Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM KLASIK (AHMAD


BIN HAMBAL DAN IBNU TAIMIYAH)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Dr. Noor Hayati, S.Pd., M Ag

Disususn oleh Kelompok 5:

1. Shohma Mifdah Masya (4121127)


2. Adinda Risna Sari (4121128)
3. Aina Fathia Haya (4121129)

Kelas D
PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugrah-Nya kepada kita
semua. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi besar
kita, Nabi Muhammad SAW. Yang telah menjungjung kita ke jalan yang benar dan
terhindar dari jalan yang sesat serta gelap gurita. Berkat bimbingan beliau kita
sekarang berada pada jalan yang benar.
Kami sangat bersukur bisa dapat menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas mata kuliah Ilmu Kalam yang berjudul “ Aliran-aliran dalam Ilmu Kalam
Klasik (Ahmad Bin Hambal dan Ibnu Taimiyah)” Kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
memebrikan manfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran
terhadap makalah ini. Supaya kami dapat memperbaiki. Karena kami sadar,
makalah yang kami buat masih banyak kekurangan

Pekalongan, 23 September 2021

Penulis

Kelompok 5 Kelas D

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
A. Pengertian Salaf ...................................................................................................... 3
B. Riwayat Hidup dan Pemikiran Ibnu Taimiyah ......................................................... 6
C. Riwayat Hidup dan Pemikiran Imam Ahmad Ibnu Hambal..................................... 9
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran mu’tazilah mencapai puncaknya pada masa kepemimpinan
khalifah alMakmun dari Bani Abbas Latar, pada masa itu aliran ini
mengkampanyekan pemikiran bahwa “AlQur’an adalah mahluk”. Semua
rakyat dan ulama’ dipaksa untuk mengikuti pemikiran tersebut, namun ada
salah satu ulama’ yang menentang dengan tegas, dia bernama imam Ahmad
ibn Hanbal. Akibat penentangan beliau, kerap kali disiksa dan masuk
penjara. Pemikiran-pemikiran imam Ahmad Ibn Hanbal kemudian
melahirkan sebuah aliran teologi baru yaitu aliran Salaf.
Aliran salaf adalah aliran yang muncul sebagai kelanjutan dari
pemikiran Imam Ahmad ibn Hanbal kemudian pemikirannya
diformulasikan secara lebih lengkap oleh imam Ahmad Ibn Taimiyah.
Sedangkan aliran Asy’ariyah, aliran Salaf memberikan reaksi yang
keras terhadap pemikiran-pemikiran ekstrim Mu’tazilah. Pada makalah ini
akan dibahas dua ulama yaitu Imam Ahmad Bin Hanbali dan Ibnu
Taimiyah.
Dan juga biografi dan riwayat hidup dari dua ulama, juga akan
dibahas tentang pemikirannya, seperti Imam Ahmad Bin Hanbali yaitu
tentang ayat-ayat mutasyabihat dan kemakhlukan al-Qur’an. sedangkan
Ibnu Taimiyah tentang sifat-sifat allah. Namun juga akan di jelaskan tentang
ulama-ulama salaf disertai pemikirannya didalam makalah akan dibahas
tentang pengertian salaf itu sendiri.
Sangat penting bagi dalam mengetahui aliran-aliran dalam ilmu
kalam serta tokoh-tokoh yang berperan pada alirantersebut muncul. Dalam
makalah ini penulisan makalah mengambil teman “Ilmu Kalam pada masa
Ibnu Taimiyah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian ilmu salaf ?
2. Bagaimana Riwayat Hidup dan Pemikiran Ibnu Taimiyah ?
3. Bagaimana Riwayat Hidup dan Pemikiran Imam Ahmad Ibnu Hambal ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu salaf.
2. Untuk mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Ibnu Taimiyah.
3. Untuk mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Ahmad Ibnu Hambal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Salaf

