Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


MANUSIA DAN PERADABAN

Dosen pengampu MUSHAWIR ROSYIDI,M.pd.

Oleh:
 Suriatul liana
 Dina putri lestari
 Imro'atul Azizah

Prodi Ekonomi Syariah


Fakultas Syari'ah
Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui
akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan sesuatu
yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui
jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik atau jasmaninya melakukan sesuatu
yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat mengolah
rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena
diantara keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang sesuai
kodratnya. Suatu peradaban timbul karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya
factor manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut.
Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan dapat berevolusi atau berubah
sesuai dengan perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan suatu
perubahan pada kehidupan social. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh
modernisasi yang terjadi di masyarakat.
Masyarakat yang beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai
sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan
kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab dalam pengertian lain adalah suatu
kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Dalam rangka melaksanakan tugas matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, maka
kami membuat makalah tentang Manusia dan Peradaban untuk mengetahui tentang
pengertian adab dan peradaban, mengetahui pengertian manusia sebagai makhluk beradab
dan masyarakat adab, mengetahui pengertian evolusi dan apa saja tahapan-tahapan
peradaban, mengetahui pengertian dan cakupan kebudayaan sosial, mengetahui apa saja
wujud dari peradaban, mengetahui pengertian tradisi, modernisasi dan masyarakat madani,
mengetahui pengertian ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai
makna hakiki manusia beradab, dan mengetahui problematika peradaban bagi kehidupan
manusia.

1.2  Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1.      Apakah pengertian dari adab dan peradaban?
2.      Apakah pengertian manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab?
3.      Apakah pengertian evolusi dan apa saja tahapan-tahapan peradaban?
4.      Apa pengertian dan cakupan kebudayaan sosial?
5.      Bagaimanakah wujud peradaban?
6.      Apakah pengertian tradisi, modernisasi dan masyarakat madani?
7.      Apakah ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai makna
hakiki manusia beradab?
8.      Apakah problematika peradaban bagi kehidupan manusia?

1.3  Tujuan dan Manfaat


1.      Mengetahui pengertian adab dan peradaban.
2.      Mengetahui pengertian manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab.
3.      Mengetahui pengertian evolusi dan tahapan-tahapan peradaban.
4.      Mengetahui pengertian dan cakupan kebudayaan sosial.
5.      Mengetahui wujud dari peradaban.
6.      Mengetahui pengertian tradisi, modernisasi dan masyarakat madani.
7.      Mengetahui ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai makna
hakiki manusia beradab.
8.      Mengetahui tentang problematika peradaban bagi kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

 2.1  Pengertian Adab dan Peradaban


Menurut Damono sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab”
berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi
pekerti.[1]
Adab erat hubungannya dengan:
         Moral yaitu nilai – nilai dalam masyarakat yang hubungannya dengan kesusilaan
         Norma yaitu aturan, ukuran atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan
sesuatu yang baik atau salah.
         Etika yaitu nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang
menjadi pegangan dalam mengatur tingksh laku manusia.
         Estetika yaitu berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan,
kesatuan, keselarasan dan kebalikan.
Menurut Fairchild sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban”
adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang
diperoleh manusia pendukungnya.[2]
Menurut Bierens De Hans “peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial,
ekonomi, politik dan teknik. Jadi, peradaban adalah bidang kehidupan untuk 
kegunaan yang praktis, sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat
dan gairah yang lebih murni diatas tujuan yang praktis hubungannya dengan
masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian
kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian.[3] Dengan demikian “peradaban”
adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah
mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang
dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju.
Masyarakat tersebut dapat dikatakan telahmengalami proses perubahan sosial yang
berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks.
2.2  Pengertian Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab
Manusia disamping sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk individu juga
sebagai makhluk sosial budaya, dimana saling berkaitan satu dengan yang lain.
Sebagai makhluk Tuhan manusia memiliki kewajiban mengabdi kepada Sang Kholik,
sebagai makhluk individu manusia harus memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan
sebagai makhluk sosial budaya manusia harus hidup berdampingan dengan manusia
lain dalam kehidupan yang selaras dan saling membantu.
Manusia sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai  tanggungjawab seperti anggota masyarakat lain, agar dapat
melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manusia yang
bertanggungjawab adalah manusia yang dapat menyatakan bahwa tindakannya itu
baik dalam arti menurut norma umum.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung
tinggi aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai-nilai
kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata
sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta
ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian. Dan inilah sesungguhnya
makna hakiki sebagai manusia beradab.[4]
Konsep masyarakat adab dalam pengertian yang lain adalah suatu kombinasi
yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam suatu
masyarakat yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat
dasarnya dianggap  paling cocok bagi setiap orang tersebut, yang tentunya perlu
adanya keselarasan dan keharmonisan. Namun demikian keinginan manusia untuk
mewujudkan keinnginannya atau haknya sebagai salah satu bentuk pemenuhan
kebutuhan hidup, tidak boleh dilakukan secara berlebihan bahkan merugikan manusia
lain. Manusia dalam menggunakan hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya tidak
boleh melampaui batas atau merugikan kepentingan orang lain. Sebagai suatu anggota
masyarakat yang beradab manusia harus bisa menciptakan adanya keseimbangan
antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jadi, perlu adanya suatu
kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

