Anda di halaman 1dari 20

TRUNOJOYO AGROINDUSTRIAL TECHNOLOGY EVENT 2021

NORI ARTIVISIAL DAUN SINTRONG (Crassocephalumcrepidioides)


SEBAGAI RODUK PANGAN FUNGSIONAL SUMBER VITAMIN B2,
KALSIUM DAN ZAT BESI

Diusulkan oleh:
1. Wildan Zahrul Faqih
2. Fefi Utami
3. Rizqi Ayu Wulandari

SMAN 1 DONGKO
TRENGGALEK
TAHUN 2021
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vitamin B2 atau riboflavin adalah suplemen untuk mencegah dan
mengatasi kekurangan (defisiensi) vitamin B2. Vitamin B2 bekerja bersama
vitamin B lain untuk menjaga kesehatan kulit,saraf,mata,dan sel darah merah.
Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi
metabolisme tubuh,penghubung antar saraf, kerja jantung,dan pergerakan otot.
Suatu zat dalam tubuh manusia yang erat dengan ketersediaan jumlah darah
yang diperlukan adalah zat besi. Dalam tubuh manusia zat besi memiliki
fungsi yang sangat penting,yaitu untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan mengangkut electron didalam proses pembentukan energi di
dalam sel.

Nori umumnya adalah makanan berupa rumput laut yang dikeringkan


berbahan baku rumput laut merah jenis Porphyra yang dapat ditambahkan
bumbu didalamnya seperti Ajitsuke Nori. Masyarakat Jepang telah
mengkonsumsi Nori sejak abad ke-8. Konsumen Nori tertinggi adalah Negara
Jepang yaitu sebesar 75% dari total produksi rumput laut). Jepang, China dan
Korea adalah negara penghasil nori terbesar saat ini, ditunjukkan oleh data
total hasil produksi nori mencapai 2 milyar lembar per tahun. (sumber : kuda
et al (2004), diakses 21 oktober 2021)

Nori adalah makanan yang dikonsumsi setelah dikeringkan dan


dipanggang. Sebutan nori di China adalah Hattai, di Korea nori dikenal
dengan sebutan Kimatau Gim, selain itu nori juga memiliki istilah lain yaitu
Edible Seaweed. Nori digunakan sebagai pembungkus Sushi (Makisuzi) dan
bola-bola nasi (Onigiri) serta makanan khas Jepang lainnya. Selain dapat
dikonsumsi langsung sebagai makanan ringan (Snack), nori juga digunakan
sebagai hiasan dan penyedap berbagai macam masakan Jepang, misalnya
pemberi rasa pada pengolahan mie dan sup, serta lauk sewaktu makan nasi dan
biasanya ditambahkan kedalam makanan ringan dan renyah seperti Senbei.
Nori daun sintrong adalah produk olahan yang dibuat dengan cara
pengeringan seperti pembuatan kertas. Nori daun sintrong diolah dari bahan
baku daun sintrong dengan penambahan tepung terigu, tepung maizena dan
sedikit bumbu penyedap. Sehingga membuat tekstur dari nori goreng menjadi
lebih renyah dan gurih dibandingkan dari nori yang biasanya ada dipasaran.
Produksi daun sintrong yang melimpah dan banyak ditemukan disekitar kita,
sehingga kelompok kami memanfaatkan daun sintrong agar memiliki nilai jual
di pasar dengan mendiversifikasi menjadi nori daun sintrong dan juga
masyarakat bias lebih mengenal manfaat dari daun sintrong itu sendiri. Selain
itu nori daun sintrong tidak beraroma amis seperti nori pada umumnya karena
bahan baku yang digunakan yaitu dari daun sintrong bukan dari rumput laut
yang pada umumnya. Dikarenakan proses pengolahan daun sintrong yang
masih terbatas dengan didukung banyaknya kandungan gizi serta manfaat
yang dimiliki daun sintrong. Maka dilakukan suatu modifikasi produk atau
diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai ekonomis daun sintrong,
meningkatkan daya simpan produk dari daun sintrong, dan untuk menarik
banyak peminat yang khususnya dikalangan anak muda dan anak-anak yaitu
dengan pembuatan nori cassava leaves.