Salaf Kata salaf secara etimologi dapat diterjemahkan menjadi


"terdahulu" atau "leluhur".Menurut Thablawi Mahmud Sa’ad, Salaf artinya
ulama terdahulu. Terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat,
tabi’in, tabi’ tabi’in, para pemuka abad ke-3 H., dan para pengikutnya pada
abad ke-4 yang terdiri dari atas para muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti
pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga abad pertama Islam.
Sedangkan menurut terminologi terdapat banyak difinisi yang
dikemukakan oleh para pakar mengenai arti salaf, diantaranya adalah:
Menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah yang tidak menggunakan
ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasabbihat) dan tidak mempunyai
faham tasybih (antropomorphisme).
Pada zaman modern, Salaf memiliki dua definisi . Yang pertama,
digunakan oleh akademisi dan sejarahwan, merujuk pada "aliran pemikiran
yang muncul pada paruh kedua abad sembilan belas sebagai reaksi atas
penyebaran ide-ide dari Eropa," dan "orang-orang yang mencoba
memurnikan kembali ajaran yang telah di bawa Rasulullah serta menjauhi
berbagai ke bid'ah an, khurafat, syirik dalam agama Islam”. Madzab dari
beliau yang diajarkan sebagai rujukan pemikiran dari Ibnu Taimiyah. Dari
Imam Hambal sendiri juga memakai rujukan dari Al-Qur’an dan Hadits.
Berbeda dengan aliran mu’tazila cenderung menggunakan metode
pemikiran rasional,aliran salaf menggunaan metode tekstual harus tunduk
dibawah naql dan membatasi wewenang akal pikiran dalam berbagai
macam persoalan agama,akal manusia tidak memiliki hak , untuk
menakwilkan,dan menafsirkan Al-Qur’an.
Di kalangan aliran salaf ada golongan yang disebut al-Hasyawiyah,
yang cenderung kepada anthropomorfisme dalam memformulasikan sifat-
sifat Tuhan, seperti mereka berpandangan bahwa ayat-ayat al-Qur’an dan

3
hadits yang bersifat mutasyabbihat. Akibatnya ada kesan bahwa Tuhan
memiliki sifat-sifat seperti bertangan, bermuka, datang, turun, dan
sebaginya. W. Montgomery Watt menyatakan bahwa gerakan salafiyah
berkembang terutama di Bagdad pada abad ke-13.
Pada masa itu terjadi gairah menggebu-gebu yang diwarnai
fanatisme kalangan kaum Hambali. Sebelum akhir abad itu terdapat
sekolah-sekolah Hambali di Jerusalem dan Damaskus. Di damaskus, kaum
Hambali makin kuat dengan kedatangan para pengungsi dari Irak yang
disebabkan serangan Mongol atas Irak.
Dan para pengungsi itu terdapat satu keluarga dari Harran, yaitu
keluarga Ibn Taimiyah. Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama’ besar
penganut imam Hambali yang ketat. Aliran salaf mempunyai beberapa
karakteristik seperti yang dinyatakan oleh Ibrahim Madzkur yaitu:
1. Mereka lebih mendahulukan riwayat (naqli) daripada dirayah (aqli)
2. Dalam persoalan pokok-pokok agama dan persoalan cabang-cabang
agama hanya bertolak dari penjelasan al-Kitab dan as-sunnah
3. Mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (Dzat Allah)
dan tidak mempunyai faham anthropomorphisme (menyerupakan Allah
dengan makhluk)
4. Mengartikan ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan makna lahirnya dan
tidak berupaya untuk mentakwilnya. Apabila melihat karakteristik yang
dikemukakan Ibrahim Madzkur di atas, tokoh-tokoh.

