Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS KONSEP MODEL KEPEMIMPINAN PAMONG PRAJA MUDA

DI ERA 5.0 DAN CARA PELAKSANAANNYA

Oleh :

Kelas D1

Kelompok 1

1. Ahmad Fikko Agil Alamsyah (33.0515)

2. Akbar Ade Fitrawan (33.0312)

3. Arya Anantawijaya Darma Satya (33.0638)

4. I Ketut Andika Wedananta. M (33.0617)

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


2022/2023

KETUA KELOMPOK :I KETUT ANDIKA WEDANANTA. M

SEKRETARIS : AHMAD FIKKO AGIL ALAMSYAH

ANGGOTA : 1. AKBAR ADE FITRAWAN

2. ARYA ANANTAWIJAYA DARMA SATYA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi industri berkembang sudah sejak awal keberadaan manusia, pada zaman

purbakala di mana teknologi masih bisa dikatakan sangat minim dan mengandalkan kekuatan

alam seperti berburu serta memanfaatkan hal apapun untuk kemudian dijadikan sebagai

pendukung kehidupan dimasa itu. Namun, seiring berjalannya waktu teknologi industri tentunya

berkembang hingga istilah-istilah perkembangan teknologi industri dikenal seusai dengan

perkembangan yang terjadi dimasanya. Diyakini pada masa itulah dimulai pola Society 1.0

(looking society). Lalu, seiring dengan meningkatnya keilmuan manusia mulai dikenal revolusi

Society 2.0 (agricultural society), cara mendapatkan makanan berubah dari mengumpulkan

menjadi memproduksi (bercocok tanam) dan tatanan sosial mulai dikenal. Berikutnya, revolusi

Society 3.0 (commercial society) pola kerja beralih dari tenaga manusia menjadi menggunakan

mesin sehingga produksi massal dapat dilakukan. Saat ini, revolusi Society 4.0 (records society)

tengah dijalankan di seluruh dunia. Teknologi informasi, jaringan internet, dan kecerdasan

buatan (synthetic intelligence) merupakan sederet teknologi yang menjadi sendi kehidupan dalam

teknologi revolusi Industri 4.0. Lalu munculah Society 5.0 sebagai perkembangan dari revolusi

Industri sebelumnya. Konsep ini memungkinkan kita untuk menggunakan ilmu pengetahuan

yang berbasis contemporary-day untuk melayani kebutuhan manusia seiring perkembangan

zaman. Dalam menghadapi era society ada dua hal yang harus dilakukan yaitu adaptasi dan
kompetensi. Perubahan dan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini menuntut kita untuk

ikut meningkatkan pola pikir dan menyesuaikan diri dengan jaman. Khususnya bagi seorang

pemimpin, perubahan yang ada membuat pemimpin harus selalu menyesuaikan diri agat mampu

memimpin dengan baik.

Pemimpin memegang peranan penting dalam suatu organisasi. Jika organisasi diibaratkan

sebuah pesawat terbang maka pilot merupakan pemimpinnya. Tanpa memiliki kecakapan yang

baik seorang pilot tidak akan dapat menerbangkan pesawatnya dengan baik. Begitu pula halnya

dengan organisasi, tanpa pemimpin yang baik organisasi akan kehilangan arah dan menemui

banyak kendala dalam pencapaian tujuannya. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau

memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan atau leadership secara umum merupakan perilaku yang mempengaruhi manusia

baik perorangan maupun kelompok, untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan

sebaik–baiknya serta dituntut untuk kerjasama yang baik sehingga dapat mencapai tujuan

organisasi yang diinginkan. Seorang pemimpin harus bisa memberikan inspirator perubahan

danvisioner yang memiliki visi yang jelas dan kemana organisasi akan di tuju. Dalam

memotivasi kinerja dari perusahaan atau organisasi sangat ditentukan oleh gaya kepemimpinan

dari seorang pemimpin. Kepemimpinan pada dasarnya merupakan kajian tentang individu yang

memiliki karakteristik fisik, mental, dan kedudukan yang dipandang lebih daripada individu lain

dalam suatu kelompok sehingga individu yang bersangkutan dapat mempengaruhi individu lain

dalam kelompok tersebut untuk bertindak ke arah pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan

merupakan suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang meliputi segala

tindakan yang dilakukannya dapat menyebabkan gerak dari warganya atau bawahannya. Dalam

proses kepemimpinan yang diharapkan seorang pemimpin yaitu bawahannya mau


mengikuti/menjalankan apa yang telah ditugaskan untuk mencapai tujuan organisasi. Hanya saja

proses kepemimpinan dalam organisasi tidak semuanya berjalan lancar. Biasanya ada saja

perbedaan pendapat atau ketidaksepahaman antara pimpinan dengan bawahannya sehingga

memicu terjadinya konflik.

