Makalah Rika Putri Kel 4
Makalah Rika Putri Kel 4
Dosen Pembimbing:
Perawatan paliatif:
Mengurangi rasa sakit dan gejala-gejala lain yang menyusahkan
Menggabungkan aspek psikologis dan spiritual dari perawatan
pasien
Menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien hidup
secara aktif sebisa mungkin sampai meninggal
Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga
mengatasi kesukaran selama pasien sakit
Menggunakan pendekatan dengan suatu tim untuk memenuhi
keperluan pasien dan keluarganya, termasuk konseling
Akan meningkatkan kualitas kehidupan, dan dapat secara positif
mempengaruhi perjalanan penyakit
Dapat diterapkan dini pada perjalanan penyakit, berhubungan
dengan terapi-terapi lain yang bertujuan untuk memperpanjang
kehidupan, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan termasuk
pemeriksaan lain yang diperlukan untuk lebih memahami dan
mengatur komplikasi klinis yang lain
Tujuan akhir dari perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup yang
terbaik untuk pasien dan keluarganya. Pada pasien paliatif, prioritas pelayanan
kesehatan berubah dari pengobatan ke perawatan (from cure to care), dari
intervensi ke pencegahan dan rehabilitasi. Jadi, tujuan utama perawatan paliatif
bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dulu perawatan ini hanya diberikan
kepada pasien kanker yang secara medis sudah tidak dapat disembuhkan lagi,
2
tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker, bahkan juga pada penderita
penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan
berbagai kelainan yang bersifat kronis.
Perawatan hospice terdiri dari suatu “team work“, yaitu dokter, psikolog,
perawat, terapi rehabilitasi, ahli gizi, pekerja sosial, dll yang bersama–sama
memberikan tindakan yang terpadu atas tahapan–tahapan psikologis penderita
dengan cara yang berbeda–beda.
3
Bagan kepemimpinan perawatan paliatif tidak berbentuk kerucut, melainkan
berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai titik sentral.
Core , cure , dan care merupakan tiga aspek yang saling berkaitan dan
berpengaruh satu sama lain. Sebagian besar pasien kanker pada suatu waktu akan
menghadapi keadaan stadium paliatif di mana pengobatan sudah tidak
menghasilkan kesembuhan dan diupayakan berbagai tindakan yang dapat
mengurangi penderitaan pasien kanker sehingga kualitas hidupnya tetap baik.
Keberhasilan perawatan paliatif tidak ditentukan oleh adanya dokter ,
paramedis , serta perawatan dokter yang canggih, tetapi terutama oleh peran
keluarga , rohaniwan , dll. Prinsip kerja tim perawatan paliatif yang terdiri dari
tim yang terintegrasi antara dokter, perawat, ahli gizi, psikolog, pekerja sosial,
rohaniwan, relawan, keluarga, dll adalah memberikan perawatan paripurna kepada
pasien.
Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
4. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
5. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam
perawatan pasien dan keluarga.
6. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
7. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif
sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat.
8. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
A. Pengertian
4
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, sebelum meninggal
sudah siap secara psikologis dan spiritual.
5
Tindakan yang bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga
medis, tetapi dengan pertimbangan yang mempertimbangkan
keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
2. Medikolegal Euthanasia
6
dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap
individu.
c) Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam
perencanaan perawatan .
d) Persetujuan
f) Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga
adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan
paliatif.
Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari
penyakit yang diderita pasien .hal ini penting karena karena pemberian
pareawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan
menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatn yang berlebihan
beresiko untuk memberikan harapan palsu kepada pasien.
7
Hal ini berhubungan dengan masalah etika yang akan dibahas kemudian.
Perawatan yang diberikan hanya karena dokter merasa harus melakukan
sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak etis.
Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat
ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas perawtan .
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress
fisik dan emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga
8
perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan
dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi perawatan.
m) Pemeriksaan ulang
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik dan psikologis pada
klien. Prinsip tidak merugikan, bahwa kita berkwaiban jika melakukan suatu
tindakan agar jangan sampai merugikan orang lain.