Adapun yang di katagorikan sebagai ulama salaf yaitu:

 Abdullah Bin Abbas (68 H)


 Abdullah Bin Umar (74 H)
 Umar Bin Abdul Aziz (101 H)
 Az-Zuhri (124 H)
 Ja’far AhsShadiq (148 H)

Para 4 imam mazhab yaitu:

 Imam Hanafi
 Imam Malik

4
 Imam Syafi’i
 Ahmad Bin Hambali

Ajarannya dikembangkan Imam Ibn Taimiyah, kemudian


disuburkan oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab, dan akhirnya
berkembang di dunia Islam secara sporadis. Bila Salafiyah muncul pada
abad ke-7 H, hal ini bukan berarti tercampuri masalah baru. Sebab pada
hakikatnya mazhab Salafiyah ini merupakan kelanjutan dari perjuangan
pemikiran Imam Ahmad bin Hambal. Atas dasar inilah Ibnu Taimiyah
mengingkari setiap pendapat para filosof Islam dengan segala metodenya

Pada akhir pengingkarannya Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa


tidak ada jalan lain untuk mengetahui aqidah dan berbagai
permasalahannya hukum baik secara global ataupun rinci, kecuali
dengan Al-Qur’an dan Sunnah kemudian mengikut.

 Perkembangan Salafiyah di Indonesia

Perkembangan salafiyah di Indonesia di awali oleh gerakan-


gerakan persatuan Islam (persis), atau Muhammadiyah. Gerakan-
gerakan lainnya, pada dasarnya juga dianggap sebagai gerakan ulama
salaf, tetapi teologinya sudah dipengaruhi oleh pemikiran yang
dikenal dengan istilah logika. Sementara itu, para ulama yang
menyatakan diri mereka sebagai ulama salaf, mayoritas tidak
menggunakan pemikiran dalam membicarakan masalah teologi
(ketuhanan).
Dalam perkembangan berikutnya, sejarah mencatat bahwa
salafiyah tumbuh dan berkembang pula menjadi aliran (mazhab) atau
paham golongan, sebagaimana Khawarrij, Mu’tazilah, Maturidiyah, dan
kelompok-kelompok Islam klasik lainnya. Salafiyah bahkan sering
dilekatkan dengan ahl-sunnah wa al-jama’ah, di luar kelompok Syiah.

5
B. Riwayat Hidup dan Pemikiran Ibnu Taimiyah
1. Sejarah Ibnu Taimiyah

Dalam bahasa ini kita akan membahas tentang syaikh al-hafidz al-
mujahid taqiyuddin abu al-abbas ahmad bin abdul halim bin abdi salam bin
abdullah bin abi al-qasim bin al-khindhin bin muhammad bin taimiyah al-
hirani al-hambali atau orang biasanya menyebut dengan julukan ibnu
taimiyah. Lahir di Hiran pada hari senin , tanggal 10 Rabi’ul Awal tahun
661 h.

Beliau merupakan sosok ulama yang sangat santun, berintelektual


tinggi , dan sangat mematuhi perintah allah swt. dalam masa hidupnya,
belau menghabiskan hidupnya untuk menuntut ilmu dan beliau juga pernah
berguru dengan para ulama mencapai hampir 200 ulama dan imam dimasa
itu mereka meliputi:

1) Zainuddin Ahmad bin Abdu Ad-da’im Al-Maqdisr,


2) Al-Majd Muhammad bin Ismail bin Utsman bin Muzhaffar bin
Hibatullah Ibnu Asakir Ad-Dimasyqi
3) Abdurrahman bin Sulaiman bin Sa’id bin Sulaiman
4) Muhammad bin Ali Ash-Shabuni
5) Taqiyuddin Ismail bin Ibrahim bin Abi al-Yusr
6) Kamaluddin bin Abdul Aziz bin Abdul Mun’im bin Al-khidhr bin Syibl
7) Saifuddin Yahya bin Abdurrahman bin Najm bin Abdul Wahab Al-
Hambali
8) Al- Mu’ammil bin Muhammad Al- baalisin Ad-Damasyqi
9) Yahya bin Abi Manshur Ash- Shairrafi
10) Ahmad bin Abu Al- Khair Salamah bin Ibrahim Ad-Dimasyqi Al-
Hambali dan para ualam lainnya.
Dalam pemikirannya,Ibnu Taimiyah mengikuti madzab dari
Imam Ahmad bin Hambal. Beliau merupakan sososk ulama yang
mengutamakan nash Al-qura’an dan hadits sebagai rujukan pertama. Ulama
salafi cenderung mengikuti cara berfikir para sahabat, tab’in dan tabi’ut

6
tabi’in. Dalam bahasa ini Ibnu Taimiyah memngkuti Imam Ahmad bin
Hambal.
Pada saat beliau aktif dalam menimba ilmu. Beliau pernah menjalani
kehidupan dipenjara Qal’ah di Damaskus. Berdasarkan sejarah yang ada hal
tersebut disebabkan adanya fitnah dari Ibnu Bathuthah. Yang mengutarakan
bahwa Ibnu Taimiyah mengaku dia utusannya Allah.
Beliau berkata: “sesungguhnya Allah turun kelangit dunia sebagai
mana turun ku ini”. Ibnu Taimiyah wafat pada 22 Dzulqa’dah tahun 728 H.
Berdasarkan sejarah beliau wafat di sebabakan sakit saat dipenjara. Tidak
ada yanag tau kecuali murid-murid dekat beliau.
2. Pemikiran Ibnu Taimiyah

Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasan pada diri


beliau. Begitu tiba di Damaskus, beliau segera menghafal al-Qur’an dan
mendalami berbagai cabang ilmu kepada para ulama, huffazh dan ahli-ahli
hadits negeri itu. Para ulama di negara itupun sempat tercengang dengan
kepintaran yang dimiliki Ibnu Taimiyah.

Ketika umur beliau belum menginjak belasan tahun, beliau sudah


menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mendalami bidang-bidang tafsir,
hadits dan bahasa arab. Selain itu beliau telah menganalisis Musnad al-
Imam Ahmad sampai beberapa kali dan mendalami pengkajian ilmu
lainnya.

Ibnu Taimiyah pada saat itu menjadi buah bibir di masyarakat.


Selain pintar dalam berpikir, beliau juga menjaga sopan santun dan rendah
hati. Setiap malam beliau tidak pernah meninggalkan shalat tahajud dan juga
shalat fajar dan dhuha. Menurut Ibrahim Madzkur, pemikiran Ibnu
Taimiyah adalah sebagai berikut :

a. Berpegang teguh pada nash (Al-Qur’an dan Al-Hadits)


b. Tidak memberikan ruang gerak pada akal
c. Berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung semua ilmu agama
d. Dalam islam yang diteladani hanya tiga generasi saja (sahabat, tabi’in
dan tabi’it tabi’in)

7
e. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentanzihkan-Nya.
Ibnu Taimiyah mempersoalkan Imam Hambali yang mengatakan
bahwa kalamullah itu qadim, menurut Ibnu Taimiyah jika kalamullah qadim
maka kalamnya juga qadim. Ibnu Taimiyah adalah seorang tekstualis oleh
sebab itu pandangannya oleh Al-Khatib Al-Jauzi sebagai pandangan tajsim
Allah (antropomorpisme) yakni menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Karena itu, Al-Jauzi berpendapat bahwa pengakuan Ibn Taimiyah sebagai
Salaf perlu ditinjau kembali. Berikut ini merupakan pandangan Ibnu
Taimiyah tentang sifat-sifat Allah:
1. Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang disampaikan oleh
Allah sendiri atau oleh Rosul-Nya. Sifat-sifat tersebut adalah:
a. Sifat Salabiyyah, yaitu : qidam ,baqa, mukhalafatul lil hawaditsi,
qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyyat.
b. Sift Ma’ani, yaitu: qudrah , iradah, ilmu, hayat, sama’, bashar dan
kalam.
c. Sifat khabariyah(sifat yang diterangkan Al-Quran dan Al-Hadits),
seperti keterangan yang mengungkapkan bahwa Allah ada di langit,
Allah di Arasy, Allah turun ke langit dunia , Allah diliht oleh orang
yang beriman di surga kelak ( wajah, tangan, dan mata Allah)
d. Sifat Idhafiah yaitu sifat Allah yang di sandarkan (di-Idhafat-kan)
kepada makhluk seperti rabbul ‘alamin, khaliqul kaun dan lain-lain.
2. Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya,yang Allah dan Rasul-
Nya sebutkan seperti Al-Awwal, Al-Akhir dan lain-lain.
3. Menerima sepenuhnya sifat dan nama Allah tersebut dengan:
a. Tidak mengubah maknanya kepada makna yang tidak dikehendaki
lafadz (min ghoir tashrif/tekstual)
b. Tidak menghilangkan pengertian lafadz (min ghoir ta’thil)
c. Tidak mengingkari (min ghoir ilhad)
d. Tidak mengambar-gamabarkan bentuk tuhan,baik dan pikiran atau
hati,apa lagi dengan indra (min ghairi takyif at-takyif)

