Anda di halaman 1dari 18

REVIEWEW

Transformasi Misi Kristen

Disusun Oleh :

Nama : Natalia Kristina Manik

Nim : 2019.001.1509

Semester : VIl

Dosen Pengampu : Pdt. Maruhum Simangunsong, M.Th

Mata Kuliah : Strategi dan Metode Misi

Sekolah Tinggi Bibelvrow HKBP Laguboti

T.A 2021/2022

1
Nama Buku : Transformasi Misi Kristen

No. ISBN : 979-415-694-2

Penulis Buku : David J. Bosch

Tempat di Terbitkan : Jakarta : BPK Gunung Mulia

Tahun Terbit &Cetakan : 2006

Jenis Cover : Sove Cover

Ringkasan Singkat :

BAB1

REFLEKSI TERHADAP PERJANJIAN BARU SEBAGAI SEBUAH DOKUMEN MISI


INDUK TEOLOGI

Induk Teologi

Pengantar misiologi cenderung dimulai dengan sebuah bagian yang berbunyi seperti ini,
"Dasar-dasar Alkitabiah untuk Misi”. Apabila “dasar-dasar” ini telah dibangun demikian
tampaknya jalan argumentasinya Si pengarang dapat melanjutkannya dengan mengembangkan
temuan-temuan eksegetisnya menjadi sebuah ”teori” atau “teologi” tentang misi yang sistematis.
Dalam buku ini saya bermaksud untuk menempuh jalan yang berbeda. Dengan melakukan
tinjauan singkat terhadap sifat misioner dari pelayanan Yesus dan Gereja yang Mula-mula, yang
diikuti dengan pembahasan mendalam tentang cara-cara di mana tiga pengarang Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama. Dalam meneliti pergeseran paradigma dalam pemikiran misi saya bermaksud
mengatakan bahwa perubahan paradigma yang pertama dan besar terjadi dengan datangnya
Yesus dari Nazaret dan apa yang terjadi sesudah itu. Ini adalah wajah dari pergeseran yang
pertama dan yang dasariah yang ingin saya coba telusuri dalam keempat bab berikutnya sebelum
beralih ke pergeseran yang kedua, yang tidak begitu dasariah tetapi juga penting yaitu pergeseran
oleh gereja Yunani yang "patristik”. Sifat misioner Perjanjian Baru tidak selamanya dihargai.
Penting dicatat bahwa para penulis Perjanjian Baru juga berbeda satu dengan yang lain,
khususnya dalam pemahaman mereka tentang misi — sebagaimana yang akan dilukiskan oleh

2
tiga bab berikut ini. Namun, kita tidak perlu terkejut bila Perjanjian Baru tidak mencerminkan
suatu pandangan yang seragam tentang misi, tetapi, sebaliknya, berbagai "teologi tentang misi”
(Spindler, 1967:10: Kasting, 1969:132: Rutti, 1972:113 dyb: Kramm, 1979:215). Pada
kenyataannya malah tidak ada satu pun istilah tentang misi yang mencakup semuanya yang dapat
ditemukan di dalam Perjanjian Baru (Frankemolle, 1982:94 dyb). Pesch (1982:14-16)
mendaftarkan tidak kurang dari 95 ungkapan Yunani yang berhubungan dengan misi. Jadi,
barangkahi para pengarang Perjanjian Baru kurang tertarik pada definisi tentang misi dan lebih
tertarik pada keberadaan misioner para pembacanya.

MISI DI DALAM PERJANJIAN LAMA

Dapat ditanyakan apakah tidak seharusnya kita mulai dengan Perjanjian Lama dalam usaha
mencari pemahaman tentang misi. Ini adalah pertanyaan yang sah. Bagi gereja Kristen dan
teologi Kristen, tidak ada Perjanjian Baru yang diceraikan dari Perjanjian Lama. Namun, dalam
masalah misi kita menghadapi kesulitan-kesulitan di sini khususnya apabila kita berpegang pada
pemahaman tradisional tentang misi sebagai pengutusan para pengkhotbah ke tempat-tempat
Kendatipun demikian, Perjanjian Lama merupakan bagian yang asasi bagi pemahaman kita
tentang misi di dalam Perjanjian Bary Pertama, ada perbedaan yang menentukan antara iman
Israel dan agama-agama dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Agama-agama ter. sebut bersifat
hierofanis: mereka mengungkapkan yang ilahi d-tempat-tempat kudus, dunia manusia dapat
berkomunikasi dengan yang kudus. Hal ini terjadi dalam kultus-kultus atau ritual-ritual yang
dapat mentetral. isasi kuasa-kuasa khaos dan kehancuran yang mengancam. Pada saat yang sama
agama-agama tersebut terperangkap dalam siklu musim yakni ketika musim dingin dan musim
panas saling mengikuti yang lainnya dalam pertempuran kekal untuk memperebutkan
keunggulan. Tidak demikian halnya dengan iman Israel. Saripati iman ini adalah keyakinan yang
kuat bahwa Allah telah menyelamatkan para nenek moyang dari Mesir, memimpin mereka
sepanjang padang gurun dan menempatkan mereka di tanah Kanaan. Mereka hanya menjadi
suatu umat karena campur tangan Allah. Lebih dari itu, Allah telah mengadakan perjanjian
dengan mereka di Gunung Sinai dan perjanjian ini menentukan seluruh sejarah mereka sesudah
itu Dalam agama-agama dari negeri-negeri tetangga Israel Allah hadir dalam lingkaran alam
yang kekal dan pada tempat-tempat kultik tertentu. Namun, di Israel sejarah merupakan arena

3
kegiatan Allah. Fokusnya terletak pada apa yang Allah telah, sedang dan masih akan lakukan,
sesuai dengan kehendak-Nya yang telah dinyatakan-Nya (bnd. Stanley, 1980:57-59.

BAB 2

MATIUS: MISI SEBAGAI PROSES PEMURIDAN

MATIUS DAN ISRAEL

Di seluruh kitabnya, penilaian Matius terhadap orang Yahudi sangat keras, Hal ini mungkin,
sebagian, mencerminkan konfrontasi-kon. frontasi yang dialami paguyubannya dengan
farisaisme Yamnia pada saat penulisannya, tetapi yang pasti juga merupakan euatu tema yang
berulang-ulang muncul dalam tradisi yang ia gunakan. Penila, annya terhadap orang-orang
Yahudi, hampir dalam setiap kesempat. an, lebih negatif daripada penilaian Markus dan Lukas .
Perumpamaan tentang dua orang anak dikisah. kan hanya oleh Matius. Dalam versinya tentang
uraian Yesus sendiri mengenai perumpamaan tersebut, "imam-imara kepala serta tua-tua bangsa
Yahudi!" (ay. 23) adalah anak yang mengatakan bahwa ia akan pergi dan bekerja di ladang
anggur ayahnya, tetapi, tidak melakukannya, sementara para "pemungut-pemungut cuka dan
perempuan-perempuan sunda!", mereka yang paling tidak diharapkan orang adalah anak yang
pertama mengatakan hahwa ia tidak akan pergi, tetapi akhirnya pergi. Namun, puncak
pelanggaran para penggarap tersebut dalam perumpamaan ini bukanlah semata-mata bahwa
mereka menolak untuk mengirimkan kepada si pemilik bagian dari panennya, tetapi bahwa
mereka memperlakukan dengan buruk dan membunuh hamba-hambanya.

MATIUS DAN BANGSA-BANGSA

Barangkali persoalan yang diperbincangkan ini akan lebih jelas apa bila kita, pada
kesempatan ini, meneliti ungkapan panta ta ethne dalam "Amanat Agung” tersebut. Melalui
tanggapan bahwa, bagi Matius, orang-orang Yahudi melalui perilaku mereka telah melepaskan
”hak” untuk mendapatkan pemberitaan Injil, sejumlah ahli (khususnya mereka yang percaya
bahwa penulis dari Injil kita yang pertama adalah seorang bukan Yahudi) berpendapat bahwa
kata-kata ini mengacu kepada semua bangsa kecuali orang Yahudi, mereka yang belum
dipanggil sebelumnya kini dapat menjadi murid-murid Yesus: mereka yang telah dipanggil

4
sebelumnya kini ditolak. Oleh karena itu, meskipun ia berpandangan keras terhadapy Orang-
orang Yahudi yang berkeras hati, Matius tidak pernah me. nyangsikan keabsahan yang berlanjut
dari misi kepada rekan-rekan sebangsanya. Hal ini tetap merupakan tugasnya dan komunitasnya
yang tidak dapat disangkal, mereka terus menganggap diri mereka terkait luar dalam dengan
Israel (Hahn 1965:125). Namun, ia pun mempunyai komitmen yang sama terhadap misi bukan
Yahudi. Dj antara kedua misi tersebut ada suatu kesatuan yang penuh ketegang. an, semacam
saling keterkaitan yang berlawanan (Frankemille 1982 113, 120) yang kepadanya Matius tetap
terikat, karena inilah satu. satunya cara yang ia gunakan supaya dapat berpegangan baik pada
"teks”.nya (janji-janji Allah kepada umat perjanjian-Nya di dalam Perjanjian Lama) dan dengan
”konteks”-nya (dukungan yang jelas dari Allah terhadap misi kepada orang-orang bukan
Yahudi). Namun, dalam pandangannya, misi bukan Yahudi hanyalah suatu kemungkinan setelah
kematian dan kebangkitan Mesias orang Yahudi itu. Sebelum peristiwa-peristiwa tersebut misi
ini hanya dapat diacu di dalam waktu yang akan datang perumpamaan tentang para penggarap
dengan jelas melukiskan bahwa kebun anggur itu hanya dapat beralih kepada orang lain setelah
sang anak dibunuh. Karena itu, kedua orang yang dirasuk setan dari wila: yah Gadara (wilayah
bukan Yahudi!) dengan tepat mengeluh bahwa Yesus telah datang untuk menyiksa mereka
"sebelum waktunya", dengan kata lain, sebelum kematian dan kebangkitan-Nya.

BAB 3

LUKAS- KISAH PARA RASUL: MEMPRAKTIKKAN PENGAMPUNAN DAN ,


SOLIDARITAS DENGAN KAUM MISKIN MAKNA PENTING LUKAS

MAKNA PENTING LUKAS

Di sini akan muncul bahwa pemahaman Lukas tentang misi itu berbeda dalam aspek yang
sangat penting dengan pemahaman Matius dan Paulus. Namun, meskipun ada perbedaan-
perbedaan ini, ketiga gambaran tersebut tidak lebih daripada sub-subparadigma dari sebuah
paradigma misi Kristen . mula-mula yang utuh.  "Amanat Agung” menurut Matius dalam
memberikan. sebuah dasar alkitabiah untuk misi, khususnya dalam Protestantisme Barat dalam
dua abad yang terakhir. Namun, dalam tahun-tahun terakhir, sebuah nats Perjanjian Baru yang
lain telah menjadi sangat menonjol dalam perdebatan mengenai suatu dasar alkitabiah tentang
misi laporan Lukas tentang khotbah Yesus di sebuah sinagoge di kampungnya di Nazaret, di situ

5
Ia menerapkan nubuat Yesaya 61-1 kepada diriiNya dan pelayanan-Nya Peristiwa ini dicatat,
dalam bentuk ini, hanya di dalam Inji Lukas dan dari keseluruhan konteksnya jelas bahwa kisah
ini menduduki suatu tempat yang sangat menentukan. Justru inilah yang telah diakui pada tahun-
tahun belakangan ini, khususnya di kalangan teologi oikumene dan teologi pembebasan.
Berdasarkan berbagai pertimbangan Lukas 41621 telah menggantikan “Amanat. Agung” Matius
sebagai teks kunci bu kan hanya untuk memahami misi Kristus sendiri melainkan juga misi
gereja. Ada pula kategori-kategori khusus orang-orang yang menonjol dalam tulisan-tulisannya.
Yang paling atas dalam daftarnya (setidak-tidaknya Sejauh menyangkut Injilnya) adalah kaum
miskin, Juga yang perlu disebutkan adalah penekanannya pada hubungan Yesus de- ngan kaum
perempuan suatu penyeberangan yang mengejutkan terhadap batasan sosial dan keagamaan
dalam masyarakat patriar-. khal pada zaman-Nya para pemungut cukai dan orang-orang
Samaria. Keseluruhan pelayanan Yesus dan hubungan dengan semua orang di atas dan kaum
marginal lainnya, dalam tulisan-tulisan Lukas, memberikan kesaksian atas praktik yang penuh
belas kasihan dari Yesus yang menerobos batasbatas, yang untuknya gereja pun terpanggil untuk
meneladani.

ORANG YAHUDI, ORANG SAMARIA DAN ORANG BUKAN YAHUDI DALAM


LUKAS DAN KISAH PARA RASUL.

Perbedaan antara Injil Lukas dan Kisah Para Rasul berpendapat bahwa gambaran tentang
pendekatan Lukas terhadap orang-orang bukan Yahudi sebagai sesuatu yang teo. logis itu
menyesatkan, ciri yang paling menonjol dari Lukas-Kisah Para Rasul, demikian keyakinannya,
justru adalah ketiadaan teologi yang konsisten terhadap orang-orang bukan Yahudi. Pernyataan
ini sungguh-sungguhnya terlalu berlebihan. Lukas jelas sekali mempu. nyai suatu pemahaman
teologis yang menyeluruh tentang misi ke. pada orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi
meskipun, misalnya, cara pengembangannya tidak selalu memuaskan tuntutan-tuntutan Barat
modern akan konsistensi yang logis. Lukas mengisahkan sedikit sekal kepada pembacanya
tentang apa yang Yesus katakan pada kesempatan ini. Sebaliknya, ia lebih memusatkan perhatian
pada reaksi jemaat sinagoge di kampung halaman Yesus sendiri. Jelas dari reaksi ini bahwa
Yesus tentunya telah mengatakan sesuatu yang mengganggu mereka. Saya akan kembah pada
pokok ini secara lebih terinci Untuk sementara ii cukuplah dicatat bahwa masyarakat Nazaret

6
menolak percaya akan klawm Yesus dan menolak Dia. Yesus kemudian menantang "etika pe.
mulihan” jemaat tersebut (Nissen 1984:75).

BAB 4

MISI DALAM PAULUS UNDANGAN UNTUK BERGABUNG DENGAN KOMUNITAS


ESKATOLOGIS

MISIONARIS PERTAMA: TEOLOG PERTAMA

Rasul Paulus selalu mempunyai daya tarik khusus bagi para misionaris. Tidak
mengherankan bahwa, selama bertahun-tahun, beberapa monograf tentang makna penting Paulus
bagi misi Kristen telah ditulis oleh para misionaris dan misiologis. Missionary Methods: St
Paul's or Ours karya Roland Allen menduduki tempat terhormat dalam kaitan ini dan telah
memberikan pengaruh yang mendalam khususnya di kalangan misionaris berbahasa Inggris.
Setahun sesudah itu, Johannes Warnek menerbitkan bukunya, Paulus im Lichte der heutigen
Heidenmission, sebuah buku yang mempunyai dampak sebanding di kalangan para misionaris
berbahasa Jerman. Minat pertama Allen, Warneck dan para misiolog lainnya sesudah mereka
adalah pada metode-metode misi Paulus dan apa yang dapat dipelajari para misionaris masa kini
dari dirinya. Dimensi misioner dari teologi Paulus tidak selamanya diakui. Selama bertahun-
tahun ia terutama dianggap sebagai pencipta suatu sistem dogmatika. Dengan bangkitnya aliran
sejarah agama ia terutama dianggap sebagai seorang mistik. Belakangan, penekanannya bergeser
kepada Paulus yang "gerejawi”. Teologi Paulus dan misinya tidak semata-mata saling berkaitan
seperti "teori” dengan "praktik” dalam pengertian bahwa misinya ”mengalir” dari teologinya,
melainkan dalam pengertian bahwa teologinya adalah sebuah teologi misioner  dan bahwa
misinya secara terpadu berkaitan dengan identitas dan pemikirannya sendiri.

