Document 1
Document 1
Perusahaan (PT. 3)
4)
Saung Mirwan)
Konsumen
Pasar bunga
5)
Rawa Belong
Pemasok
Keterangan:
: aliran komoditas tidak nyata (ada hanya jika perusahaan kekurangan/kelebihan persediaan bunga)
: aliran bahan baku produksi
: aliran komoditas nyata
: anggota rantai pasokan bunga krisan
Gambar 7. Model rantai pasokan bunga krisan PT. Saung Mirwan
Aliran komoditas bunga pada model rantai pasokan di atas dimulai dari perusahaan dibagi
menjadi 5 rantai, yaitu : 1) Perusahaan - agen luar negeri - pasar luar negeri (unrooted cutting), 2)
Perusahaan - agen bunga/pembeli - ritel (toko bunga, florist, trader) – konsumen, 3) Perusahaan -
20
agen bunga/pembeli – konsumen, 4) Perusahaan – konsumen dan 5) Perusahaan - pasar Rawa Belong
– konsumen. Aliran komoditas yang digunakan merupakan hasil penyempurnaan model rantai
pasokan dari penelitian Syafi (2009) yaitu dengan penambahan aliran komoditas dari perusahaan
langsung ke konsumen (aliran no. 4). Aliran komoditas ini berasal dari para pembeli yang langsung
datang ke perusahaan untuk membeli produk bunga. Biasanya mereka berasal dari sekitar perusahaan
dan membeli dalam jumlah kecil.
Tabel 3. Anggota rantai pasokan bunga krisan yang melibatkan PT. Saung Mirwan
Anggota Anggota
Aktivitas Aktivitas
Primer Sekunder
PT. Saung Melakukan budidaya bunga di lahan sendiri, Produsen Memasok bibit bunga
Mirwan membeli bunga dari petani jika persediaan bibit krisan berkualitas
bunga tidak memenuhi kebutuhan sesuai dengan SNI
pelanggan, dan mendistribusikan bunga (Standar Nasional
kepada agen, ritel dan konsumen akhir. Indonesia)
Agen bunga Melakukan pembelian bunga secara kontrak Produsen Memasok pupuk,
atau abondemen dari perusahaan pada pupuk, nutrisi dan pestisida
spesifikasi bunga tertentu, mendistribusikan nutrisi, dan kepada PT. Saung
kepada pembeli (ritel dan konsumen akhir) pestisida Mirwan
Pasar bunga Melakukan pembelian bunga dari Produsen Memasok media
perusahaan, menjual bunga kepada media tanam tanam bunga (peat
konsumen akhir. (peat moss, moss, sekam,
sekam, cocopeat, pasir)
cocopeat) kepada PT. Saung
Mirwan
Florist, Melakukan pembelian bunga dari agen, Produsen Memasok kemasan
Supermarket, menjual bunga kepada konsumen bunga bahan bunga (kertas prola,
dan Toko (akhir). kemasan karton dus, plastik,
bunga (kertas prola, selotip) kepada PT.
karton dus, Saung Mirwan
plastik,
selotip)
Konsumen Melakukan pembelian bunga dari toko
bunga, florist.
Mitra Beli Membudidayakan dan menentukan
(Petani bunga) spesifikasi bunga krisan, menjual hasil
panen kepada konsumen (tidak terikat
dengan PT. Saung Mirwan)
21
A.2 Entitas Rantai Pasokan
A.2.1 Produk
Produk yang diperdagangkan dalam rantai pasokan dan dibahas dalam penelitian ini adalah
bunga potong, rooted cutting, dan unrooted cutting. Bunga potong yang diproduksi di PT. Saung
Mirwan paling banyak adalah jenis krisan, selainnya adalah jenis bunga Lysianthus. Kualitas bunga
yang dihasilkan oleh perusahaan (PT. Saung Mirwan) pada umumnya adalah grade AA dan grade A.
Kualitas bunga dari perusahaan lebih baik daripada bunga yang dihasilkan oleh para petani.