Salah satu sifat seorang pemimpin adalah berani, kreatif, dan inovatif. Tiga sifat ini akan

selalu diperlukan di manapun dan dalam perubahan zaman apapun itu. Karena dengan orang

berani, orang tersebut akan berani dalam mengambil resiko dan menjawab tantangan yang ada.

Kemudian orang yang kreatif dan inovatif jika terdapat perubahan akan dengan mudah

mendapatkan hal hal baru yang sesuai dengan perubahan yang terjadi di saat itu. Maka pemimpin

yang berani, kreatif, dan inovatif pada saat bertemu dengan tantangan perubahan zaman akan

menjawab tantangan tersebut dengan program yang kreatif dan inovatif sesuai dengan zamannya.

Hal–hal tersebut merupakan harapan dari setiap pemimpin pendidikan di Indonesia, tetapi jika

pemimpinnya telah mengalami perubahan sedangkan para bawahannya tidak mau mengikuti itu

adalah suatu tantangan juga. Ada beberapa perubahan mungkin yang harus dilakukan dalam

memimpin masyarakat yang hidup di era Society 5.0 mengingat pada saat ini mungkin semua hal

akan berbasis dengan teknologi. Untuk itu, penulis membuat makalah ini untuk menganalisis

apa saja konsep model kepemimpinan yang ada dan relevan di era 5.0 ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Pamong Praja?

1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan era 5.0?

1.2.3 Bagaimana konsep model kepemimpinan Pamong Praja Muda di Era 5.0?

1.2.4 Bagaimana cara pelaksanaan model kepemimpinan Pamong Praja Muda di Era 5.0?
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pamong Praja

1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud era 5.0

1.3.3 Untuk mengetahui konsep model kepemimpinan Pamong Praja Muda di Era 5.0

1.3.4 Untuk mengetahui cara pelaksanaan model kepemimpinan Pamong Praja Muda di

Era 5.0

1.4 Metode Penulisan

Dalam kajian ini, penulis menggunakan metode penulisan normatif dengan menganalisis

model kepemimpinan Pamong Praja Muda di era Society 5.0. Penulisan normatif adalah metode

penulisan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder belaka.

Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode kualitatif, yang lebih

menekankan kepada pemaparan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap

tentang keadaan tertentu, pada suatu tempat tertentu dan pada saat tertentu. Sumber data dan

pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu mendapatkan data melalui bahan-

bahan kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan menelaah bukubuku literatur .

Penelitian ini menggunakan pendapat para ahli sebagai bahan hukum primer. Sedangkan untuk

bahan hukum sekunder, penulis mengutip dari berbagai sumber seperti jurnal, makalah, dan

beberapa sumber lain yang sekiranya mendukung penulisan makalah ini.

Tahapan analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman

yaitu mengadakan kegiatan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan/verifikasi
data (Sugiyono, 2019). Tahap reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan

cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Hasil reduksi data dalam penelitian ini kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi-deskripsi

yang mengerucut kepada pemecahan masalah yang akan dibahas. Tahap terakhir dari analisis

adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang muncul dari data yang disajikan kemudian diuji

kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Pengujian

kesimpulan akhir yang ditemukan diverifikasi kembali dengan sumber-sumber literatur yang

digunakan agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pamong Praja

Pamong praja (sebelumnya disebut pangreh praja sampai awal kemerdekaan) dalam

sejarah pemerintahan daerah di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis, karena pamong

praja tidak saja memainkan peran sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang

menyelenggarakan pelayanan masyarakat tapi juga peran strategis dalam menjaga keutuhan

Negara Republik Indonesia. Pamong praja berperan dalam mengelola berbagai keragaman dan

mengukuhkan keutuhan Negara. Ndaraha (2009) mengatakan pamong praja adalah mereka yang

mengelola kebhinekaan dan mengukuhkan ketunggalikaan. Kalau pamong praja diartikan secara

etimologis sebagai aparat atau pejabat pemerintahan yang bertugas “mengemong” dan menjadi

abdi Negara atau abdi masyarakat. Dengan demikian, pamong praja adalah semua aparat yang

melakukan aktivitas melayani, mengayomi, mendampingi serta memberdayakan masyarakat,

Pamong praja adalah mencakup pejabat pusat yang ada di pusat, pejabat pusat yang ada di daerah

maupun pejabat daerah yang ada di daerah.

