan dua sisi mata
uang, yaitu bahasa yang menggeser bahasa lain atau bahasa yang tidak bergeser. Adapun bahasa
yang bergeser adalah bahasa yang tidak dapat mempertahankan diri (Aslinda dan Syafyahya,
2007: 117)
Pergeseran suatu bahasa yang mengakibatkan kepunahan bahasa disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Migrasi, yaitu adanya perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain.
2. Faktor ekonomi
3. Faktor pendidikan

Kloss (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007: 117) menyebutkan bahwa ada 3 tipe utama
kepunahan bahasa, yaitu:
a. Kepunahan bahasa tanpa pergeseran bahasa (guyup tuturnya lenyap);
b. Kepunahan bahasa karena pergeseran bahasa (guyup tutur tidak berada dalam wilayah
tutur yang kompak);
c. Kepunahan bahasa nominal melalui metamorfosis. Misalnya, suatu bahasa turun
derajat menjadi berstatus dialek ketika guyp tuturnya tidak lagi memakai bahasa
tersebut atau memakai bahasa lain.

B. Perencanaan Bahasa
Nababan (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007) menyebutkan bahwa perencanaan bahasa
adalah kegiatan politis dan administratif untuk menyelesaikan persoalan bahasa dalam
masyarakat.
Alwasilah (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007) mendefinisikan perencanaan bahasa
sebagai upaya yang disengaja untuk memfungsikan (ragam) bahasa (lokal, nasional, regional,
global) untuk memenuhi tujuan politik.
Weinstein dan Wardhaugh (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007) menjelaskan bahwa
perencanaan bahasa adalah suatu perintah untuk memberikan kuasa, menyokong dengan penuh
untuk menentukan fungsi-fungsi bahasa dalam masyarakat dengan tujuan menyelesaikan
berbagai persoalan dalam komunikasi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah
suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan bahasa secara politis.

Chaer dan Agustina membagi perencanaan bahasa atas dua hal, yaitu:
a. Kebijaksanaan bahasa
Kebijaksanaan bahasa adalah suatu pertimbangan konseptual dan politis yang
dimaksudkan untuk dapat memberikan perencanaan, pengertian, dan ketentua-ketentuan yang
dapat dipakai sebagai dasar bagi pengolahan keseluruhan masalah kebahasaan yang dihadapi
oleh suatu bangsa secara nasional (Halim dalam Chaer dan Agustina, 2010: 176)
Kebijaksanaan bahasa menjadi usaha negara untuk menentukan dan menetapkan fungsi
dan status bahasa dalam negara tersebut agar komunikasi kenegaraan dan kebangsaan dapat
berlangsung dengan baik.

b. Perencanaan bahasa
Perencanaan bahasa dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk membuat penggunaan
bahasa atau penggunaan bahasa-bahasa dalam satu negara di masa depan menjadi lebih baik dan
terarah (Chaer dan Agustina, 2010: 185).
Sasaran perencanaan bahasa dapat dibagi dua, yaitu sasasran bahasa dan sasaran
masyarakat. Jika sasarannya adalah bahasa, maka perencanaan akan berpusat pada bahasa,
seperti perkembangan di bidang aksara, istilah, ragam wacana, dan sebagainya. Sedangkan jika
sasarannya adalah masyarakat, maka perencanaan akan dilakukan dengan mengarahkan pada
golongan penutur asli, penutur yang bersekolah, atau kelompok-kelompok sosial lain yang
terdapat dalam masyarakat.
Sebuah perencanaan bahasa membutuhkan langkah-langkah pelaksanaan. Chaer dan
Agustina menyebutkan bahwa pelaksanaan yang berkaitan dengan korpus bahasa dapat
dilaksanakan dengan penyusunan sitem ejaan yang ideal, diikuti dengan penyusunan atau
pengkodifikasian sistem tata bahasa yang dibakukan serta penyusunan kamus yang lengkap.
Selanjutnya dilakukan pemasaran hasil kodifikasi tersebut kepada masyarakat (Chaer dan
Agustina, 2010).
Pateda (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007) menyebutkan bahwa ada 4 komponen yang
bertanggung jawab dalam perencanaan bahasa, yaitu:
a. Ahli bahasa,
b. Pemerintah,
c. Guru bahasa, dan
d. Masyarakat penutur yang bersangkutan.

Ferguson (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007) menyebutkan dalam perencanaan bahasa
usaha yang paling banyak dan sering dilakukan untuk tujuan sementara adalah:
a. Pembakuan (standardisasi)
b. Modernisasi (intelektualisasi)
c. Grafisasi (tulisan dan ejaan).

Dengan demikian, perencanaan dapat dilakukan dengan banyak cara atau langkah-
langkah, salah satunya adalah pembakuan. Menyadari bahwa pergeseran makna dapat
mengakibatkan kepunahan bahasa, maka orang-orang yang bertanggung jawab untuk hal ini
tentunya memerlukan perencanaan yang tepat untuk mencegah kepunahan bahasa.

C. Contoh Kasus kepunahan bahasa


Kepunahan bahasa tidak hanya berupa kepunahan bahasa secara keseluruhan, ada juga
yang disebut dengan kepunahan leksikal, yaitu mulai atau hilangnya bentuk leksikal
dalam suatu bahasa. Dalam hal ini, penulis menemukan beberapa leksikal dari bahasa
Minangkabau yang terdapat di Pua Data, Kototinggi, Kecamatan Gunuang Omeh,
kabupaten Lima Puluh Kota. Data penulis dapatkan ketika meneliti bunyi bahasa
minangkabau yang terdapat di Jorong Pua Data.
a. [kɔlamaʀi] ’kemarin dulu’
Kata ini mulai jarang di dengar dalam tuturan masyarakat Pua Data, umumnya
mereka jika ditanya tentang kata bermakna ’kemarin dulu’ mereka akan menjawab
/potaŋ cieʔ lay/. Data ini diperoleh pada tanggal 12 Agustus 2020 dengan narasumber
Rismawati (71 th)

b. [jaeh] ‘menarik dengan paksa’


Kata ini jarang didengar dalam tuturan masyarakat Pua Data, bahkan sebagian besar
tidak mengetahui kata ini. Data ini diperoleh oleh informan Zulfahnum (60 th)

c. [ñañaʔ] ‘penyiksaan’
Kata ini jarang didengar dalam tuturan masyarakat Pua Data, bahkan sebagian besar
tidak mengetahui kata ini. Data ini diperoleh oleh informan Zulfahnum (60 th)

Adapun perenanaan yang hendak dilakukan untuk mencegah kepunahan leksikal


tersebut adalah dengan cara mengarsipkan data bahasa dan mensosialisasikan kepada
masyarakat tentang bahasa Minangkabau asli Pua Data.
Daftar Bacaan

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Chaer, Abdul dan Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai