Anda di halaman 1dari 28

PERBEDAAN ASURANSI

SYARIAH & KONVENSIONAL


PEMBAHASAN

1. ASURANSI DALAM 5. KONSEP DASAR DALAM


PERSPEKTIF SYARIAH ISLAM ASURANSI SYARIAH

2. ASURANSI KONVENSIONAL 6. PERBEDAAN ASURANSI SYARIAH


DIHARAMKAN DALAM SYARIAH DAN KONVENSIONAL

3. MENGAPA HARUS 7. SYSTEM PENGELOLAAN DANA


BERASURANSI SYARIAH ASURANSI SYARIAH

4. KONSEP ASURANSI TIDAK 8. PENGERTIAN GHARAR, MAISIR,


BERTENTANGAN DGN SYARIAH RIBA DALAM ASURANSI
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF SYARIAH ISLAM
Secara umum, pandangan ulama terhadap asuransi terwakili
dalam tiga golongan pendapat berikut :
1. Golongan yang berpendapat bahwa asuransi hukumnya
diperbolehkan (halal), karena hukum asal dalam muamalah
adalah halal dan tidak ada dalil yang mengharamkannya.
2. Golongan yang berpendapat bahwa asuransi haram dan tidak
diperbolehkan, karena mengandung gharar, maisir, riba dan
dzulm dalam prakteknya.
3. Golongan yang berpendapat bahwa asuransi diperbolehkan,
jika dijalankan dengan sistem operasional yang sejalan dan
tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah.
ASURANSI KONVENSIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
MENGAPA HARUS BERASURANSI SYARIAH

BUKANLAH USAHA/TINDAKAN YANG MENENTANG TAQDIR

USAHA DALAM MEMITIGASI RISIKO MUSIBAH PADA MASA


YANG AKAN DATANG (QS. AL-HASYR : 18)

SALING MENOLONG DALAM MENGHADAPI KESULITAN (QS. AL-MAIDAH : 2)

BERINVESTASI UNTUK MASA DEPAN (QS. AL-HASYR : 18

PENGAMALAN AJARAN MUAMALAH ISLAM YG SESUAI DENGAN SPIRIT SYARIAH

MENGHINDARI LARANGAN-LARANGAN SYARIAH YG PRINSIPIL


KONSEP ASURANSI
TIDAK BERTENTANGAN DENGAN SYARIAH

Maqashidus Syariah
‫مقاصد الشريعة اإلسالمية‬

ُ ‫ِح ْف‬ ُ ‫ِح ْف‬


‫ظ ال َع ْق ِل‬ ُ ‫ِح ْف‬ ُ ‫ِح ْف‬ ُ ‫ِح ْف‬
‫ظ ال ِّد ْي ِن‬
‫ال‬
ِ ‫ظ ال َم‬ ‫ظ النسْ ِل‬ ِ ‫ظ الن ْف‬
‫س‬
Memelihara Memelihara Memelihara Memelihara Memelihara
Harta Akal Keturunan Jiwa Agama

Secara Filosofi Secara Operasional


Asuransi Sesuai Asuransi tdk sesuai
dengan Syariah dengan Syariah

Perlu penyesuaian dengan


menghindarkan hal-hal yang
dilarang syariah, yaitu

Gharar Maisir Riba Risywah Dzulmun


KONSEP DASAR ASURANSI SYARIAH

Pool of Risk-Sharing Based


Tabarru’ (Ta’awun)
Fund
Dimana antara sesama
peserta bertabarru’ untuk
saling menolong apabila
terdapat salah satu peserta
atau lebih tertimpa musibah.
Catatan : Bahwa peserta
bertabarru’ kepada sesama
peserta, bukan bertabarru’
kepada takaful/perusahaan
asuransi syariah.

7
KONSEP DASAR ASURANSI SYARIAH

• Secara umum asuransi konvensional menggunakan sistem tabaduli


(transfer of risk), dimana resiko nasabah dipindahkan kepada
perusahaan asuransi, dengan kompensasi nasabah tersebut harus
membayar sejumlah uang tertentu (premi) kepada pihak asuransi.
Dalam sistem seperti ini terjadi unsur gharar, riba dan maisir, yang
diharamkan dalam syariah Islam.

