Laporan Tutorial CVS Case 8 Kel 7
Laporan Tutorial CVS Case 8 Kel 7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Jl. Hariangbanga No. 2 Tamansari – Bandung
Telp: (022) 4203368 | Fax: (022) 423121
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyusun laporan tutorial dengan case “chronic venous insufficiency” ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok tutorial tingkat 2 di Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan
dan penyusunan laporan ini, karena kami tidak dapat menyelesaikan laporan ini tanpa bantuan
setiap pihak, bantuan berupa materil ataupun segala hal yang dapat membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, karena kami manusia yang tidak bisa lepas dari
kesalahan, kami hanya dapat berusaha untuk mencoba lebih baik, karena itu kami bersedia untuk
menampung setiap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi penyusun, pembaca,
dan seluruh kalangan masyarakat. Aamin.
Kelompok 7
1
Daftar Isi
2
Bab I
Review Case
Ny. Vivi wanita 55 tahun
CC:
AC :
varicose vein,
Fatigue,
Ketidaknyamanan di kaki kirinya.
PH :
Ulkus yang tidak kunjung sembuh (intractable ulcer) 2 bulan yang lalu. (tidak menyakitkan),
Pada usia 20 tahun (memilik varises kecil di kaki kiri),
10 tahun lalu memiliki perubahan kulit di tungkai kiri (memburuk)
Memiliki Riwayat tidak memiliki kontrasepsi.
ibu dan saudara perempuannya memiliki varises di kaki mereka.
PE:
BMI: 26,71
• Klasifikasi klinis:
C- varicose vein (C2),
skin changes (C4),
with healing
3
ulceration (C5),
symptomatic. [C2,4,5(s)].
Clinical classification C5
• Klasifikasi etiologi:
Ep- primary varicose vein.
• Klasifikasi anatomis:
As- Superficial vein.
• Klasifikasi patofisiologis:
Pr- reflux. Trendelenburg test: positive reflux.
Pergelangan kaki kiri:
pigmentasi melingkar pada pergelangan kaki kiri, jauh lebih buruk di sisi medial dan di
sekitar ulkus kecil.
Ulkus dangkal kecil kering tunggal dengan diameter 5 cm.
Lab Examination:
USG Doppler : aliran pada saphenous vein berkurang. Competency valve menurun.
Diagnosis :
Management:
konservatif
stoking penyangga elastis yang dipasang di tungkai kirinya, dan ganti balutan kasa polos.
Intervensi bedah
diindikasikan ketika tindakan konservatif, untuk mengontrol hipertensi vena, telah gagal.
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Lower Limb
1. Gluteal Regio
2. Thigh Regio
3. Knee Regio
4. Leg Regio
5. Ankle Regio
6. Foot Regio
6
Ekstremitas bawah memiliki vena superficial dan deep; vena superfisialis berada di jaringan
subkutan, dan deep vena berada di dalam (di bawah) fasia profunda dan menyertai semua arteri
utama. Vena superfisialis dan deep memiliki katup, yang lebih banyak jumlahnya di deep vena .
Dua vena superfisial mayor pada ekstremitas bawah adalah vena great saphenous dan small
shapenous. Vena great saphenous memiliki 10-12 katup, yang lebih banyak di leg daripada di
thigh. Katup-katup ini biasanya terletak inferior to the perforating veins. Katup vena adalah
cusps (flap) endotelium dengan cuplike valvular sinuses yang mengisi dari atas. Ketika mereka
penuh, katup katup menyumbat lumen vena, sehingga mencegah refluks darah secara distal,
membuat aliran searah.
Deep vein ini menemani semua arteri utama dan cabang-cabangnya. Mereka terkandung dalam
selubung pembuluh darah dengan arteri contained within a vascular sheath with the artery, yang
pulsasinya juga membantu menekan dan memindahkan darah di pembuluh darah Vena.
Karena efek gravitasi, aliran darah menjadi lebih lambat ketika seseorang berdiri dengan tenang.