PERTOBATAN DAN PEMANGGILAN PAULUS

Beberapa ahli telah mengajukan pendapat bahwa kita tidak boleh menggunakan kata
”pertobatan” sehubungan dengan pengalaman Paulus di jalan ke Damsyik. Alasan mereka pada
hakikatnya ada dua: Pertama, pertobatan menunjukkan suatu perubahan agama, dan Paulus jelas
tidak mengubah agamanya: apa yang kita sebut kekristenan di masa Paulus adalah sebuah sekte
di dalam Yudaisme. Kedua, tidak ada dasarnya untuk melukiskan Paulus, seperti yang masih

7
terjadi, sebagai orang yang tersiksa dan penuh rasa bersalah karena dosa-dosa: nya, sebagai
orang yang mengalami konflik batin yang akhirnya membawanya pada pertobatan, Dalam
sebuah esai yang kini menjadi klasik, yang pertama kali terbit dalam bahasa Swedia pada 1960,
Stendahl dengan meyakinkan telah mengajukan pendapat bahwa "penafsiran” psikologis seperti
itu tentang apa yang terjadi pada Paulus pada jalan ke Damsyik itu mencerminkan suatu
pemahaman modern yang khas tentang peristiwa tersebut. Fenomenon tentang "nurani
introspektif”, tentang pemeTiksaan diri yang mendalam yang disertai oleh kerinduan untuk men
capai kepastian tentang keselamatan adalah suatu yang khas. Penekanan pada pemanggilan
Paulus jelas adalah suatu korekai yang paling penting terhadap pemahaman tradisional tentang
pertobatan Paulus.

BAB 5

PERUBAHAN-PERUBAHAN PARADIGMA DALAM MISIOLOGI

ENAM TAHAP

Dalam bagian pertama dari studi ini saya telah berusaha memperkenalkan pembaca dengan
cara-cara di mana tiga saksi Kristen penting yang mula-mula memahami peristiwa Yesus Kristus
dan, mengalir dari sini, tanggung jawab gereja kepada dunia. Namun, kita harus melangkah lebih
jauh. Perlu ditulis tentang makna misi untuk masa kita sekarang, sambil mengingat bahwa masa
kini pada dasarnya berbeda dengan periode di mana Matius, Lukas, dan Paulus menulis injil serta
surat mereka untuk generasi pertama dan kedua orang Kristen. Perbedaan-perbedaan yang
mendalam di masa lalu dan masa kini menyiratkan bahwa tidak ada gunanya kita membanding
(appeal) secara langsung pada kata-kata para penulis Alkitab dan menerapkan apa yang mereka
katakan seca.ra langsung pada situasi kita sendiri. Lebih tepat, kita harus dengan kebebasan yang
kreatif, namun bertanggung jawab, memperluas logika pelayanan Yesus dan jemaat perdana
dalam cara yang imajinatif dan kreatif pada waktu dan konteks kita sendiri. Salah satu alasan
dasar yang mengharuskan kita melakukan hal ini, terletak pada kenyataan bahwa iman Kristen
adalah suatu iman yang historis. Allah mengkomunikasikan penyataan-Nya kepada orang banyak
melalui manusia dan melalui berbagai peristiwa, dan bukan melalui dalil-dalil yang abstrak.
Dengan kata lain, iman alkitabiah, baik Perjanjian La: ma maupun Perjanjian Baru, bersifat
"inkarnasional', artinya realitas Allah memasuki urusan-urusan manusia. Implikasi dari

8
pengakuan ini, mudah-mudahan, akan menjadi semakin jelas sementara saya melanjutkan
percakapan ini. Dalam mempertimbangkan hal ini, saya mengusulkan untuk pertama-tama
refleksikan apa arti misi dalam periode yang berurutan sampai masa kini dan kemudian.

TEORI PARADIGMA THOMAS KUHN

Ini bukanlah tempat untuk memasuki analisis dan percakapan yang terinci mengenai
pandangan-pandangan Thomas Kuhn, ahli fisika dan sejarawan ilmu pengetahuan. Karena itu,
saya akan menyimpulkan tesisnya hanya sejauh hal tersebut mungkin mempunyai releyansi
terhadap teologi. Saya menyadari kenyataan bahwa Kuhn sendiri membatasi teori-teorinya pada
ilmu-ilmu alamiah (yang disebutnya "ilmu-ilmu yang matang”) dan secara eksplisit menolak
acuanacuan pada ilmu-ilmu sosial (dalam pandangannya "ilmu-ilmu pen: dahuluan”). Saya juga
menyadari kritik yang luas terhadap posisinya, dari para ilmuwan alamiah maupun sosial (untuk
ringkasan mengenai kritik-kritik terhadap pandangan-pandangannya, bnd. Bernstein 1985:88-
93). Kedua faktor ini saja seharusnya cukup untuk membuat orang berhati-hati tentang
kemungkinan menerapkan gagasannya yang mana pun terhadap teologi. Kalaupun saya
memanggil Kuhn di dalam konteks ini, saya melakukannya karena peranan sebagai katalis yang
telah dimainkannya pada tahun-tahun yang belakangan dalam teori penelitian ilmiah, dan saya
menggunakan pandanganpandangannya hanya sebagai semacam hipotesis kerja.

BAB 6

PARADIGMA MISI GEREJA TIMUR

Pertama-tama Orang Yahudi, dan Juga Orang Yunani

Dasar misi gereja timur adalah kasih, maka tujuan misi adalah kehidupan. Seperti kasih
kehidupan adalah sebuah thema Yohanes 3:16. Teologi Ortodoks Timur jelas lebih diwarnai oleh
tradisi Yohanes daripada trasdisi Paulus. Kristus tidak datang terutama untuk menghapuskan
dosa manusia, tetapi untuk memulihkan gambar Allah di dalam diri manusia dan memberikan
kehidupan kepadanya. Isi pemberitaannya adalah “firman kehidupan untuk kehidupan”. Dalam
hubungan inilah maka ciri khas doktrin Orthodoks theosis mendapatkan makna misinya. Orang
dipanggil bukan semata-mata untuk mengenal Kristus, berkumpul di sekelilingNya, atau menaati
kehendakNya, mereka terpanggil untuk ikut serta di dalam kemuliaanNya. Dalam kemuliaan

9
yang semakin besar, mendefenisikan proses yang dengannya orang percaya dikuduskan dalam
ke dalam kehidupan sekarang ini sampai parousia. Theosis adalah kesatuan dengan Allah dan
bukan pengilahian, ini adalah keadaan pemuliaan, doa, pengucapan syukur, ibdah dan doa
syafaat yang sinambung, serta meditasi serta perenungan tentang Allah Tritunggal dan kasih
Allah yang tidak terbatas.