2.2 Era 5.0

Era Society 5.0 merupakan gambaran evolusi industri hingga tahun 2030 dengan

mengidentifikasi dan menemukan cara untuk mengatasi tantangan transformasi digital dalam

masyarakat yang artinya seluruh teknologi, robot, serta penyimpangan awan (cloud storage),
menjadi jawaban atas permasalahan dalam kehidupan kita. Era ini diperkenalkan oleh Negara

sakura (Jepang) pada tahun 2019 yang dicetuskan sebagai antisipasi revolusi industri 4.0. Road

map menuju society 5.0 dimulai dari society 1.0 yang ditandai dengan masyarakat yang bertahan

hidup dengan berburu dan mengumpulkan hewan dan tumbuhan liar untuk dikonsumsi tanpa

adanya usaha untuk membudidayakan (huntergatherer society). Kemudian Society 2.0 yang

mulai mengetahui cara menanam, atau disebut masyarakat agraris (agrarian society). Di era

society 3.0 merupakan masyarakat yang mulai mengenal industri untuk mengatasi beberapa

masalah (industrial society). Kemudian pada 4.0 mulai digunakan teknologi dalam masyarakat.

Saat ini, negara–negara di dunia termasuk Indonesia sedang bersiap menghadapi society 5.0 yang

merupakan era penerapan teknologi yang bertitik pusat pada kehidupan manusia sebagai lanjutan

teknologi yang ada di masyarakat 4.0. Salah satu gambaran society 5.0 di mulau dengan adanya

robot yang memiliki kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan tujuan membantu

manusia, tetapi apabila teknologi ini tidak disikapi dengan baik tentunya akan menjadi dampak

buruk bagi manusia.

Disinilah peran pendidikan ini diperlukan untuk memberikan edukasi terkait teknologi dan

penggunaannya dalam kehidupan agar tidak semakin di salah gunakan. Konsep ini

memungkinkan masyarakat untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI,

robot, IoT, dsb) untuk melayani kebutuhan manusia. Tujuan dari konsep ini sendiri adalah

mewujudkan masyarakat dimana manusia-manusia di dalamnya benar-benar menikmati hidup

dan merasa nyaman. Society 5.0 sendiri baru diresmikan pada 21 Januari 2019 dan dibuat

sebagai solusi atas Revolusi Industri 4.0 yang ditakutkan akan mendegradasi umat manusia.

Sebenarnya konsep revolusi 4.0 dan Society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh. Hanya saja

konsep Society 5.0 lebih memfokuskan konteks terhadap manusia. Jika Revolusi industry 4.0
menggunakan AI, dan kecerdasan buatan yang merupakan komponen utama dalam membuat

perubahan di masa yang akan datang. Sedangkan Society 5.0 menggunakan teknologi modern

hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Society 5.0 adalah era dimana

semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya sekedar untuk

berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan. Dalam Society 5.0, nilai baru yang

diciptakan melalui perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada

manusia dan masalah ekonomi pada kemudian hari. Dalam masyarakat informasi (Society 4.0),

berbagi pengetahuan dan informasi lintas bagian tidak cukup, dan kerja sama itu sulit. Maka

tahapan meningkat pada Society 5.0 yang mencapai tingkat konvergensi yang tinggi antara ruang

maya (ruang virtual) dan ruang fisik (ruang nyata). Kalau dalam Society 4.0, orang akan

mengakses layanan cloud (basis data) di dunia maya melalui Internet, maka pada Society 5.0,

sejumlah besar informasi dari sensor di ruang fisik terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya,

data besar ini dianalisis dengan kecerdasan buatan (AI), dan hasil analisis diumpankan kembali

ke manusia dalam ruang fisik dalam berbagai bentuk.

Goals dari masyarakat 5.0 adalah untuk menciptakan masyarakat yang mana baik dalam

pembangunan ekonomi dan resolusi dari tantangan sosial tercapai, sehingga masyarakat dapat

menikmati kualitas hidup yang tinggi. Hal tersebut sepenuhnya aktif dan nyaman, serta hadir

dalam berbagai kebutuhan tanpa memandang usia, wilayah, jenis kelamin, bahasa, dsb. Misalkan

saja peningkatan dalam masyarakat 5.0 dalam bidang kesehatan, orang – orang dengan usia

lansia menurut WHO yakni pada 60->90 th yang pasti mengalami proses generatif dan

kebanyakan membawa berbagai permasalahan dalam segi kesehatan, atau beberapa fungsi dari

tubuhnya tidak berjalan sesuai dengan manusia pada usia anak–anak hingga pertengahan 13

Dalam hal ini dalam masyarakat 5.0 berusaha untuk memberikan kenyamanan hidup pada orang
– orang lansia dengan mencipatakan berbagai teknologi robot yang dapat digunakan sebagai alat

bantu kesehatan dalam kehidupan sehari – hari. Seperti mobil kemudi otomatis yang dapat

mendeteksi kejanggalan kesehatan penggunanya, kesehata, perawatan medis secara mudah dan

otomatis.

2.3 Konsep Model Kepemimpinan Pamong Praja Muda di Era 5.0

Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang–orang

sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal

untuk menyelesaikan tugas. Kepemimpinan atau leadership secara umum merupakan perilaku

yang mempengaruhi manusia baik perorangan maupun kelompok, untuk dapat melaksanakan

tugas dan kewajibannya dengan sebaik–baiknya serta dituntut untuk kerjasama yang baik

sehingga dapat mencapai tujuan organisasi yang diinginkan. Seorang pemimpin harus bisa

memberikan inspirator perubahan danvisioner yang memiliki visi yang jelas dan kemana

organisasi akan di tuju. Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan

sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.

Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

a. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan

menyediakan fasilitasnya.

b. Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,

commanding, controling, dsb.

Dalam menyongsong era 5.0, ada beberapa konsep kepemimpinan yang harus dimiliki oleh

pamong praja. Salah satu prinsip yang terpenting adalah prinsip kepemimpinan yang dikenal

dengan nama Hasta Brata. Nama atau kata Astabrata berasal dari dua kata, yakni asta dan brata.
Kata astha merupakan kosa kata dalam bahasa Jawa kuno atau Sanskerta. Kata astha berarti

“delapan.” Sementara itu kata brata merupakan kosa kata Jawa baru yang berasal dari kosa kata

Jawa kuno. Kata brata berarti “laku”. Kata “laku” dapat juga disejajarkan dengan sikap,

tindakan, atau sejenisnya. Kata laku dapat juga disejajarkan dengan kata watak atau sifat.

Dengan demikian Astabrata dapat dimaknai “delapan laku” atau “delapan watak” atau “delapan

sifat”. Kata asta juga dekat dengan kata astha yang berarti membawa atau memegang. Dari kata

asta dapat dibentuk menjadi ngasta artinya memegang. Jika dihubungkan denganmakna

Astabrata, nama Astabrata dapat berarti tindakan atau laku memegang; dan yang dipegang

adalah negara. Jadi Astabrata dapat diartikan sebagai delapan syarat dalam memegang negara

atau pemerintahan. Berdasarkan definisi filsafat kepemimpinan yang telah dijelaskan di atas,

ajaran Astabrata bisa dikategorikan sebagai suatu kontek filsafat kepemimpinan, berdasarkan

pemaparan di atas bahwa filsafat kepemimpinan juga bisa berasal dari perspektif keyakinan

agama dan kultural.Penjelasan kedelapan prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

a. Surya Brata

Surya Brata, yaitu para pemimpin hendaknya mampu memberikan penerangan secara

benar, adil dan merata kepada seluruh warga negaranya. Dalam hubungan ini pula hendaknya

para pemimpin selalu berhati-hati dalam mengeluarkan keputusan, seperti layaknya matahari

yang sangat berhati-hati dalam menyerap air yang ada di muka bumi ini. Pemimpin hendaknya

pula dapat meniru prilaku matahari yang terus bekerja setiap hari yang selalu menerangi jagad

raya walaupun gumpalan embun mengalangi sinarnya, matahari selalu terbit dengan berjalan dari

timur ke arah barat menuju peraduannya. Matahari pun tidak pernah mengharapkan balasan akan

kerja kerasnya (tanpa keterikatan). Adapun penerangan yang dimaksud dalam hal ini yaitu,

pemimpin hendaknya selalu memberikan informasi yang benar kepada rakyatnya mengenai
jalannya kepemimpinan yang di pimpinnya tanpa menutupi hal apapun. Pemimpin juga

berkewajiban untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya.

b. Candra Brata

Candra Brata yaitu para pemimpin hendaknya selalu dapat memperlihatkan wajah yang

tenang dan berseri-seri dalam tugasnya sehari-hari, sehingga dengan demikian rakyat yang

dipimpinnya merasa yakin akan kebesaran jiwa pemimpinnya serta simpati dan penuh rasa

hormat. Disamping itu juga, para pemimpin hendaknya dapat menyebarkan keindahan dan

berusaha memberikan kebahagiaan kepada setiap orang dengan jalan memberantas segala hal-hal

negatif yang menyelimuti jiwanya. Seperti bulan yang berlahan-lahan membebaskan diri dari

kabut malam yang menyelimutinya. Pemimpin juga diharapkan dapat menyejukan rakyat

(peneduh) laksana bulan, maksudnya yaitu menampung segala aspirasi yang diberikan oleh

rakyat dan bawahannya. Apalagi pendapat yang diberikan oleh rakyat merupakan hal yang

positif, untuk kelancaran jalannya kepemimpinan yang sedang berlangsung

c. Yama Brata

Yama Brata, yaitu para pemimpin hendaknya mengikuti sifat-sifat Dewa Yama. Dalam

hubungan ini para pemimpin diharapkan menegakkan hukum secara benar dan adil, yang

bersalah menurut hukum, harus dihukum dan yang tidak bersalah harus dilindungi. Hendaklah

para pemimpin tidak memiliki sifat pilih kasih dalam menegakkan hukum, karena hal itu akan

dapat merugikan masyarakat dan Negara yang dipimpinnya. Dalam menegakkan hukum kepada

rakyat yang bersalah hendaknya para pemimpin harus tegas dan konsekuen serta tidak

memandang status maupun kedudukan sosial. Sehingga ketertiban dan keamanan di masyarakat

dapat ditegakkan. Ajaran Yama Brata ini juga diharapkan agar pemimpin mengajak seluruh
rakyatnya untuk selalu mematuhi hukum yang berlaku sehingga ketertiban dan keamanan dapat

terlaksana dengan baik.

d. Indra Brata

Indra Brata, yaitu cara kepemimpinan yang mengikuti sifat Dewa Indra sebagai Dewa

hujan. Dalam hubungan ini hendaknya para pemimpin seperti air yang berasal dari bawah terus

menguap dan turun kembali menjadi hujan untuk memberi hidup semua makhluk di dunia ini.

Makna yang terkandung dari pernyataan ini ialah bahwa seorang pemimpin hendaknya jangan

lupa pada rakyat yang di pimpinnya. Hendaklah mereka selalu memperjuangkan rakyat untuk

bebas dari penderitaan dan bahagia lahir batin. Seorang pemimpin hendaklah mengikuti ajaran

Indra Brata, karena Indra Brata memberikan ketauladan sifat yang baik seorang pemimpin untuk

dapat memberikan bimbingan kepada masyarakat, bawahannya serta untuk dirinya agar selalu

berusaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.

e. Vayu Brata

Bayu Brata yaitu para pemimpin hendaknya selalu mengetahui keadaan dan kemauan

rakyat yang paling bawah dan menderita. Dalam hubungan ini dilukiskan para pemimpin sebagai

Dewa Angin atau Dewa Bayu yang selalu berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke

daerah yang bertekanan rendah. Para pemimpin hendaknya selalu berada di tengah-tengah

masyarakat yang dipimpinnya untuk memantau kehidupan rakyatnya. Untuk keadaan dan

kehendak rakyatnya, hendaknya pemimpin dapat menampakkan senyum dan sapa yang manis

serta dapat mengetahui motif kesenangan masyarakat sehingga mudah menyelami jiwanya.

Dalam Bayu Brata juga diajarkan agar para pemimpin memiliki daya adaptasi yang tinggi,
merakyat dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang semua rakyatnya. Sehingga para

pemimpin tidak terkesan sebagai orang yang gila akan kedudukan dimana jika sudah berada di

tempat yang tinggi maka akan enggan untuk berkunjung kebawah lagi. Adapun maksud dari

pada pemimpin harus mempunyai daya adaptasi yang tinggi yaitu ketika menjalankan tugasnya

dari suatu daerah ke daerah lain yang menjadi wilayah kekuasaannya, hendaknya para pemimpin

yang baik tanpa harus membanding-bandingkan daerah yang satu dengan daerah yang lain serta

dapat berkomunikasi dengan orang-orang setempat tanpa rasa canggung.

f. Varuna Brata

Baruna Brata yaitu para pemimpin hendaknya memiliki wawasan yang luas, dan sanggup

mengatasi setiap gejolak dengan penuh kearifan. Para pemimpin hendaknya mampu mengatasi

berbagai macam hambatan seperti kekacauan ekonomi, politik, pengangguran, demo dan

sejenisnya. Pemimpin hendaknya pula pandai mencari solusi terhadap berbagai masalah yang

terjadi di masyarakatnya, dengan dibantu oleh para pendampingnya (para menteri) sehingga

masalah tersebut cepat terselesaikan. Merupakan suatu kewajiban bagi pemimpin untuk memiliki

beberapa menteri untuk memberikannya nasehat dalam menyelesaikan berbagai masalah

kepemimpinan untuk kebahagian serta kemakmuran rakyatnya.