Selama Exercise, darah yang diterima oleh deep vein dari vena superfisialis didorong oleh
kontraksi otot ke femoralis dan kemudian vena iliaka eksternal, Aliran ke arah sebaliknya
dicegah jika katupnya kompeten
7
8
9
2.2 Fisiologi Vena
Tekanan di right atrium : central venous pressure (darah dari systemic veins mengalir ke right
atrium jantung)
• (1) kemampuan jantung untuk memompa darah keluar dari atrium kanan dan ventrikel ke
paru-paru
• (2) kecenderungan darah mengalir dari peripheral veins ke atrium kanan.
• weakness of the heart dapat meningkatkan right atrial pressure.
• efek apa pun yang menyebabkan aliran darah cepat ke atrium kanan dari vena perifer
meningkatkan right atrial pressure.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan venous return dan dengan demikian meningkatkan
right atrial pressure adalah
Right atrial pressure normal adalah sekitar 0 mm Hg, yang sama dengan tekanan atmosfer di
sekitar tubuh. Ini dapat meningkat hingga 20 hingga 30 mm Hg dalam kondisi yang sangat tidak
normal, seperti
10
• Large Veins punya resistensi yg kecil untuk blood
flow ketika mereka distensi (cairannya menumpuk).
Resistensi hampir nol dan hampir tidak ada pengaruh.
• Tetapi, sebagian besar large veins yang memasuki
thorax itu dikompres di banyak titik oleh jaringan di
sekitarnya sehingga blood flow terhambat pada titik-
titik ini.
• Vena yang mengalir melalui abdomen sering kali
dikompresi oleh bermacam organ dan oleh intra-
abdominal pressure, sehingga mereka biasanya
sebagian collapse menjadi ovoid.
• Kesimpulan : large veins memungkinkan ada resistance terhadap blood flow
• Ketika right atrial pressure naik dari yg awalnya 0 mmHg, darah mulai kembali untuk
back up di large veins.
• Jadinya vena membesar, collapse points di vena ikut terbuka (ketika right atrial
pressurenya +4 sampai +6).
• Ikut menaikkan peripheral venous pressure di limbs dan dimanapun.
• Karena jantung harus lemah/weak untuk mengakibatkan naiknya RAP setinggi +4 sampai
+6, jadinya PVR naik tapi tidak ternotice naik (bahkan di early stage of heart failure)
• Ketika intra-abdominal pressure naik, tekanan di vena kaki harus naik di atas tekanan
abdomen sebelum abdominal vein akan terbuka dan membiarkan darah mengalir dari
kaki ke jantung.
• Jadi, jika tekanan intraabdomen adalah +20 mm Hg, tekanan serendah mungkin dalam
vena femoralis juga sekitar +20 mm Hg.
11
• Veins punya radius besar, jadi
mereka menerima resistensi yang
kecil untuk flow. Karena total cross-
sectional area pada venous system
berkurang secara bertahap ketika
smaller veins bergabung menjadi
vein yang semakin “fewer” tetapi
semakin “larger”, blood flow
semakin cepat ketika darah
mendekati jantung.
•
Selain berfungsi sebagai low-
resistance passageways untuk
mengembalikan darah dari jaringan
ke jantung, systemic veins juga
berfungsi sebagai blood reservoir. Karena kapasitas penyimpanannya, vena sering
disebut capacitance vessels.
• Vena yang mengandung volume darah ekstra menjadi lebih mudah meregang untuk
menampung darah tambahan tanpa cenderung recoil. Dengan cara ini vena berfungsi
sebagai blood reservoir - yaitu, ketika blood demand rendah, vena dapat menyimpan
darah tambahan sebagai cadangan karena distensibilitas pasif mereka. Dalam kondisi
istirahat, vena mengandung lebih dari 60% dari total volume darah
• memiliki sedikit elastisitas karena jaringan ikat vena mengandung collagen fibers lebih
banyak disbanding elastin fibers. Karena itu, vena lebih mudah distensible,
merenggang, dan memiliki sedikit elastic recoil. Mereka dengan mudah menggembung
untuk menampung volume darah tambahan dengan hanya sedikit peningkatan di venous
pressure.