Tingginya kualitas bunga yang dihasilkan perusahaan adalah karena kemampuan perusahaan yang
jauh lebih baik daripada kemampuan para petani. Perbedaan kemampuan perusahaan dengan para
petani bunga sehingga masing-masing menghasilkan bunga krisan dengan kualitas yang jauh berbeda
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Perbedaan kemampuan PT. Saung Mirwan dengan para petani bunga dalam menghasilkan
bunga krisan
No. Faktor Pembeda PT. Saung Mirwan Petani Bunga
Bunga yang dihasilkan petani tidak memiliki kualitas yang baik disebabkan oleh kualitas bibit
dan teknologi penanaman yang kurang baik serta fasilitas penanaman yang tidak tersedia. Selain itu
faktor produksi seperti lahan/media tanam, pupuk, nutrisi, pestisida dan tenaga kerja yang dimiliki
oleh para petani bunga juga tidak tersedia dengan baik. Hal ini disebabkan oleh tidak tersedianya
sumber daya modal yang cukup sehingga ada tidaknya pengetahuan baik tentang penanaman di dalam
diri petani tidak menimbulkan pengaruh yang berbeda. Pandangan para petani bunga bahwa kuantitas
bunga yang lebih besar walaupun kualitasnya rendah dapat menghasilkan keuntungan juga
mempengaruhi kualitas akhir bunga yang dijual mereka. Berbeda dengan para petani bunga, PT.
Saung Mirwan selain memiliki pengetahuan penanaman yang baik juga memiliki kemampuan modal
yang baik sehingga dapat menyediakan faktor-faktor produksi yang cukup untuk menghasilkan bunga
yang berkualitas baik dalam kuantitas yang besar pula.
Rooted dan unrooted cutting merupakan dua produk lain selain bunga potong yang dihasilkan
oleh PT. Saung Mirwan. Rooted cutting merupakan bibit krisan yang berupa stek batang yang
memiliki akar karena sebelumnya telah diakarkan. Rooted cutting yang dijual di pasar lokal ini juga
memiliki kualitas yang baik. Sedangkan unrooted cutting merupakan bibit bunga yang berupa stek
batang tanpa akar karena tidak melalui proses pengakaran sebelumnya, namun langsung dijual setelah
proses seleksi dan penyimpanan. Stek tanpa akar ini merupakan produk PT. Saung Mirwan yang
memasuki pasar luar negeri yaitu Jepang melalui agen luar negeri. Produk yang diekspor ini harus
memiliki kualitas yang sangat baik agar tidak mengecewakan konsumen luar negeri.
Hubungan kerjasama PT. Saung Mirwan dengan agen luar negeri adalah bersifat kontraktual
jangka panjang. Untuk menjaga kualitas unrooted cutting tetap sesuai keinginan, maka pihak agen
luar negeri mengunjungi perusahaan dan lahan tanam setiap minggu. Mereka meninjau ke lahan
tanam dan terlibat langsung dalam proses seleksi dan pengemasan produk. Hasil wawancara dengan
pihak agen luar negeri menyebutkan bahwa jika tidak dilakukan kunjungan setiap minggu maka
kualitas produk yang dihasilkan menjadi tidak konsisten.
22
A.2.2 Pasar
Pasar yang dimaksud adalah pasar tempat para pembeli dan penjual bunga bertemu dan
melakukan proses permintaan dan penawaran. Pasar bunga yang terlibat dalam rantai pasokan ini
yang terbesar adalah pasar bunga Rawa Belong, terletak di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pasar tersebut
merupakan tempat para petani bunga menjual hasil panennya. Para penjual dan pembeli bunga
berasal dari berbagai daerah, sehingga penyebaran produk dari pasar tersebut menyebar ke berbagai
lokasi di Indonesia.
Kualitas bunga yang diperdagangkan di pasar adalah grade B, C dan grade D. Bunga dengan
kualitas dan jenis yang beragam memberikan pilihan yang banyak bagi para pembeli bunga sesuai
dengan daya beli masing-masing. Perusahaan PT. Saung Mirwan juga menjual bunga krisan
khususnya yang tidak sesuai standar mutu ke pasar Rawa Belong ini, sedangkan untuk yang
memenuhi standar mutu dijual ke daerah-daerah seperti Bogor, Malang, Semarang, Surabaya dan
Solo.
Produk rooted dan unrooted cutting tidak dipasarkan di pasar bunga Rawa Belong, tetapi di
daerah Sukabumi, Cipanas, Sumatera Barat (tidak tentu), Surabaya untuk rooted cutting serta Pasar
Luar Negeri untuk unrooted cutting.
A.2.3 Stakeholder
Stakeholder adalah semua pihak yang terlibat di dalam rantai pasokan bunga. Pihak-pihak
yang dimaksud dapat terkait secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut yang terdaftar
di Dirjen Hortikultura stakeholder rantai pasokan bunga terdiri atas kelompok petani bunga, asosiasi
atau perhimpunan bunga dan tanaman hias, pelaku usaha, perusahaan, dan instansi pemerintah baik
pusat, daerah maupun kota/kabupaten yang berfungsi sebagai pengambil kebijakan. Stakeholder yang
terlibat secara langsung diantaranya petani, perusahaan, pemasok-pemasok faktor produksi, sedangkan
stakeholder yang terlibat secara tidak langsung adalah pemerintah pusat sampai pemerintah daerah.
