Anda di halaman 1dari 28

BAB I

DEFINISI

DEFENISI:
1. Bahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama
pembuatannya, pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan
penggunaannya mungkin menimbulkan atau membebaskan debu-debu,
kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang mungkin
menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan
dan bahaya-bahaya lain, dalam jumlah yang memungkinkan menimbulkan
gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau
menyebabkan kerusakan pada barang-barang atau harta benda.
2. bahan-bahan beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relativekecil
berbahaya bagi kesehatan bahkan juga jiwa manusia.Bahan–bahan
demikian dipergunakan, diolah dan dipakai serta dihasilkan oleh pekerjaan
3. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses
pengadaan bahan berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh
instalasi Farmasi Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
berdasarkan kebutuhan pengguna (user).
4. Material Safety Data Sheet atau lembar data pengamanan (MSDS/LDP)
adalah lembar petunjuk berisi informasi tentang fisika kimia dari bahan
berbahaya,jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan
khusus, yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan
bahan berbahaya. MSDSini dikeluarkan oleh pabrik atau supplier.
5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan
menyimpan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi dengan maksud
menjamin agar bahan-bahan tersebut tidakbereaksi dengan bahan-bahan
lain serta memenuhi syarat-syarat penyimpanan
6. Kontaminasi adalah proses tertumpahnya specimen bahan-bahan
berbahaya dan beracun kelingkungan yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja.
7. Penanggulangan adalah upaya penanganan suatu bahan-bahan
berbahaya dan beracunagar bahan-bahan tersebut tidak bereaksi dengan
bahan-bahan lain dan menjaga agar bahan-bahan tersebut tidak
menimbulkan bahaya.
8. Bahan Berbahaya Beracun( B3 ) menurut OSHA (Occupational Safety and
Health of The United State Government) adalah bahan yang karena sifat
kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan.
BAB II
RUANG LINGKUP

I. Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun ( B3 )


1. Pengadaan dan Pembelian
2. Penerimaan
3. Pengumpulan dan Pengadaan (Pengklasifikasian)
4. Pengangkutan
5. Pengolahan
6. Pendistribusian
II. Penyimpanan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
1. Bahan Kimia Beracun
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water SensitiveSubstances)
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam(Acid SensitiveSubstances)
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
9. Bahan Kimia Radio aktif (RadioactiveSubstances)
III. Syarat Pengolahan Limbah B3
1 Persyaratan LokasiPengolahan Limbah B3
2 Persyaratan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
3 PersyaratanPenanganan Limbah B3 Sebelum Diolah
IV. Symbol dan Labeling B3
1. Symbol
2. Label
V. Pengolahan Limbah B3 di Rumah Sakit
VI. Penanggulangan Kontaminasi B3
1. Upaya Keselamatan Kerja
2. Penanggulangan Kontaminasi B3 bentuk Cair
BAB III
TATALAKSANA

I. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN


A. Pengadaan / Pembelian B3
Pengadaan B3 Rumah Sakit Islam At Taqwa Gumawangdilakukan oleh
bagian logistik Rumah Sakit dengan menggunakan sistem satu pintu.
Perencanaan B3 yang termasuk sediaan farmasi dilakukan oleh bagian
Logistik farmasi. Pengadaaan B3 dilakukan menurut besarnya persediaan
di gudang. Permintaan B3 oleh tiap unit kerja dilakukan dengan
memasukkan data permintaan. Bukti permintaan barang dicetak 1 lembar
dan ditandatangani oleh kepala bagian yang bersangkutan, kemudian
dikirim ke bagian Logistik untuk dimintakan persetujuan kepala bagian
Logistik. Kepala bagian Logistik menyetujui permintaan melalui Kontrol
Permintaan Barang. Supplier B3 harus terikat kontrak kerjasama
pengadaaan B3 dan wajib menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS). Isi dan kemasan B3 yang diadakan harus dalam kondisi baik
(tidak rusak) dan memperhatikan waktu kadaluarsa.

B. Penerimaan
Penerimaan B3 harus sesuai dengan Surat Pesanan (SP) dengan
memperhatikan kualitas, kuantitas B3 yang diterima dan ketersediaan
MSDS. Apabila terdapat ketidaksesuaian baik dari segi kualitas,
kuantitias, ketersediaan MSDS maupun syarat yang sudah ditentukan
dalam pengadaan B3 maka petugas bagian penerimaan barang berhak
menolak/mengembalikan B3 tersebut.

