Anda di halaman 1dari 22

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Cindy Endriana


No. UKG : 201699785733
LPTK : Universitas Jember

No Masalah yang telah Analisis eksplorasi


Hasil eksplorasi penyebab masalah
. diidentifikasi penyebab masalah
1. Pedagogik: Kajian Literatur: 1. Pendidik belum
Pendidik belum 1. Gaya belajar menurut Masganti (2012: 49) gaya belajar adalah cara melakukan
melakukan identifikasi yang cenderung dipilih/digunakan oleh peserta didik dalam assesment
gaya belajar peserta didik menerima, mengatur, dan memproses informasi atau pesan dari diagnostic
dengan maksimal komunikator/pemberi informasi. Gaya belajar dapat dikelompokkan sebelum memulai
menjadi tiga yaitu visual, auditif, dan kinestetik. KBM.
2. Pendidik belum
Wawancara dengan pakar: menerapkan
Melati Puspitasari, S.Pd Guru Penggerak di SMKN 2 Mojokerto peserta didik
1. Pendidik belum memahami tiap-tiap peserta didik di SMKN 2 berdiferensiasi
Mojokerto. 3. Pelakuan
2. Pendidik belum menerapkan peserta didik berdiferensiasi. pendidik
terhadap peserta
Wawancara dengan teman sejawat: didik sama
1. Keterbatasan waktu sehingga tidak melakukan assesment diagnostik
2. Kurangnya minat peserta didik dalam belajar.
3. Perhatian tidak tertuju pada pelajaran
4. Pendidik terkadang memperlakukan semua peserta didik sama rata.
Implementasi teori belajar Kajian Literatur: 1. Pendidik belum
dalam pembelajaran Dalam mengaplikasikan
belum maksimal https://www.kompasiana.com/andre_manutd/550e3772a33311be2dba810 teori belajar
e /pentingnya-teori-belajar-dan-pembelajaran-dalam-pendidikan terhadap peserta
Teori belajar dan pembelajaran sangatlah penting dalam pelaksanaan didik secara
pendidikan. Dalam menerapkan teori belajar terkadang pendidik optimal
menggunakan lebih dari satu teori belajar dalam proses pembelajaran 2. Pendidik terbiasa
walaupun pada dasarnya tidak ada teori belajar yang terbaik. Tinggal mengajar dengan
bagaimana cara pendidik mengimplementasikan ke dalam pembelajaran yang cara lama
sesuai dengan keadaan peserta didik. 3. Peserta didik
kurang percaya
Wawancara rekan sejawat: diri
1. Pendidik terbiasa dengan cara mengajar ”guru sebagai pusat”.
2. Apabila dilakukan diskusi, guru tetap menjadi pusat
3. Pendidik belum memahami berbagai teori pembelajaran

Wawancara siswa:
1. Peserta didik sulit berdiskusi apabila kelompok ditentukan oleh guru
2. Peserta didik kurang percaya diri untuk maju didepan kelas
3. Peserta didik tidak berani berpendapat

2. Implementasi student Kajian Literatur:


center dalam 1. Student Center Learning adalah metode pembelajaran yang menuntut 1. Keaktifan peserta
pembelajaran masih peserta didik untuk memilih apa yang harus dipelajari, bagaimana didik masih
belum optimal caranya, dan kenapa hal atau materi tersebut harus dipelajari. belum optimal
Karakteristik dari sistem pembelajaran dengan metode SCL pada 2. Pendidik masih
umumnya yaitu keaktifan peserta didik dalam menggali informasi secara mengajar dengan
mandiri serta mengaitkan suatu informasi. (Konsep Pembelajaran Student cara
Sentered Learning di Perguruan Tinggi, Ni Putu Wardani, Univ Udayana konvensional
2016) 3. Pendidik belum
terbiasa dengan
Wawancara dengan Pakar: pembelajaran
Ibu Melati Puspitasari, S.Pd, Guru Penggerak di SMKN 2 Mojokerto: inovatif
a. Pendidik masih terbiasa dengan pembelaaran cara lama
b. Pendidik dengan masa jabatan >30 tahun enggan untuk berinovasi

Wawancara teman sejawat:


Desy Andini Diliawati, S.P, guru produktif APHP:
a. Pendidik terbiasa dengan metode mengajar pada K13
b. kurang aktifnya kegiatan MGMP di daerah
c. KBM tidak berjalan sebagai mana mestinya ketika SCL.