Masing-masing stakeholder memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda yang dilakukan untuk
mengembangkan rantai pasokan bunga.
23
2) Menjual hasil produksinya kepada inti dengan harga yang telah ditentukan
3) Menyelesaikan pinjaman saprotan (sarana produksi tanaman) dengan jangka waktu maksimal 3
bulan dari mulai pengambilan sarana produksi.
Selain konsep mitra tani di atas, terdapat juga hubungan mitra antara perusahaan dengan petani
yang disebut “mitra kota”. Konsep ini merupakan kemitraan inti - plasma, khusus untuk para plasma
yang akan membudidayakan komoditas secara hidroponik di dalam greenhouse. Komoditas yang
dimaksud khususnya adalah paprika. Pihak inti dan plasma juga memiliki kewajiban dan hak masing-
masing. Konsep “mitra - kota” ini tidak dibahas dalan penelitian ini karena bukan bagian dari rantai
pasokan bunga.
Adanya hubungan mitra antara perusahaan dengan para petani bunga tentu dapat membantu
para petani meningkatkan kuantitas sekaligus kualitas hasil panen, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan yang diperoleh oleh para petani bunga. Sumber daya modal yang
sebelumnya menjadi kendala besar dapat diatasi melalui bantuan dari perusahaan, sehingga hanya
sedikit kemungkinan hasil panen tidak berhasil. Perusahaan juga mendapatkan keuntungan dari
hubungan mitra tersebut yaitu tersedianya pasokan produk yang sesuai standar. Semakin baik panen
yang dihasilkan oleh petani juga dapat meningkatkan jumlah produk yang terjual, dengan harapan
keadaan pasar bunga yang stabil. Jika keadaan pasar bunga sedang buruk maka inti - plasma
mengalami kerugian bersama-sama.
Tabel 5. Pertimbangan dan persyaratan yang ditetapkan PT. Saung Mirwan dalam pemilihan mitra
No. Bentuk Mitra Pertimbangan dan Persyaratan
1. Mitra tani Memiliki identitas yang pasti dan tanggung jawab, tidak melanggar
kontrak kerjasama, mampu menghasilkan produk sesuai dengan
yang diinginkan oleh perusahaan.
2. Mitra pemasok sarana Memiliki identitas yang pasti dan tanggung jawab, mampu
produksi (pupuk, nutrisi, menyediakan pasokan tepat waktu sesuai dengan kualitas dan
pestisida, media tanam, kuantitas yang telah disepakati.
kemasan, dan lain-lain)
3. Mitra jual a. Memiliki identitas yang pasti, pembayaran lancar, memiliki
a. sistem abondemen performa dan fasilitas penjualan yang baik, mampu memenuhi
b. sistem kontrak pesanan minimal (4000 batang untuk rooted cutting selama
satu bulan).
b. Memiliki identitas yang pasti, pembayaran lancar, memiliki
performa dan fasilitas penjualan yang baik, mampu memenuhi
pesanan minimal ( 700-1000 ikat untuk bunga potong).
24
B.2 Sistem Transaksi
Sistem transakasi yang terjadi dalam rantai pasokan bunga krisan dibagi menjadi sistem
transaksi secara tunai dan abondemen. Sistem transakasi secara tunai terjadi saat pembeli datang
langsung ke penjual untuk membeli bunga. Hal ini dapat terjadi di perusahaan dan di pasar bunga.
Pembeli bunga potong yang datang langsung ke perusahaan biasanya adalah pembeli yang daya
belinya kecil, artinya membeli dalam jumlah kecil. Mereka juga tidak akan memiliki banyak pilihan
produk, hanya membeli persediaan yang ada. Harga jual bunga yang diberikan oleh perusahaan lebih
tinggi daripada harga jual yang diberikan kepada pembeli tetap. Di pasar bunga Rawa Belong juga
terjadi sistem transakasi secara tunai, namun perbedaannya jenis bunga yang dijual lebih beragam dan
bisa dilakukan tawar-menawar dengan penjual.
Sistem transaksi secara abondemen diawali dengan pembeli yang memesan bunga terlebih
dahulu melalui internet, telepon, pesan singkat atau surat lalu perusahaan mengirimkan bunga tersebut
langsung kepada pembeli menggunakan alat angkutan milik perusahaan. Pembayarannya berdasarkan
faktur penjualan mengenai kuantitas dan harga bunga yang dipesan. Faktur tersebut akan dibawa oleh
bagian pengiriman dan menyerahkannya kepada pembeli atau wakilnya untuk diperiksa kesesuaian
dengan bunga yang dibawa. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau transfer. Jika barang yang
ada tidak sesuai dengan yang tertulis di faktur penjualan maka pengirim akan melaporkannya kepada
sales perusahaan untuk menindaklanjuti hal tersebut dengan pihak pembeli.