A. Venous capacity (volume darah yang dapat ditampung oleh vena) tergantung pada:
•Distensibilitas dinding vena (seberapa banyak mereka dapat meregang untuk menahan
darah)
•Pengaruh tekanan yang diberikan secara eksternal etika terjadi “squeezing” pada vena.
B. Venous return : volume darah per menit yang memasuki setiap atrium dari vena
12
1. Sympathetically induced venous vasoconstriction
2. Skeletal muscle pump
3. Venous valves
4.
5.
6. Respiratory pump
à Veins tidak terlalu muscular tetapi banyak disuplai sympathetic nerve fibers.
Normalnya, vena punya radius yg besar. Bahkan ketika konstriksi veins tetap punya large radius
dan tetap low-resistance vessels)
13
Perbedaannya arteriolar dan vena ketika konstriksi
• Arteriolar : menurunkan flow karena meningkatnya resistensi (hanya sedikit darah yang
bisa masuk dan flow melalui arteriole yang sempit)
• Venous : meningkatkan flow karena turunnya kapasitas (menyempitnya vena akan
squeeze out darah yang ada di vena. Meningkatkan blood flow yang melewati vessels)
Venous return naik, CO juga naik karena peningkatan end diastolic volume
• Banyak large vein di ekstremitas terletak diantara otot skeletal. jadi kalau ada kontraksi
otot, akan mengkompres vein.
• Efek squeezing darah di veins jadi maju menuju jantung: venous compression
menurunkan venous capacity, meningkatkan venous pressure
• Pumping action ini disebut Skeletal Muscle Pump (membuat extra blood di vena
kembali lagi ke jantung selama olahraga)
14
Efek gravity :
• Gravitational pressure ada di vascular system manusia karena berat darah di pembuluh
darah.
• Ketika berdiri, tekanan atrium kanan = 0mmHg (karena jantung memompa ke arteri jika
ada kelebihan darah yang mulai menumpuk pada titik ini)
• Ketika berdiri dan diam= Tekanan di vena (feet) +90mmHg (karena gravitational weight
of the blood). Venous pressure di bagian tubuh lain antara 0 dan 90 mmHg
• Tekanan di Arm veins dilihat pada Tekanan pada top rib = +6mmHg (karena kompresi
dari subclavian vein yang melewati rib ini). Makanya, gravitational pressure disini
ditentukan oleh jarak dibawah rib ini.
• Perbedaan gravitasi antara level of the rib dan the hand adalah +29 mm Hg, gravitational
pressure ini bertambah +6 mm Hg yang disebabkan oleh kompresi vena saat melintasi
rib, sehingga total tekanan menjadi +35 mm Hg di the hand.
Venous Valves and the “Venous Pump”: Their Effects on Venous Pressure
15
• Valve di vena, ditunjukkan pada Gambar 15-11, diatur sehingga arah aliran darah vena
hanya bisa menuju jantung.
• Akibatnya, setiap kali seseorang menggerakkan kaki atau bahkan mengencangkan otot-
otot kaki, sejumlah darah vena didorong ke arah jantung. Sistem pemompaan ini dikenal
sebagai “venous pump” atau “muscle pump," (cara ini cukup efisien karena terbukti
bahwa dalam keadaan biasa, tekanan vena pada kaki orang dewasa yang berjalan kurang
dari +20 mm Hg)
• Jika seseorang berdiri diam, venous pump tidak bekerja, dan tekanan vena di tungkai
bawah meningkat ke nilai gravitasi penuh 90 mm Hg dalam waktu sekitar 30 detik.
