Anda di halaman 1dari 70

BAB III

STRUKTUR MUATAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata

pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan

pendidikan dalam kegiatan pembelajaran.

Susunan mata pelajaran tersebut terbagi dalam lima

kelompok yaitu kelompok mata pelajaran agama dan ahklak

mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan

dan teknologi; estetika; jasmani, olahraga dan kesehatan.

Struktur kurikulum SDN 1 Sindangangin meliputi

subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang

pendidikan selama enam tahun mulai kelas 1 sampai dengan

kelas VI.

Struktur kurikulum SDN 1 Sindangangin disusun

berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar

kompetensi mata pelajaran, sebagai berikut :

1. Memuat delapan mata pelajaran, satu muatan lokal Bahasa

dan Sastra Daerah

2. Subtansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA

terpadu” dan “IPS terpadu” yang terintegrasi pada materi

pembelajaran tematik.

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
3. Pembelajaran kelas 1 s.d. VI menggunakan kurikulum 2013

dilaksanakan melalui pendekatan tematik sedangkan

khusus mata pelajaran Agama, Bahasa Sunda kelas I s.d.

VI, Matematika dan PJOK kelas IV, V, VI dilaksanakan

melalui pendekatan mata pelajaran.

4. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit.

5. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)

adalah 36 minggu.

A. Struktur Kurikulum 2013

Struktur Kurikulum dapat dilihat pada tabel di bawah ini

KELAS DAN ALOKASI WAKTU


KOMPONEN
I II III IV V VI
KELOMPOK A
1. Pendidikan Agama dan 4 4 4 4 4 4
Budi Pekerti
2. Pendidikan Pancasila 5 6 6 4 4 4
dan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
KELOMPOK B
1. Seni Budaya dan 4 4 4 5 5 5
Prakarya

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
2. PJOK 4 4 4 4 4 4
KELOMPOK C
1. Bahasa Sunda 2 2 2 2 2 2

Jumlah 32 34 36 38 38 38

B. Muatan Kurikulum

1. Muatan Nasional

Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SD/MI dilakukan

melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu pada

seluruh kelas dari Kelas I sampai dengan kelas VI. Mata pelajaran

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Bahasa dan Sastra Sunda

serta Matemtika, PJOK kelas IV-VI dikecualikan untuk tidak

menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.

Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan

proses pembelajaran dan penilaian. Penjabaran Tingkat

Kompetensi lebih lanjut pada setiap jenjang pendidikan sesuai

pencapaiannya pada tiap kelas akan dilakukan oleh Pihak

Pengembang Kurikulum. Tingkat Kompetensi yang berbeda

menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan

penekanan yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat

Kompetensi, semakin kompleks intensitas pengalaman belajar

peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian.. Tingkat

Pendidikan Dasar SD Kelas I-VI

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
KOMPETENSI
INTI DESKRIPSI KOMPETENSI

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai


Sikap Spritual ajaran agama yang dianutnya
.
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman guru, dan
tetangga, dan negara.

3. Memahami pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif
Pengetahuan pada tingkat dasar
dengan cara :
a. mengamati,
b. menanya, dan
c. mencoba
Berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.

Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan


bertindak:
a. kreatif
b. produktif,
c.
. kritis,
Man
d. diri,
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
e. kolaboratif, dan
f. Komunikatif
Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
sesuai dengan tahap perkembangannya.

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan

pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari

berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema seperti yang

terdapat dalam tabel berikut ini.

Daftar Tema Kelas I, II, dan III

KELAS I KELAS II KELAS III

1.Diriku 1.Hidup rukun 1.Perkembangbiakan


hewan dan
tumbuhan

2.Kegemaranku 2.Bermain di 2.Perkembangan


lingkunganku teknologi

3.Kegiatanku 3.Tugasku sehari- 3.Perubahan di alam


hari

4.Keluargaku 4. Aku dan 4.Peduli lingkungan


sekolahku

5.Pengalamanku 5. Hidup bersih dan 5.Permainan


sehat tradisional

6.Lingkungan 6.Air, bumi, dan 6.Indahnya


bersih, sehat, matahari persahabatan
dan asri

7.Benda, hewan, 7.Merawat hewan 7.Energi dan

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
KELAS I KELAS II KELAS III

dan tanaman di dan tumbuhan perubahannya


sekitarku

8.Peristiwa alam 8.Keselamatan di 8.Bumi dan alam


rumah dan semesta
perjalanan

Daftar Tema Kelas IV, V, dan VI

KELAS IV KELAS V KELAS VI

1.Indahnya 1. Benda-benda di 1.Selamatkan


kebersamaan lingkungan sekitar makhluk hidup

2.Selalu berhemat 2. Peristiwa dalam 2.Persatuan dalam


energi kehidupan perbedaan

3.Peduli terhadap 4.Selalu berhemat 3. Peristiwa dalam


lingkungan hidup energi kehidupan

5.Berbagai 4. Sehat itu penting 3.Globalisasi


pekerjaan

6.Pahlawanku 5. Bangga sebagai 4.Wirausaha


bangsa Indonesia

7.Indahnya 6. Organ tubuh 5.Kesehatan


negeriku manusia dan hewan masyarakat

8.Cita-citaku 7. Sejarah peradaban 6.Organisasi di


Indonesia sekitarku

9.Tempat tinggalku 8. Ekosistem 7.Bumiku

10. Makananku 9. Lingkungan sahabat 8.Menjelajah angkasa


sehat dan bergizi kita luar

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan

Kompetensi Dasar dari berbagai mata pelajaran yaitu

intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner.

Integrasi intradisipliner dilakukan dengan cara

mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran.

Integrasi interdisipliner dilakukan dengan menggabungkan

Kompetensi Dasar - Kompetensi Dasar beberapa mata pelajaran

agar terkait satu dengan yang lainnya,sehingga dapat saling

memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan

menjaga keselarasan pembelajaran.

Integrasi multidisipliner dilakukan tanpa menggabungkan

Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran sehingga tiap mata

pelajaran masih memiliki Kompetensi Dasarnya sendiri.

Integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan

berbagai mata pelajaran yang ada dengan permasalahan -

permasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran

menjadi kontekstual. Tema merajut makna berbagai konsep dasar

sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial.

Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang

utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema

yang tersedia. Tematik terpadu disusun berdasarkan gabungan

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
proses integrasi seperti dijelaskan di atas sehingga berbeda

dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada

kurikulum sebelumnya.

Selain itu, pembelajaran tematik terpadu ini juga diperkaya

dengan penempatan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I,

II, dan III sebagai penghela mata pelajaran lain. Melalui

perumusan Kompetensi Inti sebagai pengikat berbagai mata

pelajaran dalam satu kelas dan tema sebagai pokok bahasannya,

sehingga penempatan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai

penghela mata pelajaran lain menjadi sangat memungkinkan.

Penguatan peran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan

secara utuh melalui penggabungan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial ke

dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan

tersebut menyebabkan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menjadi

kontekstual, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi

lebih menarik. Sains seperti itu terutama di Kelas I, II, dan III

menyebabkan semua mata pelajaran yang diajarkan akan

diwarnai oleh Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Untuk kemudahan pengorganisasiannya,

Kompetensi DasarKompetensi Dasar kedua mata pelajaran ini

diintegrasikan ke mata pelajaran lain (integrasi interdisipliner).

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

diintegrasikan ke Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika.

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

diintegrasikan ke Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa

Indonesia, ke Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Matematika.

Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI, Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial

masing-masing berdiri sendiri, sehingga pendekatan integrasinya

adalah multidisipliner, walaupun pembelajarannya tetap

menggunakan tematik terpadu.

Integrasian interdisipliner untuk Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan

di atas dapat juga diterapkan dalam pengintegrasian muatan

lokal.

Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan

seni, budaya, keterampilan, dan bahasa daerah diintegrasikan ke

dalam Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi

Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
permainan daerah diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran

Pendidikan Jasmani, Olahra dan kesehatan.

2. Muatan Lokal
2.1 Landasan Hukum

Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan

Sastra Daerah merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri

khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,

yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata

pelajaran yang ada.Substansi muatan lokal ditentukan oleh

satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini

Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa

Barat. Kewenangan pemerintah daerah untuk

mengembangkan bahasa daerah diperkuat oleh UU nomor

24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang

Negara serta Lagu Kebangsaan.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat

Keputusan No. 423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013

tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada

Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA). Kedudukan

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam

Struktur Kurikulum Nasional adalah sebagai berikut.

2.2 Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SD/MI

Jumlah Jam PelajaranTiap


No
Komponen Kelas
.
I II III IV V VI
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
Pendidikan Pancasila dan
2. 5 6 6 4 4 4
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B
7. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5
Pendidikan Jasamani, Olahraga, dan
8. 4 4 4 4 4 4
Kesehatan
9. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2 2 2 2
3
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 34 36 38 38 38
2

2.3 Tema untuk Sekolah Dasar

Tema dan Alokasi Waktunya Kelas I-III

KELAS I KELAS II KELAS III


TEMA WAKT TEMA WAKT TEMA WAKT
U U U
Diri Sendiri1. Hidup 4 Sayangi Hewan 1. 3
4
Rukun1. Minggu dan Tumbuhan di Minggu
Minggu
Sekitar
Kegemaranku2. Bermain di 2. 4 Pengalaman 2. 3
4
Lingkungank Minggu yang Menge- Minggu
Minggu
u sankan
Kegiatanku3. 4 Tugasku 3. 4 Mengenal 3. 3
Minggu Sehari-hari Minggu Cuaca dan Musim Minggu
Keluargaku4. Aku dan 4. 4 Ringan Sama 4. 3
4
Sekolahku Minggu Dijinjing Berat Minggu
Minggu
Sama Dipikul
Pengalamanku5 Hidup Bersih 4 Mari Kita 5. 3
4
. 5. dan Sehat Minggu Bermain dan Minggu
Minggu
Berolahraga
Lingkungan 6. Air, Bumi, 4 Indahnya 6. 3
4
Bersih, Sehat, dan Minggu Persahabatan Minggu
dan Asri Minggu
6. Matahari
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Benda, Merawat 7. 4 Mari Kita 7. 3
Binatang, 7. 4 Hewan dan Minggu Hemat Energi Minggu
dan Tanaman Minggu Tumbuhan untuk Masa
di sekitarku Depan
Peristiwa 4 Keselamatan 4 Berperilaku 8. 3
Alam8. Minggu 8. di Rumah Minggu Baik dalam Minggu
dan Kehidupan Sehari-
Perjalanan hari
Menjaga 9. 3
Kelestarian Minggu
Lingkungan
Tema dan Alokasi Waktunya Kelas IV-VI

KELAS IV KELAS V KELAS VI

TEMA WAKTU TEMA WAKTU TEMA WAKTU


Bermain
dengan 1. Selamatkan
Indahnya 1. 3 7 6
Benda- 1. makhluk
Kebersamaan Minggu Minggu Minggu
benda di hidup
sekitar
Peristiwa Persatuan 2.
Selalu 2. 3 7 5
dalam 2. dalam
Berhemat Energi Minggu Minggu Minggu
Kehidupan perbedaan
Peduli terha-3. 3 Hidup Rukun 6 Tokoh dan 3. 6
dap Makhluk Hidup Minggu 3. Minggu Penemu Minggu
Berbagai 4.
3 Sehat itu 7 6
Pekerjaan Globalisasi4.
Minggu Penting4. Minggu Minggu

Bangga
Wirausaha5.
Menghargai 5. Jasa 3 sebagai 5. 6 7
Pahlawan Minggu bangsa Minggu Minggu
Indonesia
Kesehatan
3 6. 8
Indahnya 6. Negeriku
Minggu masyaraka Minggu
t

Cita-citaku7.
3 Minggu

Daerah 8. Tempat
Tinggalku 3 Minggu

Makanan 9. Sehat dan


Bergizi 3 Minggu

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
3. Muatan Pengembangan Kurikulum
3.1 Pendidikan Karakter /PPK

Pengertian Pendidikan karakter bangsa adalah upaya yang

dilakukan oleh Negara (Pemerintah), masyarakat, keluarga, dan

satuan pendidikan untuk menjadikan manusia Indonesia sebagai

bangsa yang berkarakter luhur. Karakter baik adalah perilaku

hidup dengan benar yang sesuai falsafah hidup bangsa Indonesia

(Pancasila). Karakter luhur tersebut yakni perilaku manusia

Indonesia dalam hubungan manusia dengan: Tuhan Yang Maha

Esa, sesama manusia, alam lingkungan hidupnya, bangsa dan

negaranya, serta dengan diri sendiri.

Karakter bangsa yang dibangun dalam pendidikan juga

mengacu pada Pasal 3 Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau ciri kepribadian

seseorang yang terbentuk sebagai hasil internalisasi berbagai nilai


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
kebajikan (virtues). Nilai kebajikan ini diyakini dan digunakan

sebagai landasan berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan

bersumber dari berbagai nilai, moral, dan norma. Kebajikan ini

juga diyakini kebenarannya terwujud dalam interaksi antara

manusia dengan Tuhannya, dengan sesama manusia. Selain itu

kebajikan terwujud pula dalam interaksi dengan lingkungan

hidupnya, dengan bangsadan negaranya, dan dengan dirinya

sendiri. Hubungan-hubungan itulah yang menimbulkan penilaian

baik-buruknya karakter seseorang.

Karakter bangsa sesungguhnya terbangun dari karakter-

karakter individu yang tergabung dalam sebuah masyarakat

bangsa. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya

adalah pendidikan karakter bagi individu-individu yang menjadi

warga masyarakat Indonesia.

Pendidikan karakter sering juga disebut dengan pendidikan

nilai karena karakter adalah “value in action” nilai yang

diwujudkan dalam tindakan (perilaku). Karakter juga sering

disebut “operative value” atau nilai-nilai yang dioperasionalkan

dalam tindakan (perilaku). Oleh karena itu, pendidikan karakter

pada dasarnya merupakan upaya dalam proses

menginternalisasikan, menyemaikan, dan mengembangkan nilai-

nilai kebaikan pada diri peserta didik. Dengan internalisasi nilai-

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
nilai kebajikan pada diri peserta didik, diharapkan dapat

mewujudkan perilaku yang baik.

Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina

dan mengembangkan karakter luhur warga negara sehingga

mampu mewujudkan masyarakat yang mengamalkan Pancasila.

Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang ber-

Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan

beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan karakter dimaknai pula sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral sebagai upaya untuk

menjadikan individu-individu sebagai warga bangsa Indonesia

yang berkarakter luhur, cerdas, beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan

cakap. Selain itu individu-individu sebagai warga bangsa

Indonesia juga berkarakter kreatif, mandiri, kerja keras, menjadi

warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, dan

berkepribadian utuh. Pendidikan karakter sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari pendidikan nasional dilaksanakan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik, memberikan

keputusan baik-buruk, memelihara yang baik dan mewujudkan

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
kebaikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh

hati.

3.2 Landasan dan Analisis Nilai untuk Pendidikan Karakter

3.2.1. Landasan Filosofis.

Secara filosofis, manusia diciptakan oleh Tuhan dalam

keadaan sempurna. Meskipun demikian, manusia yang ketika

dilahirkan berwujud anak manusia belum tentu dalam proses

perkembangannya menjadi manusia yang sesungguhnya.

Agar dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam

proses pertumbuhan dan perkembangannya anak-anak

manusia itu memerlukan bantuan. Upaya membantu

manusia untuk menjadi manusia sesungguhnya diperlukan

pendidikan.

Manusia dikaruniai akal, yang dapat membedakan

perilaku baik dan buruk. Perilaku baik atau buruk manusia

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menyertai

perkembangan anak, yaitu: pembawaan, lingkungan

(keluarga, masyarakat, budaya), dan pendidikan. Untuk itu,

pendidikan karakter sangat diperlukan bagi manusia dalam

sepanjang hidupnya agar mereka dapat menjadi manusia

yang berkarakter baik.

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
3.2.2 Landasan Filsafat Pancasila

Manusia Indonesia yang baik adalah manusia yang

berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia

tersebut ditandai dengan karakter agamis, manusiawi,

bersatu, menghargai musyawarah, rela berkorban,

demokratis, dan berkeadilan.

3.2.3. Landasan Filsafat Pendidikan Umum

Pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengembangkan

kepribadian utuh untuk menjadi warga negara yang baik.

Seseorang yang berkepribadian utuh digambarkan dengan

terinternalisasikannya nilai-nilai dalam kehidupan sehari-

hari baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia,

lingkungan dan diri sendiri. Pendidikan karakter pada

dasarnya adalah proses internalisasi nilai-nilai pada diri

peserta didik yang tercermin dalam perilaku sehari-hari.

Untuk itu, dalam pelaksanaannya dapat diintegrasikan

dalam berbagai macam mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah dasar.

3.2.4. Landasan Agamis

Manusia pada dasarnya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha

Esa. Menurut agama dan kepercayaan di Indonesia,


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
manusia baik adalah manusia yang: (1) sehat secara

jasmani dan rohani, serta dapat melaksanakan berbagai

aktivitas hidup yang berkaitan dengan peribadatannya

kepada Tuhan YME; (2) bertakwa kepada Tuhan YME,

patuh dan taat terhadap ajaran-ajaran-Nya; (3) memiliki

sifat adil, jujur, amanah, disiplin, kerja keras, ulet, dan

bertanggung jawab, (4) bersifat manusiawi dalam arti

bersifat/berkarakter sebagai manusia yang mempunyai

sifat-sifat cinta kasih, kepedulian yang tinggi terhadap

penderitaan orang lain. Untuk itu pendidikan karakter

perlu mengembangkan karakter manusia agar menjadi

manusia yang berperilaku hidup sehat, patuh terhadap

ajaran-ajaran Tuhan (takwa) dan patuh pada peraturan-

peraturan dalam hidup berbangsa dan bernegara (good

citizen), serta mempunyai sifat-sifat manusiawi (empatik,

simpatik, perhatian, peduli, membantu, menghargai, dll).

3.2.5. Landasan Sosiologis

Secara sosiologis, bangsa Indonesia hidup di tengah-tengah

masyarakat dan bangsa-bangsa yang sangat heterogen dan

terus berkembang. Mereka berada di tengah-tengah

masyarakat yang berasal dari suku, etnis, agama, golongan,

status sosial, dan ekonomi yang berbeda-beda. Di samping

itu, bangsa Indonesia juga hidup berdampingan dan


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
melakukan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. Untuk

itu, upaya untuk mengembangkan karakter yang saling

menghargai dan toleranpada bermacam-macam tatanan

kehidupan dan aneka ragam perbedaan itu menjadi sangat

mendasar.

3.2.6. Landasan Psikologis

Dari sisi psikologis (Supriatna, 2010) karakter dapat

dideskripsikan dari dimensi-dimensi: intrapersonal,

interpersonal, dan interaktif. Dimensi intrapersonal terfokus

pada kemampuan atau upaya manusia untuk memahami

dirinya sendiri. Esensi dari dimensi intrapersonal adalah

kemampuan yang bersifat reflektif dan retrospektif dari

manusia yang diarahkan pada dirinya sendiri sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang di dalamnya tercakup:

kesadaran diri, peninjauan diri, penghargaan diri, dan

adaptasi diri.

Dimensi interpersonal secara umum dibangun atas

kemampuan inti untuk mengenali perbedaan; sedangkan

secara khusus, merupakan kemampuan mengenali

perbedaan dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan

kehendak. Dalam bentuk yang lebih maju, dengan dimensi


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
interpersonal ini memungkinkan orang dewasa mampu

membaca kehendak dan keinginan orang lain, bahkan

ketika keinginan itu disembunyikan. Dengan pengembangan

kecakapan interpersonal dapat menjadikan seseorang

mampu memahami dan bekerja sama dengan orang lain.

Untuk memahami orang lain diperlukan karakter empati,

hormat, ramah, dan membimbing.

Dimensi interaktif adalah kemampuan manusia

berinteraksi secara bermakna. Manusia berinteraksi dengan

lingkungan alamiah atau fisik dan dengan lingkungan sosial.

Melalui lingkungan itulah manusia belajar, yang merupakan

aktivitas khas manusiawi, yang berbeda dari makhluk

lainnya. Belajar membangkitkan berbagai proses

perkembangan internal yang mampu beroperasi hanya

ketika seseorang berinteraksi dengan orang-orang di

lingkungannya dan dengan teman-temannya. Kemampuan

berinteraksi sosial secara bermakna diperlukan karakter

menghargai, toleransi, dan mengatasi konflik.

Dari segi psikologi perkembangan, terdapat tahapan-

tahapan dalam perkembangan manusia. Perkembangan

manusia tercermin dari karakteristik masing-masing dalam

setiap tahap perkembangan. Usia anak-anak berbeda

karakteristiknya dengan usia remaja, pemuda, dan usia tua.


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Di antara mereka perlu saling memahami dan menghargai

satu sama lain yang tingkat perkembangannya berbeda-

beda. Oleh karena itu diperlukan pendidikan karakter yang

terkait dengan kesopanan, kesantunan, penghargaan, dan

kepedulian.

Jadi, dilihat dari sisi filosofis, sosiologis, dan psikologis,

maka pendidikan karakter adalah menjadi sebuah

keharusan bagi bangsa Indonesia; di samping untuk

merevitalisasi pendidikan karakter, juga untuk

mengembangkan karakter universal untuk masa depan yang

lebih baik bagi bangsa Indonesia, sejajar dengan bangsa-

bangsa lain di dunia.

2. Nilai-nilai Inti Pendidikan Karakter Bangsa

Mengingat banyaknya nilai yang perlu diinternalisasikan

dalam pendidikan karakter, maka diperlukan nilai inti (core value).

Nilai tersebut harus diutamakan dalam implemen-tasinya di

sekolah dasar tanpa mengabaikan nilai-nilai luhur yang hidup di

masyarakat. Nilai-nilai inti tersebut, bersumber dari nilai-nilai

Pancasila.

Nilai inti yang disarikan dari nilai-nilai Pancasila di bawah ini

hanyalah contoh. Sekolah dimungkinkan dapat menjabarkan lebih

banyak lagi nilai-nilai yang lain, sepanjang nilai-nilai itu potensial


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
dapat membangun karakter luhur peserta didik sesuai dengan

nilai-nilai Pancasila. Adapun nilai-nilai inti, penjabarannya dan

indikatornya disajikan dalam tabel berikut ini:

