KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bab I : PENDAHULUAN
a. Latar belakang penulisan
Salam semangat yang sering kita dengar dalam rangkaian acara adat
maupun berbagai kegiatan di lingkungan masyarakat Dayak. Salam semangat
ini menjadi bagian dari identitas masyarakat adat Dayak yang secara turun
temurun memegang teguh prinsip kehidupan adat (kearifan local ) sebagaimana
yang diturunkan oleh leluhurnya sampai saat ini. Prinsip kehidupan adat
melekat pada diri masyarakat adat Dayak dari dalam kandungan, lahir, kanak-
kanak, remaja, dewasa hingga ajal menjemput kesemuanya diatur dalam satu
budaya kepercayaan kepada leluhur sebagai pengejawantahan pengabdian
insan ciptaan Jubata. Seluruh bagian tersebut diyakini secara turun temurun
melekat pada setiap insan sehingga apapun yang dilakukan bersendikan tata
cara peradatan.
Masyarakat adat Dayak yang mrnjadi objek ini adalah masyarakat Dayak
di Kalimantan Barat yang bermukim atau berdomisili di Kec. Simpang dua Kab.
Ketapang Kalimantan Barat, kelompok masyarakat adat Dayak ini dikenal
sebagai masyarkat Dayak Banua Simpakng. Dari berbagai sisi kehidupan,
masyarakat Dayak banua simpankg ini sangat kental masih memegang teguh
warisan leluhur yaitu nilai-nilai keadatan yang setiap hari menjadi pedoman
kehidupan sosial. Terlihat dari adanya berbagai ritual- ritual adat yng di
jalankan, pemberian hukuman bagi pelanggar norma serta nilai- nilai luhur
bersosialisasi dengan masyarakat lain diluar komunitasnya. Hal tersebut
sangat menarik untuk diikuti oleh siapapun baik dari suku Dayak sendiri,
maupun suku lainya agar bisa diambil nilai positif yang terkandung sebagai
nilai budaya adiluhung peninggalan leluhur yang sudah pasti menjadi kekayaan
budaya di Negara kesatuan Republik Indonesia.
Alkisah, Dayakng putung adalah anak dari SIAK BAHULUN yang menikah
dengan PRABU JAYA putra Brawijaya IV dari kerajaan majapahit, dari berbagai
penuturan, DAYAKNG PUTUNG adalah anak dari Raja Ulu Aik yang dihanyutkan di
sungai dan ditemukan oleh SIAK BAHULUN. Dalam legenda Melayu DAYANK
PUTUNG dikenal sebagai RATU JUNJUNG BUIH dan RAJA ULU AIK sendiri adalah
pemimpin kerjaaan Ulu aik (kerajaan Dayak) di aliran sungai Krio yang saat ini
masuk dalam wilayah administrative kec, Hulu sungai Sandai. Dalam pengasuhan
SIAK BAHULUN, gadis JUNJUNG BUIH yang berganti nama menjadi DAYANG
PUTUKNG tumbuh kembang menjadi sangat cantik jelita, baik dari paras wajahnya,
begitupun dari eloknya hati serta baik budi pekertinya. Bukan tanpa alasan, semua
itu karena campur tangan SIAK BAHULUN yang menjadikanya sebagai Primadona
saat itu, tingkah laku yang selalu bersendikan nilai adat Dayak menjadi penunjang
kesempurnaan.
Setelah ekspansi Majapahit ke Kerajaan tanjong pura era Sukadana,
pembauran bilateral sudah menjadi hal yang biasa, beberapa perangkat-perangkat
kerajaan dan saudagar-saudagar yang berkeliling menjual dagangnya sering kali
singgah beberapa lama di Sukadana, dan bukan suatu mustahil jika berita-berita
apapun termasuk salah satunya adanya dara nan cantik jelita tersebar ke telinga
mereka. Dan suatu masa, Ketika putra Brawijaya IV yang Bernama PRABU JAYA
bertandang ke SUkadana mendengar berita yang menggelitik telinga untuk mencari
kebenaran akan berita tersebut, dan pucuk dicinta,ulam pun tiba, bertemulah Sang
pangeran dari kerajaan adidaya tersebut dengan sang Dara. Dan alhasil,
menikahlah sejoli itu sebagai pasangan hidup yang kemudian melahirkan
keturunan-keturunan dimana keturunanya terebut yang kemudian mengukir sejarah
sampai saat ini.
a. Dialek banjur :
Sub suku Dayak simpakng bertutur dialek banjur atau banyur bermukim di
sepanjang sungai banjur yang memanjang dari utara ke selatan maupun din
kampung- kampung sekitarnya. Kampung tersebut adalah kampung Simpang
dua, selantak, bukang, karab, seborai, pemocah, pantan, kemberah,
merangin, mentawak biring, lembawang, natai kruing, sekatab dan
sekitarnya.
b. Dialek kualatn:
Sub suku Dayak simpakn bertutur dialek kualatn bermukim sepanjang sungai
kualatn dan kampung disekitarnya sampai di hulu sungai kualatn terutama
kampung loko dan botong. Sub suku ini memiliki perbedaan dialek dengan
penutur dialek Bahasa kualatn bagian tengah. Dialek masyarakat tersebut
cenderung lantang dan cepat, bahkan beberapa kosakata dalam dialek
kualatn.
c. Dialek Semanakng.
Dikenal pula dengan istilah dialek Semandang. Penutur awalnya bermukim di
sepanjang Sungai Semanakng dan sekitarnya. Dalam perkembangannya,
dialek Semanakng dituturkan pula oleh orang-orang yang bermukim di
perkampungan yang jauh dari Sungai Semanakng, seperti Kampung Sie
Mara, Kenanga, Sei Nibung, Pergung, Kesio, Pantong, Setutuh, Legong,
Taga, Paser, Tolus, Selangkut, Ke? Lipur, Deraman, Sei Tontang dan
Selirang
4) Dialek Sajan.
Dialek Sajan seringkali dinamai oleh masyarakat sekitar sebagai bahasa
Saje? dan Baram. Kelompok orang Sajan tergolong kecil, baik dari segi
jumlah maupun wilayah penyebarannya. Dialek Sajan kadang menjadi bahan
kelakar bagi para penutur bahasa Simpakng berdialek lain karena
keunikannya. Hal ini dalam batas tertentu berakibat pada keengganan
generasi muda untuk berkomunikasi dalam bahasa Simpakng berdialek
Sajan, karena alasan malu. Penutur bahasa ini hanya bermukim di 2 wilayah
kampung, yaitu Kampung Baram dan Tanjung Maju. Baram terletak di Kec.
Simpang Hulu, sedangkan Tanjung Maju secara administratif berada di Kec.
Laur.
"Tidak semua adat merupakan hukum. Ada perbedaan antara adat -istiadat biasa
dan hukum adat. Hanya adat yang bersanksi mempunyai sifat hukum serta
merupakan hukum adat (Vollenhovel). Sanksinya adalah berupa reaksi dari
masyarakat hukum yang bersangkutan. Reaksi adat masyarakat hukum yang
bersangkutan ini dalam pelaksanaannya sudah barang tentu dilakukan oleh
penguasa masyarakat hukum dimaksud. Penguasa masyarakat hukum yang
bersangkutan menjatuhkan sanksinya terhadap si pelanggar peraturan adat,
menjatuhkan keputusan hukuman." (Ter Haar, dengan teori keputusannya).
(Pengantar dan Azas -azas Hukum Adat 1973:6)
2. Bejujonk yaitu tradisi turun temurun sebagai acara pesta panen yang
dilaksanakan oleh seluruh warga kampung sebagai ungkapan syukur atas hasil
panen. Bejujonk biasanya dilakukan dengan melakukan panen padi biasa dan
padi pulut (ketan) selama tiga hari berturut-turut oleh petani yang selanjutnya
dijadikan emping untuk dijadikan hidangan dalam acara tersebut. Dalam ini
dilakukan ngumpant (memberi makan) segala peralatan berladang yang
digunakan seperti parang, beliung, batu asah, perumponk pedarink apeh
dengan emping, tiga hari berikutnya para petani istirahat mantank taliy. Acara
ini dilakukan oleh seluruh petani yang biasanya dipusatkan di satu tempat pada
zaman dahulu di rumah Betang, namun karena sudah tidak ada rumah Betang
biasanya dipusatkan di salah satu rumah warga.
3. Nyapat Taun’t biasanya dilakukan pada Bulan Mei. Acara ini dimaksudkan
untuk meminta izin kepada Dewatowe (Dewa) untuk memulai kembali berladang
(nobas).
4. Mutar Pesalikng yaitu sebuah upacara adat yang dilakukan pada saat
pelantikan kepala desa di mana pada upacara adat ini kepala desa di hadapan
masyarakat desa mengucapkan sumpahnya untuk menjadi kepala desa yang
baik dan mengabdikan diri kepada masyarakat dan desa. Adapun
pelaksanaannya yaitu kepala Desa berdiri di hadapan masyarakat kemudian di
atas kepalanya ditaruh tempayan Tajau baru kemudian ia mengucapkan
sumpah pelantikannya .
5. Bebiyou yaitu upacara pelepasan dari mimpi buruk, kesialan dan sebagainya3
Selain tradisi diatas masih banyak lagi upacara-upacar lainya yang sudah jarang
ditemui. Alas an tidak sinkronya dengan perkembangan masih menjadi alas an
utama sehingga cenderung mulai tidak dikenal saat sekarang ini.
Kelompok Dayak simpakng secara politis disebut sebagai umakng Desa samilan
domong sapuluh (Kawasan Desa Sembilan Demong sepuluh ) dibawah naungan
Daulat Kerajaan ULU AIK. Sejalan dengan itu, terdapat pemimpin yang secara adat
berkuasa atas ketiga Kawasan itu.
c. Hidup dikandung Adat mati dikandung tanah, hidup beradat mati beradat
BAB V : PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Rekomendasi
1. Merevitalisasi situs-situs Dayak Simpakng
2. Muatan lokal untuk tingkat SD, SMP dan SMA
3. Melakukan legitimasi sejarah dengan Napak Tilas
4. Melakukan even-even seni dan budaya Dayak Simpakng
5. Unifikasi dan Kodefikasi Hukum Adat Dayak Simpakng
DAFTAR PUSTAKA
TENTANG PENULIS DAN EDITOR