3. Pendidik belum Kajian Literatur: 1. Peserta didik


memberikan 1. Pengayaan diberikan pada siswa untuk memperdalam penguasaan materi kurang mampu
pengayaan di akhir dan mengembangkan potensinya secara maksimal. Berbagai jenis mnegembangkan
pembelajaran kegiatan pengayaan yang dapat diberikan adalah tutor teman sebaya, potensinya
tugas portofolio, pengembangan media, permainan kompetisi, latihan secara maksimal
soal, atau proyek. Secara psikologis, siswa lebih menyukai kegiatan di luar 2. Keterbatasan
kelas, menemukan sesuatu yang baru, dan tidak hanya diam di belakang waktu megajar
meja. (https://www.aisyahnestria.com/2021/12/2-perbedaan-kegiatan- menyebabkan
remedial-pengayaan.html) pendidik tidak
memberikan
Wawancara dengan teman sejawat: pengayaan di
a. Keterbatasan waktu mengajar akhir materi.
b. Ditraksi kelas sebelah membuat fokus peserta didik berkurang 3. Tidak adanya
c. Beban materi di SMK terlalu banyak karena hanya dipelajari di kelas X materi lanjuta
bagi peserta didik
Wawancara dengan peserta didik: yang tidak
a. Peserta didik belum memahami materi pembelajaran remedial.
b. Peserta didik yang nilainya tuntas tidak ada materi lanjutan sehingga
hanya menunggu teman-teman yang remedial
5TIK dalam Kajian Literasi:
pembelajaran 1. Rusman dkk, 2013: 300 mengatakan Program power point merupakan 1. Pendidik sulit
hanya berupa salah satu software untuk menampilkan program multimedia menarik, berkembang
power point. mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena sudah
karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan terbiasa
data. menggunakan
aplikasi PPT yang
2. Menurut Sukiman (2011: 213) Microsoft Power Point merupakan aplikasi praktis.
presentasi yang paling banyak digunakan saat ini. Hal ini dikarenakan 2. Pendidik terbiasa
banyak kelebihan di dalamnya dengan kemudahan yang disediakan. melakukan
Pemanfaatan media presentasi ini dapat digunakan oleh pendidik untuk pembelajaran
mempresentasikan materi pembelajaran ataupun tugas-tugas yang akan konvensional
diberikan. 3. Peserta didik
jenuh dengan
PPT disetiap
Wawancara dengan pakar: pembelajaran.
Ibu Melati Puspitasari, S.Pd, guru Penggerak di SMKN 2 Mojokerto:
1. Kesadaran pendidik akan pentingnya update IT masih kurang
sehingga belum memanfaatkannya dalam pemelajaran inovatif yang
menyenangkan
2. Pembelajaran secara tradisional sudah cukup.

Wawancara dengan teman sejawat:


Ibu Nurina Dian S.Pd, Guru seni di SMKN 2 Mojokerto:
1. Penggunaan PPT memudahkan KBM, karena dapat digunakan
berulang.
2. Penayangan gambar beserta deskripsinya dirasa lebih mudah
dipahami peserta didik.
3. PPT memiliki variasi teknik penyajian dengan berbagai kombinasi
warna atau animasi
4. Peserta didik sebagian tidak menyimak karena merasa dat meminta
salinan dari materi.
5. Hampir seluruh pelajaran menggunakan PPT.

6 Pendidik kurang Kajian Literatur: 1. Peserta didik


optimal dalam 1. Dengan kreativitas individu dapat mencapai keberhasilan dan sulit untuk
menyediakan kebahagiaan. Orang kreatif adalah orang yang unggul, terus belajar, dan mengemukakan
berbagai kegiatan membuat kreasi. Setiap orang memiliki potensi kreatif meskipun dalam pendapat.
pembelajaran derajat yang berbeda. (DePorter, 2001:293) 2. Pendidik kurang
untuk 2. Kreativitas dapat digali melalui memberi kesempatan kepada anak untuk memahami bakat
mengaktualisasikan mengemukakan pendapat sebanyak mungkin tanpa memikirkan bahwa siswa.
potensi peserta pendapat yang disampaikan itu benar atau salah, memberikan jawaban 3. Pendidik kurang
didik, termasuk yang berbeda, memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah, dan memahami
kreatifitasnya. memberikan gagasangagasan yang berbeda atau baru. (De Bono (1991:8)) kemampuan tiap
peserta didik.

Wawancara dengan teman sejawat:


Tyas Wahyuningsih S.Pd, Gr, Guru Sejarah di SMKN 2 Mojokerto:
1. Kurang memahami bakat yang dimiliki siswa
2. Pendidik belum memahami bahwa makin cerdas anak maka semakin
kreatif.

Wawancara dengan peserta didik:


Dimas Saputra (X RPL 1)
1. Pendidik kadang tidak memahami potensi tiap siswa.
2. Pendidik kadang samaratakan kemampuan siswa
3. Pendidik tidak memahami kecerdasan tiap siswa

7. Pendidik dalam Kajian Literatur: 1. Pendidik kurang


memahami berbagai 1. Dalam konteks pembelajaran, strategi komunikasi dirancang agar memberikan
strategi komunikasi pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan. Pengelolaan dan tujuan dan
yang efektif, empatik, perencanaan komponenkomponen yang terlibat dalam proses komunikasi manfaat dalam
dan santun, lisan adalah salah satu bentuk strategi komunikasi (Effendi, 1993) pembelajaran
maupun tulisan belum 2. Strategi komunikasi antara lain persiapan, kegiatan peganggaran, 2. Etos pendidik
optimal kegiatan pelaksanaan, memberikan motivasi pada sasaran, belum
mempersiapkan peralatan, memilih media yang tepat, dan diwujudkan
mempersiapkan pesan yang akan disampaikan (Yusuf, 2010) secara optimal
3. Pendidik kurang
Wawancara dengan teman sejawat: memahami
Tyas Wahyuningsih, S.Pd, Gr. Guru sejarah SMKN 2 Mojokerto: karakter tiap
1. Pendidik belum mempersiapkan materi dengan baik sehingga peserta peserta didik
didik kurang memahami
2. Seorang pendidik terlihat kaku sehingga ditakuti peserta didik
3. Mental mendidik, mengajarkan ilmu, dan menjalin hubungan sosial
yang baik dengan siswa belum dilakukan secara terencana,
terstruktur

Wawancara dengan peserta didik:


Dimas Saputra, X RPL 1:
a. Pendidik kurang ramah terhadap siswa sehingga siswa kurang
bersimpati
b. Tidak mengenali semua pendidik karena berbeda jurusan
c. Pendidik tidak membuat kesepakatan kelas sehingga kelas gaduh.