Penjabaran Nilai
No Nilai Inti Indikator
Inti
1 Ketuhanan - Mencintai Tuhan, - Berdoa sebelum dan
Yang Maha Iman dan takwa sesudah kegiatan;
Esa Kepercayaan, - Mencintai ciptaan
kepatuhan, Tuhan;
pengabdian, - Mengucapkan salam;
pelayanan, - Menjaga kebersihan;
- Toleransi, rukun, - Berbagi dengan
tidak memaksakan sesama;
kehendak, meng- - Kerjasama dengan
hargai sikap teman yang berbeda
hormat pada agama;
kepercayaan yang - Bersedekah; dan
berbeda. lainnya yang relevan.
- Mencintai Tuhan, - berdoa sebelum dan
Iman dan takwa sesudah kegiatan;
Kepercayaan, - mencintai ciptaan
kepatuhan, Tuhan;
pengabdian, - mengucapkan alam;
pelayanan, menjaga kebersihan;
- Toleransi, rukun, berbagi dengan
tidak memaksakan sesama;
kehendak, meng- - bekerjasama dengan
hargai sikap teman yang berbeda
hormat pada agama;
kepercayaan yang - bersedekah;
berbeda. - dan lainnya yang
relevan
- Penghargaan - menghormati orang
harkat martabat lain;
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Penjabaran Nilai
No Nilai Inti Indikator
Inti
manusia sebagai - bertanggungjawab;
makhluk Tuhan, - menyelesaikan tugas
persamaan derajat, sekolah;
saling mencintai, - gemar membaca;
tenggang rasa-tepo - sabar antri;
seliro, tidak - membuang sampah
semena-mena, pada tempatnya;
peduli, merasa - percaya diri;
menjadi manusia, - berperilaku jujur
percaya diri, dalam perkataan dan
menghormati, perbuatan;
persahabatan, - patuh kepada
kerjasama dengan pendidik dan orang
bangsa lain, cinta- tua;
kasih, - santun dalam
persahabatan, perkataan dan
empati, hormat, perbuatan;
santun, budi - menyayangi teman;
luhur, mandiri, - mengikuti pelajaran
kerja keras, dengan tertib;
disiplin, jujur, - mau bekerja sama
sehat, kreatif, cinta sesama kawan,
ilmu, tanggung - mencintai kawan,
jawab, karena pendidik, dan orang
Tuhan. tua;
- mendengarkan
kawan ketika sedang
berbicara;
- menyukai
persahabatan,
- menjenguk kawan
yang sakit,
- gemar berolah raga,
- melaksanakan piket
kelas,
- memberi nasihat
orang lain,
- berani mengakui
kesalahan dan tidak
malu meminta maaf,
- peduli lingkungan
kebersihan sekolah
- menjaga nama baik
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Penjabaran Nilai
No Nilai Inti Indikator
Inti
diri, keluarga, dan
sekolah;
- berani bertanya;
- ramah dengan orang
lain;
- rajin belajar.
- dan lainnya yang
relevan.

3 Persatuan - Cinta tanah air - tertib saat upacara


Indonesia dan bangsa, bendera;
nasionalisme, - hormat pada
patriotisme, bendera;
persatuan bangsa - rukun dengan teman
di atas sekelas;
kepentingan - rukun dengan
pribadi/golongan, anggota keluarga dan
kebersamaan, tetangga;
penghargaan, - kebanggaan menjadi
kepedulian, warga kelas/sekolah,
pengorbanan, bangga pada kelas
kebangaan sebagai dan sekolah;
bangsa Indonesia, - rela membantu
perdamaian, teman yang
Bhinneka Tunggal mendapat kesulitan
Ika, pergaulan (kesusahan),
demi persatuan - dan lainnya yang
bangsa. relevan.
4 Kerakyata - Kesamaan hak dan - partisipasi dalam
n yang kewajiban, tidak menyusun tata tertib
dipimpin oleh memaksaan kelas dan tata tertib
Hikmat kehendak, sekolah;
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Penjabaran Nilai
No Nilai Inti Indikator
Inti
Kebijaksanaa musyawarah,kepe - dapat melaksanakan
n dalam ntingan bersama, musyawarah kelas;
Permusyawar semangat - mau melaksanakan
a-tan/Perwak kekeluargaan, tugas dari ketua
ilan menghargai kelas;
keputusan - mematuhi tata tertib
bersama, sekolah;
melaksanakan - menghargai pendapat
keputusan teman,
bersama, - memberi kepercayaan
demokrasi, kepada ketua kelas
percaya wakil untuk mengambil
rakyat, berdasar keputusan,
kemanusiaan, - berpartisipasi pada
dengan semangat pemilihan ketua
persatuan. kelas, dan lainnya
yang relevan.
5 Keadilan - Sikap - suka membantu
Sosial Bagi kekeluargaan dan teman yang kesulitan
Seluruh gotong royong, adil (kesusahan);
Rakyat sesama manusia, - memberitahukan
Indonesia. keseimbangan barang yang
hak-kewajiban, tertinggal/hilang;
hormat hak orang - melerai perkelaian;
lain, membantu - menabung, tidak
orang lain untuk boros,
mandiri, anti - menjaga barang milik
pemerasan, hemat, sendiri,
hidup sederhana, - dan lainnya yang
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Penjabaran Nilai
No Nilai Inti Indikator
Inti
tidak merugikan relevan.
orang lain, kerja
keras, menghargai
karya untuk
pemerataan,
keadilan sosial,
kepatuhan hukum.

Sekolah dasar diberi kewenangan untuk mengembangkan

indikator ketercapaian nilai-nilai inti di atas sesuai dengan situasi

dan potensi di sekolah serta lingkungan masyarakat setempat.