1.2 Identifikasi atau Rumusan Masalah


1) Kurangnya pemanfaatan daun sintrong sebagai bahan pangan sumber
vitamin B2, kalsium dan zat besi, yang banyak dijumpai di lingkungan
sekitar.
2) Kurangnya wawasan masyarakat mengenai manfaat dari daun sintrong.
3) Seberapa besar potensi pengembangan produk olahan makanan ringan
dari daun sintrong yaitu nori daun sintrong sebagai makanan ringan
yang bergizi tinggi dengan harga yang terjangkau seluruh lapisan
masyarakat.

1.3 Batasan Masalah


Pada penelitian ini, permasalahan akan dibatasi pada pengembangan produk
olahan makanan ringan dari daun sintrong yang tersedia secara melimpah di
lingkungan sekitar kita, yakni nori daun sintrong. Diharapkan daun sintrong
dapat dikembangkan menjadi bahan pangan fungsional sumber vitamin B2,
kalsium dan zat besi, yang dapat dikonsumsi masyarakat dengan harga
terjangkau.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
1) Memanfatkan daun sintrong menjadi suatu produk olahan
makanan ringan yang bernilai jual dan dapat menjadi sumber
vitamin B2, kalsium dan zat besi.
2) Memperkenalkan kepada masyarakat tentang pemanfaatan
daun sintrong yang umumnya dijadikan sebagai pelengkap
hidangan seperti lalapan, juga bisa diolah menjadi produk
olahan seperti nori daun sintrong.
1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan citra dari daun sintrong, yang umumnya


dijadikan sebagai pelengkap hidangan makanan seperti lalapan,
bisa juga dijadikan camilan seperti nori dari daun sintrong,
yang bernilai jual dan dapat dikonsumsi masyarakat luas.
2) Meningkatkan wawasan masyarakat mengenai manfaat dari
daun sintrong sebagai bahan pangan sumber vitamin B2,
kalsium, dan zat besi.
Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nori
2.1.1 Pengertian Nori
Nori adalah nama dalam bahasa Jepang untuk bahan makanan berupa
lembaran rumput laut yang dikeringkan. Nori digunakan sebagai hiasan dan
penyedap berbagai macam masakan Jepang, lauk sewaktu makan nasi, dan
bahan makanan ringan seperti senbei. Bahan baku adalah alga jenis Porphyra
seperti Porphyra pseudolinearis Ueda yang dikenal sebagai Iwanori dan
Porphyra yezoensis UedaWalaupun warna tidak dapat dijadikan pegangan
kualitas, lembaran nori berkualitas tinggi umumnya berwarna hitam
kehijauan, sedangkan nori berkualitas lebih rendah berwarna hijau hingga
hijau muda.
Jepang, RRC, dan Korea merupakan produsen nori terbesar di dunia.
Di RRC, nori disebut sebagai hǎitái (海苔), dan di Korea disebut gim (김).
Korea terkenal dengan nori berbumbu minyak wijen, cabai, dan butiran
garam yang agak kasar sehingga berbau khas dan terasa agak pedas. .
(Sumber : Wikipedia, diakses tanggal 20 Oktober 2021)
2.1.2 Pembuatan Nori
a. Cara tradisional pembuatan Nori:
Rumput laut hasil panen ditumbuk sampai menjadi bubur.Bubur rumput
laut dilebarkan seperti kertas di atas papan.Nori dijemur di bawah sinar
matahari hinga kering.
b. Metode modern: Lembaran nori yang telah dipanen dibersihkan dari
kotoran dan penempel dengan menggunakan air laut. Setelah itu,
lembaran nori dibilas dengan air tawar bersih dalam sebuah wadah
penampungan. Setelah itu lembaran nori diletakan di atas papan
pemotong mekanik menjadi potongan yang berukuran 0,5 hingga 1 cm.
Potongan lembar nori ini selanjutnya dimasukan dalam sebuah wadah
(perbandingan nori:air = 1: 10) dengan maksud untuk membuat
campuran nori-air yang cukup homogen. Campuran potongan air-nori ini
selanjutnya ditebar ke dalam baki-baki stainless (30 x 15 cm). Bagian
alas baki memiliki lubang-lubang berukuran 0,2 - 0,5 mm berfungsi
untuk melewatkan/memisahkan air dari lembar nori secara merata pada
permukaan baki. Baki-baki berisi campuran air-nori kemudian
dikeringkan pada ruang pengeringan setelah airnya menetes habis.
Semua pekerjaan prosesing dilakukan dengan sistem ban berjalan.
Setelah kering, lembaran nori tipis ditempatkan pada papan pemotong
dan dipotong menjadi lembaran nori kering berukuran (7,5 x 5 cm).
lembaran nori kering yang telah dipotong kemudian dikemas dalam
plastik kedap dalam kemasan dus untuk dijual.
2.1.3 Kandungan Nutrisi Nori
Nori merupakan salah satu makanan yang memiliki kandungan
nutrisi tinggi. Kandungan protein nori mencapai 25-50 % berat kering,
lemak 2-3 % berat kering dan berbagai macam vitamin (Kayama et al.
1985). Kandungan protein dalam rumput laut berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim dan kondisi
lingkungan atau habitatnya. Porphyra mengandung protein sebesar 21-
47 g protein/100 g berat kering (Sumber : Ruperez dan Saura 2001
dalam Dawezynski et al. 2007, diakses tanggal 19 Oktober 2021).
Vitamin B12 dalam nori adalah sebesar 29 μg %. Kandungan
nutrisi yang cukup tinggi itulah yang menjadikan nori salah satu
makanan diet oleh masyarakat Jepang (Hiroyuki 1993).Nori juga
mengandung beberapa asam amino selain kandungan nutrisi yang
menguntungkan, diantaranya asam glutamat, glicine dan alanin yang
berperan dalam menciptakan rasa pada nori (Winarno 1996). Serat
makanan adalah salah satu kandungan terpenting dalam rumput
laut.Kandungan serat makanan atau dietary fibre dalam nori dan
wakame mencapai 34 % berat kering (Urbano dan Goni 2002).

