SLIDE 1
Muhammadiyah sebagai Gerakan tajdid
Tajdid berasal dari kata jadda - yajiddu - jiddan/ jiddatan artinya sesuatu yang ternama,
yang besar, nasib baik, dan baru. Tajdid dimaknai dalam tiga hal yaitu :
1. i'adat al-syaiy ka'l-mubtada atau mengembalikan sesuatu pada tempat semula
- Contoh i'adat al-syaiy ka'l-mubtada adalah dengan melakukan purifikasi atau
mendakwahkan ajaran islam sesuai apa yang Allah perintahkan atau rasul lakukan.
2. al-iyha atau menghidupkan sesuatu yang telah mati
- contoh al-iyha adalah mengembalikan ajaran – ajaran islam sesuai tuntunan rasul
yang telah banyak dilupakan orang atau bahkan tidak ada yang melakukannya.
3. al-ishlah atau menjadikan baik, mengembangkan
- contoh al-ishlah adalah memodernisasi ajaran islam yaitu dalam mendakwahkan
ajaran islam kita harus tetap beradaptasi dengan teknologi seperti halnya dulu tidak
ada televisi maka kita tidak bisa melihat atau mendengarkan dakwah dengan mudah
seperti sekarang ini yang bahkan lebih mudah dari pada menonton di televisi karena
kita bisa melihatnya kapanpun yaitu menggunakan aplikasi software Bernama
youtube. Karena sekarang semua bisa kita cari di google dan youtube tapi kita harus
tetap bijak dalam menggunakannya.
Menurut Ulama tafsir M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Membumikan Al-
Quran Jilid 2 mengartikan tajdid sebagai keniscayaan bagi ajaran Islam yang dinyatakan sebagai
ajaran yang selalu sejalan dengan waktu, situasi, dan tempat. Tajdid mengandung makna
pencerahan dan pembaruan. Di mana keduanya mencakup aspek sangat luas.
1. Pencerahan
Mencakup penjelasan ulang yang berbentuk kemasan lebih baik sesuai ajaran agama
yang diungkap oleh para pendahulu. Contoh pencerahan yaitu
1. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir bulan
puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas agama.
2. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam, Idul
Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang serupa dalam jumlah jama’ah yang
lebih kecil, yang diselengarakan di Masjid.
3. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya tersebut di atas,
oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat dibandingkan
sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau
petugas agama (penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
4. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari penyampaian khutbah
dalam bahasa Arab.
5. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan, perkawinan
dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politheistis darinya.
2. Pembaruan
Menyajikan sesuatu yang baru dan belum pernah diungkap oleh siapapun.
Dikutip dari buku Muhammadiyah Gerakan Pembaruan oleh Dr. Haedar Nashir, tajdid
bermakna pembaruan setara dengan jadid yang artinya sesuatu yang baru. Istilah tajdid dikenal
luas di kalangan Muhammadiyah sebagai suatu gerakan pembaruan.
Sebagai contoh yaitu perkembangan zaman,bersamaan dengan perkembangan zaman
islam juga diharuskan untuk beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang ada, maka
dari itu Muhammadiyah berpandangan maju untuk mendakwahkan islam dengan
memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada.
Pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah seperti pelurusan arah kiblat,
pembaruan sistem pendidikan, pemberdayaan masyarakat dhu’afa-mustadl’afin melalui Al-
Ma’un, mendirikan gerakan perempuan Islam berkemajuan yakni Aisyiyah, serta berbagai
dakwah bi-lisan dan bi-lisan yang bersifat maju lainnya sungguh merupakan wujud nyata dari
gerakan Muhammadiyah dalam menghadirkan dakwah pencerahan.
SLIDE 2
Tajdid menurut Muhammadiyah
Dalam perspektif Muhammadiyah tajdid diartikan menjadi dua yaitu
1. Purifikasi (pemurnian)
Menjaga tuntunan islam tetap terjaga sebagaimana aslinya. Pemurnian dibagi 2 yaitu
pemurnian radikal dan moderat.
1. Pemurnian Radikal
- Dalam hal aqidah, pemurnian radikal menyatakan bahwa aqidah seorang Muslim
harus bersih sama sekali dari unsur-unsur asing atau luar. Pandangan seperti ini
sesungguhnya telah dimulai oleh Ahmad bin Hanbal. Ahmad menyatakan bahwa bahwa
aqidahnya adalah aqidah salaf yang berpegang teguh pada nas (teks) al-Qur’a dan hadis,
tanpa mengenal takwil. Pemahaman aqidah, kata Ahmad, terikat oleh teks dan tidak
memerlukan pemahaman rasional. Sebagai contoh, ia juga menyatakan bahwa karena
tidak pernah disebut dalam al-Qur’an dan hadis bahwa al-Qur’an itu makhluq, maka
tidak benar bila ia disebut makhluq. Juga, karena al-Qur’a itu tidak pernah disebut
ghairu makhluq, maka ia juga bukan ghairu makhluq. Al-Qur’an, kata Ahmad bin Hanbal,
adalah kalamullah (kitab Allah) karena memang ia disebut demikian dalam al-Qur’an (al-
Baqarah: 75; al-Taubah: 6; al-Fath: 15).
2. Pemurnian Moderat
- Menggunakan rasionalitas sebagai salah satu dasar yang digunakan untuk
mendakwahkan ajaran islam.
2. Modernisasi (Pengembangan)
Memodernisasi nilai – nilai ajaran islam untuk berdaptasi dengan zaman.
Memodernisasi ajaran islam merupakan salah satu bentuk Gerakan tajdid Muhammadiyah
dalam mendakwahkan ajaran islam untuk contoh memodernisasi ajaran islam yang dilakukan
Muhammadiyah seperti yang dijelaskan pada slide pertama tentang pencerahan.