Anda di halaman 1dari 6

URGENSI ROLE MODEL GURU DALAM PEMBENTUKAN SISWA

BERKARAKTER DENGAN 5M

Imam Syahrobani
Email: imamsyahrobani@unisa.ac.id
Universitas Islam Al-Ihya Kuningan

ABSTRAK
Model Peran (role model) merupakan faktor yang berpengaruh dalam menentukan
seseorang berkarakter. Pentinganya role model bagi guru adalah sebuah
keniscayaan jika ingin membentuk karakter siswa. Siswa harus bisa melihat dan
merasakan role model dari guru untuk dijadikan acuan bagi mereka untuk
membentuk karakter masing-masing. Tahapan untuk membentuk role model bagi
guru adalah melalui tahapan 5M. Metode penulisan ini adalah kajian Pustaka.
Dari hasil kajian Pustaka dapat diketahui bahwa tidak mungkin seorang guru bisa
membentuk siswa berkarakter, sebelum guru itu sendiri harus mempunyai role
model.
Keyword : Role Model, siswa karakter

ABSTRACT
Role models (role models) are factors that influence in determining a person with
character. The importance of role models for teachers is a necessity if you want to
shape student character. Students must be able to see and feel the role model of
the teacher to be used as a reference for them to shape their respective
characters. The stages for forming a role model for teachers are through the 5M
stages. This writing method is literature review. From the results of literature
review it can be seen that it is impossible for a teacher to form student characters,
before the teacher himself must have a role model.
Keyword: Role Model, student character

1
PENGANTAR
Pendidikan merupakan hak bagi warna negara Indonesia. Tidak terkecuali. Karena
Pendidikan merupakan sarana penting supaya Pendidikan berkualitas dan
berkarakter. Pada pasal 3 UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam membentuk Pendidikan
karakter, kita membutuhkan role model/keteladanan yang baik supaya nilai yang
diterima mudah diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak ada role
model dalam gambaran siswa, baik itu dari orang tua atau gurunya di Sekolah,
sangat sulit menghasilkan output yang berkualitas dan sesuai dengan harapan
tujuan Pendidikan nasional Bangsa Indonesia. Maka harus ada upaya dan
Langkah-langkah sistematis dan terukur dalam menciptakan role model yang
berkarakter, supaya hasilnya dirasakan oleh masyarakat, agama dan bangsa.

PEMBAHASAN
Urgensi
Urgensi menjadi kata yang sering kita dengar sehari-hari, baik dalam percakapan
lisan maupun tulisan. Namun apa sebenarnya arti dari urgensi tersebut?
Menurut KBBI, urgensi adalah keharusan yang mendesak; hal yang sangat
penting. Tidak hanya sekadar penting, tapi lebih dari makna penting itu sendiri.
Misalkan urgensi Pendidikan tauhid bagi anak. Artinya Pendidikan tauhid itu
sangat penting sekali bagi anak didik, sebab jika tidak belajar tauhid yang benar,
maka perbuatan sehari-harinya khawatir terjerembab dalam dosa dan kejahatan.
Contoh lain adalah urgensi budaya tata tertib lalu lintas di tol. Artinya budaya tata
tertib itu mendesak dan sangat penting dilakukan agar mengurangi jumlah
kecelakaan dijalan.

Role Model
Dalam teori kepemimpinan, arti kata sederhananya adalah teladan. Sedangkan
menurut Wikipedia, role model adalah “​person who serve as an example, whose
behavior is emulated by others”​ atau seseorang yang memberikan teladan dan
berperilaku yang bisa diikuti oleh orang lain.

Karakter
Menurut Hornby dan Parnwell (1972:49), pengertian karakter secara harafiah
berarti, “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.
Sedangkan menurut M. Furqon Hidayatullah (2010:13), karakter adalah kualitas
atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang
merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong atau penggerak, serta
yang membedakan dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter
ketika orang tersebut telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.
Menurut kamus bahasa Indonesia Purwadarminto, karakter diartikan sebuah

2
tabiat, watak, sifat–sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari orang lain. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya dan adat istiadat. Karakter merupakan sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Jadi, karakter
adalah hasil dari proses Pendidikan yang bertujuan menciptakan nilai-nilai luhur
dan berbudi pekerti.

Pembentukan siswa berkarakter


Adalah upaya untuk membentuk kepribadian siswa mempunyai karakter yang
kuat, yang siap bersaing di kehidupan modern ini. Sebab, orang yang mempunyai
tingkat IQ(Intelegensi Quotient) tinggi akan kalah bersaing dengan orang yang
mempunyai tingkat EQ (Emosional Quotient) tinggi. Begitupun juga orang yang
mempunyai tingkat EQ tinggi, akan kalah dengan orang yang mempunyai tingkat
SQ (Spiritual Quotient) tinggi.
Namun untuk mengaplikasikannya, membutuhkan proses yang tidak sebentar.
Butuh kesabaran dan keuletan yang kuat dalam proses tersebut. Dan salah satu
indikator sukses siswa berkarakter adalah dengan adanya Role Model dari guru
yang bisa menggambarkan Nilai/Value dari ilmu yang diterima oleh peserta didik.