8. Implementasi Kajian Literatur: 1. Pendidik belum


penyampaian materi 1. Strategi penyampaian mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan
terhadap peserta didik menyampaikan pembelajaran kepada pelajar, sekaligus untuk menerima manfaat dalam
kurang optimal dan merespon masukan-masukan dari pelajar dalam melaksanakan pelajaran
proses pembelajaran (Mazrur, 2008 : 25). terhadap peserta
didik
Wawancara dengan pakar: 2. Materi yang
1. Pemilihan materi pembelajaran berkaitan dengan penentuan materi disampaikan
yang akan disajikan belum sesuai dengan tujuan dan karakteristik belum sesuai
siswa. dengan ujuan dan
2. Pendidik belum merinci materi tersebut ke dalam bagian-bagian kecil karakteristik
yang saling berkaitan satu dengan yang lain ecara optimal. siswa
3. Pendidik belum memudahkan siswa membangun makna berdasarkan 3. Pendidik belum
materi yang disampaikan mehamai metode
4. Pendidik belum mampu secara optimal memilih cara untuk pembelajaran
menyampaikan materi pelajaran. yang beraneka
ragam
Wawancara dengan teman sejawat:
Tyas Wahyuningsih, S.Pd, Gr, Guru sejarah SMKN 2 Mojokerto:
a. Belum memahami metode pembelajaran yang sesuai dengan peserta
didik
b. Pendidik mengalami miskonsepsi dalam penyampaian materi
c. Pendidik kurang memahai materi karena mengajar pada bidang yang
tidak sesuai dengan kualifkasinya

9. Pendidik tidak Kajian Literatur: 1. Pendidik belum


melakukan refleksi 1. Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses melakukan
pada akhir belajar mengajar dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh guru penilaian tertulis
pembelajaran untuk siswa dan oleh siswa untuk guru untuk mengekspresikan kesan maupun lisan.
konstruksif, pesan, harapan, dan kritik terhadap proses pembelajaran. 2. Apresiasi
Melalui refleksi diperoleh informasi positif tentang bagaimana guru dapat pendidik
meningkatkan kualitas pembelajaran, serta bahan observer untuk terhadap peserta
mengetahui sejauhmana hasil belajar dicapai. Selain itu kegiatan ini dapat didik belum
membawa kepuasaan siswa. optimal
3. Belum terdapat
Wawancara dengan teman sejawat: ruang
a. Terbatasnya waktu pembelajaran. penyampaian
b. Terlalu banyak materi yang disampaikan kesan dan pesan
c. Pendidik kurang mampu memotivasi siswa oleh peserta
didik padasaat
Wawancara peserta didik: pembelajaran.
Dimas Saputra, X RPL 1:
a. Peserta didik tidak bisa mengungkapkan proses pembelajaran yang
berlangsung dan dilakukan
b. Peserta didik tidak bisa mengusulkan model pembelajaran seperti apa
yang akan dilakukan untuk pembelajaran berikutnya.
2. Literasi: Harris dan Sipay (1980) 1. Sejak dini peserta
Literasi Lama Mengemukakan bahwa minat membaca dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: didik tidak dibiasakan
Peserta didik mengalami Faktor personal, meliputi: membaca buku cerita
kesulitan dalam membaca 1. Usia baik majalah,
buku-buku sejarah 2. Jenis kelamin komik,cerpen dll.
3. Intelegensi 2. Buku di perpustakaan
4. Kemampuan membaca lebih banyak tentang
5. Sikap buku produktif/
6. Kebutuhan psikologis jurusan daripada buku
Faktor institusional, meliputi: sastra.
1. Tersedianya buku-buku 3. Kebiasaan peserta
2. Status sosial ekonomi didik bermain game
3. Pengaruh orang tua, teman sebaya dan guru dan membuka situs
Hasil Wawancara: Facebook, IG, Tik-Tok
1. Guru dan orang tua yang kurang mendorong siswa untuk belajar membaca dalam pembelajaran.
2. mudahnya mencari informasi secara instan.
(Leni Kristiana Dewi, ST)

1. Terlalu sering bersosmed membuat siswa malas membuka buku


2. Belum terbiasa dekat dengan buku, apapun itu baik buku pelajaran maupun
buku sastra
3. Buku-buku yang berkaitan dengan sejarah masih terbatas.
( Muhammad Asrori, S.Pd)

1. Sejak dini peserta didik tidak ditanamkan oleh orangtua bahwa membaca
itu penting dan membawa manfaat bagi mereka
2. Perpustakaan sekolah tidak meyediakan buku-buku yang menarik
sehingga siswa kurang tertarik membaca
3. Banyaknya hiburan di TV yang lebih menarik
4. Dengan adanya media sosia lebih mudah dalam mencari informasi
(Indah Chodijah, S.Pd)

Literasi Baru: Kajian Literasi: 1. Sosok “guru


Pemahaman literasi baru 1. Ni Ketut Erna Muliastri dalam jurnal Penguatan Literasi Hal; 93 literasi” belum
di lingkungan sekolah Untuk memahami literasi data, Peserta didik harus diajarkan: optimal.
belum optimal 1. Memahami data, baik itu kualitatif, kuantitatif, maupun informasi- 2. Peserta didik
informasi yang dikonsumsi. kurang cakap
2. Meningkatkan kemampuan menggunakan informasi internet dengan dalam
optimal, memperluas akses, dan meningkat proteksi cyber security. memahami
3. Peserta didik harus bisa berkomunikasi bahasa asing, tanpa harus literasi.
meninggalkan bahasa ibu sebagai wujud nasionalismenya
4. Sosok “guru literasi” betujuan agar kemampuan literasi peserta didik
tidak sekadar pada kemampuan literasi membaca, menulis, dan
berhitung, namun sudah pada tahap menganalisi data, teknologi, dan
humanisme.