• Tekanan di kapiler meningkat, lalu cairan bocor/leak dari circulatory system ke tissue
spaces. Jadi, kaki membengkak dan volume darah berkurang. 10-20% volume darah bisa
hilang dari circulatory system hanya dengan 15 hingga 30 menit ketika berdiri diam,
dapat menyebabkan pingsan (contoh tentara yang harus berdiri tegak)
• Pengurangan aliran darah ke otak, pada gilirannya, menyebabkan pingsan, yang
diharuskan mengembalikan orang ke posisi horizontal untuk menghilangkan efek
gravitasi pada sistem pembuluh darah dan mengembalikan sirkulasi yang efektif. Karena
alasan ini, sangat tidak disarankan untuk mencoba hold upright seseorang yang pingsan.
Pingsan adalah remedy/solusi untuk masalah, bukan masalah itu sendiri
• Situasi ini dapat dihindari dengan hanya melenturkan otot-otot kaki secara berkala dan
sedikit menekuk lutut, sehingga memungkinkan venous pump bekerja.
16
valves membiarkan darah bergerak maju menuju jantung tetapi mencegahnya bergerak
kembali ke jaringan.
• Venous valves juga mempunya peran dalam efek gravitasi pas orang berdiri dengan
meminimalisasi backflow darah dan mensupport darah ketika otot skeletal sedang
relaksasi
Kompensasinya
• Karena adanya aktivitas pernafasan, tekanan di chest adalah 5mmHg lebih rendah
daripada tekanan atmosfer.
• Ketika sistem vena mengembalikan darah ke jantung dari lower region body, dia juga
mengarungi chest cavity.
• Karena vena di limb dan abdomen sama dengan tekanan atmosfer, ada pressure gradient
antara lower veins (at atmospheric pressure) and the chest veins (at less than atmospheric
pressure).
• Tekanan ini menyebabkan darah terdorong dari lower veins to chest veins.
meningkatkan venous return.
• Mekanisme ini disebut respiratory pump karena berasal dari aktivitas resirasi.
17
• Increased respiratory activity, the skeletal muscle pump, and venous vasoconstriction, all
enhance venous return during exercise.
1. DEFINISI
kondisi ketika pembuluh darah kaki mengalami masalah dalam mengirim darah kembali
ke jantung. Hal ini dapat menyebabkan darah terkumpul di kaki
2. EPIDEMIOLOGI
2-56% pria dan 1-60% wanita
usia ras dan jenis kelamin
tanpa komplikasi :2%-56% (pria) dan <1% -73% (wanita)
3. ETIOLOGI
18
1. Stagnasi blood flow karena imobilitas
(terjadi pada pasien yang terbaring di tempat tidur) ex: seperti pasien yang telah
menjalani jenis operasi besar atau ortopedi Di pinggul atau lutut)
4. FAKTOR RESIKO
Riwayat keluarga dengan penyakit vena
Riwayat pembekuan darah
Obesitas
Kehamilan
Lama duduk atau berdiri
5. KLASIFIKASI
6. KLASIFIKASI
1. VARICOUS VEIN
DEFINISI: Pembuluh darah superfisial berliku yang melebar yang sering berkembang di
dalam ekstremitas bawah
19
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
ü Primary Varicose Vein : Varicose primer berasal dari superficial system kehamilan,
berdiri dalam waktu lama, dan obesitas
ü Secondary varicose vein:Terjadi ketika suatu kelainan dalam sistem deep vein adalah
penyebab varises superfisial.
MANISFESTASI KLINIS
ü Asymptomatic
ü Nyeri tumpul “heaviness”
ü Sensai tekanan di kaki setelah lama duduk
MANAGEMENT
DEFINISI
MANISFESTASI KLINIS
• Rasa sakit atau pegal-pegal di kaki, terutama saat berdiri untuk waktu yang lama
• Edema
20
• Hyperpigmentasi
• Ulserasi
DIAGNOSIS
ü Anamnesis
ü PE
- Varises
- Edema
- Radang kulit
- Hiperpigmentasi
- Ulserasi
ü Penunjang
- Duplex ultrasound
MANAJEMEN
• Stoking kompresi
• Perban kompresi = Untuk ulserasi
• Ablasi vena
3. VENOUS THROMBOEMBOLISM
• Pada awalnya, venous thrombus tersusun dari platelet dan fibrin. Lalu, RBC menjadi
menyelingi fibrin dan thrombus cenderung propagate di arah dari blood flow.