Karakter menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan seseorang, karena bisa
mempengaruhi kesukseskan dimasa depan. Jika kita ingin melihat role mode
sesungguhnya adalah ada pada dalam diri Muhammad Rasulullah SAW. Beliau
jelas-jelas adalah role model dalam segala hal. Allah SWT berfirman yang
artinya, “ Sungguh telah ada dalam diri Rasulullah, suri teladan yang baik.” (QS
Al-Ahzab : 21).

Rasulullah disebutkan sebagai AL-Quran berjalan. Karena beliau lah


kesempurnaan Akhlak, baik dari segi apapun. Perkataan dan perbuatan beliau
sellau dijadikan rujukan bagi siapapun, walaupun bebeda kenyakinan. Beliau
mempunyai budi pekerti yang agung sampai-sampai Michael H. Hart dalam
bukunya 100 orang yang paling berpengaruh di Dunia salah satunya adalah
menempatkan Muhammad SAW dalam posisi nomor 1 diantara tokoh-tokoh lain.
Walaupun penulisnya sendiri adalah bukan agama Islam. Ini juga dianggap salah
satu bukti betapa Rasulullah SAW adalah suri tauladan yang baik.

Jika ingin mempunyai siswa berkarakter, maka hendaklah gurunya harus bisa
menjadi role model untuk dijadikan acuan siswa. Sangat mustahil jika guru itu
sendiri melalaikan hal ini.

Diantara upaya untuk membentuk role model bagi para guru bisa disingkat
melakukan Tahapan 5M. Tahapan ini dianggap sangat efektif untuk menciptakan
role model.

Pertama, menyadari pentingnya berkarakter.

3
Menyadari menjadi guru berkarakter adalah menjadi manusia seutuhnya. Tanpa
kita menyadari bahwa hal itu sangat urgen dalam kehidupan kita, maka kita tidak
akan pernah berusaha untuk menjadi guru berkarter. Karakter baik akan
membantu kehidupan manusia, mempunyai karakter ramah dan sopan akan bisa
menciptakan situasi yang terkendali jika ada konflik baik itu konflik kecil maupun
besar. Karakter peduli dan menolong akan memperbesar kebahagian dari sisi
pandang lain, karena semakin kita peduli dan menolong orang, maka semakin
besar pula hormone kebahagiaan. Karena dalam agama maupun budaya secara
fitrah, peduli dan menolong orang adalah sebuah kebajikan yang sangat besar.
Apalagi disaat zaman sekarang yang egois dan tidak peduli dengan orang lain.
Mempunya karakter memahami dan tenggang rasa akan menjadikan kita sebagai
makhluk sosial akan kuat dan kokoh, karen saling memahami. Itulah
contoh-contoh betapa pentingnya karakter dalam kehidupan kita. Bagaimana
jadinya jika kita tidak mempunya karakter-karakter diatas? Sudah pasti akan
menimbulkan perpecahan, permusuhan, saling balas dendam, saling mengejak,
dll.

Kedua, mengembangkan karakter dalam dirinya.


Setelah kita memahami betapa pentingnya karakter bagi guru dan bagi kita semua,
saatnya melangkah ke tahap kedua, yaitu mengembangkan karaktrer dalam
dirinya.
Harus sadar sepenuhnya bahwa karakter itu suatu hal yang tidak bisa ada secara
tiba-tiba. Berawal dari hal-hal kecil yang terkadang terasa tidak ada manfaatnya,
tapi jika terus menerus berpacu dengan waktu, ada sesuatu hal tersebut akan besar
dan bisa membuat sejarah yang besar bagi kehidupan kita. Diantara buku-buku
tentang hal ini banyak, salah satunya adalah karya James Clear berjudul atomic
habits. Penulis menjelaskan dengan gamblang tentang pembentukan karakter
-yang Bahasa penulis disebut identitas- dari hal-hal yang kecil dan terasa remeh,
namun membawa perubahan yang sangat besar. Pilihlah karakter-karakter yang
utama yang akan dikembangkan pertama kali. Pertajam karakter-karakter itu
sehingga Ketika sudah cukup, bisa mengambil penajaman karakter-karakter yang
lain. Berfokuslah kepada system pengembangannnya, bukan kepada hasil
akhirnya. Sebab banyak orang yang berhenti mengejar hasil, dikarenakan merasa
tidak kuat untuk mencapainya.

Ketiga, mengamalkan secara konsisten karakter yang baik tersebut dalam


keseharian.
Konsisten adalah kunci dalam proses. Konsisten seperti bahan bakar bensin
kendaraan. Sebagai apapaun kendaraanya, tapi tidak bisa jalan karena tidak ada
bahan bakar bensinnya. Konsisten dalam membentuk karakter itu harus terus
dilakukan tiap hari dan siapkan evaluasi setiap akan tidur. Berkonsisten itu sangat
penting, karena kita akan melawan pikiran kita. Dalam buku The 5 Second, Mel
Robbins mengatakan bahwa pikiran itu tidak suka kepada perjuangan dan kerja
keras, ia hanya suka kepada santai, bermalas-malasan; maka terkadang Ketika
akan melakukan perbuatan baik, pikiran akan membisikan sesuatu yang intinya
tidak usah melakukan itu. Karena pikiran menjadi musuh bagi perjuangan untuk
konsisten, maka ada upaya untuk menekan itu. Salah satunya adalah Reward dan
Punishment. Dua hal ini adalah sebagai respon atau perbuatan kita. Reward

4
sebagai apresiasi/penghargaan atas capaian hari ini. Jika ternyata tidak melakukan
perbuatan yang ditetapkan, maka kita perlu melakukan punishment atau hukuman
untuk diri karena tidak mengerjakan hal itu. Ini betujuan agar kita perpikir
kembali betapa alasan-alasan itu hanyalah nafsu dan rasa malas saja.

Langkah yang keempat ialah memberikan contoh (teladan) kepada


orang lain.
Karakter yang telah terbentuk tidak mempunyai nilai apapun sebelum karakter itu
kemudian menjadi teladan bagi orang lain. Maka, berikanlah teladan/contoh baik
dalam suatu hal, dan lakukan itu terus menerus. Jangan menunggu pujian dari
orang lain. Tugas kita adalah memberikan teladan, bukan menunggu pujian orang
lain. Konsisten dalam hal itu dan nanti akan terlihat efek positifnya.

Langkah yang kelima adalah mengajak masyarakat untuk menyadari dan


mengembangkan karakter yang baik.
Setelah kita berikan teladan/contoh terus menerus, saatnya untuk mengajak
masyarakat dengan pelan-pelan dan lembut untuk mengembangkan
karakter-karakter tersebut. Ajarkan pula Langkah demi Langkah 5M dengan pasif
dan kosisten. InsyaAllah 5M itu akan meningkatkan dan menciptakan
karakter-karakter bagi siapapun terutama bagi seorang guru sehingga siswa bisa
melihat guru itu sebagai role model pengembangan sehingga bisa mengarahkan
dan menciptakan siswa berkarakter.

KESIMPULAN
DIkarenakan guru sebagai ujung tombak Pendidikan, maka kualitas guru harus
dikembangkan. Alih-alih ingin membentuk siswa berkarakter, maka ciptakanlah
karakter guru terlebih dahulu agar bisa menjadi role model bagi siswa.
Mempersiapkan karakter-karakter itu tidak mudah membalikan setengah tangan,
tapi sangat bisa diciptakan melalui metode 5M.

5
REFERENSI

(n.d.). ​https://kbbi.web.id/urgensi
Widiastuti, H. (2012). Peran Guru Dalam Membentuk Siswa Berkarakter.
Riyanto, E. IMPLEMENTASI KARAKTER BUILDING DI ERA
MILENIAL PADA PESERTA DIDIK. ​IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
AGAMA DAN PENDIDIKAN KARAKTER,​ 1.
Hart, M. H. (2009). 100 Orang Paling Berpengaruh di Dinia Sepanjang
Sejaran. PT Mizan Publika.
Pasiak, T. (2008). Revolusi Iq/eq/sq. PT Mizan Publika.
Huda, S. N., & Afrina, F. (2020). Rasulullaah Sebagai Role Model Bagi
Pendidik (Kajian Terhadap Al-Qur’an Surah Al-Ahzab Ayat 21). Fitrah:
Journal of Islamic Education, 1(1), 72-88.
Dalyono, B., & Lestariningsih, E. D. (2016). Implementasi penguatan
pendidikan karakter di sekolah. Bangun Rekaprima: Majalah Ilmiah
Pengembangan Rekayasa, Sosial dan Humaniora, 3(2, Oktober), 33-42.
Gunawan, H. (2012). Pendidikan karakter. Bandung: Alfabeta, 2.
Wakhudin, W. (2018). Menjadi Guru Berkarakter: Meneladani
Kepemimpinan Drs. H. Ajat Sudrajat, MM Pd. dalam Membangun
Sekolah Berkualitas. MIMBAR PENDIDIKAN, 3(2), 169-188.
Setiawan, D., & Sitorus, J. (2017). Urgensi tuntutan profesionalisme dan
harapan menjadi guru berkarakter (Studi kasus: Sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama di Kabupaten Batubara). Cakrawala Pendidikan, (1),
122-129.
Kosim, M. (2012). Urgensi pendidikan karakter. KARSA: Journal of
Social and Islamic Culture, 19(1), 84-92.
Clear, J. (2018). Atomic Habits: The life-changing million copy bestseller.
Random House.
Robbins, M. (2017). The 5 second rule: Transform your life, work, and
confidence with everyday courage. Simon and Schuster.

Anda mungkin juga menyukai