g. Agni Brata

Agni Brata yaitu para pemimpin hendaknya memiliki sifat pemberani dan memiliki

dedikasi yang tinggi dalam mengatasi suatu masalah yang menimpa masyarakatnya. Diibaratkan

sebagai Dewa Agni (Api) yang tidak pernah berhenti membakar benda yang dibakar sehingga

menjadi abu. Para pemimpin juga diharapkan agar meniru sifat api yang selalu berkobar

meskipun berbagai rintangan menghadangnya. Adapun maksudnya yaitu, hendaknya pemimpin

memiliki semangat yang berkobar-kobar seperti api dan tidak pernah putus asa dalam
menyelesaikan semua perkara yang terjadi dalam kepemimpinannya. Agni Brata juga

mengajarkan agar sebelum mengambil keputusan penting yang menyangkut kemakmuran

rakyatnya, seorang pemimpin haruslah terlebih dahulu menyucikan dirinya.

h. Kuwera Brata

Kuwera Brata yaitu para pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat bijaksana dalam

mempergunakan dana, sehingga pembangunan masyarakat yang adil dan makmur dapat terwujud

sebagaimana mestinya. Para pemimpin hendaknya mampu mempergunakan uang sehemat

mungkin, tanpa ada pemborosan, sehingga dengan demikian semua rencana dapat terwujud.

Selain hal tersebut, pemimpin hendaknya pandai dalam menggali potensi wilayah yang

dipimpinnya sehingga dapat menghasilkan dana untuk kelangsungan dan kemakmuran hidup

rakyat yang dipimpinnya. Hal ini sangatlah penting, apalagi seperti zaman sekarang dimana

teknologi sudah maju pesat. Berbagai zat yang terdapat di alam dapat dimanfaatkan untuk

menghasilkan dana yang diperlukan dalam segala bidang pembangunan. Namun, disamping itu

para pemimpin tidak boleh lupa untuk melestarikan kembali apa yang telah diambilnya dari alam

sehingga tercipta suatu keseimbangan diantara kehidupan manusia dengan alamnya. Yang mana

jika hal tersebut terwujud maka akan tercipta kehidupan masyarakat yang makmur dengan di

dampingi oleh alam yang bersahabat.

Kemudian, menurut Gaspersz (1997:197), untuk mengemban tanggung jawab sebagai

Pamong Praja, diperlukan sosok kepemimpinan transformasional yang mempunyai :

-Memiliki visi yang kuat

-Memiliki peta tindakan (map for action)

-Memiliki kerangka untuk visi (frame for the vision)

-Memiliki kepercayaan diri (self confidence)


-Berani mengambil resiko

-Memiliki gaya pribadi inspirasional

-Memiliki kemampuan merangsang usaha-usaha individual

-Memiliki kemampuan mengidentifikasi manfaat-manfaat

Society 5.0 merupakan sebuah masa di mana masyarakat berpusat sistem yang

diintegrasikan secara online dalam menyelesaikan permasalahan sosial serta menyeimbangkan

pertumbuhan ekonomi. Ada tiga skill yang harus dimiliki seseorang khususnya seorang

pemimpin untuk menghadapi era society 5.0, yaitu problem solving, critical thinking, and

creativity. Seorang pemimpin harus mampu memprediksi tantangan di masa depan, sehingga

mereka dan organisasi yang dipimpinnya dapat bertahan untuk masa depannya. Selain konsep

kepemimpinan Hasta Brata, pemimpin yang unggul di era Society 5.0 harus memiliki 4

kompetensi yaitu Leadership, Language skills, IT Literacy, dan Writing skills. Keempat

kompetensi itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Leadership, yaitu kompetensi kepemimpinan untuk mempersiapkan peserta didik dengan

karakter kuat khususnya di bidang leadership.

2. Language skills, yaitu kompetensi kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris.

3. IT Literacy, yaitu kompetensi penguasaan teknologi informasi dan computer menjadi ciri

utama era Society 5.0.

4. Writing skills, yaitu kompetensi menulis untuk menuangkan ide dan gagasan yang kita miliki

dan pemikiran maupun inovasi baru dapat ditularkan kepada Society 5.0. Sehingga gerakan

society 5.0. menekankan pada “a technology based human centered society”.