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlikan oleh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien
dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
9
e). Justice ( keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang
lain yang enjunjung prinsip–prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien
harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
pasien hanya boleh dibacadalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu
orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh pasien
dengan bukti pesetujuannya.
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung
jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk enilai orang lain.
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang man tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
dan strategi. Untuk itu kebijakan dan strategi yang diperlukan adalah:
A. Kebijakan
melalui:
10
1. Integrasi layanan paliatif dalam sistem kesehatan nasional.
B. Strategi
program paliatif.
11
TEKNIK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
A. Komunikasi
B. Berita Buruk
12
Hal Yang Dianggap Penting Dalam Penyampaian Berita Buruk
A.Isi
Yang dimaksud disini adalah apa yang di bicarakan, dan seberapa banyak
informasi atau keterangan yang diberikan oeh perawat. Item ini sangat
berhubungan dengan anggapan/kepercayaan pasien terhadap kompetensi
perawat memahami kondisi dan perkembangan penyakit pasien.
B.Support
C. Fasilitas
Yang di maksud fasilitas disini adalah kapan dan dimana informasi akan
diberikan. Umumnya dalam penyampaian berita buruk, fasilitasilah pasien
dengan ruang yang terjaga privacy nya, lingkungan yang bersih serta nyaman
bagi pasien.
D. Cara Penyampaian
Penelitian pada anggota keluarga pasien yang selamat dari kematian yang
traumatik menunjukkan, bahwa hal terpenting dari penyampaian berita buruk
13
adalah attitude (sikap dan perilaku) penyampai berita, informasi yang jelas,
privasi dan kemampuan penyampai berita menjawab pertanyaan. Terdapat enam
langkah dalam menyampaikan berita buruk:
A. Melakukan persiapan
1. Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang
akan disampaikan. Idealnya data rekam medis pasien, hasil laboratorium
atau pun pemeriksaan penunjang ada saat percakapan. Persiapkan juga
pengetahuan dasar tentang prognosis atau pun terapi pilihan terkait
penyakit pasien.
2. Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman.
Pastikan bahwa selama percakapan tidak ada gangguan dari staf medis lain
atau pun dering telepon.
3. Jika memungkinkan, sebaiknya ada anggota keluarga yang hadir.
Perkenalkan diri pada setiap yang hadir dan tanyakan nama dan hubungan
mereka dengan pasien.
4. Latihlah mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk. Tulislah
kata-kata spesifik jika perlu, yang akan disampaikan atau yang harus
dihindari dalam penyampaian.
14
5. Dengan gejala2 yang ada, menurut Anda penyakit apa yang mungkin
terjadi?
6. Apakah menurut Anda ada hal serius ketika berat badan Anda turun
drastis?
Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan tahu pasien,
orang tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan informasi setiap orang
dapat berbeda tergantung suku, agama, ras, sosial dan budaya masing-masing.
Setiap orang mempunyai hak untuk menolak atau menerima informasi lebih
lanjut. Jika pasien menunjukkan tanda tidak menginginkan informasi yang
lebih detail, maka petugas medis harus menghormati keinginannya dan
menanyakan pada siapa informasi sebaiknya diberikan. Pertanyaan yang dapat
diajukan untuk mengetahui berapa besar keinginan tahu pasien dapat berupa:
1. Jika kondisi ini mengarah pada suatu hal yang serius, apakah Anda ingin
mengetahui lebih lanjut?
2. Apakah Anda ingin saya menerangkan dengan lebih rinci mengenai
kondisi Anda? Jika tidak, apakah Anda ingin saya menyampaikannya pada
seseorang?
3. Beberapa orang mungkin tidak mau tahu sama sekali apa yang terjadi pada
diri mereka, sementara keluarga justru sebaliknya. Mana yang Anda pilih?
4. Apakah anda ingin saya menyampaikan hasil pemeriksaan dan
menjelaskan dengan tepat apa yang saya pikir jadi masalah kesehatan?