Wawancara teman sejawat:


1. Belum memahami makna literasi baru.
2. Sarana parsarana yang tersedia masih terbatas

Numerasi: Nurokhmi Wahyu Setiani, KEMAMPUAN MEMBACA DATA DAN RASA INGIN 1. Keingintahuan
Kemampuan peserta didik TAHU SISWA TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI STATISTIK, 2021. Indikator peserta didik
dalam membaca tabel literasi statistik yaitu: dalam membaca
masih rendah 1. Peserta didik mampu memahami data, tabel masih
2. Peserta didik mampu menghitung data rendah.
3. Peserta didik mampu menafsirkan data 2. Faktor psikologis
4. Peserta didik mampu menyajikan data peserta didik
5. Peserta didik mampu menarik kesimpulan dari data. masih rendah.
Faktor penting yang memengaruhi kemampuan literasi statistik yaitu: 3. Pserta didik
1. rasa ingin tahu (curiosity) kurang latihan
2. kesadaran yang tinggi terhadap pembelajaran dan kebutuhannya utnuk membaca
(Nishfani, 2017). materi dalam
bentuk tabel.
Wawancara pakar:
a. Kurang dilatihnya peserta didik untuk mendeskripsikan sebuah tabel
b. Faktor psikologis yang mencakup, motivasi, minat dan kematangan
sosial, emosi dan penyesuaian diri masih rendah.

Wawancara teman sejawat:


1. Peserta didik kurang berlatih membaca tabel
2. Tiap jurusan dalam SMK masing-masing memiliki ciri khas.
3. Peserta didik tidak percaya diri mengemukakan hasil interpretasinya.

Peserta didik mengalami Kajian Literasi: 1. Kurangnya durasi


kesulitan dalam 1. Hasil penelitian Prajono & Salim (2018) kemampuan numerasi siswa kelas latihan soal
mengerjakan contoh soal VIII SMP N 9 Kendari masih rendah dan faktor penyebab rendahnya 2. Belum menerapkan
numerasi kemampuan numerasi siswa yakni belum lengkapnya sumber belajar contoh soal dalam
terkait numerasi, kurangnya siswa diberi contoh soal yang berkaitan kehidupan sehari-
dengan kesehariannya, siswa jarang dibiasakan menyelesaikan soal-soal hari
numerasi dan siswa kurang terbiasa melakukan proses koneksi dalam 3. Kurangnya
pemecahan masalah matematika. penerapan
keterkaitan soal
Wawancara dengan Pakar pendidikan, pengawas pembina dan fasilitator guru dalam konteks
penggerak: kehidupan sehari-
1. Kesulitan yang dialami peserta didik dalam mengerjakan soal numerasi hari
berarti mereka belum kompeten.
2. Kurangnya latihan dengan soal yang hampir mirip atau setara levelnya.
Bisa disimpulkan bahwa kesulitan peserta didik itu dikarenakan level
kompetensi mereka lebih rendah atau mereka belum mengenal soal
seperti itu.

Wawancara dengan kepala sekolah:


1. Kurangnya menerapkan strategi DAFS (Deteksi, Amati, Fokus, Selesaikan)
2. Belum menerapkan keterkaitan soal dalam konteks kehidupan sehari-hari
3. Kurangnya memahami rumsoalus dasar soal

Wawancara dengan teman sejawat:


1. Kurangnya pemahaman konsep numerasi pada tingkat sekolah dasar
2. Guru belum menerapkan pembelajaran numerasi dalam kehidupan
sehari-hari secara langsung

Rendahnya kemampuan Kajian Literatur: 1. Pemahaman


peserta didik dalam Literasi statistik siswa dapat disebabkan oleh: peserta didik
menafsirkan data-data dari 1. obstacle of ontogenic origin, karena keterbatasan siswa (yang antara lain membaca
sebuah tabel atau diagram. neurofisiologis) pada saat perkembangan statistik masih
2. obstacle of didactical origin, terjadi akibat dari kekeliruan proses rendah
pembelajaran yang berasal dari sistem pembelajaran di sekolah itu sendiri 2. Peserta didik
3. obstacle of epistemological origin. terjadi karena kurangnya pengetahuan kurang terlatih
yang dimiliki oleh siswa. Kurangnya pemahaman siswa, dapat diakibatkan mempelajari
oleh kesiapan belajar siswa ataupun kekeliruan guru dalam pengajaran. materi berupa
(Hambatan Belajar Siswa dikaji dari keampuan literasi statistik di SMP data
Mira Marlina, Univ. Tanjung pura. 2019) 3. Pengetahuan
peserta didik
Wawancara dengan Teman sejawat: tentang data
1. Peserta didik kurang terlatih untuk mempelajari materi yang berupa dalam sejarah
data. masih rendah
2. Pendidik menyampaikan materi dalam bentuk data menjadi cerita
narasi deskriptif.

Wawancara dengan peserta didik:


1. Peserta didik sulit memahami materi angka-angka dalam sejarah
2. Kemampuan peserta didik membaca data masih rendah
3. Peserta didik kurang pengetahuan materi berbentuk angka ataupun
tabel dalam pelajaran sejarah.