Sistem transaksi bahan-bahan baku produksi (sarana produksi) misalnya pupuk, nutrisi,
pestisida atau media tanam antara perusahaan dengan pemasok diadakan secara tunai dan sistem
transfer. Pemasok yang sudah menjadi pemasok tetap perusahaan dapat memberikan kelonggaran
bagi perusahaan yaitu dapat menunda pembayaran bahan-bahan baku sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak. Sedangkan untuk sarana produksi yang diberikan kepada “mitra tani”, perusahaan
menerima pembayarannya melalui hasil panen petani. Sementara petani menerima pendapatannya
dari selisih hasil penjualan panennya kepada perusahaan dengan sarana produksi yang diterima
sebelumnya.
Gedung penyimpanan sekaligus tempat penanganan pasca panen yang terdapat di PT. Saung
Mirwan memiliki keadaan yang cukup baik dan lengkap. Gedung dilengkapi dengan cool room
masing-masing untuk unrooted cutting dan rooted cutting, ruangan khusus untuk proses seleksi
unrooted cutting, dan ruangan khusus untuk pengemasan unrooted cutting. Sementara gedung untuk
pengemasan bunga potong letaknya terpisah dengan gedung penyimpanan bibit.
Kondisi jalan dan alat transportasi dalam rantai pasokan bunga krisan cukup baik. Jalan raya
dari perusahaan menuju lokasi konsumen sudah diaspal sehingga selain menjadi mudah bagi mobilitas
masyarakat, yang paling penting adalah tidak ada kendala untuk distribusi produk. Hanya saja jumlah
kendaraan yang dimiliki oleh PT. Saung Mirwan yang ada belum cukup untuk melakukan pengiriman
produk jika salah satu kendaraan tidak bisa beroperasi. Sehingga pihak transportasi sering mengalami
kesusahan memanajemen transportasinya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan
investasi alat angkutan tambahan. Sementara keadaan stasiun, bandara dan pelabuhan di Indonesia
sebagian besar layak digunakan untuk mendukung kegiatan rantai pasokan bunga dan komoditi lain.
26
C.4 Sumber Daya Permodalan
Sumber daya permodalan merupakan aspek yang paling dasar untuk mencapai lancarnya rantai
pasokan bunga. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kemampuan modal perusahaan
sangat jauh berbeda dengan kemampuan modal yang dimiliki oleh petani bunga. Kemampuan modal
yang berbeda disebabkan oleh kesempatan mengadakan sistem kredit dengan lembaga keuangan yang
lebih besar bagi perusahaan daripada bagi petani. Pihak lembaga keuangan sulit menurunkan dana
bagi petani karena terlalu beresiko, sedangkan bagi perusahaan lebih mudah menurunkan dana.
Salah satu solusi untuk membantu para petani bunga yang kekurangan modal adalah dengan
melakukan hubungan “mitra tani” dengan perusahaan PT. Saung Mirwan. Perusahaan dapat
menyediakan sarana produksi untuk penanaman bunga kepada mitranya dan sebagai pembayarannya
dipotong dari hasil penjualan bunga setelah panen. Jika performa mitra petani baik maka dapat
meningkatkan taraf hidup petani bunga tersebut.
Siklus-siklus yang terjadi dalam rantai pasok terdiri atas siklus procurement, siklus
replenishment, siklus manufacturing, dan siklus customer order (Chopra dan Meindl 2004). Siklus
procurement adalah kegiatan pemesanan bahan baku atau produk dari anggota yang berada pada
rantai siklus sebelumnya. Siklus replenishment adalah kegiatan penambahan barang dari
penjual/pemasok kepada konsumen. Kegiatan ini terjadi disebabkan oleh adanya kerusakan pada
bahan baku atau produk yang telah diterima. Hal tersebut juga dapat terjadi karena barang yang
diterima tidak sesuai jenis atau jumlahnya dengan pesanan. Siklus manufacturing adalah kegiatan
produksi yang dilakukan oleh anggota rantai pasokan yang merupakan perusahaan manufaktur. Siklus
customer order adalah kegiatan penerimaan dan pemenuhan pesanan yang dilakukan oleh semua
anggota rantai pasokan yang berupa kelengkapan administrasi dan pengolahan pesanan.
