Disuusn Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
A. Kesimpulan ...................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ikatan kerjasama antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan. Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan
kepentinganya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan dan jasa orang
lain. Karenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa akad merupakan sarana
sosial yang ditemukan oleh peradaban umat manusia untuk mendukung
kehidupanya sebagai makhluk sosial.
Dalam sebuah akad perjanjian tidak lepas dari potensi suatu munculnya suatu
sengketa yang akan datang. Hal ini dikarenakan adanya salah satu pihak yang
melanggar isi atau perjanjian akad yang telah disepakati. Untuk itu diperlukan
langkah untuk meminimalisir terjadinya sengketa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Bentuk-Bentuk Akad Perjanjian?
2. Bagaimana Bentuk-Bentuk Perjanjian Syariah?
3. Bagaimana Teori Pertukaran, Percampun dan Derivasi Keduanya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Akad Perjanjian Syariah
2. Untuk Mengetahui Bentuk Bentuk Perjanjian
3. Untuk Mengetahui Teori Pertukaran, Percampuran, dan Derivasi
keduanya
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pertukaran
Merupakan suatu jenis akad dalam perjanjian syariah, yang kedua belah
pihak saling mempertukarkan aset yang dimilikinya, karena itu objek
pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal akad
dengan pasti, baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), harganya (price),
dan waktu penyerahannya (time of delivery). Jadi, kontrak-kontrak ini secara
“sunnatullah” menawarkan return yang tetap dan pasti. Yang termasuk dalam
kategori ini adalah kontrak-kontrak jual beli, upah-mengupah, sewa-menyewa,
dll.
Akad pertukaran terbagi dua, yaitu: pertukaran terhadap barang yang sejenis
dan tidak sejenis.
1
Gemala dewi, Hukum perikatan islam di Indonesia, ( Jakarta: kencana, 2005 ), hlm 105
2
disebutkan bahwa Ba'i Sharf adalah menjual mata uang dengan mata uang
(emas dengan emas). Sharf adalah perjanjian jual beli satu valuta dengan
valuta lainnya. Ulama fiqih mendefinisikan sharf adalah sebagai
memperjual belikan uang dengan uang yang sejenis maupun tidak sejenis.
Pada masa kini, bentuk jual beli ini banyak dilakukan oleh bank-bank devisa
atau money changer.2
Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al bai’ yang berarti tukar
menukar barang dengan cara tertentu atau tukar menukar sesuatu dengan
yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. Jual beli adalah pertukaran
harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat
dibenarkan (berupa alat tukar yang sah). Para Ulama membagi jual beli dari
segi sah atau tidaknya menjadi tiga bentuk yaitu: jual beli shahih, jual beli
batal, dan jual beli fasid. Adapun jual beli dalam bentuk khusus dibagi
menjadi dua yaitu, murabahah (jual beli diatas harga pokok) dan as salam
(jual beli dengan pembayaran dimuka).
2
Ghufron A Mas'adi, Fiqh Muamalah Konstekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002, hlm. 149.
3
Kerjasama atau As-syirkah secara etimologi berarti percampuran, yaitu
percampuan antara sesuatu dengan selainnya, sehingga sulit dibedakan.
Sedangkan secara terminology yaitu ikatan kerjasama antara orang-orang yang
berserikat dalam hal modal dan keuntungan.3 yirkah menurut ulama’ juga
memilik jenis-jenis sendiri yang berbeda dengan antar satu dan lainnya. Syirkah
secara umum terbagi dalam tiga bentuk, yaitu syirkah ibahah, syirkah amlak,
dan syirkah uqud.
a. Syirkah ibahah
b. Syirkah amlak
Yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih untuk memiliki suatu
benda. Syirkah amlak ini terbagi menjadi dua, yaitu :
c. Syirkah akad
Yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih yang timbul dengan
adanya perjanjian. Syirkah ini terbagi menjadi 4, yaitu :
1. Syirkah Amwal
3
Gemala dewi, Hukum perikatan islam di Indonesia, ( Jakarta: kencana, 2005 ), hlm 126
4
a. Syirkah al-Inan, adalah persekutuan antara dua orang atau
lebih untuk memasukkan bagian tertentu dari modal yang
akan diperdagangkan dengan ketentuan keuntungan
dibagi antara para anggota sesuai dengan kesepakatan
bersama, sedangkan modal masing-masing tidak harus
sama.