8
e. Tidak menyerupakan (apa lagi memepersalahkan) sifat-sifatNYA
dengan sifat makhluk-Nya (min ghairi tamtsili rabb’alal’alamin)

Menurutnya ayat atau hadits yang menyangkut sifat-sifat Allah


harus diterima dan diartikan sebagaimana ada nya, dengan catatan tidak
mentajsimkan, tidak menyerupakan-Nya dengan makhluk,dan tidak
bertanya-tanya tentangnya. Dalam masalah perbuatan manusia Ibnu
Taimiyah mengaakui tiga hal:

a. Allah pencipta segala sesustu termasuk perbuatan manusia


b. Manusia adalah pelaku perbuatan yang sebenarnya dan mempunyai
kemauan serta kehendak secara sempurna, sehingga manausia
bertanggu jawab atas perbuatannya
c. Allah meridhai perbuatan baik dan tidak meridhai perbuatan buruk.
Dalam asalah sosisologi polotik Ibnu Taimiyah berupaya untuk
memisahkan anatara manusia dengan tuhan yang mutlak,oleh karena
itu masalah tuhan tidak dapat ditemukan dengan metode
rasional,baik metode filsafat maupun teologi.

C. Riwayat Hidup dan Pemikiran Imam Ahmad Ibnu Hambal


1. Sejarah Ibnu Hambal

Dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H/780 M dan meninggal pada


tahun 241 H/855 M. Kerap dipanggil Abu Abdillah karena salah satu
anaknya bernama Abdillah,namu ia lebih di kenal dengan nama Imam
Hambali karena merupakan pendiri madzhab Hambali. Ibunya bernama
Shahifah binti maimunah binti Abdul Malik bin sawadah bin Hindur Asy-
Syaibani,bangsawan Bani Amir. Ayahnya bernama Muhamad bin Hambal
bin Hilal bin Anas bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas
bin Auf bin Qasit bin Mazin bin Syaiban bin Dahal bin Akabah bin sya’ab
bin Jadlah bin Asad bin Rabi Al-Hadits bin Nizar. Ilmu yang pertama beliau
kuasai adalah al-Quran sehingga beliau hafal pada usia 15 tahun. Lalu beliau
mulai berkonsentrasi belajar Ilmu Hadits pada awal usia 15 tahun pula. Pada
usia 16 tahun ia memperluas wawasan ilmu al-Quran dan ilmu agama

9
lainnya kepada ulama-ulama Baghdad. Lalu terkenal di Khufah, Basrah,
Syam, Yaman, Mekah, dan Madinah.