C. Pengumpulan dan Penyimpanan (Pengklasifikasian) B3


Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus disimpan secara tepat dan
perlu dijamin agar bahan-bahan berbahaya tersebut tidak bereaksi
dengan bahan-bahan lain yang disimpan dan juga perlu dijaga agar
bahan-bahan yang menimbulkan bahaya seperti bahan explosive, obat
narkotika dan lain-lain. Untuk pengamanan suatu bahan bahayalebih dari
satu macam, segenap bahaya harus diperhatikan dan diamankan.
Fasilitas dan prosedur penyimpanan harus menampung keselamatan
dari seluruh kemungkinan bahaya yang ditimbulkan. Ketentuan
penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun sebagai berikut:
1. Bahan-bahan yang mudah terbakar
Suatu bahan / gas di pandang mudah terbakar apabila bahan
itumenyala bila bersentuhan dengan udara atau oksigen, hydrogen,
propan, butan, etilen, hydrogen sulfide merupakan gas-gas yang
dapat terbakar. Bahan yang mudah menyala harus di simpan di
tempat yang cukup sejuk untuk mencegah nyala api manakala
uapnya bercampur dengan udara.
Daerah penyimpanan harus jauh dari setiap sumber panas atau
bahaya kebakaran. Pemadam api yang memadai harus tersedia
dan di daerah sekitar tidak di perkenankan merokok.
2. Bahan-bahan beracun
Uap bahan beracun masuk kedalam udara sehingga perlu adanya
tempat yang memiliki pertukaran udara yang baik, tidak terkena
sinar matahari langsung. Bahan- bahan yang dapat bereaksi satu
sama lain ditempatkan secara terpisah.
3. Syarat penyimpanan B3
Selain cara – cara penyimpanan yang diterangkan di atas, masih
perlu diperhatikan syarat penyimpanan sebagai berikut:
a) Penyimpanan / segera mengetahui terjadinya kebakaran
b) Tenaga kerja yang berhubungan dengan B3 tidak dibenarkan
mempunyai kelainan penglihatan, pendengaran atau penciuman
c) Mereka yang memasuki daerah penyimpanan bahan yang mudah
terbakar harus dilarang merokok
d) Harus diperhatikan kebersihan lingkungan sekitar
e) Harus disediakan alat pemadam api ringan
4. Penyimpanan Bahan B3 di Rumah Sakit Islam At Taqwa Gumawang
N Bagian Nama B3
o

1 Radiologi a. Fixer

b. Developer
2 Laboratorium a. Trigliyricerides A

b. Urea Bun – Uv A
c. Urea Bun – Uv B
d. Protein (Total) A
e. Glucosa A
f. Alakline Phospatase (Alp) – Amp A
g. Alakline Phospatase (Alp) – Amp A
h. Alt / Ast Komponen: B 
i. Aspartate Aminotransferase (Ast
Got) A

j. Bilirubin (Total) Komponen: At 


k. Bilirubin (Total) Komponen: Bt 
l. Bilirubin (Direct) Komponen: A 
m Bilirubin (Direct) Komponen: B1
n Bilirubin (Direct) Komponen: B2
o Albumin Komponen: A
p Cholesterol Hdl Direct Komponen: A
q Cholesterol Hdl Direct Komponen: B
r Creatinine Komponen: A
s Creatinine Komponen: B
t Salmonella Typhi H Komponen: H
u Salmonella Typhi O Komponen: O
v Salmonella Paratyphi Ah Komponen:
Ah
w Swelab Alfa Pengencer

D. Pengangkutan
Pengangkutan limbah B3 merupakan kegiatan pemindahan lokasi limbah
dari lokasi pengumpulan / penyimpanan limbah ke lokasi pengolahan/
pemanfaatan limbah B3. Setiap pemindah tangaan limbah B3 antar pihak
atau lokasi harus disertai dengan dokumen limbah B3 yang diberikan
pada waktu penyerahan limbah. Dokumen limbah B3 terdiri dari 3 bagian,
yaitu bagian yang harus diisi oleh petugas limbah, bagian II di isi oleh
pihak pengangkut limbah B3 dan bagian III diisi oleh pihak pengumpul/
pengolah.
Dokumen limbah B3 tersebut merupakan alat pengawasan yang
ditetapkan untuk menghindari hal - hal yang tidak diingainkan dan juga
untuk mengetahui mata rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3.
E. Pengolahan
Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah proses
untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak
berbahaya atau tidak beracun lagi. Karena sifat bahaya yang di timbulkan
oleh B3 sangat tinggi, maka sebelum di bangunnya suatu pusat
pengolahan limbah B3, rumah sakit wajib membuat analisis dampak
lingkungan untuk menyelenggarakan kegiatan pengolahan tersebut.
F. Pendistribusian B3
Distribusi B3 dilakukan sesuai permintaan tiap unit kerja. Distribusi
dilakukan pada hari yang telah ditentukan sesuai kesepakatan dan harus
menyertakan MSDS selama proses distribusi dari gudang Logistik ke unit-
unit terkait.

II. PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3)


Mengelompokkanbahankimia berbahaya di dalam penyimpanannya sangat
diperlukan, sehingga tempat / ruangan yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya dan aman. Mengabaikan sifat – sifat fisik dan kimia dari bahan yang
disimpanakan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan
mengeluarkan gas / uap / debu beracun dan berbagai kombinasi dari
pengaruh tersebut.Penyimpanan bahan kimia berbahaya dikelompokkan
sebagai berikut
A. Bahan Kimia Beracun(Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan atau pun
dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan
sekelilingnya. Bahan beracun harus di simpan dalam ruangan yang sejuk,
tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan
yang inkompatibel ( tidak dapat dicampur ) harus dipisahkan satu sama
lainnya. Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan
tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang
baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
B. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat
bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang /
merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga
manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada
peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan
uap. Wadah / kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati - hati,
dalam keadaan tertutup dan di pasang label. Semua logam disekeliling
tempat penyimpanan harus di cat dan diperiksa akan adanya kerusakan
yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan
lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran
pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada
tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan
pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.
C. BahanKimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam
bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api
dari bahan pada terkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan
menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam
penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
1. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah
penyalaan tidaksengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan
udara
2. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup,
sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara
untuk mencegah percikan api
3. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya
kebakarannya
4. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat,
bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan
yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi
panas
5. Di tempat penyimpanan tersediaalat-alat pemadam api dan mudah
dicapai
6. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
7. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
8. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta
dilengkapi alat deteksiasap atau api otomatis dan diperiksa secara
periodic
D. BahanKimiaPeledak(Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak
tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60 [meter] dari sumber
tenaga , terowongan, lubang tambang, bendungan, jalanraya dan
bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin.Ruang penyimpanan
harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat
dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara
yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak
digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu
listrik yang dapat di bawa atau penerangan yang bersumber dari luar
Tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat
bangunan yang.
Di dalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar,
api terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari
rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya
memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau
hutan lebat.
E. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen
pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa
bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen,
sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang
banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus
diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan
gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar,
bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat – alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam
memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan atau pun
pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen
sendiri.
F. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas – gas yang mudah menyala. Karena banyak
dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini
harus tahan air, berlokasi di tanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan
bahan lainnya,dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam
ruang simpan.
G. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances )
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asammenghasilkan panas,
hydrogen dan gas- gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan
untuk bahan ini harus di usahakan agar sejuk berventilasi, sumber
penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan
asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan
menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam
gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang
tebuat dari logam maka harus dicatat atau dibuat kebal dan pasif terhadap
bahan asam.
H. Gas Bertekanan(Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri
dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga
tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk, bebas dari sinar
matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang
ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan. Harus tahan api dan
harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi
kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
I. BahanKimia Radioaktif(RadioactiveSubstances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efeksomatik dan efek
genetik,efek omatic dapat akut atau kronis.Efek somatik akut bila terkena
radiasi 200 [Rad] sampai 5000 [Rad] yang dapat menyebabkan sindroma
system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan
darah,sedangkan efeksomatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek
genetic mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada
keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua
persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan
sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih
untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan
mendapat izin dari BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki
peralatan cukup untuk memproteksi radiasi,tidak dicampur dengan bahan
lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif
harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan
kemasan harus di pelihara.