2.3  Evolusi dan Tahapan-tahapan Peradaban


Evolusi diajukan sebagai faktor kebudayaan pada sekitar pertengahan abad ke –
19 dan dengan segera pula menjadi kategori budaya yang sangat populer. Mereka
yang menerapkan gagasan evolusi pada pertumbuhan kebudayaan tidak begitu
melukiskan proses yang sungguh-sungguh terjadi, melainkan hanya menyusun sebuah
artificial selection diantara ratusan peristiwa dan kejadian yang laludiurutkan menurut
skema evolusi. Menurut JWM Baker SJ[5], mereka tidak sampai menerangkan jalan
kebudayaan dengan teori evolusi, tetapi mencoba membuktikan evolusi dengan data
budaya yang ada.
Proses evolusi kebudayaan hanya dipandang dari jauh, yakni dengan mengambil
jangka waktu yang panjang, misalnya beberapa ribu tahun yang lalu, maka akan
menampakkan perubahan-perubahan besar yang seolah menentukan arah (directional)
dari sejarah perkembangan kebudayaan yang bersangkutan. Perubahan – perubahan
tersebut direkonstruksi dengan menganalisa sisa-sisa dari benda hasil kebudayaan
manusia pada jaman dahulu yang antara lain digali dari lapisan bumi diberbagai
tempat.[6]
Menurut Alfin Tofler tahapan peradaban dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu :
[7]
1.      Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan
baru dari budaya meramu ke bercocok tanam (revolusi agraris).
2.      Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi
listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang (revolusi industri).
3.      Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan teknologi informasi
dan komunikasi (ICT) dengan komputer atau alat komunikasi digital.
Menurut John Naisbitt mengemukakan bahwa era informasi menimbulkan gejala
mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu :
1.      Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat.
2.      Masyarakat takut sekaligus memuja teknologi.
3.      Masyarakat mengaburkan perbedaan antar yang nyata dan yang semu.
4.      Masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar.
5.      Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan, dan
6.      Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
2.4  Peradaban dan Perubahan Sosial
1.      Pengertian dan cakupan kebudayaan sosial
Perubahan sosial merupakan gejala yang akan menimbulkan ketidaksesuaian
antara unsur-unsur yang ada didalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola
kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Willbert Moore[8] memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur
sosial, pola perilaku, dan interaksi sosial”. Perubahan sosial berbeda dengan
perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur
kebudayaan yang ada.
William F. Ogburn[9] mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-
perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun
immateriil.
Gillin dan Gillin[10] mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk
sesuatu variasi dari cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena
perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, kompetisi penduduk, ideologi
maupun karena adanya difusi ataupun peubahan-perubahan baru dalam masyarakat
tersebut.
Menurut Selo Sumardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada
lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantaranya kelompok
dalam masyarakat. Menurutnya antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
memiliki satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu
penerimaan cara –cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat memenuhi
kebutuhannya.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam
hubungan interaksi yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Cara yang paling
sedderhana untuk memahami terjadinya perubahan sosial dan budaya adalah membuat
rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang dianalisis dari berbagai segi :
a.       Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (derection of change) bahwa
perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah
meninggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu yang
baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang sudah
adda pada waktu yang lampau.
b.      Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang  terjadi
dalam masyarakat.
2. Teori dan Bentuk Perubahan Sosial
a.      Teori Sebab – Akibat (Causation Problem)
Beberapa faktor dikemukakan oleh para ahli untuk menerangkan sebab – sebab
perubahan sosial yang terjadi, beberapa pendekatan sebagai berikut :
1)      Analisis Dialektika
Analisis perubahan sosial yang menelaah syarat – syarat dan keadaan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu sistem masyarakat. Hal ini
dirumuskan oleh Hegell Marx sebagai dialektika artinya thesis antisynthesis.
2)      Teori Tunggal Mengenai Perubahan Sosial
Teori tunggal menerangkan sebab – sebab perubahan sosial, atau pola kebudayaan
dengan menunjukkan kepada satu faktor penyebab. Teori tunggal maupun
deterministik menurut Soerjono Soekanto (1983) tidak bertahan lama, timbulnya pola
analisis yang lebih cermat dan lebih didasarkan fakta.
b.      Teori Proses atau Arah Perubahan Sosial
Kebudayaan teori – teori mengenai arah perubahan sosial mempunyai kecenderungan
yang bersifat kumulatif atau evolusioner.
1)      Teori Evolusi Unilinier (Garis Lurus Tunggal)
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan
sesuai dengan tahapan tertentu semula dari bentuk sederhana kemudian yang
kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori ini adalah Agust Comte
dan Hebert Spenser.
2)      Teori Multilinier
Teori ini pada artinya menggambarkan suatu metodologi didasarkan pada suatu
asumsi yang menyatakan bahwa perubahan sosial atau kebudayaan yang didapatkan
gejala keteraturan yang nyata dan signifikan. Teori ini tidak mengenal hukum atau
skema apriori, tetapi teori ini lebih memperhatikan tradisi dalam kebudayaan dan dari
berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian – bagian tertentu.