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Pendidikan karakter di sekolah dasar dilaksanakan

berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

3.1. Nilai esensial

Mengangkat nilai-nilai esensial yang berintikan dari

nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang diinternalisasikan dapat

membantu peserta didik memahami dan menjadi manusia

yang berkarakter baik. Nilai-nilai yang diinternalisasikan

eksplisit pada visi, misi, tujuan, dan harapan masa depan

sekolah. Nilai-nilai yang diinternalisasikan tersebut, dapat

diaplikasikan dalam praktik kehidupan komunitas sekolah

secara konsisten.
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
3.2. Didukung semua pihak

Pengembangan nilai-nilai karakter perlu didukung

oleh semua warga sekolah secara terintegrasi yang

melibatkan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,

keluarga, dan lingkungan masyarakat sebagai bagian dari

pengembangan pendidikan karakter melalui pendekatan

terpadu, sinergis, menyeluruh, dan berkesinambungan. Nilai

inti diwujudkan dengan dukungan lingkungan belajar dan

budaya sekolah yang kondusif di mana peserta didik dapat

menggali nilai-nilai dari dirinya sendiri dan dari lingkungan

belajarnya.

3.3. Keteladanan

Pengembangan karakter dilakukan oleh pendidik dan

tenaga kependidikan yang kompeten dan patut diteladani.

3.4. Pemberdayaan

Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral

yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan

setia pada nilai dasar yang sama. Memfungsikan keluarga

dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha

membangun karakter dengan prinsip saling menghargai,

setara, dan memberi manfaat.

3.5. Terintegrasi

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui

program sekolah baik secara intrakurikuler maupun

ektrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan

terintegrasi ke dalam mata pelajaran melalui pendekatan

PAKEM. Selain itu, pembentukan karakter dilakukan juga

melalui pengembangan budaya sekolah yang terpadu,

konsisten, menyenangkan dan berkelanjutan.

3.6. Menyeluruh

Pelaksanaan pendidikan karakter meliputi semua

dimensi yang terdiri dari hubungan manusia dengan dirinya,

Tuhannya dan sesama manusia, negaranya dan manusia

dengan lingkungannya. Selain itu, pendidikan karakter

dilakukan melalui pendekatan menyeluruh komponen yang

meliputi pembelajaran, budaya sekolah, ekstrakurikuler dan

didukung oleh peran serta masyarakat.

3.7. Pembiasaan

Tenaga kependidikan, keluarga, dan lingkungan

masyarakat sebagai bagian dari pengembangan pendidikan

karakter melalui pendekatan terpadu, sinergis, menyeluruh,

dan berkesinambungan. Nilai inti diwujudkan dengan

dukungan lingkungan belajar dan budaya sekolah yang

kondusif di mana peserta didik dapat menggali nilai-nilai dari

dirinya sendiri dan dari lingkungan belajarnya.


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
3.8. Keteladanan

Pengembangan karakter dilakukan oleh pendidik dan

tenaga kependidikan yang kompeten dan patut diteladani.

3.9. Pemberdayaan

Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas

moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan

karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai

mitra dalam usaha membangun karakter dengan prinsip

saling menghargai, setara, dan memberi manfaat.

3.10. Terintegrasi

Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui

program sekolah baik secara intrakurikuler maupun

ektrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan

terintegrasi ke dalam mata pelajaran melalui pendekatan

PAKEM. Selain itu, pembentukan karakter dilakukan juga

melalui pengembangan budaya sekolah yang terpadu,

konsisten, menyenangkan dan berkelanjutan.

3.11. Menyeluruh

Pelaksanaan pendidikan karakter meliputi semua

dimensi yang terdiri dari hubungan manusia dengan dirinya,

Tuhannya dan sesama manusia, negaranya dan manusia

dengan lingkungannya. Selain itu, pendidikan karakter


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
dilakukan melalui pendekatan menyeluruh komponen yang

meliputi pembelajaran, budaya sekolah, ekstrakurikuler dan

didukung oleh peran serta masyarakat.

3.12. Pembiasaan

Internalisasi nilai perlu dibiasakan dalam praktik

keseharian secara terus menerus agar menjadi karakter

positif baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun

masyarakat. Dalam pelaksnaan proses pembiasaan ini perlu

mengaitkan karakter luhur yang satu dengan karakter luhur

lainnya agar terbentuk karakter luhur yang paripurna.

Seperti karakter berani dikaitkan dengan karakter

bertanggung jawab, karakter santun dikaitkan dengan

karakter tegas.

3.13. Intervensi

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, perlu

dilakukan intervensi agar secara konsisten dapat terarah

secara efektif sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Intervensi ini misalnya dalam bentuk peraturan dan tata

tertib sekolah, pemberian hadiah, teguran dan sebagainya.

Kepala sekolah, pendidik, staf administrasi, laboran,

pengelola kantin di sekolah menjalankan kepemimpinan

moral yang membangun inisiatif pendidikan karakter.

3.14. Kasih Sayang


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Pendidikan karakter mengedepankan pendekatan

kasih sayang untuk lebih meningkatkan hubungan

emosional yang erat antara pendidik, peserta didik dan

orang tua. Dengan hubungan emosional ini diharapkan

terjadi pembentukan karakter luhur yang kokoh. Dengan

demikian akan dapat memperkuat ketahanan moral peserta

didik.