III. SYARAT PENGOLAHAN LIMBAH B3


Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
A. Persyaratan LokasiPengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah
B3 atau di luar penghasil limbah B3. Untuk pengolahan di dalam lokasi
penghasil, lokasi pengolahan disyaratkan Jarak antara lokasi pengolahan
dan lokasifasilitas umum minimal 50 meter. Persyaratan lokasi
pengolahan limbah B3 di luar lokasi penghasil adalah:
1. Merupakan daerah bebas banjir
2. Pada jarak paling dekat 150 meterdari jalan utama/jalan tol dan
50meter untuk jalan lainnya
3. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah pemukiman,
perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan
sosial,hotel, restoran, fasilitas keagamaan dan pendidikan
4. Pada jarak paling dekat 300 meter dari garis pasang naik
laut,sungai,daerah pasang surut, kolam, danau, rawan, mata air
dan sumur penduduk
5. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah yang dilindungi
(cagaralam,hutan lindungdan lain-lainnya).

B. Persyaratan Fasilitas Pengolahan Limbah B3


Dalam pengoperasian limbah B3 harus menerapkan system
operasiyang meliputi:
1. Sistem Keamanan Fasilitas
Sistem keamanan yang diterapkan dalam pengoperasian fasilitas
pengolahan limbah B3 sekurang-kurangnya harus:
a. Memiliki system penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi
dan mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk
kelokasi.
b. Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang
memadai dan suatu system untuk mengawasi keluar masuk
orang dan kendaraan melalui pintu gerbang maupun jalan
masuk lain.
c. Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10 meter
dengan tulisan “Berbahaya” yang dipasang pada unit/bangunan
pengolahan dan penyimpanan, serta tanda“ Yang Tidak
Berkepentinan Dilarang Masuk” yang ditempatkan disetiap pintu
masuk ke dalam fasilitas dan pada setiap jarak 100 meter di
sekelilinglokasi.
d. Mempunyai penerangan yang memadai di sekitar lokasi.
2. Sistem Pencegahan Terhadap Kebakaran
Untuk mencegah terjadi kebakaran atau hal lain yang tak terduga
di fasilitas pengolahan, makasekurang-kurangnyaharus :
a. Memasang system arde (Electrikal Spark Grounding)
b. Memasang tanda peringatan, yang jelas terlihat dari jarak 10
meter,dengan tulisan :“Awas Berbahaya”, “Limbah B3 (mudah
terbakar, …, dll)
c. Memasang peralatan pedeteksi bahaya kebakaran yang bekerja
secara otomatis selama 24 jam terus menerus, berupa:
1) Alat deteksipekaasam (smokesensing alarm), dan
2) Alat deteksipekapanas (heat sensing alarm),
d. Tersediannya system pemadam kebakaran yang berupa:
1) Sistem permanen dan otomatis, dengan menggunakan bahan
pemadamair, busa,gasataubahankimia
kering,denganjumlahdanmutusesuai kebutuhan
2) Pemadam kebakaranportable dengan kapasitas minimum 10 kg
untuk setiap
100 m2dalam ruangan
e. Menata jarak atau lorongan tara kontainer–container
yang berisilimbah B3 minimum 60 cm sehingga tidak
mengganggu gerakan orang, peralatan pemadam
kebakaran, peralatan pengendali/pencegah tumpahan
limbah, dan peralatan untuk menghilangkan kontaminasi
kesemua arah di dalam lokasi
f. Menata jarakantara bangunan-bangunan yang memadai
sehingga mobil pemadam kebakaran mempunyai akses
menuju lokasikebakaran.
3. Sistem pencegahan TumpahanLimbah
a. Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai rencana,
dokumen dan petunjuk teknis operasi pencegahan tumpahan
limbah B3 yang meliputi Pemeriksaan Mingguan terhadap
fasilitas pengolahan, dan Sistem tanda bahaya peringatan dini
yang bekerja selama 24 jam dan yang akan member tanda
bahaya sebelum terjadi tumpahan/luapan limbah (level control).
b. Pengawas harus dapat mengidentifikasi setiap kelainan yang
terjadi, seperti malfungsi, kerusakan, kelalaian operator,
kebocoran atau tumpahan yang dapat menyebabkan
terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke lingkungan.
Program ini juga harus menyangkut terlepasnya limbah dari
fasilitas pengolahan kelingkungan. Program ini juga harus
menyangkut mekanisme tanggap darurat
c. Penggunaan bahan penyerap (absorbent) yang sesuai dengan
jenis dan karak teristik tumpahan limbah B3.

C. PersyaratanPenanganan Limbah B3 SebelumDiolah


Sebelum melakukan pengolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan
uji analisa kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi
guna menetapkan prosedur yang tepat dalam proses pengolahan
limbah B3 tersebut.Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia
dan/atau biologi yang terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui,
maka terhadap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses
pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan baku mutu
pembuangan dan/atau lingkungan yang ditetapkan.