2.2 Daun Sintrong


2.2.1 Karakteristik Daun Sintrong
Daun sintrong (Crassocephalum crepidioides) merupakan tanaman
yang berasal dari Afrika tropis, kini telah menyebar ke seluruh wilayah
tropika di Asia. Di Indonesia, gulma ini tercatat dijumpai pertama kali
di dekat Medan pada tahun 1926. Dari sini dibawa ke Jawa, dan
kemudian meliar dan menyebar ke seluruh Nusantara. Kerap ditemui di
tanah-tanah telantar yang subur, tepi sungai, tepi jalan, kebun-kebun
teh dan kina, terutama di bagian yang lembap, hingga ketinggian 2.500
m dpl, juga di sawah-sawah yang mengering. Sintrong merupakan
lalap yang digemari di Jawa Barat. Di Afrika, selain dimanfaatkan
sebagai sayuran, beberapa bagian tanaman sintrong juga digunakan
sebagai bahan obat tradisional, diantaranya untuk mengatasi gangguan
perut, sakit kepala, luka, dan lain-lain. Gulma ini juga dimanfaatkan
untuk pakan ternak (Napitulu & Hidayat, S. 2015 : 78)
Tanaman ini merupakan herba semusim sukulen dengan tinggi 30-250
cm dan bercabang banyak. Batangnya tebal berdaging dengan rusuk
yang cukup kuat. Daun tersusun berseling, berbentuk elip atau bulat
telur menyirip dengan lekukan-lekukan yang dalam dan bergerigi kasar
tidak teratur. Bunga mengumpul di ujung batang dengan tangkai
pendek berwarna violet. Biji kecil berwarna putih pada bagian
bawahnya, dilengkapi dengan banyak rambut yang panjangnya 0,8-2
cm. Bagian yang dapat dimanfaatkan yaitu pada daun yang
mengandung minyak asiri dan bisa dijadikan obat darah tinggi.