• Perubahan pada dinding pembuluh bisa minimal atau bisa termasuk infiltrasi granulosit,
kehilangan endotelium, dan edema
• Trombus dapat mengurangi atau menghalangi aliran vaskular, atau mereka dapat terlepas
dan membentuk tromboemboli.
• Terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu
Definisi
• terjadi pada vena di betis, dapat berkembang lebih proximal (popliteal, femoral, iliac
vessels)
• DVT dapat menjadi Pulmonary embolism (PE) (dikenal juga sebagai venous
thromboembolism) dan postphlebitic syndrome
21
Manifestasi Klinis
Definisi
• PE terjadi ketika gumpalan, paling sering dari DVT di proximal veins eksremitas
bawahdan terbawa melalui IVC dan right heart chamber, lalu sampai dan menobstruksi
pulmonary vasculature.
Epidemiology
Manifestasi Klinis
• Dyspnea
• Pleuritic chest pain (karena pleural irritation)
• Hemoptysis
• Cough
• Syncope (karena penurunan Cardiac output)
• Tachypnea
• Bronchospasm
3.Superficial Thrombophlebitis
Tromboflebitis superfisial adalah kelainan jinak yang terkait dengan inflamasi dan trombosis
vena superfisial, tepat di bawah kulit. Ini dapat terjadi, misalnya, sebagai komplikasi dari
pemasangan kateter intravena.
Karakteristik
• Eritema
• Tenderness
• Edema di vena yg bersangkutan
Treatmant
• Treatment terdiri dari local heat and rest pada ekstremitas yang terlibat.
• Aspirin atau obat antiinflamasi lainnya dapat meredakan ketidaknyamanan terkait.
22
2.4 Chronic Venous Insufficiency
DEFINISI
Chronic Venous Insuffi ciency (CVI) adalah gangguan aliran balik darah dari tungkai ke
jantung yang bersifat menahun,mengenai sistem vena ekstremitas bawah yang dapat
menyebabkan berbagai patologi, meliputi nyeri, bengkak, perubahan kulit, dan ulserasi
EPIDEMIOLOGI
● 6-7juta di Amerika Serikat memiliki diagnosis penyakit vena lanjut dan memenuhi
kriteria diagnostik untuk insufisiensi vena kronis
● Wanita > Pria
1-17% pria dan 1-40% wanita mengalami insufisiensi vena kronis
● pasien insufisiensi vena kronis, 1-2,7% akan mengembangkan venous stasis ulcer.
ETIOLOGI
Etiologi CVI diklasifikasikan (primer dan sekunder dari deep venous thrombosis (DVT).
● Primary chronic venous insufficiency disebabkan oleh cacat bawaan atau perubahan
biokimia dinding vena
23
● Secondary chronic venous insufficiency terjadi sebagai respons terhadap DVT yang
memicu respons inflamasi yang kemudian melukai dinding vena
Ø CVI terjadi jika katup vena tidak berfungsi dengan baik, dan terjadi gangguan sirkulasi
darah pada vena tungkai
STADIUM
Clinical
C3 : edema
Etiologi
• Primary
24
• Secondary ( trauma,pill kb)
• Congenital (Klipper trenaunay)
• Penyebab tidak diketahui
Anatomi
• Superficial Deep
• Perforator
• lokasi anatomi yang tidak jelas
Pathopysiology
• Obstruction, thrombosis
• Reflux
• Obstruction and reflux
• No venous pathology
25
FAKTOR RESIKO
dapat dimodifikasi
• Merokok
• Obesitas/gaya hidup
• Kehamilan
• Berdiri/duduk lama
• Kurang olahraga
• DVT/Deep vein thrombosis
• Injury vena
PATGEN PATFIS
26
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Gejala subjektif yang dirasakan : Terbakar, Pembengkakan, Berdenyut, Kram, Rasa
sakit, Berat, Kelelahan kaki
b. Nyeri yang disebabkan oleh venous insufficiency sering meningkat dengan berjalan
atau dengan mengangkat kaki.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda yang ditemukan termasuk :
edema
Hiperpigmentasi
27
Dermatitis venous
Selulitis kronis
Ulserasi
3. Pemeriksaan Penunjang
a. bantuan alat Doppler sehingga pemeriksa dapat mendengarkan aliran darah.