BAB 7

PARADIGMA MISI KATOLIK ROMA PADA ABAD PERTENGAHAN

KONTEKS YANG BERUBAH

Akhir Abad Pertengahan juga menunjukkan suatu zaman ketika Eropa tidak diragukan lagi
telah menjadi Kristen, beberapa abad sebelumnya, hanya segi luarnya saja yang Kristen, seolah-
olah "bayang-bayang lambang Kristen". Bahasa yang dominan bukan lagi Yunani melainkan
Latin perbedaan luar ini menyembunyikan ba nyak perbedaan lainnya, yang tidak dengan segera
tampak jelas. Seribu tahun setelah agama yang baru itu diperkenalkan, pada tahun 1054.
Perbedaan-perbedaan itu akan menyebabkan skisma besar antara gereja-gereja di Timur dan
Barat. Penebusan adalah sebuah proses di mana hakikat ma nusia melalui cara perkembangan
"pedagogis", diangkat kepada yang ilahi di Barat, penekanannya terutama pada penghancuran
dosa dan pemulihan manusia yang telah jatuh melalui suatu pengalaman krisis. Teologi gereja
Timur bersifat inkarnasi penekanannya adalah pada "asal usul Kristus, pada praeksistensi-Nya.
Teologi gereja Barat adalah staurologis (dari stauros, kata Yunani untuk salib), ia menekankan
kematian Kristus sebagai pengganti demi orang berdosa. Dengan ada nya perbedaan-perbedaan
seperti itu dalam penekanan dan penaf siran jelas sekali bahwa misi Barat akan berbeda dalam
banyak hal dibandingkan dengan rekannya di Timur dan mengembangkan wa taknya sendiri.
Sewajarnya pula ada banyak persamaan, malah, persamaan-persamaan ini mengalahkan
perbedaan-perbedaannya. Satu hal, gereja Latin,seperti gereja Yunani, dan berbeda dengan
gereja Ibrani, lebih menyukai yang kelihatan (visual) daripada yang kede ngaran (auditif).

Individualisme Keselamatan

Pelagius, yang aktif di Roma pada akhir abad ke-4 dan permulaan abad ke-5 mengambil
pandangan yang jelas-jelas optimistik tentang hakikat manusia dan kemampuan manusia untuk

10
mencapai kesem purnaan. Sementara hanya Allah sendirilah yang patut dipuji karena telah
membuat kita sedemikian rupa-sehingga kita mampu melaku kan apa yang harus kita lakukan,
"kita mempunyai kemampuan un tuk mencapai setiap hal yang baik melalui tindakan, perkataan,
dan pikiran. Manusia tidak membutuhkan penebusan, tetapi hanya pengilhaman. Ini berarti
bahwa Pelagius tidak menganggap Kristus sebagai Juruselamat yang mati untuk dosa-dosa
manusia, tetapi se bagai guru dan model dan kita terpanggil untuk meneladani-Nya. Hanya
seorang manusialah yang dapat memuas kan tuntutan-tuntutan Allah dalam hal ini, tetapi karena
semua ma nusia dengan sendirinya adalah orang berdosa, hanya seseorang yang tidak berdosa
dan yang manusia serta sekaligus ilahi yang dapat me menuhi persyaratan ini dan memuaskan
Allah sebagai ganti seluruh umat manusia

EKLESIASTIKALISASI KESELAMATAN

Donatis, berdiri dalam tradisi Tertullianus, yang telah meng ajarkan bahwa "ketujuh dosa
maut" (penyembahan berhala, hujat. membunuh, zinah, hubungan di luar nikah, bersaksi palsu
dan meni pu) tidak dapat diampuni, karena itu, seorang pemimpin gereja yang bersalah atas salah
satu daripadanya tidak boleh dibiarkan tetap da lam jabatannya, apalagi ikut serta dalam
pengudusan seorang uskup. Partisipasinya malah dapat membuat jabatan uskup itu tidak sah.
Kaum Donatis dengan demikian mengungkapkan kemarahan dan kecemasan dari mereka yang
melihat kontras yang mutlak anta ra injil Kristus dan keduniawian gereja: orang-orang percaya
tidak boleh punya hubungan apa pun dengan dunia dan dengan gereja, yang membiarkan dirinya
dicemari oleh dunia Gereja sejati harus menjaga dirinya tetap murni dan sempurna "orang-orang
gereja yang baik adalah orang orang berdosa dan kebenaran diri kaum Donatis mungkin lebih
jahat daripada dosa-dosa orang-orang lain. Namun, ada pula sisi negatif ba gi sikapnya ini:
kewibawaan dan kekudusan dianggap melekat pada gereja yang melembaga, tidak peduli apakah
sifat-sifat moral dan teo logis ini memang ada. Karena gereja di seluruh dunia yang didirikan
oleh para rasul, adalah gereja yang sejati, siapa pun yang meninggal. kannya jelas.keliru, mereka
yang memutuskan hubungan-hubung. annya dengan Gereja Katolik juga memutuskan hubungan
mereka dengan Allah Keesaan yang kelihatan dan keselamatan berjalan berdampingan.