2. Kesulitan Belajar Kajian Literatur: 1. Peserta didik


Critical Thinking 1. Permasalahan kebiasaan belajar siswa: tidak mampu
Peserta didik belum siswa merasa mengantuk saat belajar menyelesaikan
mampu untuk manajemen a. Siswa hanya belajar pada malam hari tugas sekolah
waktu dalam b. Siswa tidak memiliki waktu belajar secara teratur secara maksimal.
menyelesaikan tugas. c. Sering merasa malas belajar 2. Peseta didik
d. Siswa sulit mengingat pelajaran yang telah dihafal hanya belajar di
e. Siswa belajar saat ada ulangan dan tidak dapat menerapkan cara watu tertentu
belajar yang baik. 3. rendahnya
(Peningkatan Pemahaman Manajemen Waktu Melalui Bimbingan pemahaman
Kelompok Dengan Teknik Problem Solving pada Siswa. (Diana Dwi siswa akan
Nurhidayati, PSIKOPEDAGOGIA, Universitas Ahmad Dahlan 2016. Vol. manajemen
5, No. 1) Dalam https://core.ac.uk/download/pdf/324200489.pdf waktu belajar

Wawancara Teman sejawat:


a. Peserta didik suka menunda tugas
b. Peserta didik hanya belajar pada saat UTS maupun UAS
c. Peserta didik tidak menyusun materi dengan baik
d. Peserta didik mengerjakan PR pagi hari ketika pelajaran akan dimulai
Wawancara Peserta didik:
a. Peserta didk kesulitan membagi waktu karena banyaknya tugas dari
mata pelajaran lain
b. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler saat pulang sekolah
c. Terlalu banyak bermain game online
d. Tidak memahami tugasnya

Communication Kajian Literatur: 1. Mainset siswa bahwa


Peserta didik kurang 1. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, tampil di depan
ketrampilan merupakan kompetensi (Modul 2, kegiatan belajar 2) membuat kecemasan
berkomunikasi dan 2. Menurut Kasmia (2020), beberapa faktor yang mempengaruhi pada diri berakibat
percaya diri saat kemampuan berbicara didepan umum meliputi, mental yang lemah, tidak gugup dan
presentasi kelompok percaya diri, kurang membaca, kurang perhatian dan takut salah. komunikasi tidak
lancar.
Wawancara dengan Waka Kurikulum 2. Kurangnya membaca
(Mochammad Asrori, S.Pd.) dan memahami
1. Tidak membuat poin-poin sederhana tentang materi yang akan materi yang akan
dipresentasikan dipresentasikan
2. Kurang menerapkan komunikasi 2 arah saat presentasi sehingga komunikasi
3. Mainset siswa bahwa tampil di depan itu menakutkan dan membuat dua arah berkurang
3. Kurangnya latihan
gugup.
berdiskusi dalam
Wawancara dengan teman sejawat kelompok sehingga
1. Kurangnya ketrampilan berbicara berpengaruh pada
2. Kurangnya memahami materi dan berdiskusi dengan kelompok kurangnya
Kurangnya support saat berdiskusi dalam mengemukakan pendapat. ketrampilan
berbicara.
Collaboration Kajian Literatur: 1. Sulit bekerja sama
Adanya sifat individualism 1. Teman sebaya menjadi orang-orang penting dalam sosialisasi anak apabila tidak satu
ketika berkelompok karena interaksi mereka membuat anak mengerti mengenai hubungan kelompok.
sosial yang lebih dari pada hubungan dengan anggota keluarganya. 2. Beberapa peserta
Biasanya pendapat teman sebaya sangat diperhatikan dan didengarnya. didik membebankan
Melalui teman sebaya anak dapat belajar menyesuaikan diri dengan tugas kelompok pada
tuntutan sosial, membantu anak-anak mencapai kemandiriannya, dan anak yang dianggap
juga konsep diri anak. pintar.
(Modul 1 Kegiatan Belajar 2 Hal 69) 3. Peserta didik
terbiasa pada KBM
2. Makna Individualisme, yaitu: saat daring
a. Paham yang menganggap manusia secara pribadi perlu diperhatikan
(kesanggupan dan kebutuhannya tidak boleh disamarakan)
b. Paham yang meng-hendaki kebebasan berbuat dan menganut suatu
kepercayaan bagi setiap orang, paham yang mementingkan hak
perseorangan di samping kepentingan masyarakat atau negara.
c. Paham yang menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting
daripada orang lain.
Wawancara dengan siswa:
a. Semua teman kelompoknya tidak mau bekerja sama/bertukar ide.
b. Adanya circle/grup sepermainan
c. Merasa pintar
d. Krisis kepercayaan terhadap orang lain
e. Terbiasa daring selama 2 tahun

Creativity and Kajian Literatur: 1. Keaktifan peserta


Inovations 1. Siswa harus diberikan kebebasan agar terlaksananya model pembelajaran didik dalam
Kemampuan peserta didik kreatif dan inovasi. Selain itu siswa juga dituntut aktif dalam pembelajaran
dalam membuat infografis masih kurang.
pembelajaran serta perbedaan individual siswa harus diakomodasi.
peristiwa sekitar 2. Peserta didik
proklamasi belum optimal (Neti Budiwati, dalam belum
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI memahami
/196302211987032-NETI_BUDIWATI/Model_Pembelajaran_Ekonomi- infografis
Neti_Budiwati.pdf 3. Peserta didik
tidak ada
Wawancara Teman sejawat: keinginan
Tyas Wahyuningsih, S.Pd, Gr: mencari referensi
materi terkait
a. Peserta didik belum memahami apa itu infografis
b. Keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki peserta didik
menjadikan tujuan pembelajaran tidak tersampaikan sengan baik

Wawancara peserta didik:


Dimas Saputra, X RPL 1:
a. Tidak memahami tugasnya
b. Menggantungkan pekerjaannya pada peserta didik yang dianggap
pintar
c. Sibuk bersosial media