2.2.2 Kandungan Daun Sintrong Segar


Dikutip dari NilaiGizi.com berikut ini adalah beberapa kandungan gizi
dalam 100 gr daun sintrong yang dikonsumsi :

Kandungan Gizi Jumlah Persen Kebutuhan


Harian
Energi 36 kkal 1,67 %
Lemak total 0,90 g 1,34 %
Vitamin A 0 mcg 0%
Vitamin B1 0,03 mg 3%
Vitamin B2 0,20 mg 20 %
Vitamin C 3 mg 3,33 %
Karbohidrat total 6,10 g 1,88 %
Protein 2,60 g 4,33 %
Serat pangan 1,70 g 5,67 %
Kalsium 398 mg 36,18 %
Fosfor 95 mg 13,57 %
Natrium 64 mg 4,27 %
Kalium 444,40 mg 9,46 %
Tembaga 100 mcg 12,50 %
Besi 9,30 mg 42.27 %
Seng 0,40 mg 3.08 %
B-Karoten 10178 mcg -
Karoten total -
Air 88,50 g -
Abu 1,90 g -

Selain itu, batang dan daun sintrong juga mengandung beberapa kelompok senyawa fitokimia
yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Berikut ini merupakan daftar kelompok senyawa
fitokimia yang terkandung dalam batang dan daun sintrong.

Ekstrak Kelompok senyawa


teridentifikasi
Air Flavonoid
Metanol dan Air Fenol
Aseton, Metanol dan Air Oksalat
Metanol dan Air Tannin
Aseton, Metanol dan Air Saponin
Aseton,kloroform,Etil asetat,Metanol dan Air Phytate
Aseton,Kloroform,Metanol dan Air Asam Askorbat
Berdasarkan kandungan gizi tersebut, kandungan gizi utama dalam sintrong yaitu kelompok
senyawa fitokimia flavonoid karena telah banyak terbukti ampuh dalam memodifikasi reaksi
tubuh terhadap alergen, virus bahkan karsinogen (idnMedis.com:2021).
2.3 Kerangka Berpikir

Daun sintrong memiliki kandungan gizi berupavitamin B2,kalsium, dan zat besi.
Daun sintrong ini banyak tumbuh di tanah-tanah terlantar, sehingga belum dimanfaatkan
secara optimal. Pembuatan nori daun sintrong ini diharapkan dapat menjadi produk pangan
fungsional yang bergizi tinggi dan bernilai jual.

2.4 Hipoteis

Daun sintrong (Crassocephalum crepidioides) dapat diolah menjadi produk nori


artifisial dengan memberikan bahan pengikat yang akan menghasilkan produk nori dengan
sifat organoleptik mendekati produk nori rumput laut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di 2 (dua) tempat. Yang pertama, tahap pembuatan nori
artifisial daun sintrong yang dilaksanakan di rumah Fefi Utami di RT/RW 07/02
Dsn. Krajan Kec. Dongko. Dan kedua, tahap uji organoleptik terhadap nori
artifisial daun sintrong yang dilaksanakan di SMAN 1 Dongko dan lingkungan
sekitar sekolah.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 6 hari, tanggal 15 s/d 21 September 2021.
Penelitian pendahuluan selama 3 hari, tanggal 15 s/d 17 September 2021 dan
penelitian utama pada tanggal 18 s/d 21 September 2021.