Diantara guru-gurunya ialah Hammad bin Khalid, Ismail bin


Aliyyah, Muzaffar bin Mudrik, Walid bin Muslim, Muktamar bin Sulaiman,
Abu Yusuf Al Qadi, Yahya bin Zaidah, Ibrahim bin Sa’id, Muhammad bin
Idris Asy-Syafi’i, Abdur Razaq bin Humam dan Musa bin Tariq. Dari guru-
gurunya Ibnu Hanbal mempelajari ilmu fiqh, hadits, tafsir, kalam, ushul dan
bahasa Arab. Ibnu Hambal dikenal sebagai seorang yang zahid, teguh dalam
pendirian, wara’ serta dermawan. Karena keteguhannya, ketika khalifah Al-
makmun mengembangkan madzhab Mu’tazilah, Ibnu Hambal menjadi
korban mihnah (inquisition), karena tidak mengakui bahwa Al-Qur’an
adalah makhluk. Akibatnya pada masa pemerintahan Al-Makmun, Al-
Mu’tasim dan Al-Watsiq beliau harus mendekam di penjara. Namun setelah
Al-Mutawakkil naik tahta Ibnu Hambal memperoleh kebebasan,
penghormatan dan kemuliaan.

2. Pemikiran Ibnu Hambal


Imam Hambali menekankan semangat anti ar ra’yu (pemikiran atau
filsafat dengan landasan logik). Dalam memandang al Quran dan as sunnah
sebagai sumber hukum Islam, Imam Ahmad bin Hambal sependapat dengan
gurunya yakni Imam Syafi’i, Imam Ahmad memandang as sunnah memiliki
kedudukan yang sama kuat disamping al-Quran, sehingga tidak jarang
beliau menyebutkan bahwa sumber hukum Islam itu adalah Nash, tanpa
menyebutkan al Quran dahulu ataupun as sunnah dahulu, tetapi yang
dimaksud olehnya sebagai Nash adalah al Quran dan as sunnah. Dalam
penafsiran terhadap al Quran.
Dalam penafsiran terhadap al Quran, Imam Ahmad benar-benar
mementingkan penafsiran yang datangnya dari as sunnah. Adapun sikap
beliau dapat diklasifikasikan menjadi tiga :
a. Sesungguhnya dzahir al-Quran tidak mendahulukan as sunnah
b. Hanya Rosulullah SAW saja yang berhak untuk menafsirkan al-Quran,
maka tidak ada seorangpun yang berhak untuk menafsirkannya atau
mentakwilkannya karena as sunnah telah banyak menafsirkan dan

10
menjelaskan al-Quran.
c. Jika tidak ditemukan penafsiran dari Nabi SAW, (maksudnya adalah as
sunnah), maka beliau memakai penafsiran para sahabat, karena
merekalah yang menyaksikan turunnya al-Quran dan mendengarkan
takwilnya dari Rosulullah. Selain itu, para sahabat dinilai lebih
mengetahui as sunnah yang mereka gunakan sebagai penafsir al-Quran.
Hal itu terbukti ketika Imam Ahmad bin Hanbal dihadapkan dengan
makna hadith Nuzul (yakni Tuhan turun ke langit dunia), rukyah (orang yang
beriman melihat tuhan di akhirat) dan hadis tentang telapak kaki Tuhan, Ibnu
Hambal menjawab : ‫“ معىن وال والكيف ونصدقها هبا نؤمن‬Kita mengimani dan
membenarkannya tanpa mencari penjelasan cara dan maknanya”. Dari
pernyataan diatas tampaknya jelas bahwa Imam Ahmad bersikap menyerahkan
/ tafwidh makna-makna ayat dan hadith Mutasyabihat kepada Allah dan Rosul-
Nya, dan mensucikan-Nya dari keserupaan dengan makhluk, ia sama sekali
tidak mentakwilkan pengertian lahirnya.
Ibnu Hambal tidak mau membahas lanjut tentang status al-Quran, ia
hanya mengatakan bahwa al-Quran tidak diciptakan, hal ini sejalan dengan
pola pikirnya yang menyerahkan ayatayat yang berhubungan dengan sifat
Allah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam beristinbath hukum, Imam Ahmad
bin Hambal menggunakan metode ahlul hadith, dengan dasar-dasr sebagai
berikut: Pertama, Nash Al Qur-an atau nash hadith.
Apabila Imam Ahmad tidak mendapatkan dari al Qur’an dan as sunnah
yang shahihah dan fatwa fatwa para sahabat yang disepakati atau
diperselisihkan, maka beliau menetapkan hadith mursal dan hadith dho’if.
Yang dimaksud hadith dho’if oleh Imam Ahmad adalah karena beliau
membagi hadith dalam dua kelompok: shahih dan dho’if, bukan kepada:
shahih, hasan dan dho’if seperti kebanyakan ulama yang lain.