Masyarakat 5.0 akan lebih sering melakukan segala seguatu hal dengan teknologi karena

seperti yang telah di jelaskan sebelumnya pemakaian teknologi akan menjadi poros utama dalam
kehidupan di masyarakat 5.0 yang mengakibatkan mereka dapat melakukan berbagai hal yang

awalnya hanya dapat dilakukan di tempat tertentu dapat dilakukan di mana saja serta dapat

melakukan berbagai hal yang sebelumnya menurut kita sangat tidak mungkin dilakukan

Memimpin masyarakat ini memerlukan perbedaan dengan memimpin masyarakat pada

zaman dahulu. Pada era society 5.0 ini sebaiknya menggunakan gaya kepemimpinan demokratis

yang dipadukan denga gaya kepemimpinan laissez faire. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat

society 5.0 mereka telah memiliki pengetahuan dan pendidikan bukan seperti masyarakat pada

zaman dahulu yang berpendidikan rendah yang lebih baik menggunakan gaya kepemimpinan

autoritarian atau otoriter karena mereka belum tentu memikirkan dan memahami situasi dan

permasalahan. Akan tetapi, dalam masyarakat 5.0 mereka telah berpendidikan dan dapat

menganalisis mengenai permasalahan dan kondisi yang terjadi sehingga akan lebih baik

menggunakan gaya kepemimpinan demokratis.

2.4 Cara Pelaksanaan Model Kepemimpinan Pamong Praja Muda di Era 5.0

1) Penerapan Indra Brata:

Seorang kepala sekolah yang tidak pernah peduli dengan kondisi guru-guru dan

pegawainya, hanya berprinsip yang penting pekerjaan selesai, tidak peduli dengan kepentingan

bawahannya (sudah makan atau belum, kondisi sehat atau sakit, dan sebagainya). Hal ini akan

memicu terjadinya konflik misalnya ketidakpuasan guru dan pegawai mengakibatkan tugastugas

dikerjakan dengan setengah hati sehingga hasilnya tidak maksimal. Oleh karena itu, dalam kasus

ini diperlukan sikap seorang kepala sekolah seperti Dewa Indra yaitu seorang pemimpin dalam

hal ini peduli dan memperjuangkan rakyatnya, jadi seorang kepala sekolah hendaknya selalu
memperhatikan kondisi guru dan pegawainya serta memperjuangkan hakhak mereka sehingga

dalam bekerja kinerjanya dapat lebih meningkat.

2) Penerapan Yama Brata

Konflik yang terjadi di sekolah seperti misalnya ketidakadilan pembagian jumlah jam

mengajar guru, akan terkesan terjadi ketidakadilan atau pilih kasih. Dalam kasus ini seorang

kepala sekolah harus mampu bersikap seperti Dewa Yama yaitu adil dengan memberikan

pengertian kepada guru-guru atau alasan yang masuk akal kenapa terdapat perbedaan jumlah jam

mengajar, sehingga konflik yang terjadi dapat dikelola dengan baik dan guru-guru dapat

mematuhi dan menjalankan tugas-tugas yang diberikan.

3) Penerapan Surya Brata

Konflik yang terjadi di sekolah terkait penggunaan anggaran ataupun dana bantuan. Dalam

hal ini seorang kepala sekolah harus mempunyai sifat seperti Dewa Surya bersikap terbuka dan

transparan memberikan informasi yang benar terkait penggunaan anggaran tersebut sehingga

konflik ataupun rumor yang terjadi bisa diselesaikan dan tidak ada lagi keragu-raguan dalam

bekerja.

4) Penerapan Candra Brata

Ketidakramahan seorang kepala sekolah kepada guru-guru, pegawai dan siswa juga dapat

menjadi pemicu konflik seperti komunikasi yang sering terganggu yang dapat mengakibatkan

kesalahpahaman akan menghambat kinerja organisasi. Dalam kasus ini seorang kepala sekolah

hendaknya berlaku seperti Dewa Candra (bulan) yaitu selalu dapat memperlihatkan wajah yang

tenang dan berseri-seri dalam tugasnya sehari-hari, sehingga dengan demikian guru, pegawai,

siswa yang dipimpinnya merasa yakin akan kebesaran jiwa pemimpinnya serta simpati dan

penuh rasa hormat.


5) Penerapan Bayu Brata

Terjadi ketidakcocokan antara guru satu dengan guru yang lainnya karena suka

dibandingbandingkan prestasinya. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik antar guru tersebut.

Disinilah peran kepala sekolah untuk menerapkan Bayu Brata dengan menjalin komunikasi

melalui pertemuan formal (rapat) maupun informal dengan guru-guru dan pegawai. Hal-hal yang

dibicarakan tidak hanya masalah pekerjaan tetapi seorang kepala sekolah perlu berada di tengah-

tengah guru dan pegawainya untuk mengetahui keadaan atau kemauan dari bawahannya dengan

tidak membanding-bandingkan satu dengan yang lainnya.