3 Komunikasi antara Kajian Literasi: 1. Peserta didik


pendidik dengan peserta b. Siswa yang merasa sulit berkomunikasi menjadi agresif, senang yang sulit
didik kurang menerapkan berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan menderita „’flight berkomunikasi
adab yang berlaku syindrome’’ atau melarikan diri dari lingkungannya. Kemampuan akan
berkomunikasi sangatlah penting bagi siswa karena dalam proses mengucilkan diri.
pembelajaran siswa dituntut untuk mengeluarkan pendapatnya masing- 2. Peserta didik
masing. merasa akrab
(Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, dengan pendidik
2011), p.14. sehingga
c. Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang pendidik
mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), dianggap
terjadi dalam suatu konteks tertentu, dan ada kesempatan untuk temannya.
melakukan umpan balik. 3. Peserta didik
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar manusia, (Tangerang Selatan: kurang bisa
Karisma, 2011), p.24 membedakan
antara pergaulan
Wawancara teman sejawat: drumah dan
1. Peserta didik merasa akrab dengan pendidik disekolah serta
2. Peserta didik menganggap pendidik terlalu sabar dunia maya
3. Peserta didik umurnya tidak jauh beda dengan pendidik maupun realita
4. Peserta didik terlalu banyak mencontoh influencer

Wawancara peserta didik:


1. Terbawa cara bicara yang berlaku ketika dirumah.
2. Mengikuti influencer
3. Pendidik kurang komunikatif serta interaktif
4. Pendidik memiliki kegiatan diluar kelas, sehingga jarang masuk ke
kelas
5. Pendidik hanya memberikan tugas.
Masih minimnya 1. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh 1. Kesibukan orang tua
kesadaran orang tua siswa terhadap aspek-aspek perkembangan anak termasuk aspek yang beraneka ragam
terhadap pendidikan perkembangan sosialnya. Keluarga merupakan tempat yang baik bagi 2. Orang tua tidak
anaknya. sosialisasi anak karena sebagian besar waktu yang ada dihabiskan anak di mampu memotivasi
dalam keluarga. Anggota keluarga terutama orang tua akan dijadikan anak untuk belajar
model bagi anaknya. Oleh karena itu orang tua perlu menerapkan pola 3. Pola asuh yang
asuh yang tepat kepada anaknya. kurang tepat
(Modul 1 KB 2 Hal 68)

1. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak mereka
karena dari mereka mula-mula anak menerima pendidikan.
Tanpa dorongan dan rangsangan orangtua, maka prestasi belajar anak
akan mengalami hambatan.
(Oemar Hamalik 2004 : 4)

Hasil wawancara dengan guru BK:


d. Beberapa orang tua tidak datang ketika ada undang wali murid dengan
alasan
sibuk bekerja
b. Orang tua tidak ikut terlibat dalam proses pembelajaran peserta didik
c. Grup WA pendidik dan orang tua hanya beberapa yang merespon
d. Ketika kunjungan home visit beberapa orang tua tidak ada di rumah.
e. Orang tua kurang kooperatif ketika siswa bermasalah

Hasil wawancara dengan orang tua siswa:


a. Sibuk bekerja.
b. Jauh dengan anak, karena kerja diluar kota sedangkan anak diasuh
oleh kerabatnya.
c. Kurang bisa memotivasi anak agar giat belajar.
d. Tidak bisa mengawasi anak-anak ketika bermain gadget (beda
generasi)
Peserta didik memiliki Kajian Literatur: 1. Kecenderungan
kelompok-kelompok kecil a. Interaksi sosial antara kelompok manusia terjadi antara kelompok diri peserta didik
sehingga sulit berbaur tersebut sebagai satu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi dalam kelompok
dengan kelompok lain anggota-anggotanya. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan untuk menjadi
pada pelbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, simpati. (Gillin sama dengan
dan Gillin (1954:489)) pihak lain.
b. Faktor imitasi, sugesti, dan simpati dapat bergerak sendirisendiri secara 2. Pembelajaran
terpisah maupun dalam keadaan tergabung (Soerdjono Soekanto, dalam bentuk
2006:57). diskusi akan sulit
mencapai tujuan
Wawancara teman sejawat: apabila tiap
a. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara tiap kelompok. kelompok tidak
b. Kelompok anak aktif pasti akan dengan mudah melalui proses belajar. berbaur
c. Kelompok anak pasif, apabila dilakukan diskusi tidak akan berjalan 3. Peserta didik
d. Rawan bullying terhadap anak-anak yang tidak memiliki kelompok yang tidak
memiliki
Wawancara peserta didik: kelompok akan
a. Eksistensi peserta didik terlhat dari kelompoknya dikucilkan.
b. Semangat sekolah apabila selalu dengan kelompoknya
c. Memiliki visi misi yang sama membawa pengaruh yang baik pada hasil
belajar
d. Memilih peserta kelompok dari tujuan yang sama
4. Pendidik belum Kajian Literatur: 1. Pendidik belum
memanfaatkan Pembelajaran Inovatif memahami
pembelajaran STEAM 1. Pembelajaran STEAM rancangan
secara maksimal Pembelajaran STEAM yang berpusat pada proyek didasarkan pada pembelajaran
masalah dunia nyata. Proyek-proyek ini mengharuskan peserta didik inovatif dengan
untuk meneliti, mengusulkan dan memilih solusi, dan membuat desain. pendekatan STEAM
Setelah prototipe atau model dibuat, peserta didik menguji dan 2. Masih banyaknya
mempresentasikan temuan mereka, dan jika waktu memungkinkan, hambatan dalam
mereka mendesain ulang proyek dan melakukan melaksanakan
perbaikan. (Modul 3 hal 35) pembelajaran
berbasis STEAM
3. Pendidik masih
Wawancara dengan pakar: membutuhkan
a. Persiapan mengajar kurang baik sehingga belum mempu mencapai latihan untuk
standar akademisi yang tinggi. merancang
b. Pengetahuan konten tentang STEAM belum dipahami oleh pendidik. pembelajaran
c. Tidak tersedia mentoring kerja guru dalam melaksanakan proes inovatif.
pembelajaran yang efektif.
d. Persiapan dan inspirasi peserta didik masih rendah
e. Kurangnya dukungan sistem sekolah
f. Persiapan bahan ajar kurang
g. Kurangnya pemberian pengalaman langsung bagi siswa
Wawancara dengan teman sejawat:
1. Rendahnya pemahaman pendidik akan pentingnya inovasi pendidikan
akhirnya melahirkan metode pembelajaran konvesional.
2. Sarana dan prasarana yang kurang memadai.
3. Usia pendidik yang mendekati masa pensiun enggan untuk berinovasi.
4. Pendidik belum memahami macam pembelajaran inovatif.