5. Siapa sebaiknya yang saya ajak bicara mengenai masalah ini?
15
sampaikan, dan apa pengalaman mereka tentang berita buruk. Sarankan bahwa
petugas medis bersama keluarga menemui pasien dan menanyakan apakah pasien
ingin informasi mengenai kesehatannya dan apa pertanyaan yang mungkin
diajukan.
D. Menyampaikan berita
Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan
penuh empati. Hindari penyampaikan seluruh informasi dalam satu
kesempatan. Sampaikan informasi, kemudian berikan jeda. Gunakan kata-kata
sederhana yang mudah dipahami. Hindari kata-kata manis (eufemisme)
ataupun istilah-istilah kedokteran. Lebih baik gunakan kata yang jelas seperti
“meninggal atau kanker”. Jangan meminimalkan keparahan penyakit. Sering-
sering memberikan jeda setelah penyampaian suatu kalimat. Cek apakah pasien
dapat memahami apa yang disampaikan. Gunakan sikap dan bahasa tubuh yang
sesuai diskusi. Hindari kalimat “Saya minta maaf atau Maafkan saya” karena
kalimat tersebut dapat di interpretasikan bahwa petugas medis bertanggung
jawab atas apa yang terjadi, atau bahwa semua ini karena kesalahan petugas
medis. Lebih baik gunakan kalimat “Maafkan saya harus menyampaikan pada
Anda mengenai hal ini”. Beberapa kalimat lain yang dapat dipilih untuk
menyampaikan berita buruk:
1. Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi menunjukkan Anda
terkena kanker leher Rahim
2. Saya merasa tidak enak menyampaikannya, bahwa berdasarkan hasil
pemeriksaan dan USG bayi yang Anda kandung sudah meninggal
3. Hasil pemeriksaan laboratorium yag ada tidak sesuai dengan apa yang
kita harapkan. Hasil ini menunjukkan Anda pada stadium awal penyakit
kanker
4. Saya khawatir saya mempunyai berita buruk, hasil biopsi sumsum
tulang belakang menunjukkan putri Anda menderita leukemia
16
E. Memberikan Respon Terhadap Perasaan Pasien
17
3. Membantu orang tua mengatakan pada anak tentang penyakit dan
pengobatannya
4. Tawarkan harapan yang realistis. Walaupun tidak ada kemungkinan untuk
sembuh, bangun harapan pasien dan sampaikan tentang pilihan terapi apa
saja yang tersedia.
5. Mengatur rujukan yang sesuai
6. Menjelaskan rencana untuk terapi lebih lanjut
7. Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan
secara emosi dan praktis, misal keluarga, teman, tokoh yang disegani,
pekerja sosial, konselor spiritual, peer group, atau pun terapis profesional
Rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan pasien dan keluarga, bahwa
petugas medis tidak meninggalkan atau mengabaikan mereka, dan petugas medis
akan terlibat aktif dalam rencana yang akan dijalankan. Katakan mereka dapat
menghubungi petugas medis jika ada pertanyaan lebih lanjut. Tentukan waktu
untuk pertemuan berikutnya. Petugas medis juga harus memastikan bahwa pasien
akan aman dan selamat saat pulang. Cari tahu: apakah pasien dapat
mengemudikan sendiri kendaraan saat pulang? Apakah pasien sangat cemas atau
khawatir, merasa putus asa atau ingin bunuh diri? Apakah ada seseorang di rumah
yang dapat memberikan dukungan pada pasien?
G. Mengomunikasikan Prognosis
18
2. Apa pengalaman yang Anda punyai tentang seseorang dengan penyakit
seperti ini?
3. Apa yang Anda harapkan terjadi?
4. Apa yang Anda harapkan untuk saya lakukan?
5. Apa yang membuat Anda takut untuk yang akan terjadi?
Menurut survei yang dilakukan mulai tahun 1950 hingga 1970, terkait
penyakit kanker. Di ungkapkan jika pengobatan kanker memiliki prospek yang
suram. Sebagian besar dokter mengungkapkan bahwa penyampaian kabar buruk
di anggap tidak manusiawi dan memiliki konsekuensi negative pada pasien dan
kelurga.