11
BAB 8

PARADIGMA MISI REFORMASI PROTESTAN

SIFAT GERAKAN YANG BARU

Paradigma Katolik Roma mengalami sebuah krisis pada akhir Abad Pertengahan, pada
waktu kekuatan-kekuatan perubahan mengantarkan sebuah zaman baru (bnd Oberman 1983 119-
126, 1986.1-17. Orang yang menjadi katalis dalam memperkenalkan paradigma yang baru adalah
Martin Luther (1483-1546). Peristiwa-peristiwa dalam sejarah pribadinya, bersama-sama dengan
suasana di mana ia dibesarkan dan tempat-tempat di mana ia pernah belajar, perlahan-lahan
namun pasti, mempersiapkan dia untuk perpisahannya yang menentukan dengan Gereja Katolik
dan peluncuran zaman baru Peristiwa-peristiwa ini mencakup pula hubungannya dengan aliran
Nominalis dari William Occam yang dikembangkan di Universitas Erfurt (meski ia pun menjadi
pengecam keras terhadap Nominalisme, peranan katalis yang mendorong badai guntur yang
mengerikan pada tahun 1505, keputusannya untuk menjadi seorang biarawan Augustinian,
peranan guru-gurunya dalam pendidikannya.

Paradigma Misi Reforması Protestan

Kejatuhan ke dalam dosa, sebagai ciptaan yang tersesat, tidak mampu melakukan apa pun
tentang kondisı mereka. Relormasi memisahkan hubungan dengan pandangan Aquinas tentang
kebaikan dan relita atas nalar manusia; nalar tersebut rusak seluruhnya dan cenderung berbuat
kesalahan. Dunia ini jahat, dan manusia harus direnggutarn padanya seperti cap diangkat darı
api. Manusia harus disadarkan akan kondisi mereka yang sesat agar mereka dibawa pada
pertobtan dan dilepaskan dari beban dosa mereka yang berat. Sementara Katolisisme cenderung
memusatkan perhatian pada banyak dosa ndividu, Protestan menekankan dosa (tunggal) dan
keberdosaan umat manusia yang hakiki. Jabatan apa pun yang tidak dikaitkan dengan
keberadaan jemaat jemaat yang ditentukan secara geografis dan menolak gagasanntentang siapa
pun yang menggunakan "Amanat Agung sebagai dasar untuk membenarkan jabatan gerejawi
yang luar biasa dan non wila-yah i.

BAB 9

12
MISI PADA AWAL ZAMAN PENCERAHAN

Misi pada Awal Zaman Pencerahan

Paradigma yang muncul dalam abad ke-17 ini, berkembang penuh pada abad ke-18, dan
berkembang penuh pada abad ke-18, dan kemudian diterapkan dalam berbagai usaha untuk
mengubah masyarakat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pada periode yang sama,
perubahan perubahan social dan politik yang besar juga mempengaruhi pemikiran dan praktek
misi. Diantarnya, Bosch mengidentifikasi hubungan hubungan yang dimodifikasikan antara
gereja dan Negara, perpindahan penduduk, dan kolonialisme barat serta ekspansi imperealis.
Seperti pluralitas dari sistem politik dimana mereka bekerja, gereja gereja pada periode ini
mengembangkan berbagai motif misi seringkali dalam ketegangan dkonflik satu sama lain.
Seleksi bacaan dibawah ini dipilih untuk mewakali motif motif berikut ini yang diidentifikasi
oleh Bosch.

Calvinisme klasik menekankan kedaulatan Allah dan inisiatifnya dalam menyelamatkan


manusia. Pada masa pencerahan ini, hal ini dimodifikasikan hingga memberi semakin banyak
tempat bagi tanggapan manusia terhadap pemeliharaan Allah. Jonathan Edwards, seorang teolog
dari kebangunan besar pertama di Amerika Utara dan misionaris kepada bangsa bangsa pribumi
Amerika di Massachusetts Barat, percaya akan pentingnya doa doa yang tekun dari orang orang
percaya demi perluasan kerajaan Allah. Buku harian David brained, seorang misionaris perintis
kepada bangsa bangsa pribumi Amerika yang mengungkapkan kerinduan yang membakar untuk
bersaksi demi kemuliaan Allah dan untuk bekerja demi keselamatan orang lain. Sebuah khotbah
Misioner pada tahun 1805 dalam piscatagua Evangelical Magazine yang terbit di Maine,
mencantumkan keyakinan bahwa kemuliaan Allah haruslah menjadi motif yang memimpin
dalam semua usaha Misioner.

Pengharapan pengharapan Apokaliptik terbit dan tenggelam pada periode ini. Samuel
Hopkins menulis (1793) pada masa perang Napoleon dan Kemelut umum di Eropa. Desakannya
akan Misi dihubungkan dengan keyakinan Pra-Milleneal bahwa pertobatan orang orang berdosa,
kesetiaan dari orang Kristen sejati, dan anjuran untuk berbuat baik harus terjadi sebelum
kedatangan Kristus yang kedua kali. Delapan puluh dua tahun sesudah itu, pada tahun
1875,James Hudson Taylor, bapak Misi Iman dan pendiri Misi daratan Tiongkok (China Inland

13
Mission). Mengisahkan keyakinannya bahwa Kedatangan Tuhan adalah motivasi yang paling
kuat untuk pengudusan dan pelayanan dalam Perjanjian Baru.

BAB 10

MUNCULNYA PARADIGMA PASCA MODREN

Akhir Zaman Modern

Masa pergeseran paradigma adalah masa ketidakpastian yang mendalam dan ketidakpastian
seperti itu tampaknya adalah salah satu dari beberapa konstanta dari zaman kontemporer dan
salah satu faktor yang melahirkan reaksi-reaksi kuat yang lebih suka berperang pada paradigma
pencerahan titik meskipun terdapat tanda-tanda dari segala penjuru bahwa paradigma tersebut
sedang runtuh. Peristiwa-peristiwa dalam sejarah dunia khususnya dua perang dunia yang
menghancurkan dan segala sesuatu yang terjadi sesudah itu, juga ikut menyebabkan erosi yang
tetap terhadap app9 Naif dari paradigma yang konvensional. Dalam teologi Karl barth dengan
teologi krisisnya menjadi orang pertama yang memisahkan diri secara fundamental dengan
tradisi teologi liberal dan yang memulai suatu paradigma teologi baru. Dalam tahun-tahun
belakangan telah menjadi lazim untuk mengabadikan energi dalam jumlah besar bagi diskusi-
diskusi teologi tentang apakah perhimpunan-perhimpunan misi itu agen-agen misi yang sah.
Tidak kami sih seharusnya dipandang sebagai ungkapan dari gereja? Tanpa menyangkali
manfaat diskusi seperti itu, bahwa tidak banyak yang dapat dipilih antara kerja yang terorganisasi
sebagai pengemban misi dan perhimpunan-perhimpunan misi. Masalahnya ialah bahwa di dalam
protestantisme Barat, gereja Semakin terpecah-pecah menjadi berbagai dominasi yang berbicara
secara fenomenologis, tidaklah begitu berbeda dengan perhimpunan-perhimpunan misi dan
perhimpunan-perhimpunan keagamaan lainnya.

BAB 11

MISI DALAM MASA PERCOBAAN

Tidak terbayangkan bahwa gereja, teologi dan misi Kristen akan aman selamanya. Pada satu
pihak hasil-hasil dari berbagai disiplin lain ilmu-ilmu alam dan sosial, filsafat sejarah dan lain-

14
lain telah memberikan pengaruh yang mendalam dan bertahan lama dalam pemikiran teologis.
Pada pihak lain perkembangan-perkembangan di dalam gereja baik itu misi dan teologi sama-
sama telah memberikan konsekuensi yang berdampak luas. Unsur-unsur teologis yang selama
berabad-abad tidak hadir di dalam gereja-gereja atau telah diterima baik dalam gerakan-gerakan
Kristen yang marginal, sekali lagi telah muncul dalam kekristenan arus utama dan dalam
pengertian tertentu telah membawanya kembali kepada posisi pra konstantin. Gereja juga telah
kehilangan posisi istimewanya yang dimana banyak tempat di dunia bahkan wilayah-wilayah di
mana Gereja didirikan sebagai faktor kuat selama lebih dari 1 Milenium di masa kini menjadi
Kristen lebih merupakan suatu tuntutan daripada aset. Para misionaris tidak lagi pergi sebagai
duta duta atau wakil dari barat yang perkasa ke wilayah-wilayah yang tunduk kepada bangsa
bangsa kulit putih yang Kristen. Kini Mereka pergi ke negara-negara yang seringkali memusuhi
misi-misi Kristen. David Barrett telah memperhitungkan bahwa rata-rata dua atau tiga negara
ditutup setiap tahunnya terhadap personalia misi asing. Selama abad ini usaha misi dan gagasan
misi telah mengalami sejumlah modifikasi yang mendalam. Hal ini sebagian terjadi sebagai
tanggapan terhadap pengakuan terhadap kenyataan bahwa gereja memang bukan hanya penerima
kasih karunia Allah yang penuh belas, melainkan kadang-kadang juga penerima murka Allah
sehingga Maksud baik saja tidaklah cukup, bahwa kita masing-masin.

BAB 12

UNSUR- UNSUR PARADIGMA MISI OIKUMENIS YANG SEDANG MUNCUL

Mii Sebagai Gereja Dengan Yang Lainnya

Orang-orang Katolik selalu mempunyai pandangan yang tinggi tentang gereja. Hal ini
menjelaskan mengapa dua model dulas yang pertama cenderung mendominasi dalam eklesiologi
Katolik. Selama abad ke-20 arah pernyataan-pernyataan tentang gereja mulai berubah. Gereja
Kini harus dilihat sebagai tubuh Kristus dan bukan pertama-tama sebagai sebuah Pranata Ilahi.
Perkembangan ini berpuncak pada perumusan ensiklik mystici corporis Christi pada 1943.
Namun pernyataan ini tidak meninggalkan eklesiologi yang mendahuluinya, ensiklik ini
menghianati suatu identifikasi tak bersyarat dari tubuh mistik Kristus dengan Gereja Katolik
Roma yang empirik. Situasinya pada hakikatnya nya tidak berbeda di kalangan Ortodoks Timur.
Kaum Protestan pada pihak lain kecuali kaum anglikan dan sejumlah lutheran cenderung

15
mempunyai pandangan yang rendah tentang gereja. Akan tetapi perlahan-lahan muncul
pergeseran yang dasariah dalam persepsi-persepsi mengenai hubungan antara gereja dan misi
baik dalam Katolik dan protestanisme sedemikian rupa sehingga mod Man dapat mengatakan
kini salah satu getaran yang paling kuat menuju pembaruan konsep teologis tentang gereja
datang dari teologi misi.