6) Penerapan Kuwera Brata

Terjadinya konflik di sekolah antara kepala sekolah dengan komite sekolah terkait

penggunaan dana pembangunan gedung baru sekolah yang kurang dari anggaran semula. Untuk

mencegah masalah ini kepala sekolah harus bertindak sesuai ajaran Kuwera Brata yaitu

hendaknya bijaksana dalam mempergunakan dana, mampu mempergunakan uang sehemat

mungkin, tanpa ada pemborosan, sehingga dengan demikian semua rencana pembangunan

gedung sekolah dapat terwujud.

7) Penerapan Baruna Brata

Terjadinya konflik antar guru maupun siswa karena pemahaman yang kurang dari guru

terkait dengan prinsip pembelajaran dalam jaringan (Daring). Ada guru yang hanya memberikan

banyak tugas saja kepada siswanya, ada guru yang tetap ketat memberikan batas waktu terkait

pengumpulan tugas/ujian, ada guru yang tiap pertemuannya selalu mengadakan tatap muka

virtual. Hal ini tentunya akan membebani siswa dalam belajar, mengingat kemampuan siswa

berbeda beda dalam ketersediaan sarana teknologi pembelajaran daring. Oleh karena itu

diperlukan penerapan Baruna Brata oleh seorang kepala sekolah untuk memberikan
wawasan/pengetahuan yang lebih luas dan mendalam terkait konsep pelaksanaan pembelajaran

daring yang baik dan benar sehingga tidak memberatkan siswa dalam belajar.

8) Penerapan Agni Brata

Permasalahan yang terjadi ketika guru-guru di sekolah malas untuk mengurus kenaikan

pangkatnya, hal ini akan berimbas pada kesejahteraan guru dan peringkat sekolah. Dalam kasus

ini seorang kepala sekolah dapat menerapkan ajaran Agni Brata yaitu harus mampu memberikan

semangat yang berkobar-kobar dengan memberikan strategi-strategi yang sekiranya dapat

mempercepat proses kenaikan pangkat sehingga para guru termotivasi untuk mengurus kenaikan

pangkatnya yang akan berimbas kepada reputasi lembaga.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Pamong praja diartikan secara etimologis sebagai aparat atau pejabat pemerintahan yang

bertugas “mengemong” dan menjadi abdi Negara atau abdi masyarakat. Dengan demikian,

pamong praja adalah semua aparat yang melakukan aktivitas melayani, mengayomi,

mendampingi serta memberdayakan masyarakat, Pamong praja adalah mencakup pejabat pusat

yang ada di pusat, pejabat pusat yang ada di daerah maupun pejabat daerah yang ada di daerah.

b. Dalam menyongsong era 5.0, ada beberapa konsep kepemimpinan yang harus dimiliki oleh

pamong praja. Salah satu prinsip yang terpenting adalah prinsip kepemimpinan yang dikenal

dengan nama Hasta Brata. “Hasta” berarti delapan dan “Brata” yang artinya pegangan atau

pedoman. Selain konsep kepemimpinan Hasta Brata, pemimpin yang unggul di era Society 5.0

harus memiliki 4 kompetensi yaitu Leadership, Language skills, IT Literacy, dan Writing skills.

3.2 Saran

a. DIharapkan bagi setiap insan harus memiliki dan mengamalkan konsep kepemimpinan karena

konsep ini tidak hanya berlaku ketika kita memimpin orang lain, tetapi juga berlaku untuk diri

sendiri.

b. Bagi seluruh Praja IPDN yang merupakan kader pamong praja, diharapkan untuk selalu

mempelajari, memahami, dan mengamalkan setiap konsep kepemimpinan khususnya yang

relevan di era 5.0


DAFTAR PUSTAKA

Allam’ro, Hanief. 2018. Makalah Kepamongprajaan. Jatinangor: Institut Pemerintahan Dalam


Negeri

Ananda, Riski. 2018. Tugas Analisis Kepamongprajaan. Jatinangor: Institut Pemerintahan


Dalam Negeri.

Aryawan, Wayan. 2021. ”Penerapan Kepemimpinan Asta Brata dalam Pendidikan dari Sudut
Pandang Teori Konflik.” Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Universitas Dwijendra. Volume 7
Nomor 1
Fakhriyah Imtinan, Nurhana. 2021. “Gaya Kepemimpinan Dalam Menghadapi Era Society 5.0”.
Jurnal Kependidikan Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas. Jakarta: PT . Gramedia Pustaka Utama

Ndaraha, Taliziduhu. 2009. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Penerbit Yayasan


Karya

Purbha Sakti, Bayu. 2021. Indikator Pemahaman E-Portfolio Dalam Blended Learning Untuk
Menghadapi Era Society 5.0

Soerdjono dan Sri. 1994. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai