SPPL Atau HO (Hinder Ordonantie)
SPPL Atau HO (Hinder Ordonantie)
SPPL adalah dokumen yang menjadi persyaratan sebelum seorang pelaku usaha
memperoleh Izin Teknis tertentu seperti Izin Usaha Industri (IUI) serta Tanda
Daftar Usaha Pariwisata (TDUP). Di Kota Bandung terdapat peraturan tentang
usaha kecil dan mikro yang tidak perlu mengantongi dokumen izin secara teknis
untuk kegiatan operasional usaha. Hanya perlu Tanda Daftar Usaha Mikro
(TDUM) maupun dokumen Tanda Daftar Usaha Kecil (TDUK).
Definisi SPPL
Jadi, definisi dari SPPL adalah dokumen yang menjelaskan tentang pengelolaan
yang siap dilakukan oleh pemilik usaha atas lingkungannya. Karena usaha yang
dilakukan tidak boleh memberikan dampak negatif pada lingkungan. Siapa yang
harus memiliki SPPL? Jawabannya adalah para pengusaha. Termasuk di
dalamnya pelaku UKM yang tidak mempunyai keharusan mengantongi UKL-UPL
serta AMDAL.
Persyaratan SPPL
Agar dapat memperoleh SPPL, maka pelaku usaha harus memiliki area tanah
setidaknya antara 0 – 2.000 m2. Jika yang dimiliki adalah bangunan, maka jumlah
lantainya maksimal 4 lantai. Selain itu, berdasarkan Permen LH
No.16/2012 Psl. 9 Ayat 1-2 serta edaran tentang syarat SPPL BPLH Kota Bandung
maka diperoleh informasi bahwa dokumen lain yang dibutuhkan sebagai
persyaratan antara lain sebagai berikut.
Meskipun tidak dipungut biaya, tetapi ada tahapan yang harus dilalui dalam
proses permohonan ini. Antara lain pengajuan, pemeriksaan dan verifikasi,
pemeriksaan teknis serta administrasi, dan revisi. Setelah itu, rekomendasi dan
permohonan SPPL akan disetujui sehingga dapat diberikan kepada
pemrakarsanya.
Untuk masa berlakunya, SPPL tetap valid dan sah selama tidak ada perubahan
yang berkaitan dengan usahanya. Yang mengajukan dokumen SPPL antara lain
pemilik badan usaha tidak berbadan hukum, badan usaha berbadan hukum,
serta pengusaha yang perorangan.
Pasal 1
Pasal yang terdiri dari tiga ayat ini menjelaskan tentang pelarangan pendirian
bangunan untuk tempat kerja dengan beberapa spesifikasi. Misalnya ada alat
bertenaga uap serta gas atau motor listrik. Atau tempat mesiu, bahan kimia,
olahan yang menguap, serta berbagai bangunan lain yang berpotensi
mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Pasal 2
Pasal yang terdiri dari 2 ayat ini menjelaskan tentang tidak diperlukannya izin
untuk pendirian tempat kerja yang alat-alatnya kecil serta tidak berkekuatan
mesin.
Pasal 3
Pasal 3 menjelaskan tentang kewenangan dari pemerintah daerah otonom
untuk melarang pendirian lokasi pemotongan hewan atau kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaannya.
Pasal 4
Pasal 4 secara ringkas memberikan gambaran tentang permintaan atas izin yang
dilampiri berkas tentang pendirian tempat usaha. Bisa juga menggunakan
gambar yang detail tentang jenis mesin atau alat apa saja yang digunakan
maupun kegiatannya.
Pasal 5
Apabila ada keberatan yang diajukan maka pejabat yang berwenang dapat
melakukan pemeriksaan secara seksama.
Pasal 6
Pasal 6 menjelaskan tentang penolakan yang disertai dengan sebab secara jelas.
Pasal 7
Pasal 7 memuat tentang izin bersyarat.
Pasal 8
Pasal 8 menjelaskan empat ayat tentang jangka waktu perizinan dan aturan
perpanjangannya.
Pasal 9
Pasal ini menjelaskan tentang perizinan dimulainya kembali suatu pekerjaan
setelah terhenti kurang lebih empat tahun dan hendak dipakai kembali.
Pasal 10
Pasal 10 menjelaskan tentang pengubahan status dan peninjauan kembali
terhadap izin atau tidak adanya izin untuk sebuah bangunan.
Pasal 11
Pasal 11 menjelaskan tentang syarat baru untuk pengajuan dan peninjauan
kembali tentang perizinan.
Pasal 12
Pasal 12 menjelaskan tentang pencabutan izin apabila syarat tidak terpenuhi
atau kelalaian yang tidak diperbaiki.
Pasal 13
Pasal ini menjelaskan tentang daftar perizinan yang harus dipegang oleh pejabat
berwenang secara bertanggung jawab.
Pasal 14
Apabila ada lokasi usaha yang izinnya telah dicabut dan tetap digunakan, maka
pejabat dapat mengambil tindakan terkait dengan penyalahgunaan tersebut.
Pasal 15
Pasal ini menjelaskan tentang hukuman bagi pemilik tempat usaha yang
melanggar aturan.
Pasal 16
Pasal 16 menjelaskan tentang dokumen surat kuasa yang dapat menjadi dasar
kewenangan pengecekan lokasi.
Pasal 17
Pasal 17 menjelaskan tentang nama UUG ini yaitu Undang-undang (Ordonansi)
Gangguan.
Pasal 18
Pasal terakhir dalam UUG ini menjelaskan tentang fungsi dan pemakaian UUG
sebagai dasar perizinan pendirian lokasi usaha atau pabrik dan sejenisnya.