DIAGNOSIS BANDING
Lymphedema
Cellulitis
Stasis dermatitis
Varicose veins
Traumatic Ulcers
MANIFESTASI KLINIS
Tungkai terasa nyeri dan berat (sering lebih buruk pada malam hari dan setelah latihan atau
berdiri lama).
Pelebaran vena dekat permukaan kulit
28
Munculnya spider veins (telangiektasia) di tungkai yang terkena
Perubahan warna kulit menjadi kuning kecoklatan yang mengilap di dekat pembuluh darah
yang terkena
Kemerahan, kering, dan gatal di daerah kulit, yang disebut dermatitis atau eksim stasis vena
Kram bisa terjadi terutama saat pergerakan tiba-tiba, seperti gerakan berdiri
Pada beberapa orang, kulit di atas pergelangan kaki dapat mengisut (lipodermatosklerosis)
karena lemak di bawah kulit menjadi keras
TREATMENT
Penatalaksanaan chronic venous insufficiency meliputi terapi konservatif dan intervensi aktif..
1. Terapi konservatif
Gejala varises dapat dikontrol dengan tindakan berikut ini:
Mengangkat tungkai mengurangi edema dan tekanan intraabdominal, serta sering
mengurangi gejala sementara
Olahraga teratur memperkuat otot betis, sehingga memulihkan fungsi pompa otot betis.
29
menjaga kelembapan kulit yang terkena mengurangi risiko kerusakan dan infeksi kulit.
2. Intervensi Aktif
Intervensi medis aktif dalam varises dapat dibagi menjadi teknik non-bedah dan teknik
bedah.
Teknik Non-Bedah
1. Skleroterapi
Skleroterapi diindikasikan untuk berbagai kondisi termasuk spider veins (< 1 mm),
varises dengan diameter 1-4 mm, perdarahan varises, dan hemangioma kavernosus kecil
(malformasi vaskuler). Sclerosant disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk membuat
pembuluh darah menciut. Obat yang biasa digunakan sebagai sclerosant adalah
polidokanol, natrium tetradesil sulfat (STS), larutan salin hipertonik, gliserin dan gliserin
dikromasi. Komplikasi skleroterapi jarang terjadi, meliputi hiperpigmentasi kulit sekitar,
pembekuan darah dan ulserasi.
3. Terapi ablasi
Terapi ablasi adalah penggunaan energi termal dalam bentuk radiofrequency atau laser untuk
mengobliterasi vena.
30
Komplikasi lebih serius meliputi luka bakar pada kulit, trombosis vena dalam, emboli
paru, dan cedera saraf.
Teknik Bedah
1. Stripping
Stripping adalah pengambilan seluruh atau sebagian batang utama saphenous vein (besar/
panjang atau lebih kecil/pendek). Komplikasi meliputi trombosis vena, emboli paru, dan
komplikasi luka termasuk infeksi.. Selain itu, karena stripping menghilangkan batang
utama safena, tidak tersedia lagi vena untuk cangkokan bypass vena di masa depan
(penyakit arteri koroner)
3. Cryosurgery
Dalam teknik ini, sebuah cryoprobe diturunkan melalui vena safena panjang setelah
ligase saphenofemoral. Kemudian probe didinginkan dengan NO2 atau CO2 hingga suhu
-85o C. Vena tersebut membeku ke arah probe dan dapat ditarik secara retrograde setelah
5 detik pembekuan.
keunggulan teknik ini adalah untuk menghindari sayatan distal.