5. Materi Literasi 1. Menurut (Anwar, 2019), kurangnya usaha yang dilakukan oleh individu 1. Kurangnya guru
Banyak peserta didik tidak untuk menguasai bahan tersebut, kurang adanya usaha dari diri mereka dalam memahami
mencapai nilai KKM pada sendiri yaitu untuk belajar sebelum waktunya di sekolah ataupun di keragaman peserta
ulangan harian, PTS dan rumah. Faktor dari luar yang terutama lingkungan sekolah dan berada di didik mulai dari
PAS lingkungan padat penduduk membuat konsentrasi siswa terganggu karakter dan
dengan adanya suara yang terdengar jelas dari kegiatan siswa lain seperti kesiapan belajar yang
pada jam pelajaran olahraga ataupun kegiatan masyarakat pada saat berbeda, dari aspek
kegiatan pembelajaran berlangsung. kesiapan belajar,
minat bakat dan gaya
WAwancara dengan Pakar pendidikan, pengawas pembina dan fasilitator belajar.
guru penggerak (Sumaji, S.Pd., S.E., M.M., M.Pd.) 2. Kurang adanya usaha
1. Tidak terpenuhinya KKM itu jelas peserta didik tidak menguasai materi. dari diri mereka
2. Guru hanya memberikan tes kognitif. sendiri yaitu untuk
3. Peserta didik itu mempunya karakter dan kesiapan belajar yang berbeda, belajar sebelum
dari aspek kesiapan belajar, minat bakat dan gaya belajar. waktunya di sekolah
4. Kurangnya guru dalam memahami keragaman peserta didik. ataupun di rumah.
3. Peserta didik tidak
Wawancara dengan kepala sekolah menerapkan belajar
1. Peserta didik tidak menerapkan belajar secara berkala dan banyak
mandiri secara
berlatih
berkala dan banyak
2. Tidak memahami dan fokus pada kisi-kisi soal
berlatih
3. Kurangnya berpikir positif
4. Tidak memahami dan
Wawancara dengan teman sejawat fokus pada kisi-kisi
1. Siswa belum memahami materi yang diberikan soal.
2. Soal yang diberikan tidak seimbang antara soal HOTS dan LOTS

Materi Numerasi Kajian Literatur:


Kemampuan peserta didik Secara sederhana, numerasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk 1. Peserta didik belum
dalam megindetifikasi mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam memahai konsep
materi numerasi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam numerasi
sejarah masih rendah kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara dan kemampuan untuk 2. Midset sejarah adalah
menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. dalam, hafalan
https://hermananis.com/literasi-numerasi-pengertian-prinsip- 3. Adanya anggapan
indikator-dan-pentingnya-literasi sejarah bukanlah
matematika
Wawancara teman sejawat: mengakibatkan
a. Mindset peserta didik tentang sejarah adalah hafalan mengakibatkan peserta didik kurang
sulit menerima materi berupa data. mampu membaca
b. Kemampuan mengolah materi sejarah kedalam bentuk informasi tabel
kuantitatif masih rendah

Wawancara dengan peserta didik:


a. Mengalami kebingungan dalam membaca data
b. Peserta didik kurang mampu membayangkan pembabakan waktu di
masa lampau
c. Mindset peserta didik bahwa sejarah bukanlah matematika

Advanced Material Kajian Literatur: 1. Pendidik dalam


Pendidik belum mampu PEndalama advanced material yaitu apabila seorang guru dikatakan mampu menerapkan
menyajikan advance berkomitmen dalam melaksanakan pembelajaran adalah ketika guru tersebut sejumlah fakta,
material menguasai materi pembelajaran dan menjalankan tugas sebagai pendidik konsep, prinsip dan
terutama dalam menerapkan sejumlah fakta, konsep, prinsip dan keterampilan dalam
keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dalam pokok bahasan yang menyelesaikan
sedang diajarkan (Tuerah, 2005). permasalahan masih
belum optimal
Wawancara teman sejawat: 2. Waktu yang terbatas
a. Keterbatasan waktu untuk membuat materi tingkat lanjut dimana dalam membuat
materi sejarah Indonesia di SMK hanya dipelajari di kelas X materi tingkat lanjut
b. Keterbatasan sarana dan prasarana 3. Sarana prasarana
c. Pemahaman tentang materi tingkat lanjut belum optimal yang belum memadai

Wawancara Peserta didik:


a. Mengalami kesalahpahaman tentang materi tingkat lanjut
b. Peserta didik merasa terlalu banyak materi sejarah yang harus
dihafalkan
c. Peserta didik belum mampu berinovasi karena tidak memiliki laptop
d. Jaingan internet yang dimiliki pesertadidik juga terbatas

Miskonsepsi Kajian Literatur: 1. Kurangnya


Peserta didik mengalami 1. Miskonsepsi atau salah konsep (Suparno, 2005:4) menunjuk pada suatu penguasaan bahan
miskonsepsi tarhadap konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang 2. Pendidik tidak
materi teori Hindu Budha diterima para pakar dalam bidang itu. Begitu juga dengan Wartono, dkk melakukan
dan teori Islamisasi. (2004:25) mendefinisikan miskonsepsi adalah pemahaman alternatif perbaikan terhadap
yang tidak benar secara ilmiah. Miskonsepsi ini diyakini oleh siswa dan materi yang salah
dijadikannya dasar untuk merespon masalah yang muncul. Dengan 3. Peserta didik tidak
demikian miskonsepsi adalah ketidaksesuaian konsep yang dimiliki oleh mengikuti
siswa dengan konsep para ahli. pembelajaran
2. Secara garis besar penyebab miskonsepsi dapat dikelompokkan menjadi dengan baik
lima kelompok, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks dan metode
mengajar. 