• Sedangkan konsep asuransi syariah, adalah menggunakan sistem


ta'awuni (sharing of risk), dimana antara sesama nasabah
berkontribusi (infak/ tabarru') dengan sejumlah dana tertentu yang
ditujukan untuk 'menolong' nasabah yang lainnya yang tertimpa
musibah. Kontribusi dana nasabah dimasukkan dalam akun khusus
(tabarru' fund), dan perusahaan asuransi syariah tidak berhak
sedikitpun mengambil atau memanfaatkan dana tersebut. Sehingga
dalam konsep seperti ini tidak terjadi gharar, riba dan maisir, bahkan
mengimplementasikan konsep wata'awanu alal birri wattaqwa.
KONSEP DASAR ASURANSI SYARIAH

Akad Tijari : Wakalah


bil ujrah, Mudharabah,
ijarah dsb.

Akad antara (kumpulan) peserta dengan Takaful untuk mengelola kumpulan dana
tabarru' tersebut adalah dengan akad tijari. Dan oleh karenanya Takaful diperkenankan
mengambil ujrah atas pengelolaan tersebut.
Dalam hubungan seperti ini akad yang digunakan adalah : wakalah bil ujrah, ijarah,
mudharabah musytarakah dsb. Dalam akad ini Takaful bertindak hanya sebagai operator/
wakil untuk mengelola risiko nasabah. Dan oleh karenanya Takaful tidak berhak
sedikitpun mengambil dana tabarru' tersebut, selain ujrah yang disepakati bersama
antara nasabah dengan Takaful 9
KONSEP DASAR ASURANSI SYARIAH

Investasi dengan skim


Mudharabah, Wakalah
bil ujrah, dsb

Hasil
Investasi

Dana peserta diinvestasikan oleh


Takaful dalam investasi yang sesuai
dengan syariah dengan skim
mudharabah/ mudharabah
musytarakah. Hasil dari investasi
tersebut dibagi berdasarkan akad yang
digunakan. (Mudharabah dengan bagi
hasil, wakalah dengan fee/ ujrah)
Asuransi Syari’ah Asuransi Konvensional
Ada. Mengawasi Manajemen,
Produk dan operasional Tidak Ada
DPS
Sharing of Risk Transfering of Risk
System
Kontribusi milik nasabah,
perusahaan hanya pengelola Premi milik perusahaanan
Kepemilikan Dana
Dana Tabarru’ untuk saling Dana Perusahaan
menolong ketika ada musibah
Pembayaran Klaim
Syariah dan hukum positif Hukum Positif
selama sesuai dgn syariah Landasan Hukum

Takaful Indonesia
Asuransi Syari’ah Asuransi Konvensional
Harus dengan istrumen Semua instrument tanpa melihat
syariah sebagaimana DES Investasi halal/haram
Mengandung unsur yang dilarang
Tidak Ada Maghrib Seperti Maisir, Gharar, Riba

Dana harus dipisahkan


antara tabarru’ dan tijari Pemisahan DanaTidak ada pemisahan dana
sehingga ada istilah dana hangus
Loading cukup besar dan bisa
Komisi Agen dari dana SHF, menyerap thn pertama & kedua,
sebagian lagi dari premi thn sehingga nilai tunai masih hangus
pertama Biaya Loading pada thn pertama dan kedua

Takaful Indonesia
PENGELOLAAN DANA SYSTEM SYARIAH
Kontribusi Dengan Tabungan Perusahaan
( Hubungan Mudharabah )

40% : Takaful

Investasi Hasil Investasi

Peserta
60% : Peserta

Rekening Rekening
Tabungan Tabungan Tabungan
Kontribusi Total
Takaful Dana
Rekening Rekening Manfaat
Tabarru Tabarru Takaful

13
Takaful Indonesia
PENGELOLAAN DANA SYSTEM SYARIAH
Perusahaan
Contoh Kontribusi Dengan Tabungan
40.000

40% (contoh)

Investasi 100.000
60% (contoh)