IV. Symbol dan Labeling B3


Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan-
tulisan peringatan pada wadah untuk bahan berbahaya adalah tindakan
pencegahan esensial.Ketika bahan kimia sedang diproduksi,tenaga kerja
biasanya mempraktekkan usaha keselamatan kerja dengan
baik,mengenaibahan-bahan kimia dalam botol,kaleng atau wadah
lainnya,biasanya tenaga kerja yang mengolahnya belum mengetahui sifat
bahaya bahan tersebut.Oleh karena itu pemberian keterangan, label dan
tanda pada bahan tersebut sangatlah penting.
Pengelolaan limbah B3 harus dilakukan dengan cara yang aman bagi
petugas limbah rumah sakit, masyarakat sekitar rumah sakit dan lingkungan
rumah sakit. Faktor penting yang berhubungan dengan keamanan ini adalah
pemberian tanda pada tempat penyimpanan, tempat
pemanfaatan,pengolahan, kemasan kendaraanyang digunakan untuk
mengangkut limah B3.
Penandaan terhadap limbah B3 sangat penting guna menelusuri dan
menentukan teknik pengolahan yang selanjutnya.Tanda yang digunakan
untuk penandaan ada 2 jenis yaitu symbol dan label.
A. Symbol
1. Bentuk dasar, ukuran danbahan
1.1. Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10
cm x 10 cm, sedangkan symbol pada kendaraan pengangkut
limbah B3 dan tempat penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x25
cm
1.2. Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan
atau bahan kimia yang kemungkinan akan mengenainya. Warna
symbol untuk dipasang di kendaraan pengangkut limbah B3 harus
dengan cat yang dapat berpendar (fluorescence).

N Simbol  Keterangan 

1 B3 Mudah
Meledak
Contoh :
Sulphur
Powder 
 
2 mudah menyala
Contoh : Bensin 
 

 
3 B3 Pengoksidasi
Contoh : Kaporit 
 
 

 
4 B3 Karsinogenik,
Mutagenik &
Teratogenik
Contoh :
Formaline 
   

5 B3 Beracun
Contoh :
Pestisida 
 

6 B3 Korosif
Contoh : Asam
Sulfat 
 

   
7 B3 Gas
Bertekanan
Contoh : LPG 
 
 
8 B3 Berbahaya
Bagi
Lingkungan
Contoh :
Pelumas 
 
 
 
9   B3 Iritan
Contoh : Asam
Format 

1   B3 berbahaya
0. Contoh :
Steranios 2%

Di Indonesia, berdasarkan keputusan Kepala Bapedal


No.05/Bapedal/09/1995 terdapat delapan jenis simbol, yaitu:

1. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak:Warna dasar oranye.


Simbol berupa gambar berwarna hitam suatu materi limbah yang
menunjukkan meledak, yang terdapat ditepi antara sudut atas dan
sudut kiri belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat
tulisan “MUDAH MELEDAK” berwarna hitam yang diapit oleh 2 garis
sejajar berwarna hitam sehingga membentuk 2 buah bangun segitiga
sama kaki pada bagian dalam belah ketupat.
2. Simbol klasifikasi limbah B3 yang mudah terbakar:Terdapat 2
(dua) macam simbol untuk klasifikasi limbah yang mudah terbakar,
yaitu simbol untuk cairan mudah terbakar dan padatan mudah
terbakar:
a. Simbol cairan mudah terbakar: Bahan dasar merah. gambar
simbol berupa lidah api berwarna putih yang menyala pada
suatu permukaan berwarna putih. Gambar terletak dibawah
sudut atas garis ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah
terdapat tulisan “ CAIRAN.” dan dibawahnya terdapat tulisan
“MUDAH TERBAKAR” berwarna putih. Blok segilima berwarna
putih.
b. Simbol padatan mudah terbakar: Dasar simbol terdiri dari
warna merah dan putih yang berjajar vertikal berselingan.
Gambar simbol berupa lidah apai berwarna hitam yang menyala
pada satu bidang berwarna hitam. Pada bagian tengah terdapat
tulisan “PADATAN” dan dibawahnya terdapat tulisan “MUDAH
TERBAKAR” berwarna hitam. Blok segilima berwarna kebalikan
dari warna dasar simbol.
1. Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif: Bahan dasar berwarna kuning
dengan blok segilima berwarna merah. Simbol berupa lingkaran hitam
dengan asap berwarna hitam mengarah ke atas yang terletak pada
suatu permukaan garis berwarna hitam. Di sebelah bawah gambar
simbol terdapt tulisan “REAKTIF” berwarna hitam.
2. Simbol klasifikasi limbah B3 beracun: Bahan dasar putih dengan
blok segilima berwarna merah. Simbol berupa tengkorak manusia
dengan tulang bersilang berwarna hitam. Garis tepi simbol berwarna
hitam. Pada sebelah bawah gambar terdapt tulisan “BERACUN”
berwarna hitam.
3. Simbol klasifikasi limbah B3 korosif: Belah ketupat terbagi pada
garis horizontal menjadi dua bidang segitiga. Pada bagian atas yang
berwarna putih terdapat 2 gambar, yaitu disebelah kiri adalah gambar
tetesan limbah korosif yang merusak pelat bahan berwarna hitam, dan
disebelah kanan adalah gambar lengan yang terkena tetesan limbah
korosif. pada bagian bawah, bidang segitiga berwarna hitam, terdapat
tulisan “KOROSIF” berwarna putih, serta blok segilima berwarna
merah.
4. Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan infeksi: Warna dasar
bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian
dalam berwarna hitam. Simbol infeksi berwarna hitam terletak di
sebelah bawah sustu atas garis belah ketupat bagian dalam. pada
bagian tengah terdapat tulisan “INFEKSI” berwarna hitam, dan
dibawahnya terdapat blok segilima berwarna merah.
5. Simbol limbah B3 klasifikasi campuran: Warna dasar bahan adalah
putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam berwarna
hitam. gambar simbol berupa tanda seru berwarna hitam terletak di
sebelah bawah sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada
bagian tengah bawah terdapat tuliasan “CAMPURAN” berwarna

B. Labeling
Menurut peraturan yang digunakan di Indonesia, terdapat 3 jenis label
yang berkaitan dengan sistem pengemasan limbah B3, yaitu:
1. Label identitas limbah: Berfungsi untuk memberikan informasi
tentang asal usul limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah
dalam suatu kemasan limbah B3. Label identitas limbah berukuran
minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna dasar kuning
dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan tulisan
“PERINGATAN !” dengan huruf yang lebih besar berwarna merahdiisi
dengan huruf cetak dengan jelas terbaca dan tidak mudah terhapus
serta dipasang pada setiap kemasan limbah B3 yang disimpan di
tempat penyimpanan, dengan mencantumkan antara lain: nama dan
alamat penghasil, jumlah dan jenis limbah serta tanggal pengisian.
Label identitas dipasang pada kemasan di sebelah atas simbol dan
harus terlihat dengan jelas.
2. Label untuk penandaan kemasan kosong:Bentuk dasar label sama
dengan bentuk dasar simbol dengan ukuran sisi minimal 10 x 10 cm2
dan tulisan “KOSONG” berwarna hitam ditengahnya. Label harus
dipasang pada kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang telah
dikosongkan dan atau akan digunakan untuk mengemas limbah B3.

Gambar 3. Label untuk penandaan kemasan kosong

3. Label penunjuk tutup kemasan: Berukuran minimal 7 x 15 cm2


dengan warna dasar putih dan warna gambar hitam. Gambar terdapat
dalam frame hitam, terdiri dari 2 (dua) buah anak panah mengarah ke
atas yang berdiri sejajar di atas balok hitam. Label terbuat dari bahan
yang tidak mudah rusak karena goresan atau akibat terkena limbah
dan bahan kimia lainnya. Label dipasang dekat tutup kemasan dengan
arah panah menunjukkan posisi penutup kemasan. Label harus
terpasang kuat pada setiap kemasan limbah B3, baik yang telah diisi
limbah B3, maupun kemasan yang akan digunakan untuk mengemas
limbah B3.
4.

Gambar 4. Label penunjuk tutup kemasan B3

V. PENGOLAHAN LIMBAH B3 DI RUMAH SAKIT


ALUR PENGELOLAAN LIMBAH B3
Bagian – bagian Terkait
Mengidentifikasi jenis limbah

Bagian – bagian Terkait Mengumpulkan limbah

Bagian – bagian Terkait


Mengirimkan limbah ke TPS

Petugas Limbah B3
Mencatat jenis dan
jumlah limbah

Karu Sarana Umum


Mencari Pihak ke3 pengelola limbah yang telah
memiliki izin

Pihak Ke3 Pengelola Limbah


Mengambil Limbah

Karu Sarana Umum


Menyimpan bukti pengelolaan limbah dan
melaporkan ke dinas terkait

A. Penanganan B3
1. Paparan
a. Inhalasi/Terhirup
1) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 segera pindah ke udara
terbuka
2) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 mencari perhatian medis jika
ketidaknyamanan dirasakan terus menerus
b. Proses Tertelan
1) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 berusaha untuk tidak
dimuntahkan
2) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 segera minum air dalam
volum yang cukup besar, untuk mencairkan B3 yang tertelan
3) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 membilas mulut secara
meyeluruh
4) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 segera minum susu juka
tersedia
5) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 segera mencari perawatan
medis
c. Kontaminasi Kulit
1) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 segera mencuci kulit yang
terkontaminasi dengan sabun dan air
2) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 segera melepaskan
pakaian yang terkontaminasi dan mencuci seperti diatas
3) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 mencari perhatian medis
jika terjadi iritasi setelah mencuci
d. Kontaminasi Mata
1) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 segera mencuci dan
membilas mata menggunakan air sambil mengangkat kelopak mata
2) Petugas/orang yang terkena/terpapar B3 mencari perhatian medis
segera
2. Tumpahan
a. Tumpahan B3 dan limbah B3
1) Petugas melakukan identifikasi jenis tumpahan baik dari segi
karakteristik tumpahan maupun wujud tumpahan (cair atau padat).
2) Petugas mempersiapkan alat pengendali tumpahan B3/spill kit.
3) Petugas mengenakan Alat Perlindungan Diri/APD sesuai dengan
Material Safety Data Sheet/MSDS.
4) Petugas segera menutup arah aliran tumpahan B3 dengan handuk
bekas.
5) Petugas membersihkan tumpahan dengan menyerap menggunakan
absorbent (kain majun).
6) Petugas menggunakan sapu dan sekop untuk mengambil tumpahan
yang telah di serap absorbent (kain majun) memasukkan ke dalam
kantong plastik warna kuning sebagai limbah B3.
7) Petugas sanitasi akan membawa kantong plastik warna kuning tersebut
ke TPS limbah B3.
8) Petugas melaporkan ke K3RSapabila terjadi tumpahan yang sangat
banyak dan berpotensi untuk mencemari lingkungan lebih luas.
9) Petugas K3RS melakukan penanganan sesuai dengan SPO
penanganan tumpahan B3/limbah B3 lanjutan.
10) Petugas membuat laporan insiden tumpahan.
b. Tumpahan Mercury
1) Petugas mempersiapkan Alat Pengendali Tumpahan Merkuri/ spillkit
merkuri.
2) Petugas mengenakan Alat Perlindungan Diri/APD sesuai dengan
Material Safety Data Sheet/MSDS merkuri.
3) Petugas melepaskan segala jenis perhiasan yang melekat pada diri
sendiri termasuk jam tangan, cincin, dan gelang.
4) Petugas mengambil tumpahan merkuri menggunakan syringe tanpa
jarum ukuran 10 cm dengan cara menyedot atau menggunakan
sepasang karbor ukuran 15cm x 20 cm.
5) Petugas memasukkan tumpahan merkuri ke dalam wadah yang berisi
air.
6) Petugas memasukkan wadah yang berisi air dan tumpahan merkuri ke
dalam plastik bening yang telah disiapkan.
7) Petugas membuang plastik bening yang mengandung wadah yang berisi
air dan tumpahan merkuri sebagai limbah B3 dan memasukkan ke dalam
kantong plastik warna kuning.
8) Petugas sanitasi akan membawa kantong plastik warna kuning tersebut
ke TPS limbah B3.
9) Petugas melaporkan ke K3RSapabila terjadi tumpahan yang sangat
banyak dan berpotensi untuk mencemari lingkungan lebih luas.
10)Petugas K3RS melakukan penanganan sesuai dengan SPO
penanganan tumpahan B3/limbah B3 lanjutan
11)Petugas membuat laporan insiden tumpahan

B. ALUR PROSEDUR PENANGGANAN

Personalia 
 
Lakukan
Pencatatan dan
Pelaporan untuk
keperluan BPJS
Pelaporan 
 
Mengisi formulir
laporan kecelakaan
kerja dalam waktu
2x24 jam

1. Pemasangan label B3
Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol dan harus
terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada wadah yang akan
dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar.