Misi Sebagai Missio Dei

Secara keseluruhan pengaruh Barth sangat menentukan yang di mana dia dapat disebut
sebagai eksponen yang jelas pertama tentang sebuah paradigma teologis baru yang secara radikal
meninggalkan pendekatan pencerahan terhadap teologi, pengaruhnya terhadap pemikiran misi
mencapai puncaknya pada konferensi IMC di willingen pada tahun 1952. Disinilah gagasan
Missio Dei pertama kali muncul dengan jelas yakni misi dipahami berasal dari hakikat Allah
sendiri. Gambaran willingen tentang misi adalah misi sebagai partisipasi dalam pengutusan oleh
Allah. Misi kita tidak mempunyai kehidupannya sendiri hanya di dalam tangan Allah yang
mengutus lah misi dapat benar-benar disebut misi khususnya karena inisiatif misioner itu datang
dari Allah sendiri. Willingen mengakui hubungan yang erat antara missio Dei dan misi sebagai
solidaritas dengan Kristus yang menjelma ada disalibkan. Semenjak saat itulah pemahaman
tentang misi Allah telah dirangkul praktis oleh semua aliran Kristen yang pertama oleh
protestanisme yang konsiler tetapi belakangan juga kelompok-kelompok gereja yang lainnya
seperti Ortodoks Yunani dan banyak diantara kaum injili. Paham ini pun didukung dalam teologi
misi Katolik terutama dalam beberapa dokumen dari Konsili Vatikan 2. Missio Dei mempunyai
konsekuensi-konsekuensi penting. Misi dalam bentuk tunggal tetap merupakan yang utama misi-
misi dalam bentuk Floral merupakan sesuatu yang muncul daripadanya.

BAB 13

MISI DALAM BERBAGAI CARA APAKAH SEMUANYA ITU MISI?

Wajah Gereja di dalam Misi

1. Penjelmaan, gereja-gereja protestan, pada umumnya ketinggalan dalam teologinya tentang


penjelmaan. gereja gereja timur, Katolik Roma, dan anglikan telah selalu menanggapi
penjelmaan dengan cara yang jauh lebih serius meskipun gereja timur cenderung untuk

16
memusatkan perhatian pada penjelmaan dalam konteks eksistensi asal-usul Kristus. Namun,
dalam tahun-tahun belakangan ini teologi pembebasan lahan yang secara jauh lebih eksplisit
daripada yang sudah sudah memandang misi Kristen dalam pengertian Kristus yang menjelma,
Yesus yang manusiawi dari nazaret yang dengan letih menempuh jalan jalan berdebu di Palestina
di sana ia menunjukkan belas kasih-nya kepada orang-orang yang marginal .

2.Salib: ungkapan kahler, yang baru saja dikutip menunjukkan perhatian yang berlebihan dari
gereja barat Katolik dan protestan dengan penderitaan dan pembebasan Yesus. Tanpa
memasukkan percakapan tentang doktrin perdamaian, cukuplah kiranya bila dikatakan bahwa
tampaknya pandangan seperti itu memang mempunyai sebuah dasar alkitabiah menurut ucapan-
ucapan seperti Markus 10 ayat 45 dan beberapa ucapan Paulus orang dapat menyimpulkan
bahwa bagi banyak orang di kalangan gereja mula-mula Kristus adalah tempat pengorbanan baru
yang menggantikan bait suci.

3. Kebangkitan. di kalangan gereja-gereja timur, kebangkitan Kristus lah yang dipandang sebagai
peristiwa penyelamatan Allah yang par excellence . Karena itu temannya disusun kembali dan
diubah menjadi Kristus yang tersalib dan bangkit menentang kekuasaan manusia. campur tangan
kaum ortodoks sungguh tepat titik kematian Yesus pada salib akan tetap tidak bermakna tanpa
adanya paskah sebagai pembelaan atas Yesus. Salib dan kebangkitan tidaklah seimbang satu
dengan yang lain kebangkitan mempunyai keunggulan dan kemenangan atas salib. kesimpulan
yang paling umum dari berita misioner gereja mula-mula ialah bahwa mereka memberikan
kesaksian atas kebangkitan Kristus. Ini adalah berita sukacita pengharapan dan kemenangan,
buah sulung dari kemenangan akhir Allah atas sang musuh.

4. Kenaikan. kenaikan terutama sekali adalah lambang bagi penobatan Kristus yang tersalib dan
bangkit kini ia memerintah sebagai raja. Dan dari perspektif pemerintahan Kristus masa kini
inilah kita memandang ke belakang, pada salib dan pada kubur kosong dan ke depan pada
penggenapan segala sesuatu. sejarah keselamatan tidaklah bertentangan dengan sejarah duniawi.

5. Pentakosta. gerakan pentakosta dan karismatik cenderung memandang peristiwa pentakosta


sebagai perbuatan Allah yang par excellence. sebagian bahkan akan mengatakan bahwa setelah
sebuah ra dalam sejarah gereja dimana tekanannya diberikan kepada Allah bapak, yang diikuti
oleh era lah anak, gini khususnya sejak permulaan abad ke-20 kita telah memasuki era roh.

17
Kelemahan

Buku ini memang bagus untuk dibaca tapi karena perlu di revisi ulang, mungkin karena
terjemahan itu sehingga membuat kata-kata yang terdapat di dalamnya sukar dipahami. buku ini
juga terlalu tebal sehingga sulit untuk di bawa, dan kualitas sampul yang terlalu sove mudah
rusak. Dadalam beberapa judul teori-teori yang di sajikan terlihat sangat kurang mendalam
makna tulisan. Penulis lebih banyak memberikan pembahasan dan kurang dalam memberikan
solusi.

Kelebihan

Buku ini sangat baik untuk di bahas terkhusus untuk mahasiswi teologi. Buku ini di
tulisnya denagn tujun agar misi Kristen dapat di Transformasi kan di masa sekarang. Buku ini
dapat membantu orang lain dalam memahami masyarakat yang majemuk dan mampu
membimbing kita dalam memberitakan kebenaran dan menelusuri tiap tradisi Kristen untuk
memahami bagaimana gereja di samping abad memahami cara Allah menyelamatkan dan
bagaimana umat manusia seharusnya menagapinya. Buku yang berjumlah 849 halaman ini
mencakup banyak hal berteologi. Tapi peresensi mengapresiasi buku ini karena buku ini telah
mengulas bagaimana transformasi misi mulai dari hal yang tradisional sampai kepada pasca-
modern.

18

Anda mungkin juga menyukai