31
KOMPLIKASI
● Venous ulcer
● Leg discoloration
● Thrombophlebitis
● DVT
● Pulmonary embolism
● Bleeding
● Secondary lymphedema
● Chronic pain
PROGNOSIS
Sindrom hipertensi berat dan pengurangan kelonggaran vena adalah penyebab penting
morbiditas dan cacat pada pasien dengan varicose venous disease. Tanpa koreksi penyebab yang
mendasarinya, insufficiency yang berlebihan dapat sangat progresif.. Sindrom insufficiency yang
32
berlebihan juga dapat menyebabkan kematian akibat pendarahan.
PENCEGAHAN
2.5 MANAGEMENT
33
- Treatment Goals
Improvement of symptoms
Reduction of edema
Treatment of lipodermatosclerosis
Healing of ulcers
34
Essential component
Rapid symptomatic improvement (observational data)
Evidence-based effectiveness for venous ulcers
Improved ulcer healing rates
Improve rates of secondary prevention
Hosiery or bandages
Kontraindikasi :
Peripheral artery disease
Safe if ABI ≥ 0.8
Needs to be modified if ABI 0.5 to 0.8
Not recommended if ABI ≤ 0.5
Mechanism Of Compresion Therapy :
Reduces Edema
• Allows the dermis to engage the superficial capillary network to improve
function of O2 and waste exchange
Capillary Action: Improves absorption and decreases leakage
• Increases interstitial pressure
• Decreased capillary leakage of fluids and solutes
• Increase absorption of interstitial fluids – lymph system as well
• Improves local capillary clearance
Reduces the Diameter of Superficial Veins
• Reduces the capacitance of these veins
• Reduces reflux and venous pooling
• Increase proximal venous flow
35
36
37
d. Ulcer Dressing
Ulcer dressings
• Control exudate, maintain moisture, control odor, and help control pain
• Facilitate epithelialization and speeds healing
e. Diet
Losing weight
Vegetraian
2. Invasif / operative
38
• Chemical sclerotherapy
• Vein stripping
• Bypass surgery
• Valve repair
• Minimally invasive endovenous ablation procedures
such as Laser and Radio Frequency Ablation.
a. Sclerpthropy
Defined as introduction of chemical into lumen of a vein to induce endothelial damage
that results in thrombosis and fibrosis
Most commonly used for tributaries and reticular veins.
Sodium tetradecyl sulfate, polidocanol, and hypertonic saline most commonly used
agents
Endothelial damage the result of either osmotic action or protein denaturation
39
40
3. Farmako
- NSAID : Taking NSAIDs as needed for inflammation
- Aspirin : Improved ulcer healing rates
- Topical Therapy
Little or no evidence for topical therapies
Antibiotics
Cadexomer iodine
Silver sulfadiazine
Povidone iodine
Acetic acid
Hydrogen peroxide
Enzymatic agents
41
Honey
- MPFF (Micronized Purified Flavonoid Fraction)
Definisi
Micronized purified flavonoid fraction (MPFF) merupakan obat venoaktif berbasis
flavonoid yang lebih poten dibandingkan diosmin murni karena adanya tambahan
flavonoid, seperti hesperidin, diosmetin, linarin, dan isorhoifolin.
Dosis :
MPFF 500 mg dua kali sehari
Efek Obat
Efek MPFF dalam tonus dan kontraktilitas vena, mikrosirkulasi, gangguan trofik, dan
penyembuhan ulkus vena, dan pengurangan edema, peradangan, adhesi dan aktivasi
leukosit, dan mediator inflamasi.