Siklus-siklus yang terjadi dalam rantai pasokan bunga krisan yang melibatkan PT. Saung
Mirwan sebagai grower sesuai dengan siklus-siklus rantai pasok yang disebutkan sebelumnya, yakni
terdiri atas siklus procurement, replenishment, manufacturing, dan customer order. Siklus
procurement dilakukan oleh setiap anggota rantai pasokan bunga, misalnya konsumen memesan
bunga jenis dan jumlah tertentu di toko bunga, lalu toko bunga memesan bunga tersebut pada agen
bunga, kemudian agen bunga memesan bunga pada perusahaan. Selanjutnya perusahaan mengolah
pesanan para pembeli menentukan produk mana yang tersedia dan yang tidak tersedia. Jika produk
yang diminta tidak ada maka pihak perusahaan melalui sales memberitahukannya kepada pembeli dan
menawarkan produk yang lain. Kegiatan pengolahan pesanan bunga oleh para sales perusahaan
merupakan contoh siklus customer order. Kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, seleksi,
pengemasan bunga sampai produk siap dipasarkan yang dilakukan oleh perusahaan termasuk ke
dalam siklus manufacturing. Jika produk telah diterima oleh pembeli namun terdapat ketidaksesuain
jenis, kualitas, atau kuantitas antara pesanan dengan barang yang diterima pembeli maka perusahaan
harus mengirimkan kembali sisa barang yang bermasalah kepada pembeli. Hal ini dinamakan juga
sebagai siklus replenishment. Demikian rantai pasokan bunga krisan memiliki semua siklus rantai
pasok. Sebagai sebuah siklus masing-masing kegiatan saling mempengaruhi dan berkaitan. Skema
siklus-siklus yang terdapat di dalam rantai pasok bunga ditunjukkan dalam Gambar 8.
27
D.1.2 Tinjauan proses rantai
Selain tinjauan siklus, seperti yang telah dijelaskan di atas proses dalam rantai pasok juga
meninjau proses pull/push. Kegiatan yang dilakukan untuk merespon permintaan konsumen disebut
proses pull/tarik. Tinggi rendahnya tingkat permintaan konsumen mempengaruhi jumlah produk yang
dihasilkan oleh suatu anggota rantai. Jika tingkat permintaan konsumen sedang tinggi maka
perusahaan akan berusaha meningkatkan hasil produksinya, demikian sebaliknya jika tingkat
permintaan konsumen rendah maka perusahaan akan menurunkan jumlah produksinya. Pada proses
pull ini perputaran informasi sangat cepat dibandingkan dengan proses push. Proses push adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Tinggi rendahnya tingkat
permintaan konsumen tidak mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan oleh anggota rantai.
PT. Saung Mirwan sebagai salah satu anggota rantai pasokan bunga krisan melakukan proses
pull dan proses push. Agen bunga melakukan pemesanan bunga kepada perusahaan, lalu perusahaan
memenuhi pesanan agen sesuai dengan jenis dan kuantitas yang ditetapkan oleh agen bunga, kegiatan
ini termasuk proses pull. Agen juga memenuhi pesanan ritel (toko bunga, florist) sesuai dengan jenis
dan kuantitas yang telah ditetapkan oleh pihak ritel, juga dinamakan proses pull. Sedangkan proses
push yang dilakukan oleh perusahaan adalah menyediakan persediaan bunga untuk para pembeli
bunga dalam jumlah kecil yang biasa datang langsung ke perusahaan. Kegiatan ini termasuk proses
push, karena perusahaan melakukan antisipasi akan timbulnya permintaan konsumen yang tiba-tiba.
Dalam rantai pasokan bunga krisan ini, PT. Saung Mirwan dan pemasok sarana produksi (suppliers)
adalah anggota rantai yang melakukan proses pull dan push sekaligus. Pemasok sarana produksi tidak
disajikan dalam penelitian Syafi (2009), untuk melengkapinya maka di dalam penelitian ini disajikan
karena merupakan salah satu anggota rantai pasok bunga juga. Sementara anggota rantai pasokan
yang lain seperti agen bunga hanya melakukan proses pull, petani dan ritel melakukan proses push.
Untuk lebih jelasnya skema proses pull/push yang terdapat dalam rantai pasok bunga disajikan pada
Gambar 8.
Proses pull dan push memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam proses bisnis
dalam ratai pasokan ini. Kelebihan/kekuatan proses pull adalah rendahnya biaya inventori karena
rendahnya tingkat persediaan (inventori) sehingga dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Namun, karena tidak adanya inventori perusahaan maka ketika ada penambahan pesanan
konsumen maka akan membutuhkan waktu tunggu yang lebih lama. Hal ini memungkinkan pembeli
atau konsumen dapat berpindah ke perusahaan lain. Sedangkan kelebihan proses push adalah memiliki
kelemahan yaitu waktu tunggu untuk tambahan pesanan yang cepat karena proses ini mendukung
peningkatan permintaan konsumen yang tidak dijanjikan sebelumnya. Namun, proses push juga
memiliki kelemahan yaitu biaya inventori yang mahal. Perusahaan melakukan proses pull dan push
untuk mengantisipasi peningkatan permintaan konsumen sehingga tidak membutuhkan waktu tunggu
yang lama.