2. Syirkah Ámal/Ábdan
3. Syirkah Wujuh
5
kerugian, maka dibebankan kepada harta, dan tidak dibebankan
sedikitpun kepada pengelola yang bekerja4
Dari definisi dan ayat tersebut maka jual beli diartikan sebagai
pertukaran suatu benda dengan yang lainnya dengan suatu perjanjian yang
telah ditentukan, pertukaran ini harus didasari pada saling ridha/rela di
antara kedua pihak dan taat terhadap aturan syara’.8 Kata benda di atas dapat
diartikan begitu luas yaitu barang dan uang, Sedangkan sifat benda tersebut
harus dapat dinilai yakni benda-benda yang berharga dan dapat dibenarkan
penggunaannya menurut syara’. diantaranya bisa dibagi dan tidak bisa
4
Gemala Dewi, et.al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005,
hlm.127- 135
5
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm 73.
6
Al-Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005),
hlm. 122.
7
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Predana Media,
2013), hlm. 101.
8
Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, hlm 111.
6
dibagi, bisa bergerak dan tidak bisa bergerak,dsb. Tidak ada pelarangan atas
penggunaan harta benda sampai ada dalil yang melarangnya.
9
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah Dan Aplikasinya Pada Lembaga Keuangan
Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 149.
10
Syaikh Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Ringkasan Nailul Authar (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2012), hlm. 118.
11
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hlm. 133.
7
b. Menjadi produk bagi nasabah dalam keadaan membutuhkan dana cepat,
dengan kondisi tidak bisa mengambil dana yang tersimpan karena dana
digunakan pada produk deposito.
c. Produk yang diciptakan untuk memberikan kontribusi kepada usaha kecil
dan juga digunakan untuk membantu secara sosial, produk ini
menggunakan skema khusus dalam prakteknya yakni al-qardh al-hasan.
3. Sewa-Menyewa (Al-ijarah)
Menurut Fiqih Sunnah dalam pandangan Sayyid Sabiq, al-ijarah
memiliki asal kata dari al-ajru (upah) yang memiliki arti ganti atau
kompensasi (al-iwadh). Alijarah secara syara’ diartikan sebagai
pemindahan hak guna suatu barang atau jasa disertai dengan biaya sewa atau
upah, namun tidak disertai dengan pemindahan hak milik barang atau jasa.12
12
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat,
2013), hlm. 228.
13
Syafei, Fiqih Muamalah, hlm. 121.
8
Pada praktek di Lembaga Keuangan Syariah, al-ijarah atau sewa-
menyewa ini dalam prakteknya disertai dengan pemindahan hak
kepemilikan barang atau jasa atau yang dikenal dengan istilah akad ijarah
muntahiyyah bit-tamlik (IMBT). Tentu akad ini memiliki perbedaan pada
prakteknya di Lembaga Keuangan Non-syariah, pada Lembaga Keuangan
Syariah objek yang digunakan bisa berupa barang, jasa maupun tenaga
kerja.14
4. Bersekutu (Al-syirkah)
14
Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, hlm. 118.
15
Antonio, hlm. 90.
9
pengurangan pada salah satu pihak dikarenakan adanya pembelian secara
bertahap pada salah satu pihak, akad musyarakah memiliki dua bentuk akad
yakni musyarakah atau syirkah dan bai’. Sedangkan obligasi syariah atau
sukuk merupakan akad yang paling ideal karena dalam implementasinya
memiliki konsep syariah yang sangat jelas karena keuntungan dibersamai
dengan resiko dan hasil usaha dibersamai dengan biaya atau modal yang
dikeluarkan.
5. Penitipan (Al-wadi’ah)
Al-wadi’ah secara bahasa diartikan sebagai barang yang telah
dititipkan orang lain untuk dijaga. Al-wadi’ah secara istilah diartikan
sebagai pemberian kepada orang lain dalam bentuk barang yang disertai
dengan otoritas untuk dijaga dengan tegas dan jelas.16
16
Abdullah Abdul Husain At Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar Dan Tujuan
(Yogyakarta: Magistra Insane Press, 2004), hlm. 266.
17
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 181.
10
Landasan hukum yang digunakan dalam akad almudharabah
menggambarkan perintah untuk berusaha.
18
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009), hlm. 529.
11
orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan, sedangkan pemberi kuasa
tidak dalam keadaan melakukan kegiatan tersebut.