Wawancara Pakar:
a. Pendidik memberikan penjelasan materi yang salah kepada peserta
didik dan membiarkannya terus menerus sehingga terjadi
kesalahpahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.

Wawancara siswa:
a. Salah konsep dari awal pembelajaran.
b. Kurang menyimak ketika guru menjelaskan materi/diskusi
c. Kurangnya buku penunjang yang disediakan sekolah
d. Jaringan internet yang belum tersedia ditiap sudut, menghalangi
perolehan informasi.

HOTS Menurut Presseisen (dalam Devi, 2011) menyatakan bahwa “HOTS (High 1. Kemampuan
Peserta didik kesulitan Order Thinking Skills) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi peserta didik
menyelesaikan soal-soal menjadi empat kelompok, yaitu dalam melakukan
HOTS c. pemecahan masalah keterampilan
d. membuat keputusan berpikir kritis
e. berpikir kritis dan masih rendah
f. berpikir kreatif 2. Peserta didik
memiliki nilai
Keterampilan-keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (dalam Costa, rendah ketika
1985), yaitu: diberi soal HOTS
1. Memfokuskan pada pertanyaan 3. Peserta didik
2. menganalisis argumen tidak memahami
3. Mempertimbangkan yang dapat dipercaya materi dengan
4. Mempertimbangkan laporan observasi baik
5. Membandingkan kesimpulan
6. Menentukan kesimpulan
7. Mempertimbangkan kemampuan induksi
8. Menilai
9. Mendefinisikan konsep
10. Mendefinisikan asumsi, dan mendeskripsikan

Wawancara dengan teman sejawat:


1. Kesulitan membuat soal HOTS
2. Apabila diberi soal HOTS, nilai siswa menjadi rendah

Wawancara dengan siswa:


a. Tidak memahami materi
b. Tidak bertanya ketika belum menguasai pelajaran
c. Mudah lelah ketika dihadapkan soal yang sulit
d. Tidak melakukan latihan soal-soal

6 Penggunaan IT Kajian Literatur: 1. Pendidik harus


Kemampuan sebagian Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memerlukan menjadi subyek aktif
besar peserta didik penyesuaian peran dan peningkatan kompetensi guru. yang terus belajar.
maupun pendidik dalam Guru adalah seorang professional dan agen pembaharuan seharusnya tidak 2. Pendidik terbiasa
mengoperasikan IT masih menunggu tawaran pihak luar dalam upaya melakukan pengembangan diri. dengan adanya kontrol
belum optimal Saudara harus menjadi subyek aktif yang terus strukturan yang hadir
belajar, bukan membiasakan belajar karena adanya kontrol struktural yang 3. Keterbatasan
hadir perangkat ang dimilik
(Modul 2 KB 4 hal 129) peserta didik

Wawancara pakar:
a. Kurang lengkapnya sarana dan prasarana skolah di bidang iT
sehingga peserta didik tidak terbiasa mengunakan IT tersebut
b. Kondisi fasilitas Itpeserta didik masih terbatas.
Wawancara dengan teman sejawat:
a. Pendidik masih ada yang tidak update informasi tentang
perkembangan IT
b. Kurangnya penerapan IT disekolah
c. Sekolah seharusnya mengadakan pelatihan tentang teknologi yang
berhubungan dengan sekolah. Misal: e-rapot

Wawancara dengan Peserta didik:


a. Tidak memiliki perangkat (laptop atau hp)
b. Kurangnya penugasan meupun KBM yang menggunakan IT
Inovasi Penggunaan berbagai aplikasi digital, CD pembelajaran interaktif, e-book, 1. Belum meratanya
Implementasi website, dan gaya belajar digital lainnya merupakan alternatif paperless. perubahan
pembelajaran paperless tantangan era Revolusi Industri 4.0 sangat komplek. kurikulum
belum terwujud secara a. Pertama, keamanan teknologi informasi yang menyasar ke dunia 2. Keterbatasan
optimal pendidikan. perangkat media
b. Kedua, keandalan dan stabilitas mesin produksi. pembelajaran
c. Ketiga, kurangnya keterampilan yang memadai. online
d. Keempat, keengganan untuk berubah para pemangku kepentingan. 3. Peserta didik
e. Kelima, hilangnya banyak pekerjaan karena otomatisasi. masih terbiasa
f. Keenam, stagnasi pemanfaatan teknologi, informasi, dan komunikasi. dengan text book
g. Ketujuh, belum meratanya perubahan kurikulum, model, strategi, ataupun buku
pendekatan dan guru dalam pembelajaran yang menguatkan literasi tulis
baru

Wawancara teman sejawat:


1. Pendidik maupun peserta didik mesih menggunakan text book
maupun buku tulis
2. Keterbatasan perangkat yang dimiliki
3. Peserta didik belum mampu diajak belajar secara interaktif

Wawancara peserta didik:


a. Masih rendahnya beberapa peserta didik dalam mengoperasikan
kelas online
b. Keterbatasan perangkat

Anda mungkin juga menyukai