Bargaining power (kekuatan tawar) dalam rantai pasok bunga ini merupakan besarnya
kekuatan setiap anggota rantai dibandingkan dengan anggota rantai yang lain dalam satu rantai pasok
bunga dalam menetapkan harga produk atau komoditas yang diperjualbelikan. Bargaining power
suatu anggota rantai pasok dapat lebih besar, lebih kecil atau sama besar (saling ketergantungan)
dengan anggota rantai pasok yang lain. Besar kecilnya bargaining power satu anggota rantai pasok
terhadap anggota rantai yang lain menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh. Bargaining power
yang lebih besar akan memungkinkan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atau dalam lingkup
yang relatif tidak akan dirugikan.
.
28
Siklus procurement Siklus manufacturing
Petani bunga
Suppliers
Siklus customer order
Siklus procurement
Agen Bunga
Siklus procurement
Ritel
Konsumen
Pesan/Order
bunga
: anggota rantai pasokan bunga krisan
: siklus rantai dalam suatu anggota rantai pasokan bunga krisan
: siklus rantai antar anggota rantai pasokan bunga krisan
: proses rantai antar anggota rantai pasokan bunga krisan
Gambar 8. Siklus dan proses rantai dalam model rantai pasokan bunga krisan PT. Saung Mirwan
Berdasarkan model rantai pasok bunga yang ada terdapat sembilan hubungan anggota rantai
pasok yang akan digambarkan kekuatan tawarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak
perusahaan dan konsumen diperoleh gambaran bargaining power masing-masing anggota rantai pasok
terhadap yang lain yang disajikan pada Tabel 6.
29
Tabel 6. Kekuatan tawar (bargaining power/bp) anggota rantai pasokan bunga
Hubungan Anggota
No. bp Keterangan
Rantai Pasokan
1. PT. Saung Mirwan - = Jika kualitas bunga sesuai kesepakatan kontrak kerjasama
“mitra tani” dan maka bp saling ketergantungan, tetapi jika tidak maka bp
> perusahaan terhadap “mitra tani” lebih besar
2. PT. Saung Mirwan - mitra > Perusahaan yang ingin membeli bunga dapat memilih di
beli (petani bunga) antara para petani yang menjual bunga berkualitas baik
dengan harga minimal
3. PT. Saung Mirwan - = Hubungan perusahaan dan pemasok sarana produksi yang
pemasok sarana produksi saling menguntungkan dipertahankan karena di luar
terdapat banyak perusahaan dan pemasok sarana produksi
yang lain
4. PT. Saung Mirwan - agen > Perusahaan telah menetapkan harga bunga sedangkan
bunga/pembeli agen bunga hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan
tersebut. Perbedaan harga yang diberikan perusahaan
pada hari-hari besar adalah tidak besar
5. PT. Saung Mirwan - > Perusahaan telah menetapkan harga bunga sedangkan
konsumen konsumen hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan
tersebut
6. PT. Saung Mirwan - pasar = Hubungan perusahaan dengan pembeli bunga yang terjadi
bunga Rawa Belong di pasar tradisional adalah saling menguntungkan karena
di pasar tradisional terdapat banyak pilihan produk yang
ditawarkan
7. Agen bunga/pembeli - ritel = Hubungan saling menguntungkan ini karena agen
(toko bunga, florist, membutuhkan ritel sebagai pembeli yang lebih penting
trader) daripada konsumen, sedangkan ritel dapat membeli
produk dalam jumlah yang lebih sesuai dengan
kemampuannya daripada langsung membeli produk ke
perusahaan
8. Agen bunga/pembeli – > Agen bunga telah menetapkan harga produk sedangkan
konsumen konsumen hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan
tersebut
9. Ritel (toko bunga, florist, = Hubungan ritel dan konsumen yang saling
trader) – konsumen menguntungkan dipertahankan karena di luar terdapat
banyak ritel dan konsumen yang lain
30
D.2 Dukungan Anggota Rantai
Masing-masing anggota rantai pasokan bunga krisan dapat saling mendukung demi mencapai
kepuasan yang diharapkan serta diharapkan mendapat dukungan dari pihak luar yang terkait dalam
rantai pasokan. Dukungan anggota rantai pasokan ini meliputi pelayanan, pelatihan, distribusi
informasi pasar, dan dukungan kredit. Dukungan anggota rantai pasokan bunga yang ada disajikan
Tabel 7.