2.5  Wujud Peradaban


Peradaban adalah wujud kebudayaan sebagai hasil kreatifitas manusia baik yang
bersifat materiil berupa benda-benda yang kasat mata dan dapat diraba, seperti candi
borobudur, bangunan gedung atau rumah, mobil, perlatan kerja, dan sebagainya,
maupun yang bersifat non – materiil dalam bentuk nilai, moral, norma, dan estetika.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat
sopan santun pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa
memegang teguh nilai-nilai yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal
kebaikan dan keburukan didalam hidu manusia semuanya, teristimewa yang mengenai
gerak – gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan,
sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.[11]
Etika merupakan suatu ajaran yang melakukan refleksi kritis atas norma ajaran
moral. Tugas etika adalah mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia.
Secara dikotomisada etika deskriptif yang berusaha mengkaji secara kritis dan
rasional tentang sikap dan pola perilaku manusia, dan apa yang dikerjakan oleh
manusia dalam hidup sebagai sesuatu yang bernilai. Sedangkan etika normatif adalah
berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia (berupa norma-norma).
Menurut Th. L. Vanhoeven (dalam Oman Sukmana), norma berasal dari kata
“normalis”, yang berarti menurut petunjuk, kaidah, kebiasaan, kelaziman, patokan,
standart, ukuran.[12] Norma – norma mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda –
beda, yaitu :[13]
1.      Folkways, yakni norma-norma yang berdasar kebiasaan atau kelaziman dalam tradisi,
dan apabila dilanggar tidak ada sanksinya, tetapi hanya dianggap aneh dan menjadi
sasaran pembicaraan umum saja.
2.      Mores (tata kelakuan), yakni norma moral yang menentukan suatu kelakuan
tergolong benar atau salah, baik atau buruk. Individu yang melanggar mores akan
dihukum.
Moral adalah nilai – nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan
kesusilaan. Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus hidup
secara baik sebagai manusia, dan sekaligus merupakan petunjuk kongkrit yang siap
pakai tentang bagaimana seseorang itu harus hidup.
Dalam realitas budaya pengembangan kebudayaan dikembangkan melalui nilai
– nilai estetika yang tidak terlepas dari nilai – nilai etika, moral, norma dan hukum
yang berlaku.
Secara etimologis istilah “estetika” berarti “teori tentang ilmu penginderaan”.
Tetapi kemudian diberi pengertian yang dapat diterima lebih luas ialah “teori tentang
keindahan dan seni”.[14]
Manusia memiliki sensibilitas esthethis, karena itu manusia tak dapat dilepaskan
dari keindahan. Manusia membutuhkan keindahan dalam kesempurnaan (keutuhan)
pribadinya. Tanpa estetika ini, kemanusiaan tidak lagi mempunyai perasaan dan
semua kehidupan akan menjadi steril.

