Anda di halaman 1dari 6

RELUNG HATI

Oleh
Mia Nurnajiah

Ig: mianurnajiah

Sebelum saya menceritakan tentang hikmah yang tertulis


dalam Al-Qur’an, saya ingin bercerita tentang pertemuan saya
dengan sebuah mushaf yang menemani kemana saya pergi
hingga seperti sahabat. Saya teringat Al-Qur’an yang dapat
memberikan syafaat di hari kiamat sehingga saya ingin
mendekat pada Al-Qur’an. Sahabat ini mengisi relung hati
saya saat saya memulai pencarian jati diri. Saat pergi bersama
orang tua ke toko buku tahun 2007, saya teringat harus
membeli Al-Qur’an yang dapat saya bawa kemana pun saya
pergi. Saya membelinya dengan uang saku saya sendiri. Saat
itu, saya duduk di kelas XI SMA. Saya memilih Al-Qur’an
wanita berwarna merah muda yang disertai dengan
terjemahan. Saya jatuh hati padanya. Saya sekolah di sekolah
Islam sehingga kegiatan di sekolah membuat saya dekat
dengan Al-Qur’an, termasuk kegiatan menghapalnya. Saya
selalu menandai Al-Qur’an dengan stiker bening apabila ada
arti Al-Qur’an yang dapat dijadikan hikmah dan semangat
untuk kehidupan saya.
Saat kuliah, saya selalu membawa Al-Qur’an kemana pun
saya pergi, selain ke toilet. Saya gunakan waktu untuk
membaca Al-Qur’an dan meresapinya saat selesai salat,
menunggu dosen, dan rapat organisasi. Saya targetkan saya
membaca satu juz per hari. Ada tanda kasih yang Allah
berikan melalui mushaf ini. Saat saya sedang berjamaah
sepulang mengerjakan kegiatan kampus, saya salat di masjid
terdekat kosan saya. Sebelum salat, tidak biasanya saya
mengeluarkan leptop dan Al-Qur’an dari tas. Saat sujud, ada
sekelibat suara srek yang dilanjutkan dengan suara motor
yang bergegas pergi. Ketika saya bangun dari sujud, dalam
keadaan masih menunaikan salat, saya mendapati tas saya
sudah tidak lagi ada di tempatnya. Ya, ada seseorang yang
mengambil tas saya. Pikiran saya bercampur aduk saat
melanjutkan salat. Antara percaya dan tidak percaya. Dalam
waktu sekian detik yang ada menjadi tiada. Saya bersyukur
Al-Qur’an dan leptop saya tidak hilang karena sudah saya
keluarkan sebelumnya. Mereka berdua selamat dari pencurian.

Pengalaman selanjutnya saat saya berada dalam bus


jurusan Bandung-Merak. Saya meninggalkan Al-Qur’an saya
di bus setelah membacanya. Saat tersadar, rasanya seperti ada
relung hati yang hilang. Saya berusaha mencari, menelpon
pihak bus, dan melaporkan jadwal keberangkatan bus saat itu.
Mungkin pihak bus menganggap itu hanya sebuah Al-Qur’an,
bukan benda berharga yang layak dicari. Tentu tidak, itu
adalah sahabat saya yang menemani kemana saya pergi. Yang
ketika saya bingung dengan ujian hidup, saya akan salat,
berdoa, memejamkan mata, dan membuka ayat secara acak.
MaasyaAllah, saya selalu menemukan jawaban permasalahan
saya dalam Al-Qur’an. Sudah banyak stiker panah untuk
menandakan terjemahan yang saya garis bawahi. Akhirnya
ada seseorang yang membawanya dan mengubungi saya lewat
pesan singkat di handpone. Ia turun setelah saya. Ia adalah
teman berbincang saat saya di bus. Kebetulan saya menaruh
nomor hp dalam Al-Qur’an saya. Alhamdulillah, memang
betul, jika sudah rezeki ia tidak akan pergi kemana.

Saya menikah saat kuliah dan menjalani hubungan jarak


jauh dengan suami saya. Kegiatan bersama Al-Qur’an mulai
berkurang karena kesibukan menjalani koas di rumah sakit
dan mengurus anak saya yang masih 3 bulan sendirian.
Sejatinya alasan ini bukanlah pembenaran karena kita yang
meluangkan waktu untuk Al-Qur’an, bukan Al-Qur’an yang
mengisi waktu luang. Saat saya membawa anak saya untuk
ikut dinas ke daerah, saya membaca ALQur’an dalam mobil
travel. Saya taruh di saku mobil tersebut setelahnya. Saya
memang pelupa. Selama dinas di daerah bukittinggi, saya
masih disibukan dengan tugas sebagai dokter muda di bangsal
saraf. Kesibukan dunia telah melalaikan saya dari membaca
Al-Qur’an. Saya lupa saat saya meninggalkan Al-Qur’an di
mobil travel teresebut. Saya membaca Al-Quran beberapa kali
dari handpone dan tidak sadar dengan Al-Qur’an yang
tertinggal sekian lama . Setelah seminggu, saya baru
menyadari saya kehilangan Al-Qur’an. Sesal tiada guna. Saya
menghubungi administrasi kantor travel tersebut dan ia bilang
tidak ada. Padahal sebelumnya saya menelpon supir travel
katanya ada di kantor. Saya sungguh merasa kehilangan dan
menyesal. Saya tidak lagi banyak berinteraksi dengan Al-
Qur’an yang selama ini menemani saya kemana pergi. Ia
pergi dengan sendirinya, setelah saya tidak dapat menjaganya.
Saya pun menunggu ada yang menghubungi saya selama 5
tahun ini. Ia pergi. Sahabatku yang mengisi relung hati ini
telah pergi. Itu perasaan saya saat tidak mengetahui
keberadaan Al-Qur’an yang saya bawa kemanapun saya pergi
selama 7 tahun. Setiap mengingat kejadian tersebut saya terus
beristigfar karena saya telah menjauhi Al-Qur’an hingga ia
pergi bersama pemilik yang baru.

Sekarang waktunya saya bercerita tentang hikmah Al-


Qur’an yang selama ini saya pegang sebagai pedoman hidup.
Salah satu contohnya ada pada QS. Al-Baqarah ayat 45
tentang sabar dan salat. Menurut saya, kesabaran ini sifatnya
abstrak. Dia tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata dan
hanya bisa dijalani tanpa batas. Bagi saya yang emosional,
sulit sekali menjalani suatu ujian dengan sabar. Saya tidak
tahu apakah saat diuji saya sudah bersikap sabar atau belum.
Siapa sih di dunia ini yang bisa lepas dari ujian? Sabar itu
mahal sehingga berhadiah surga. Kalau sabar itu mudah,
hadiahnya cuma permen. Hehe

“Jadikanlah sabar dan salat menjadi penolongmu .Dan


sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45)

Hikmah kedua yang saya pegang adalah tentang kedekatan


Tuhan dengan kita. Sebesar apapun masalah kita di dunia,
bagi Allah sangat mudah menyelesaikannya. Hanya
pandangan Allah itu jauh ke depan. Mungkin kita tidak akan
menerima jawaban yang Allah berikan atas ujian kita saat itu,
tapi kita akan besyukur di kemudian hari. Percayalah, Allah
tidak pernah menyalahi janji bahwa Allah sangat dekat dan
selalu ada untuk hamba yang terus berusaha, sabar, dan
berdoa.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya. Kami lebih
dekat daripada urat lehernya.” (Qs. Qaf:16)

Anda mungkin juga menyukai