31
Dukungan perusahaan bagi agen bunga adalah berupa pemberitahuan tentang produk-produk
yang baru yang dihasilkan perusahaan. Dukungan agen bunga terhadap ritel dan ritel terhadap
konsumen juga sama yaitu memberikan informasi mengenai produk-produk yang baru yang
dihasilkan perusahaan. Sementara distribusi informasi berlangsung timbal balik antara setiap anggota
rantai pasokan bunga.
Secara keseluruhan anggota rantai yang kurang mendapat dukungan dalam pengembangan
rantai pasokan adalah para petani bunga, baik berupa pelayanan, pelatihan, informasi maupun kredit.
Sehingga tidak heran bila mereka sulit berkembang. Kebanyakan latar belakang petani yang
merupakan kurang berpendidikan juga menjadi faktor penghambat perkembangan.
E. DISTRIBUSI PRODUK
b. Pengecekan barang
Pengecekan barang bertujuan untuk menyesuaikan jumlah dan jenis produk yang dipesan
pembeli dengan jumlah dan jenis produk yang ada di dalam kendaraan, tepatnya adalah jumlah dan
varietas bunga yang dipesan setiap pembeli. Pengecekan barang dilakukan saat barang diangkut ke
dalam kendaraan. Pengecekan harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan pengiriman
di akhir, karena dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Barang yang salah akan dikembalikan
kepada perusahaan.
c. Di perjalanan
Setelah barang selesai diangkut ke dalam kendaraan maka supir siap berangkat. Sebelum
berangkat menuju tempat konsumen, supir atau rekannya mencatat kilometer awal mobil dan
menyerahkan hasilnya kepada satpam, lalu saat kembali dari pengiriman kilometer yang terbaca
dicatat lagi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jarak yang sudah ditempuh oleh mobil tersebut
ketika pengiriman. Supir berangkat dengan membawa surat jalan dan faktur penjualan yang sudah
disesuaikan dengan keadaan barang yang diangkut. Di perjalanan suhu pendingin dijaga sekitar 8ºC
agar produk tetap terjaga kesegarannya sampai nanti tiba di tujuan.
tersebut dibawa kembali untuk diserahkan kembali ke bagian sales bunga perusahaan untuk
menindaklanjuti masalah tersebut.
Cara pembayaran yang dilakukan oleh pembeli/customer terdiri atas tunai dan transfer. Jika
customer membayar secara tunai maka uang dan bukti pembayaran diberikan kepada sales melalui
bagian distribusi. Sedangkan jika pelanggan membayar dengan cara transfer ke nomor rekening
perusahaan maka surat jalan asli yang sudah diperiksa oleh pembeli dibawa kembali oleh bagian
distribusi untuk diserahkan kepada bagian sales.
Pola distribusi bunga potong yang terjadi dalam rantai pasokan bunga krisan disajikan pada
Gambar 9.
Petani bunga Perusahaan Agen bunga Ritel
K
O
N
Saung Mirwan
S
U
M
E
N
Perusahaan sebagai grower utama menjual bunga kepada agen bunga, dan jika perusahaan
ingin memenuhi kebutuhan agen yang kurang maka dilakukan pembelian bunga kepada petani bunga.
Perusahaan memasok bunga kepada beberapa agen bunga, dan agen juga membeli bunga dari
beberapa perusahaan untuk memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya agen bunga mendistribusikan
bunga kepada beberapa ritel, karena ritel membeli bunga dalam jumlah yang lebih kecil daripada
agen. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan banyaknya varietas bunga, maka ritel juga
membeli bunga dari beberapa agen bunga. Ritel berfungsi sebagai perantara terakhir dalam
pendistribusian bunga dari produsen bunga kepada konsumen.
Unrooted cutting merupakan bibit krisan berupa stek batang tanpa akar yang diekspor
perusahaan ke Jepang melalui agen luar negeri. Unrooted cutting ini dihasilkan dari lahan milik
perusahaan dan terdiri atas beragam varietas. Perusahaan (PT. Saung Mirwan) hanya menjual
unrooted cutting ke satu agen, lalu agen tersebut juga hanya menjual barangnya ke satu perusahaan.