3.2 Metode Penelitian


Pada penelitian ini digunakan metode eksperimen dengan mempraktekkan teknik
pengolahan yang paling sederhana dalam pembuatan nori.
Cara pembuatan nori artifisial daun sintrong pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
I. Penelitian pendahuluan pertama :
1. 100 gram daun sintrong dicuci dan direbus dengan air mendidih selama 3 menit
kemudian ditiriskan.
2. Daun sintrong rebus diblender dengan ditambahkan 500 ml air, 10 gram tepung
tapioka dan bumbu hingga halus. Pada penelitian ini menggunakan bumbu yang
terdiri dari : bawang merah, bawang putih, cabe rawit, garam, dan bubuk kaldu
ayam.
3. Adonan direbus hingga mendidih selama ± 2 menit.
4. Adonan didinginkan.
5. Adonan dipanggang dengan api kecil menggunakan teflon. Pemanggangan
dilakukan sedikit demi sedikit (1 takar : 1 sendok sayur kecil) hingga adonan
membentuk lembaran tipis dan menjadi kering.
6. Hasil yang diperoleh pada penelitian pendahuluan 1 ini memiliki tekstur yang
kurang memuaskan bila dibandingkan dengan produk nori rumput laut.
II. Penelitian pendahuluan kedua :
2 100 gram daun sintrong dicuci dan direbus dengan air mendidih selama 3 menit
kemudian ditiriskan.
3 Daun sintrong rebus diblender dengan ditambahkan 500 ml air, 10 gram tepung
maizena dan bumbu hingga halus. Pada penelitian ini menggunakan bumbu yang
terdiri dari : bawang merah, bawang putih, cabe rawit, garam, dan bubuk kaldu
ayam.
4 Adonan direbus hingga mendidih selama ± 2 menit.p
5 Adonan didinginkan.
6 Adonan dipanggang dengan api kecil menggunakan teflon. Pemanggangan
dilakukan sedikit demi sedikit (1 takar : 1 sendok sayur kecil) hingga adonan
membentuk lembaran tipis dan menjadi kering.
7 Hasil yang diperoleh pada penelitian pendahuluan 2 ini memiliki tekstur yang
menyerupai produk nori rumput laut.
III. Penelitian utama :
Pada penelitian utama, dibuat produk menggunakan komposisi bahan yang
sama dengan penelitian pendahuluan kedua.

3.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan uji organoleptik. Parameter pengamatan meliputi
warna, aroma, tekstur, dan rasa.
Tahap pertama dilakukan uji pembedaan berpasangan untuk mengetahui tingkat
perbedaan warna, aroma, tekstur, dan rasa antara nori artifisial daun sintrong sebagai
perlakuan dengan nori rumput laut sebagai kontrol. Pada tahap ini, pengamatan
dilakukan oleh peneliti dan tujuh orang siswa lain yang dilibatkan. Tabel pengamatan
sebagai berikut :
Tabel uji pembedaan berpasangan
Nori artifisial daun sintrong
Panelis
Warna Aroma Tekstur Rasa
P1 …s/d… Pn
Jumlah

Bila pengamatan terhadap parameter dianggap berbeda dengan kontrol maka diberi skor
1, bila dianggap tidak berbeda dengan kontrol diberi skor 0. Kemudian skor yang
diperoleh dari tiap parameter pengamatan dijumlah untuk dilakukan uji beda nyata pada
tingkat 5%, 1%, atau 0,1%.
Tahap kedua dilakukan uji tingkat kesukaan terhadap nori artifisial daun sintrong.
Jumlah panelis terdiri dari 10 orang guru (dewasa), 10 orang siswa (remaja), dan 10 anak
usia 6-10 tahun (anak-anak). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan panelis yang
dilibatkan bukanlah panelis terlatih dan untuk mengetahui rentang usia konsumen yang
dapat menerima produk. Tabel pengamatan sebagai berikut :
Tabel uji tingkat kesukaan (guru/siswa/anak)
Warna Aroma Tekstur Rasa
Panelis
S AS TS S AS TS S AS TS S AS TS
P1 …s/d… Pn
Jumlah
Keterangan :
S = Suka
AS = Agak Suka
TS= Tidak Suka

Bila pengamatan sesuai dengan tingkat kesukaan konsumen (Suka, Agak Suka, Tidak
Suka) maka diberikan skor 1 pada kolom yang telah disediakan. Jumlah perolehan skor
tiap parameter digunakan sebagai indikator untuk mendeskripsikan tingkat penerimaan
konsumen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pembuatan Nori Artifisial Daun Singkong