Indikasi MPFF
Pilihan Pengobatan biasanya pada pasien dengan CVI, ulkus vena, atau wasir internal
akut atau kronis. MPFF diindikasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk edema
dan gejala CVI pada pasien pada setiap tahap penyakit.
Efek Samping
yang paling sering adalah gastrointestinal dan otonom
- Contoh dari MPFF
Diosmin
Diosmin adalah senyawa alami dengan berbagai aktivitas biologis, misalnya,
meningkatkan drainase limfatik, mendukung mikrosirkulasi, dan meningkatkan tonus
vena,
Dosis
dosis 600 mg biasanya diresepkan di CVI, tetapi dosis 1000 mg per hari akan lebih
memadai
Efek Dari Diosmin
Diosmin memiliki efek antihipertensi, yang dibuktikan dengan penurunan tekanan
darah, peroksida lipid, peningkatan ketersediaan oksida nitrat dan status antioksidan.
Absorpsi & Distribusi
Diosmin tidak langsung diserap oleh tubuh, dan, seperti yang ditunjukkan dalam
penelitian, tidak ditemukan dalam sirkulasi setelah oral. administrasi. metabolisme
menunjukkan bahwa diosmin dimetabolisme oleh mikrobiota usus di dalam saluran
pencernaan untuk menghasilkan beberapa metabolit yang kemudian diserap lebih
lanjut. Namun, diosmetin yang tidak dimetabolisme tidak ditemukan dalam sirkulasi :
oleh karena itu, itu bukan senyawa aktif yang bertanggung jawab atas aksi venotonic
setelah pemberian oral diosmin. Metabolit lain dari MPFF, seperti turunan
glukuronida dari diosmetin, dan produk pemecahan metabolisme lainnya (turunan
asam fenolik) telah diidentifikasi dalam sirkulasi dan/atau urin.
2.6 INTERPRETASI
42
KLASIFIKASI CEAP
43
Pada Pasien:
klasifikasi CEAP :
• Klasifikasi klinis:
▪️symptomatic. [C2,4,5(s)]
44
▪️Clinical classification C5
• Klasifikasi etiologi:
• Klasifikasi anatomis:
Trendelenburg test
Cara pemeriksaan:
Langkah-Langkah pemeriksaan :
45
Thrombophlebitis
DEFINISI
FAKTOR RESIKO:
• Tidak banyak melakukan aktivitas fisik dikarena cedera ,operasi, atau duduk lama
• Kehamilan atau persalinan
• Penggunaan kontrasepsi oral
• Stroke atau penyakit lain yang membatasi pergerakan
• Riwayat keluarga
46
ü Gejalanya : Pembengkakan kaki atau demam
DEFINISI
ü Laju endap darah (LED) disebut juga erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau
sedimentation rate (sed rate) atau bezinking –snelheid der erythocyten (BSE)
ü kecepatan pengendapan sel eritrosit di dalam tabung berisi darah yang telah diberi
antikoangulan dalam satu jam
ü Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan
komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma.
NILAI NORMAL:
INTERPRETASI KLINIS
ü Nilai meningkat
• tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut, penyakit Hodkin’s, Systemic
Lupus Erythematosus (SLE), penyakit tiroid, luka bakar, kehamilan trimester II dan III
• LED > 50mm/ jam harus diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan terkait
infeksi akut maupun kronis, yaitu:
- reumatoid factor
ü Nilai menurun
47
BAB III
PENUTUP
PATOMEKANISME
48
BHP
IIMC
§ "Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang
menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha
Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).
§ “Bersuci (thaharah) itu setengah daripada iman." (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi)
§ “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit, gila, lepra, dan dari segala
penyakit buruk (mengerikan) lainnya.” HR. Abu Daud no. 1554; Ahmad, 3: 192
49
50
DAFTAR PUSTAKA
Guyton_and_Hall_Textbook_of_Medical_Physiology_12th_Ed
Tortora - Principles of Anatomy & Physiology 12th Edition
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/1051/770
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430975/
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16872-chronic-venous-insufficiency-cvi
51