2.6  Tradisi, Modernisasi dan Masyarakat Madani


1.      Tradisi
Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa,
merupakan satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke
abad. Oleh karena itu, maka tiap bangsa didunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri –
sendiri yang satu dengan yang lainnya berbeda satu sama lain.
Adat istiadat yang hidup serta yang berhubungan dengan tradisi rakyat yang
merupakan adat kebiasaanturun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat karena
adanya penilaian bahwa cara – cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik
dan benar, serta hal ini merupakan sumber yang mengagumkan bagi kekayaan budaya
bangsa.
Didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, adat yang dimiliki oleh daerah –
daerah suku – suku bangsa adalah berbeda – beda, meskipun demikian dasar dan
sifatnya adalah satu, yaitu keindonesiaannya. Oleh karena itu, maka adat bangsa
Indonesia itu dikatakan ber“bhinneka”. Adat bangsa Indonesia yang “Bhinneka
Tunggal Ika” ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.
2.      Modernisasi
a.      Konsep Modernisasi.
Modernisasi dimulai di Italia abad ke – 15 dan tersebar di sebagian besar ke
dunia Barat dalam lima abad berikutnya. Manifesto proses modernisasi pertama kali
terlihat di Inggris dengan meletusnya revolusi industri pada abad ke – 18, yang
mengubah cara produksi tradisional ke modern.
Modernisasi masyarakat adalah suatu proses tranformasi yang mengubah :
      Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar,
dimana produksi barang konsumsi dan sarana dibuat secara masal.
      Di bidang politik, dikatakan bahwa ekonomi yang modern memerlukan ada
masyarakat nasinal dengan integrasi yang baik.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang modernisasi, yaitu :[15]
a)    Modernisasi menurut Cyril Edwin Black, yaitu rangkaian perubahan cara hidup
manusia yang kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang
universal dan yang dalam banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan
manusia.
b)   Menurut Kentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan
konstelasi dunia sekarang ini. Hal itu berarti bahwa untuk mencapai tingkat modern
harus berpedoman kepada dunia sekitar yang mengalami kemajuan.
c)    Menurut Schorrl (1980), modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda –
beda tetapi tujuan utamanya untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan nyaman
dalam arti yang seluas – luasnya.
d)   Smith (1973), mengatakan bahwa modernisasi adalah proses yang dilandasi dengan
seperangkat rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah masyarakat ke
arah kehidupan masyarakat yang kontemporer yang menurut penilaian lebih maju
dalam derajat kehormatan tertentu.
b.      Syarat-syarat Modernisasi.
Modernisasi bersifat preventif, dan kontraktif agar proses tersebut tidak
mengarah pada angan – angan. Modernisasi dapat terwujud melalui beberapa syarat,
yaitu :
      Cara berfikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas penguasa maupun masyarakat.
      Sistem administrasi negara yang baik yang benar – benar mewujudkan birokrasi.
      Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu atau
lembaga tertentu.
      Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan
cara penggunaan alat komunikasi masa.
      Tingkat organisasi yang tinggi, disatu pihak disiplin tinggi bagi pihak lain di pihak
pengurangan kepercayaan.
      Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya.
c.       Ciri-ciri Modernisasi.
Modernisasi merupakan salah satu modal yang ditandai dengan ciri – ciri :
      Keutuhan materi dan ajang kebutuhan manusia.
      Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi, diferensasi, dan
akulturasi.
      Modernisasi banyak menberikan kemudahan bagi manusia.
      Berkat jasanya, hampir senua keinginan manusia terpenuhi.
      Modernisasi juga memberikan dan melahirkan teori baru.
      Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta orientasi
kebendaan yang berlebihan.
      Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan menumpuk
kekayaan.
3.      Masyarakat Madani
Menurut Wirutomo (2002), di Indonesia kata “civil society” diterjemahkan
sebagai masyarakat sipil, masrakat warga, masyarakat madani, atau masyarakat adab.
[16] Apapun bentuk tindakannya yang pasti konsep itu menyangkut sutu ruang gerak
masyarakat yang berada di luar negara.
Karena bidang politik pada masa lalu selalu dikaitkan dengan negara, maka
muncul konsep civil society sebagai arena bagi warga negara yang aktif dalam politik.
Tetapi lebih luas lagi konsep ini sering juga dikaitkan dengan peradaban masyarakat,
yaitu suatu kualitas kebudayaan masyarakat yang ditandai oleh supremasi hukum.

2.7  Ketenangan, Kenyamanan, Ketentraman dan Kedamaian sebagai Makna Hakiki


Manusia Beradab
Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia dalam hidupnya selalu bergaul  dan
berkumpul serta hidup bersama – sama dengan manusia lainnya dalam satu tempat
dan waktu tertentu yang disebut masyarakat. Dalam masyarakat manusia saling
mengadakan hubungan dan kerjasa (interaksi) antara yang satu dengan yang lain.
Itulah sebabnya  filosofis terkenal Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial.
Kehidupan bersama atau berkelompok dari manusia itu, mempunyai beberapa
tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menghindarkan diri dari
marah bahaya, dan melanjutkan keturunan.
Untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya tersebut, manusia harus
mengadakan hubungan dan kerjasama (interaksi) dengan manusia lain. Tanpa
mengadakan interaksi dengan manusia yang laintidak mungkin  kebutuhan –
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, baik kebutuhan primer dan juga kebutuhan
sekunder.
Sebagai diketahui bahwa manusia disamping sebagai makhluk sosial juga
makhluk individu, dimana dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhan sendiri tanpa
menghiraukan kepentingan orang lain. Manusia harus ada keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jika tidak maka dapat menimbulkan
kekacauan, pertentangan diantara sesama manusia sehingga keteraturan, ketetraman
tidak akan terwujud.
Agar hal

Anda mungkin juga menyukai