Ruang Penyimpanan B3 harus bebas dari segala sumber penyebab


terjadinya bahaya seperti panas, getaran, radiasi, kelembaban udara, sehingga
dapat menjamin keamanan B3 yang disimpan. Tersedia sirkulasi udara yang
cukup baik (ventilasi) sehingga kebocoran uap dari B3 cukup diencerkan
konsentrasinya dengan udara. Pengelolaan tempat penyimpanan B3 wajib
dilengkapi dengan eye wash station, safety shower, pemadam api yang mudah
dijangkau, pit pengumpul/secondary containment, alat pengendali tumpahan dan
APD.
Alat pengendali tumpahan/spillkitdibagi menjadi 4 yaitu:
1. Alat pengendali tumpahan(spillkit) B3 dan limbah B3
2. Alat pengendali tumpahan (spillkit) merkuri
3. Alat pengendali tumpahan (spillkit) obat sitotoksik
4. Alat pengendali tumpahan (spillkit) darah atau cairan tubuh (muntahan, urine,
dahak, nanah)
Semuanya digabungkan menjadi 1 wadah kotak alat pengendali tumpahan
(spillkit).
N Isi Jumlah
o

Alat pengendali tumpahan B3 dan limb ah


B3
1 Sapu 1 buah
.
2 Sekop kecil 1 buah
.
3 Absorbent (kain majun) 5 lembar
.
4 Gulungan selimut bekas 2gulungan
.
5 Alat Perlindungan diri  
.
- Tutup kepala disposible 2 buah 2
- Masker disposible buah
- Sarung tangan disposable 1 pasang
- Baju pelindung (Apron) 1 buah 1
disposible buah
- Kacamata pelindung (Google) 1 pasang
- Sepatu pelindung (Safety boots)
6 Plastik warna kuning 3lembar
.
Alat pengendali tumpahan merkuri / spillkit merkuri
7. Senter 1 buah
8. Syringe tanpa jarum ukuran 10 1 buah
ml
9. Karbor ukuran 15x20 cm 1 pasang
10 Wadah berisi air 1 buah
11 Plastikbening 3 lembar
Al at pengendali tumpahan obat sitotoksik / spillkit obat
sitotoksik
12 Masker respiratori N95 1 buah
13 Larutan klorin/bleach 0.05% 1 botol
sesuai tabel pengenceran
presept yaitu 2 tablet presept
dilarutkan dalam 1 L air
14 Plastic warna ungu 2 lembar
.
Alat pengendali tumpahan (spillkit) darah atau cairan
tubuh (muntahan, urine, dahak, nanah)
15 Larutan klorin/bleach 0.5% 1 botol
sesuai tabel pengenceran
presept yaitu 9 tablet presept
dilarutkan dalam 1/2 L air

Untuk obat sitotoksik bila terjadi tumpahan mengikuti SPO Penanganan


Tumpahan Obat Sitotoksik sedangkan untuk dekontaminasi tumpahan darah/
cairan tubuh di ruangan mengikuti SPO Dekontaminasi Tumpahan Darah atau
Cairan Tubuh.
Pengaturan penyimpanan B3 menggunakan metode FEFO ( bahan / material /
produk yang memiliki waktu kadaluarsa pendek yang dikeluarkan pertama kali
dan dipakai terlebih dahulu). Setiap tempat penyimpanan B3 harus dilengkapi
dengan MSDS.
Lembar MSDS yang berlaku di Rumah Sakit Islam At Taqwa Gumawangberisi
tentang :
1. Identifikasi Bahan Berbahaya dan Perusahaan
2. Identifikasi Bahaya
3. Komposisi Bahan
4. Tindakan P3K
5. Tindakanan Penanggulangan Kebakaran
6. Tindakanan penanggulanggan Kebocoran dan Tumpahan
7. Penyimpanan dan Penangganan Bahan
8. Pengendalian Pemaparan/Pengendalian Individu
9. Sifat Kimia
10.Stabilitas dan Reaktifitas Bahan
11.Informasi Toksikologi
12.Informasi Ekologi
B3 yang dilakukan pengemasan ulang/dipindahkan dari wadah aslinya wajib
diberikan simbol dan label dan tidak boleh dipindahkan ke dalam botol kemasan
air mineral.
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua kegiatan Pengelolaan B3 didokumentasikan dalam:


1. Formulir laporan Tumpahan B3
2. Cheklis monitoring dan evaluasi penyimpanan B3
3. Laporan Evaluasi B3
4. MSDS bahan B3

Anda mungkin juga menyukai