11
Sebagai contoh Imam Ahmad pernah menetapkan hukum ta’zir
terhadap orang yang selalu berbuat kerusakan dan menetapkan hukum had
yang lebih berat terhadap orang yang minum khamr pada siang hari di bulan
ramadhan.Tentang ijma’, pendirian Imam Ahmad ini sebenarnya tidak berbeda
dengan pendirian Imam Syafi’i, karena Imam Syafi’i sendiri pernah berkata
“Barang apa yang belum diketahui ada perselisihan di dalamnya itu belum atau
bukan ijma’ namanya”

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Salaf bukanlah suatu “harakah”, bukan pula manhaj hizbi


(fanatisme golongan), dan bukan Juga manhaj yang mengajarkan
taklid, kekerasan. Tetapi manhaj Salaf adalah ajaran Islam
sesungguhnya yang dibawa oleh Nabi SAW dan difahami serta
dijalankan oleh para salafush-shalih-radhiyalahu ‘anhum, yang
ditokohi oleh para sahabat, kemudian oleh para Tabi’in dan selanjutnya
Tabi’i Tabi’in

Ibnu Taimiyah merupakan ulama yang berperang teguh pada


madzab Imam Ahmad bin Hambal yang dimana pada perinsip
pemikirannaya lebih mengutamakan pendapat terdahulu dibandingakn
dengan akal. Pada dasarnya Ilmu Kalam yang digunakan oleh Imam
Taimiyah sangat berpegangan teguh pada nash (Al-Qur’an dan Al-
Hadits) tidak memeberikan ruang gerak kepada akal,berpendapat
bahwa Al-Qur’an mengandung semua ilmu agama didalam Islam yang
diteladani haya hanya tiga generasi yaitu: sahabat, tabi’in dan tabi’it
tabi’in.
Dalam sejarahnya Imam bin Hambal merupakan sosok ulama
yang dijadikan panutan Ibnu Taimiyah untuk meneyelesaikan
petrmasalah atau bisa dikatakan Ibnu Taimiyah memegang teguh
madzab Hmbali. Mempunyai ciri khas dalam pemikirannya yang lebih
menerapkan pendekatakan Lafdzi (tekstual) darin pada penedakatan
ta’wil kemudianan beliau menerahkan (tafwidh) makna-makna ayat
dan hadits mutasyabihat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian ulama salaf lainnya adalah Ibnu Taimiyah,
Ibnu Taimiyah merupakan tokoh salaf yang ekstrim karena kurang
memberikan ruang gerak leluasa pada akal. Ia adalah murid yang

13
muttaqi, wara, zuhud, serta seorang panglima dan penentang bangsa
Tartas yang berani. Ibnu Taimiyah tidak menyetujui penafsiran ayat-
ayat mutasyabihat. Menurutnya, ayat atau Hadist yang menyangkut
sifat-sifat Allah harus diterima dan diartikan sebagaimana adanya,
dengan cacatan tidak men-tajsim kan, tidak menyerupakanNya dengan
makhluk, dan tidak bertanya-tanya tentangNya.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, mengenai “Aliran-Aliran


dalam Ilmu Kalam Klasik (Ahmad bin Hambal dan Ibnu
Taimiyah)” Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami
sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dari itu kami harapkan bagi penulis untuk
dijadikan evaluasi dalam penyususnan makalah dikemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muhammaddin, M. (2015). Aliran Kalam Salafiyah. Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji


Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama, 16(1), 1-14.
Aris Hidayatulloh. (2013). Kalam Aliran Ibnu Taimiyah.
Arif Budiman. (2018). Makalah Aliran Ahmad Bin Hambal Dan Ibnu Taimiyah.

15

Anda mungkin juga menyukai