IV.1.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan pertama untuk mengetahui perlu tidaknya perlakuan
awal pada daun sintrong segar yang akan diolah menjadi nori. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa untuk membuat nori artifiasial daun sintrong, tidak dapat
digunakan sintrong mentah. Tetapi daun sintrong harus diberi perlakuan awal terlebih
dahulu, yakni dengan direbus selama ± 3 menit.
Penelitian pendahuluan kedua untuk mengetahui jenis bahan pengikat yang
dapat menghasilkan nori artifisial daun sintrong dengan tekstur yang mendekati nori
rumput laut. Hasilnya menunjukkan bahwa Perlakuan 1 memiliki tekstur mendekati
nori rumput laut, sedangkan Perlakuan 2 memiliki tekstur yang cenderung lembek .
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa bahan pengikat yang
baik untuk pembuatan nori artifisial daun sintrong adalah tepung maizena.
Pada penelitian utama dibuat produk menggunakan komposisi bahan dan tahap
pengolahan sesuai Perlakuan 2 pada penelitian pendahuluan kedua. Kemudian
dilakukan uji organoleptik terhadap nori yang dihasilkan. Pengujian pertama
ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan warna, aroma, tekstur, dan rasa
bila dibandingkan dengan nori rumput laut yang ada di pasaran. Pengujian kedua
ditujukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen. Hasil pengamatan pada uji
organoleptik dibahas secara rinci pada sub bab 4.3.
IV.1.2 Teknik Pengeringan pada Pembuatan Nori Artifisial Daun Sintrong
Pada penelitian ini, teknik pengeringan yang digunakan cukup sederhana. Yakni
dengan cara dipanggang di atas kompor menggunakan teflon sebagai media
penghantar panas sekaligus cetakan.
Dengan demikian apabila penelitian ini berhasil, diharapkan tidak akan
menemui kendala yang berarti saat disosialisasikan kepada warga masyarakat. Hal ini
mengingat daun sintrong dapat diperoleh dari lingkungan sekitar dengan jumlah yang
berlimpah dan belum memiliki nilai ekonomi sama sekali. Sehingga diharapkan nori
yang dihasilkan dapat diterima masyarakat sebagai lauk atau camilan bergizi tinggi.
Apabila dikembangkan untuk usaha, nori daun sintrong dapat dijual dengan harga
yang murah.
IV.1.3 Kandungan Gizi Nori Artifisial Daun Sintrong
Berdasarkan dasar teori disebutkan bahwa kandungan gizi daun sintrong segar
per 100 gram bahan adalah
Tabel 4.1 Kandungan Gizi dalam 100 gram daun sintrong segar
Kandungan Gizi Jumlah Persen Kebutuhan
Harian
Energi 36 kkal 1,67 %
Lemak total 0,90 g 1,34 %
Vitamin A 0 mcg 0%
Vitamin B1 0,03 mg 3%
Vitamin B2 0,20 mg 20 %
Vitamin C 3 mg 3,33 %
Karbohidrat total 6,10 g 1,88 %
Protein 2,60 g 4,33 %
Serat pangan 1,70 g 5,67 %
Kalsium 398 mg 36,18 %
Fosfor 95 mg 13,57 %
Natrium 64 mg 4,27 %
Kalium 444,40 mg 9,46 %
Tembaga 100 mcg 12,50 %
Besi 9,30 mg 42.27 %
Seng 0,40 mg 3.08 %
B-Karoten 10178 mcg -
Karoten total -
Air 88,50 g -
Abu 1,90 g -

Perlakuan awal terhadap daun sintrong segar (perebusan selama 3 menit) akan
mempengaruhi kandungan vitamin yang larut dalam air dan peka terhadap panas.
Terutama vitamin B1 dan C yang bersifat larut dalam air dan mudah rusak oleh panas.
Sedangkan vitamin B2 diharapkan masih dapat dipertahankan sebagian karena
bersifat tahan panas.
Dasar teori yang mendasari pemikiran tersebut di atas adalah bahwa vitamin
dikelompokkan ke dalam dua golongan utama yaitu vitamin larut dalam lemak yang
meliputi vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang larut dalam air yang terdiri dari
vitamin C dan B (Winarno, 1997:119). Dan dijelaskan lebih lanjut bahwa karakteristik
vitamin B1, B2, dan B3 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Vitamin B1, B2, dan B3


No Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3
.
1 Larut dalam air Larut dalam air Larut dalam air
2 Mudah rusak oleh Tahan panas Tahan panas
panas
3 Tidak tahan Tidak tahan terhadap Tahan terhadap
terhadap sinar, alkali sinar, alkali dan sinar, asam, alkali,
dan oksidasi, tetapi oksidasi, tetapi tahan dan oksidasi
tahan terhadap asam terhadap asam
Kandungan gizi selain vitamin (protein, karbohidrat, serat, dan mineral)
diharapkan masih dapat dipertahankan dengan baik karena sifatnya yang lebih stabil
terhadap air dan panas.
Dengan demikian, kandungan gizi tinggi nori artifisial daun sintrong yang
diharapkan adalah vitamin B2, mineral makro (kalsium), dan mineral mikro (zat besi).

IV.2 Pengaruh Penggunaan Daun Sintrong sebagai Bahan Pembuatan Nori


IV.2.1 Warna
Penggunaan daun sintrong sebagai bahan baku pembuatan nori, menghasilkan
produk nori berwarna hijau tua. Hal ini dinilai tidak menimbulkan masalah karena
nori rumput laut juga memiliki warna hijau tua.
IV.2.2 Aroma
Penggunaan daun sintrong sebagai bahan baku pembuatan nori, menghasilkan
produk nori dengan aroma khas daun sintrong, namun tidak menyengat. Aroma khas
daun sintrong yang cenderung kurang disukai ini bisa ditutup dengan penggunaan
bumbu.
IV.2.3 Tekstur
Penggunaan daun sintrong sebagai bahan baku pembuatan nori membutuhkan
bahan pengikat untuk bisa menghasilkan produk nori dengan tektur yang baik.
IV.2.4 Rasa
Penggunaan daun sintrong sebagai bahan baku pembuatan nori menghasilkan
produk nori dengan rasa khas daun sintrong. Namun rasa khas daun sintrong tidak
bersifat dominan sehingga dapat berpadu dengan bumbu dan menghasilkan nori
dengan rasa yang baik.