Aplikasi al-wakalah dalam aktivitas di Lembaga Keuangan Syariah
yaitu pihak nasabah memberikan kuasa ke pihak bank sebagai bentuk
perwakilan dirinya dalam melaksanakan pekerjaan yang telah ditentukan,
dalam pelaksanaanya seperti anjak piutang (factoring), pembiayaan
rekening koran syariah, inkaso dan transfer uang, investasi reksadana
syariah, asuransi syariah, pembukuan L/C (letter of credit import syariah &
letter of credit eksport syariah), asuransi syariah, wali amanat, dan
penitipan. Syarat dari akad al-wakalah yaitu bank dan nasabah yang
dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.19
8. Penanggungan (Al-kafalah)
19
“Sesuai Dengan Pasal 8 Huruf e,f,h,j Dan I, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.32/34/Kep./Dir Tanggal 12 Mei 1999 Tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah,” n.d.
20
Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm. 247.
12
9. Pemindahan hutang (Al-hiwalah)
21
Wahbah As-Zuhaili, Al-Fiqh Islamy Wa Adillatuh (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1986), hlm.
143.
22
Sunarto Zulkifli, Panduans Perbankan Syariah Prakti (Jakarta: Zikrul Hakim, n.d.), hlm.
30.
23
Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm. 251.
24
Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, hlm. 128.
13
Jumhur ulama’ fiqih menyatakan sepakat tentang ar-rahn agar
diperbolehkan dalam keadaan hadir di tempat, dengan ketentuan barang
jaminan dapat langsung dikuasai oleh pemberi hutang. Ada beberapa barang
yang dapat dijadikan jaminan namun tidak dapat dipegang secara langsung
oleh pemberi hutang, maka setidaknya ada semacam pegangan yang
dijadikan jaminan atas barang tersebut. Aplikasi akad ar-rahn di Lembaga
Keuangan Syariah digunakan untuk produk pelengkap yaitu akad tambahan
(jaminan/collateral) terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan bai’ al-
murabahah, bank dapat menahan jaminan dari nasabah sebagai konsekuensi
akad tersebut.
14
Secara garis besar ada 2 jenis aset yang dapat digunakan
sebagai investasi yaitu
B. Teori Percampuran
1. Objek percampuran
25
https://id.scribd.com/document/453899159/Pertukaran-dan-Pencampuran
15
2. Waktu Penyerahan
3. Jenis percampuran
26
Kurniansih, desy."Teori Pertukaran Dan Percampuran serta Akad-Akad Dalam Bank
Syariah".2017.blogspot. http://desskur.blogspot.com/2017/02/teori-pertukaran-dan-pencampuran-
serta.html?m=1
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuk Akad Pernjanjian ada 2 macam, yaitu pertukaran dan pencampuran.
Pertukaran merupakan suatu jenis akad dalam perjanjian syariah, yang kedua belah
pihak saling mempertukarkan aset yang dimilikinya, sedangkan percampuran
adalah ikatan kerjasama antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan.
Dalam teori pertukaran dan pencampuran objek pertukaran berupa ayn dan
dayn, dan waktu penyerahanya sama naqdan (saat itu juga) dan ghairu naqdan
(kemudian). Adapaun jenis dari pertukaran terdapat ‘ayn dengan ‘ayn dan dayn
dengan dayn. Sedangakan dalam teori percampuran terdapat ‘ayn bi ayn, ayn bi
dayn, dan dayn bi dayn.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam pengetikan maupun dalam isi pembahasan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik maupun saran dalam
kesempurnaan makalah ini. Karena tidak ada sesuatupun yang sempurna melainkan
allah SWT
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abdul Husain At Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar Dan Tujuan
(Yogyakarta: Magistra Insane Press, 2004)
Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik
Al-Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu (Damaskus: Dar al-Fikr,
2005)
Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008).
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010).
Gemala dewi, Hukum perikatan islam di Indonesia, ( Jakarta: kencana, 2005 )
Ghufron A Mas'adi, Fiqh Muamalah Konstekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah Dan Aplikasinya Pada Lembaga
Keuangan Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah,
2011)
Kurniansih, desy."Teori Pertukaran Dan Percampuran serta Akad-Akad Dalam
Bank Syariah".2017.blogspot.
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Predana
Media, 2013).
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009).
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001).
Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000).
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001).
“Sesuai Dengan Pasal 8 Huruf e,f,h,j Dan I, Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No.32/34/Kep./Dir Tanggal 12 Mei 1999 Tentang Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah,” n.d.
Sunarto Zulkifli, Panduans Perbankan Syariah Prakti (Jakarta: Zikrul Hakim, n.d.)
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia (Jakarta: Salemba
Empat, 2013).
Syaikh Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Ringkasan Nailul Authar (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2012).
Wahbah As-Zuhaili, Al-Fiqh Islamy Wa Adillatuh (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1986)
18
Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, hlm 111.
https://id.scribd.com/document/453899159/Pertukaran-dan-Pencampuran
19