Tabungan
Peserta A Rek. Tab 967.500 +58.050
967.500 = 1.025.550
Kontribusi Total Dana
1.000.000 Rek. 1.000.000 Rek. Tabarru
Tabarru 32.500+1.950
32.500 = 34.450

Takaful Indonesia 14
PENGELOLAAN DANA
Contoh
SYSTEM SYARIAH
Perusahaan
Kontribusi Tanpa Tabungan
( Hubungan Mudharabah )

Investasi Bagian
Hasil Investasi
Perusahaan

Peserta
60 %
40 %

Kontribusi Total Total Beban Surplus


Takaful Dana Dana Asuransi Operasional

Bagian
Peserta

Takaful Indonesia 15
PENGELOLAAN DANA SYSTEM SYARIAH
Contoh Kontribusi Tanpa Tabungan
Bgn Prsh
Hasil Investasi 420 Jt
100 Jt
60%

Peserta A

Kontribusi Dana Dana Beban Surplus


1.000.000 1M 1,1 M Ass Operasional
400 Jt 700 Jt Bagian
PESERTA
280 Jt

40%
Jadi :
Bagi hasil Peserta A sebesar :
280.000.000/1.000.000.000 x 1.000.000 = Rp. 280.000,- 16
Takaful Indonesia
GHARAR DALAM ASURANSI
• Gharar adalah sesuatu yang tidak diketahui hasil (akhirnya),
apakah akan diperoleh atau tidak. Atau dengan bahasa lain,
Gharar adalah keraguan atas keberadaan objek suatu akad
(antara ada dan tidak ada).

• Rasulullah SAW bersabda,

“Bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli dengan melempar batu,


dan melarang jual beli yang mengandung unsur gharar.” (HR.
Muslim)

• Setidaknya terdapat empat jenis gharar dalam praktek asuransi,


yaitu : Gharar fil wujud, Gharar fil hushul, Gharar fil miqdar dan
Gharar fil ajal.
17
1. GHARAR FIL WUJUD

Yaitu ketidak jelasan ada atau tidaknya “klaim/


pertanggungan” yang akan diperoleh nasabah dari
perusahaan asuransi. Karena keberadaan klaim/
pertanggungan tersebut terkait dengan ada atau
tidaknya risiko. Jika risiko terjadi, klaim didapatkan, dan
jika resiko tidak terjadi maka klaim tidak akan
didapatkan.
2. GHARAR DALAM HUSUL (MEREALISASIKAN)

Ketidak jelasan dalam memperoleh klaim/ pertanggungan,


kendatipun wujudnya atau keberadaan klaim tersebut bisa
diperkirakan, namun dalam mendapatkannnya terdapat
ketidak jelasan.
3. GHARAR DALAM MIQDAR (Jumlah Pembayaran)

Ketidak jelasan dalam jumlah, baik jumlah kontribusi


yang dibayar oleh nasabah, maupun jumlah klaim
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
nasabah.
4. GHARAR DALAM AJAL (WAKTU)

Ketidak jelasan seberapa lama nasabah membayar


kontribusi. Karena bisa jadi seorang nasabah baru
membayar satu kali kemudian mendapatkan klaim, bisa
juga terjadi seorang nasabah belasan kali membayar
kontribusi namun tidak memperoleh apapun dari
pembayarannya tersebut.
MAISIR DALAM ASURANSI

Dalam bahasa Arab, maisir memiliki beberapa


padanan kata yang memiliki kemiripan makna,
yaitu muqamarah/ qimar ( ‫القمار‬/ ‫ )المقامرة‬dan
rihan/ murahanah ( ‫الرهان‬/ ‫)المراهنة‬.

Qimar lebih pada permainan (taruhan) antara sesama pemain.