IV.3 Uji Organoleptik


IV.3.1 Uji Pembedaan Berpasangan
Data hasil uji pembedaan berpasangan terhadap sifat fisik organoleptik nori
artifisial daun sintrong secara terperinci disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.3 uji pembedaan berpasangan
Nori artifisial daun sintrong
Panelis
Warna Aroma Tekstur Rasa
Penguji 1 0 0 1 0
Penguji 2 0 1 1 0
Penguji 3 0 1 1 0
Penguji 4 0 1 1 1
Penguji 5 0 0 1 0
Penguji 6 0 0 1 0
Jumlah 0 2 6 1
Berdasarkan hasil uji pembedaan berpasangan tersebut di atas diketahui bahwa
nori artifisial daun sintrong berbeda nyata pada tingkat 0,1% terhadap parameter
pengamatan (warna, aroma dan rasa) sedangkan pada parameter pengamatan tekstur
memiliki beda nyata pada tingkat 5% . Uji terkecil untuk menyatakan beda nyata
pada uji pembedaan berpasangan disajikan pada lampiran 3.
Hal ini disebabkan daun sintrong maupun rumput laut bahan baku nori memiliki
warna yang sama, yakni hijau tua. Untuk aroma dan rasa, meski tidak dominan, ada
pengaruh dari aroma dan rasa khas daun sintrong. Sehingga membentuk aroma dan
rasa yang agak berbeda dari aroma dan rasa khas nori rumput laut. Sedangkan untuk
tekstur, dengan penggunaan bahan pengikat tepung maizena dapat dihasilkan tekstur
yang mendekati nori rumput laut.
IV.3.2 Uji Tingkat Kesukaan
Data hasil uji tingkat kesukaan dengan 30 panelis terhadap sifat-sifat fisik
organoleptik nori artifisial daun sintrong secara terperinci disajikan pada lampiran 1.
Sedangkan secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Uji Tingkat Kesukaan
Warna Aroma Tekstur Rasa
Panelis K
S TS S KS TS S KS TS S KS TS
S
Guru1s/d10 8 2 0 9 1 0 9 1 0 10 0 0
Siswa1 s/d 10 10 0 0 9 1 0 9 1 0 10 0 0
Anak1 s/d 10 9 1 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0
Jumlah 27 3 0 28 2 0 28 2 0 30 0 0
Keterangan :
S = Suka
KS = Kurang Suka
TS = Tidak Suka
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa pada parameter warna,
banyak yang suka daripada yang kurang suka atau tidak suka. Dengan demikian
warna nori daun sintrong yang berwarna lebih hijau mendapatkan respon positif dari
sebagian besar panelis dan dianggap dapat meningkatan daya tarik warna pada nori.
Pada parameter aroma hasilnya sama dengan parameter Tekstur artinya banyak
yang suka daripada yang kurang suka atau tidak suka. Dengan demikian pengaruh
aroma nori daun sintrong yang khas mendapatkan respon positif dari sebagian besar
panelis, demikian juga dengan tekstur pada nori daun sintrong.
Sedangkan pada parameter rasa semua panelis merasa suka. Dengan demikian
pengaruh rasa khas daun sintrong pada nori mendaptkan respon positif dari semua
panelis. Perpaduan rasa yang dihasilkan dari pengolahan daun sintrongnya dianggap
meningkatkan cita rasa khas pada nori.
IV.4 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan data hasil pengamatan menunjukkan
bahwa hipotesis “Daun sintrong (Crassocephalum crepidioides) dapat diolah menjadi
produk nori artifisial dengan memberikan bahan pengikat yang akan menghasilkan
produk nori dengan sifat organoleptik mendekati produk nori rumput laut” dapat
diterima.
Nori daun sintrong yang dihasilkan pada percobaan ini diperoleh warna, aroma, tekstur
dan rasa yang lebih disukai sebgaian besar panelis. Meskipun pada tekstur masih kurang
mendekati, namun masih dapat ditoleransi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Perlunya perlakuan awal terhadap daun sintrong yakni dicuci kemudian
direbus terlebih dahulu selama kurang lebih 3 menit, untuk mengurangi bau
menyengat pada daun sintrong.
2. Tepung maizena merupakan bahan pengikat yang baik untuk pembuatan nori
artifisial daun sintrong serta banyaknya takaran tepung maizena dan juga air,
mempengaruhi keberhasilan dari nori daun sintrong terutama pada teksturnya.
3. Sebelum masuk pada tahap pengeringan, adonan nori daun sintrong
didiamkan terlebih dahulu dan sesekali diaduk agar adonan tidak
menggumpal.
4. Proses pengeringan nori daun sintrong pada teflon dengan suhu yang terlalu
tinggi menjadikan bentuk nori jadi berlubang-lubang dan teksturnya tidak
merata.
5. Untuk parameter, tekstur, warna, aroma,dan rasa banayak disukai oleh panelis
remaja dan juga anak-anak. Sedangkan panelis orang dewasa kurang suka
pada parameter warna dan rasa, namun hal itu masih dapat ditoleransi.
6. Hipotesis mengenai pembuatan nori daun sintrong dapat diterima.

5.2 SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya tahan nori daun
sintrong dalam suhu ruangan.
2. Perlu penelitian lebih lanjut bentuk olahan nori dari daun sintrong agar
lebih awet dan mudah digunakan bersama makanan yang lain (bungkus
sushi) untuk menghasilkan produk pangan fungsional sumber vitamin B2,
kalsium dan zat besi.
3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui, kandungan gizi nori yang
terbuat dari daun sintrong.
4. Perlu penelitian lebih lanjut bagaimana bentuk pengemasan produk olahan
nori daun sintrong yang dapat menarik konsumen dari berbagai kalangan
masyarakat.
5. Perlu penelitian lebih lanjut apakah pemberian warna lain pada nori daun
sintrong, dapat mempengaruhi parameter yang lain (seperti teskstur,aroma,
dan rasa).
6. Perlu penelitian lebh lanjut mengenai modifikasi bahan pengikat agar nori
daun sintrong dapat mendekati tekstur nori aslinya.

Anda mungkin juga menyukai