Jumlah unrooted cutting yang dimiliki oleh perusahaan yang layak ekspor masih terbatas, sehingga
33
hanya menjual ke satu agen. Agen luar negeri dapat membeli produk dari beberapa perusahaan sesuai
dengan permintaan perusahaan luar negeri. Kemudian perusahaan luar negeri membeli bunga dari
beberapa agen sesuai dengan pemesanan yang dilakukan oleh konsumen. Perusahaan luar negeri ini
bertindak sebagai perantara terakhir bunga dari perusahaan (PT. Saung Mirwan) kepada konsumen
bibit. Pola distribusi produk unrooted cutting disajikan pada Gambar 10.
Rooted cutting ini juga dihasilkan sendiri oleh perusahaan. Pola distribusi rooted cutting
merupakan pola paling sederhana dibandingkan pola distribusi bunga potong dan unrooted cutting.
Perantara antara perusahaan dengan konsumen hanya satu anggota rantai saja, yaitu agen bibit.
Perusahaan menjual rooted cutting ke beberapa agen bibit, dan agen juga membeli bunga dari
beberapa perusahaan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pola distribusi produk rooted cutting
disajikan pada Gambar 11.
Waktu pengiriman bunga dari perusahaan menuju lokasi konsumen (distribusi) sebagian besar
dilakukan pada pagi hari (04.00 WIB), ada juga pada siang hari (14.00 WIB). Pengiriman dilakukan
pada pagi hari karena mengikuti jadwal pengiriman sayuran yang juga merupakan produk PT. Saung
Mirwan. Sebagai produk pertanian, baik sayuran maupun bunga krisan harus diterima oleh konsumen
dalam keadaan segar atau tidak rusak. Oleh karena itu, saat transportasi adalah waktu yang sangat
penting untuk menjaga kualitas produk baik melalui handling yang benar maupun selang waktu
pengiriman yang diharapkan berjalan lancar.
Produk ekspor (unrooted cutting) akan dibawa ke Bandara dan diterima oleh pihak agen luar
negeri. Biasanya setelah produk tiba, lalu dipersiapkan untuk keberangkatan pesawat pada pada hari
itu, namun jika tidak dilakukan pengiriman maka produk akan disimpan dalam cool room di Bandara
selama sehari. Setelah tiba di Bandara Jepang, produk akan dikarantina terlebih dahulu sebelum
didistribusikan kepada konsumen. Jika produk dikirim dari Indonesia pada hari Rabu pagi, maka
produk tiba di tangan konsumen Jepang pada hari Jumat pagi.
34
F. HAMBATAN PENGEMBANGAN RANTAI PASOKAN
Hambatan pengembangan rantai pasokan yang teridentifikasi pada rantai pasokan bunga krisan
adalah sebagai berikut.
1) Biaya transportasi yang tinggi
2) Arus informasi yang kurang lancar
3) Ketidakpastian pasokan
4) Kurangnya kerjasama dengan lembaga keuangan
5) Peraturan dan birokrasi yang sulit
Biaya transportasi yang tinggi ditimbulkan saat pengiriman ke lokasi konsumen yang jauh,
semakin jauh lokasi konsumen maka semakin tinggi pula biaya transportasi yang ditimbulkan. Hal ini
tentu menghambat penyebaran konsumen bunga krisan yang terletak di daerah yang tidak dapat
ditanami bunga krisan. Selanjutnya arus informasi yang tidak lancar dari konsumen kepada
perusahaan tentang jenis dan jumlah bunga yang dipesan mengakibatkan perusahaan tidak dapat
mempersiapkan jenis dan jumlah bunga yang dipesan konsumen. Perubahan permintaan konsumen
tidak diterima perusahaan tepat waktu, sehingga perusahaan hanya menawarkan produk yang ada.
Ketidakpastian pasokan bunga dipengaruhi oleh cuaca dan iklim yang berubah-ubah.
Perubahan iklim mempengaruhi jadwal pemanenan bunga. Pada musim hujan jadwal panen
mengalami kemunduran, dan hasil panen juga mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena tanaman
menjadi lebih mudah rusak. Sedangkan pada musim panas, jadwal pemanenan maju, sementara
jadwal pemenuhan pesanan konsumen belum tiba. Maju mundurnya jadwal pemanenan bunga tentu
menimbulkan kerugian karena perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan konsumen tepat waktu.
Kurangnya kerjasama dengan lembaga keuangan biasanya dialami oleh para petani bunga,
sehingga mereka tidak memiliki modal yang cukup untuk menghasilkan bunga yang berkualitas dalam
kuantitas yang besar. Selain itu, peraturan dan birokrasi yang sulit dialami saat perusahaan melakukan
ekspor. Banyak urusan administrasi dan kelengkapan yang harus dipenuhi untuk melakukan ekspor,
ditambah dengan pungutan yang banyak juga. Hal ini dapat menghambat perusahaan
mengembangkan segmen pasar produknya.
35