Misalkan pada balapan sepeda motor, dua orang saling bertaruhan
masing-masing Rp. 1 juta. Yang menang akan mendapatkan satu juta
dari lawannya, sementara yang kalah mengeluarkan satu juta untuk
lawannya yang menang.
Sedangkan rihan merupakan taruhan yang dilakukan oleh para
penontonnya yang saling menjagokan “jagonya” masing-masing,
tanpa harus mereka ikut bermain. Jika taruhannya menang, ia
mendapatkan uang. Namun jika “jago”nya kalah ia harus
mengeluarkan uang.
MAISIR DALAM ASURANSI

Dalam asuransi, dari sisi nasabah, nasabah "wajib" membayar


kontribusi kepada pihak asuransi. Sementara pihak asuransi belum
tentu memberikan klaim kepada nasabah tersebut. Karena klaim
sangat tergantung dengan risiko. Sedangkan risiko ada kemungkinan
terjadi dan kemungkinan tidak terjadi. Sehingga dalam asuransi
terjadi adanya keharusan/ kepastian membayar kontribusi untuk
klaim yang belum tentu terjadi. Jika terjadi risiko maka klaim
dibayarkan, namun jika tidak ada risiko maka klaim tidak dibayarkan.
RIBA DALAM ASURANSI

Secara garis besar riba terbagi dua :


1. Riba Nasi’ah
Nasi’ah berasal dari kata nasa’a yang berarti menunda, menangguhkan, merujuk
pada waktu yang diberikan kepada peminjam untuk membayar kembali
pinjamannya dengan imbalan ‘tambahan’ atau premium. Jadi Riba Nasi’ah sama
dengan bunga yang dikenakan atas pinjaman.

2. Riba Fadhl
Dari segi bahasa, fadhl adalah ‘lebihan’. Sedangkan dari istilah riba fadhl adalah,
lebihan atau penambahan kuantitas dalam transaksi pertukaran atau jual beli
barang yang jenisnya sama, seperti emas dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum dsb, yang jumlahnya tidak sama.
 Penentuan tingkat suku bunga dibuat pada  Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat
waktu akad dengan pedoman harus selalu pada waktu akad dengan berpedoman
untung pada kemungkinan untung rugi.

 Besarnya prosentase berdasarkan pada  Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. jumlah keuntungan yang diperoleh

 Pembayaran bunga tetap seperti yang  Bagi hasil tergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah mendapatkan keuntungan maka kerugian
untung atau rugi. akan ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak.
 Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat  Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau dengan peningkatan jumlah pendapatan.
keadaan ekonomi sedang “booming”.

 Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak  Tidak ada yang meragukan keuntungan
dikecam) oleh semua agama termasuk bagi hasil.
Islam.
RIBA DALAM ASURANSI
Dalam asuransi (konvensional), riba terjadi sebagai berikut ;

• Adanya pertukaran antara uang dengan uang, dengan jumlah yang


tidak sama, yaitu di satu sisi kontribusi yang dibayar oleh nasabah,
dan di sisi yang lain klaim yang dibayarkan perusahaan asuransi.
Jumlah kontribusi yang dibayarkanpun tidak sama dengan jumlah
klaim yang diterima. Sehingga dalam hal ini terjadi pertukaran
antara uang dengan uang (barang sejenis) dengan jumlah yang tidak
sama (riba fadhl).

• Serah terima uangnya pun (antara kontribusi yang dibayarkan


dengan klaim yang diterima) tidak dalam waktu yang bersamaan,
melainkan setelah waktu tertentu. Sementara pertukaran barang
sejenis dengan waktu yang tidak bersamaan adalah masuk dalam
kategori Riba Nasi’ah.

• Investasi dana yang terkumpul yang bersumber dari pembayaran


premi tertanggung (peserta), pada tempat-tempat yang ribawi.
MENGAMBIL HARTA DENGAN CARA YANG BATHIL

Adanya pengambilan harta orang yang lain dengan cara yang


tidak sesuai dengan syariah Islam. Seperti pada asuransi
konvensional terdapat istilah "dana hangus", yang disebabkan
karena pengunduran diri dari kepesertaan asuransi, atau
karena sebab lainnya (saving produk). Padahal dana tersebut
pada hakekatnya adalah milik nasabah, dan sepatutnya
dikembalikan kepada nasabah. Namun yang terjadi, dana
tersebut diambil secara sepihak oleh pihak asuransi.
‫وهللا َأ ْع م َُل اِبلص موأ اب‬
‫ُ‬

Anda mungkin juga menyukai