19
Teknik penyampaian berita buruk menurut penelitian yang telah di
lakukan Baile, F (2000) yaitu dengan menggunakan 6 tahapan sebagai berikut :
1. Atur ruang privasi. Gunakan tirai di sekitar tempat tidur untuk membatasi
area privasi pasien.
2. Libatkan orang lain yang signifikan. Kebanyakan pasien ingin di damping
seseorang. Dan serahkan pilihan itu pada pasien.
3. Posisi duduk santai yang terkesan bahwa anda tidak akan terburu buru.
Ketika anda duduk usahakan tidak ada penghalang antara anda dan pasien.
4. Bina hubungan dengan pasien dengan mempertahankan kontak mata tidak
nyaman tetapi merupakan cara penting membangun hubungan. Menyentuh
pasien di lengan atau memegang tangan (jika pasien merasa nyaman
dengan ini) adalah cara lain untuk membina hubungan.
20
menilai persepsi pasien terkait penyakitnya. Sehingga dari sini perawat dapat
memperbaiki kesalahan informasi dan menyesuaikan berita buruk sampai
pasien mengerti.
Pertama putuskan tujuan anda untuk konsultasi. Ini tidak berarti anda
menempa dengan membabi buta maju dengan agenda anda sendiri dan
mengabaikan tanggapan pasien.Tapi itu artinya bahwa anda ingat apa yang
ingin anda cakup dan bagaimana anda maju untuk memenuhi agenda anda.
Empat judul penting adalah: Diagnosis ,Rencana Perawatan, Prognosis, dan
Dukungan Periksa apakah tujuan anda sah. Terkadang dokter mungkin
menginginkan sabar untuk menerima saran mereka tentang perawatan, tidak
menjadi marah dan merasa optimis dan diyakinkan tentang masa depan. Tidak
mungkin memprediksi bagaimana pasien akan menanggapi berita. Salah satu
kesulitan bagi dokter adalah menerima yang kompeten secara mental dan diberi
21
informasi pasien memiliki hak untuk (a) menerima atau menolak pengobatan
yang ditawarkan dan (b) untuk bereaksi terhadap berita dan mengekspresikan
perasaan mereka dengan cara apa pun (legal) yang dipilihnya. Menyelaraskan
(Mulai dari titik awal pasien) – Setelah mengetahui apa yang dilakukan pasien.
Sudah mengerti, memperkuat bagian-bagian yang benar menggunakan kata-
kata mereka jika memungkinkan ini membangun kepercayaan pasien bahwa
mereka telah didengar dan ditanggapi dengan serius. Proses penyelarasan ini
membantu tahap berikutnya dalam memodifikasi, mengoreksi atau mendidik
sabar dengan informasi baru.
22
F. Tahap 6: Strategi dan Ringkasan
Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan
yang akan kita sampaikan. Berarti rasa hormat & saling menghargai orang lain.
Pada prinsipnya, manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan
menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama.
Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta jika komunikator memiliki
sikap empathy. Empathy artinya kemampuan seorang komunikator dalam
23
memahami dan menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang dihadapi
orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah
kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelm
didengarkan atau dimengrti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengar
orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan
yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Sikap empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan
(receiver) menerimanya.
Audible mengandung arti dapat didengar atau dimengerti dengan baik. Jika empati
berarti kita harus mendengar terlebih dahuluataupun mampu menerima umpan
balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima
oleh penerima pesan. Penyampaian informasi agar mudah diterima dapat
menggunakan media yang cocok, sehingga penerima pesan betul-betul mengerti
apa yang disampaikan oleh pemberi informasi atau komunikator.
o Clarity
Clarity adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran dapat
menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan. Clarity juga dapat diartikan
sebagai keterbukaan dan tranparansi. Harapannya dengan mengembangkan sikap
terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), maka dapat menimbulkan
rasa percaya (trust) penerima pesan terhadap pemberi informasi.
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai.
Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah
hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan prinsip pertama. Untuk
membangun rasa menghargai orang lain biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang kita milik
24
PENGKAJIAN FISIK DAN SPIKOLOGIS
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai
masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital,
mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien
mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi
kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien
terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan
kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
2. Faktor Psikologis
25
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL ILNES
(PALIATIF CARE )
BAB I
PENDAHULUAN
26
yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul
maut.
Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah
akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya
ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat.
B. Tujuan
27
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap
mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan.
Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam
masyarakat kita, umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian
semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker
dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu
proses pengobatan dan perawatan yang panjang.
28
dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau
palliative care. Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah
memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu
pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin.
B. Konsep Materi
1. Pengertian
· Keadaan Terminal
Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan
oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
· Kematian
a. Menolak (Denial)
Pada tahap ini klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi
dan menunjukkan reaksi menolak.
b. Marah (Anger)
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan
segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
c. Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan
dirinya.
29
d. Kemurungan (Depresi)
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan
mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan
tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum
meninggal.
e. Menerima atau Pasrah (Acceptance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan
keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu
kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan
reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang
ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat
wasiat.
30
5) Gerakan tubuh yang terbatas.
b. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai :
1) Kemunduran dalam sensasi.
2) Cyanosis pada daerah ekstermitas.
3) Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga
dan hidung.
c. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital :
1) Nadi lambat dan lemah.
2) Tekanan darah turun.
3) Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4) Gangguan Sensoria : Penglihatan kabur.
5) Gangguan penciuman dan perabaan.
c. Kehilangan reflek.
31
d. Gambaran mendatar pada EKG.
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan
tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi
perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan
sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang dan sebagainya.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala
sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya
ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun
dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang
dapat melaksanaan hal tersebut.
· Bantuan Emosional:
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
32
b. Pada Fase Marah atau anger.
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non
verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-
reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi
pasien.
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga
dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima
keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas
kemampuannya.
33
b. Mengontrol Rasa Sakit.
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan
sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini
diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien.
Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra
Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim
dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d. Bergerak.
e.Nutrisi.
f. Eliminasi.
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi,
inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara
teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi.
34
Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet,
harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori.
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau
menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga
harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
35
C. Asuhan Keperawatan
· Tanda-tanda Kematian :
1. Dini :
- Kulit pucat.
- Pembusukan (dekomposisi).
- Mumifikasi
· Gejala dan masalah yang sering dijumpai pada berbagai sistem Organ.
36
- Perubahan Status Mental : Kecemasan, halusinasi dan depresi.
1. Pengkajian :
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit
yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
a. Fase Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko
penyakit.
d. Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik,
psikologis, maupun social-spiritual.
37
· Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi
karena asupan cairan menurun.
38
Faktor-faktor yang perlu dikaji :
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai
masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital,
mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien
mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi
kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien
terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan
kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
2. Faktor Psikologis
3. Faktor Sosial
39
4. Faktor Spiritual
Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien Terminal nilai,
sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi
individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau
menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien
terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi
harus dihindari.
2. Diagnosa Keperawatan :
40
IV. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak
mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
3. Intervensi :
Diagnosa I :
41
Diagnosa II :
3. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif
Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan
penerimaan kematian yang terjadi.
4. Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak
dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.
· Membantu berdandan.
42
Diagnosa III :
1. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan
pengertian yang empati Kontak yang sering dan me ngkmuikasikan sikap
perhatian dan peduli dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan
pembelajaran.
Diagnosa IV :
43
membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya.
3. Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien
dapat dilaksanakan Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang
memudahkan refresi dan perenungan.
4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama klien lainnya atau
membaca buku ke agamaan Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau
keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan
spritualnya.
4. Evaluasi :
3. Klien selalu ingat kepada Tuhan yang maha Esa dan selalu bertawakkal.
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan yang maha Esa akan
kembali kepadanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
44
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap
individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunjukan oleh pasien terminal.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan
orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan
perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan
sepanjang hidup.
B. Saran
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai.
Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan
untuk mempertahankan kualitas hidup pasien.
Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk
meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang
45
ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien
harus dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan
keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi
tentang perawatan diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills.
Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA.
46