Anda di halaman 1dari 12

Peristiwa Tutur,

Tindak Tutur, dan


Situasi Tutur

Husni Mardhyatur Rahmi

NIM 1810721001
A. Peristiwa Tutur

– Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi


linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu
penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan
situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2010:47).
– Peristiwa bahasa (inggris: speech event, belanda: taalgebeuren) ialah interaksi
linguistik tertentu, suatu kejadian komunikasi yang terdiri dari satu atau lebih
ujaran, pada waktu tertentu yang mempergunakan bahasa (Pateda, 2015: 26).
– Terjadinya interaksi linguistik untuk saling menyampaikan informasi antara dua
belah pihak tentang satu topik atau pokok pikiran, waktu, tempat, dalam situasi
disebut peristiwa tutur (Aslinda dan Syafyahya, 2007: 31).
Criper dan widdowson (dalam Pateda, 2015) menyebutkan ada tiga faktor yang
harus ada dalam peristiwa bahasa atau peristiwa tutur, yaitu:
– Addresser atau pembicara
– Addresse atau pendengar
– Message atau pesan
Pesan umumnya bersifat verbal, yang biasanya diikuti oleh gejala paralinguistik
seperti gerakan motoris anggota badan.
Dell Hymes (1972) menyebutkan bahwa peristiwa
tutur harus memenuhi delapan komponen, yaitu:

– S = setting and scene


– P = participans
– E = ends: purpose and goal
– A = act sequences
– K = key: tone of spirit of act
– I = instrumentalities
– N = norms of interaction and interpretation
– G = genres
B. Tindak Tutur

– Istilah dan teori tindak tutur awalnya diperkenalkan oleh T.L. Austin yang
merupakan seorang guru besar Universitas Harvard pada tahun 1965. Namun,
teori ini baru berkembang dan dikenal dalam dunia linguistik setelah diterbitkan
buku berjudul “Speect Act, and Essay in the philosophy of language” yang ditulis
oleh Searle pada tahun 1969.
– Searle mengemukakan bahwa dalam semua interaksi lingual terdapat tindak
tutur Interaksi lingual bukan hanya lambang kata atau kalimat, melainkan lebih
tepat bila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang
berujud perilaku tindak tutur (the performance of speech act).
– Richard (dalam Purba. 2011: 79) mengemukakan bahwa tindak tutur (dalam arti
yang sempit sekarang) adalah istilah minimal dari pemakaian situasi
tutur/peristiwa tutur/tindak tutur.
– Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu
dan merupakan kesatuan terkecil dari interaksi lingual (Aslinda dan Syafyahya,
2007: 34)
– Berbeda dengan peristiwa tutur yang bersifat sosial, tindak tutur bersifat
individual. Tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan oleh penutur pada saat
berlangsungnya percakapan (Purba, 2011: 81).
– Richards (dalam Purba, 2011) menyebutkan bahwa fungsi utama percakapan
adalah pernyataan tindak tutur, hal ini dikarenakan ketika orang-orang
bercakap-cakap, mereka mungkin membuat janji, memberikan pujian,
mengkritik, mengundang atau memperingatkan. Dengan demikian, tujuan
utama penutur maupun petutur dalam sebuah percakapan adalah untuk
menginterpretasikan tindak tutur secara tepat.
Untuk menuangkan makna dalam bentuk tindak tutur, maka hal tersebut dipegaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
– Bahasa apa yang digunakan saat bertutur
– Kepada siapa menyampaikan tuturan
– Dalam situasi apa tuturan disampaikan
– Kemungkinan-kemungkinan struktur dalam bahasa yang digunakan
Keempat faktor tersebut menunjukkan bahwa suatu maksud tuturan perlu
mempertimbangkan berbagai kemungkinan tindak tutur sesuai dengan posisi
penutur, situasi tutur, dan kemungkinan struktur yang ada dalam bahasa.
klasifikasi tindak tutur berdasarkan
maksud penutur

– Tindak tutur representatif


– Tindak tutur komisif
– Tindak tutur direktif
– Tindak tutur ekspresif
– Tindak tutur deklaratif

– Ada pun klasifikasi tindak tutur berdasarkan konteks situasi terbagi dua, yaitu langsung
dan tidak langsung.
Situasi Tutur

– Rustono (1999:26) menyatakan bahwa situasi tutur adalah situasi yang


melahirkan tuturan. Hal tersebut berkaitan dengan adanya pendapat yang
menyatakan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi merupakan
penyebab terjadinya tuturan.
– Menurut pandangan Hymes, Situasi tutur adalah situasi ketika tuturan dapat
dilakukan dan dapat pula tidak dilakukan, situasi tidak murni komunikatif dan
tidak mengatur adanya aturan berbicara, tetapi mengacu pada konteks yang
menghasilkan atutan berbicara (Aslinda dan Syafyahya, 2007: 35)
– Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Di dalam komunikasi, tidak
ada tuturan tanpa situasi tutur. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan
bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan
sebabnya.
– Dengan kata lain maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi
melalui situasi tutur yang mendukungnya.
Daftar Bacaan

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT.


Refika Aditama.
Chaer, Abdul dan Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta
Pateda, Mansoer. 2015. Sosiolinguistik, Edisi Revisi. Bandung: Penerbit
Angkasa
Purba, Andiopenta. 2011. ”Tindak Tutur dan Peristiwa Tutur”. Jurnal Pena. Vol.
1 No. 1

Anda mungkin juga menyukai