4. Program Gerakan Literasi Sekolah/ Budaya Baca

4.1. Landasan dasar program

4.2.1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Pasal 4 ayat 5

menyatakan bahwa:"Pendidikan diselenggarakan dengan

mengembangkan budaya membaca, menulis dan

berhitung bagi segenap warga masyarakat“.

4.1.2 Undang-Undang Nomor 47 tahun 2007 tentang

Perpustakaan, Pasal 4 dinyatakan bahwa:" Perpuskaan

bertujuan memberikan pelayanan kepada pemustakaan

meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas

wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa“.

UNESCO mencatat pada 2012 bahwa indeks minat baca

di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya dalam setiap

1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
membaca. Menurut laporan tersebut, Hongkong

menempati posisi teratas dengan persentase angka minat

baca 75,5 %, Singapura 74,0 %, Thailand 65,1%, Filipina

52,6 %, dan Indonesia hanya 51,7 %.

Sedangkan UNDP merilis angka melek huruf orang

dewasa Indonesia hanya 65,5 %, sementara Malaysia

sudah mencapai 86,4 %.

(Sumber : http://www.republika.co.id

4.1.3 Masyarakat yang membaca hanya untuk mencari alamat,

membaca untuk harga-harga, membaca untuk melihat

lowongan pekerjaan, membaca untuk menengok hasil

pertandingan sepak bola, membaca karena ingin tahu

berapa persen discount obral di pusat perbelanjaan, dan

akhirnya membaca subtitle opera sabun di televisi untuk

mendapatkan sekadar hiburan, baca sms dan sosial

media sambil tiduran disofa menikmati makanan ringan

sambil nonton tv.

4.1.4 Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang bergerak

cepat; dari suatu keadaan pre-literer ke dalam keadaan

pra-literer; dari suatu lingkungan masyarakat yang tak

pernah membaca ke dalam suatu lingkungan yang tak

hendak membaca.

4.2. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun
mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-
sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan
auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai
literasi informasi. Ferguson
(www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan kom- ponen
literasi informasi sebagai berikut:
4.2.1 Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan
menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan
menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan
analisis untuk memperhitungkan (calculating),
mempersepsikan informasi (perceiving),
mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan
kesimpulan pribadi.

4.2.2 Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu


kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan
Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya,
pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai
salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya
literasi perpustakaan, antara lain, memberikan
pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi,
memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal,
memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi
pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan
perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan
pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam
memahami informasi ketika sedang menyelesaikan
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi
masalah.

4.2.3 Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan


untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda,
seperti media cetak, media elektronik (media radio, media
televisi), media digital (media internet), dan memahami
tujuan penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa
dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih sebagai
hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan
media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang
pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam
menambah pengetahuan.

4.2.4 Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu


kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti
teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak
(software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan
teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk
mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet.
Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan
komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya
mencakup menghidupkan dan mematikan komputer,
menyim- pan dan mengelola data, serta menjalankan
program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya
informasi karena perkembangan teknologi saat ini,
diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola
informasi yang dibutuhkan masyarakat.
[

4.2.5 Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman


tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi,
yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-
visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap
materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik
dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet,
haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di
dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-
benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

4.3. Tahap Pelaksanaan GLS


4.3.1. Pembiasaan:
Tujuan: menumbuhkan minat terhadap bacaan
dan terhadap kegiatan membaca. Fokus kegiatan
pada tahap pembiasaan:
4.3.1.1 Membaca 15 menit sebelum pelajaran
dimulai: membaca nyaring dan/atau
membaca dalam hati (semuanya tanpa
tagihan).
4.3.1.2 Pengembangan lingkungan fisik sekolah
untuk menumbuhkan minat pada literasi.
 pengembangan perpustakaan sekolah,
sudut buku kelas, dan area baca;
 pengembangan sarana lain yang
mendukung penumbuhan minat
terhadap literasi;

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
 pengembangan koleksi teks cetak
dan/atau visual dan digital
 pembuatan bahan kaya teks (print rich
materials).
4.3.2. Indikator keberhasilan Program pembiasaan membaca
ditentukan oleh: akses terhadap buku, daya tarik buku,
lingkungan yang kondusif, dorongan untuk membaca,
waktu tertentu untuk membaca, tidak ada tagihan tugas,
kegiatan tindak lanjut, pelatihan guru dan tenaga
kependidikan.

4.3.3. Jenis membaca pada tahap pembiasaan:


4.3.3.1 Membaca dalam hati: aturan, tujuan, langkah-
langkah.
4.3.3.2 Membaca nyaring: aturan, tujuan, langkah-
langkah.

4.3.4. Rangkaian kegiatan


4.3.4.1 menentukan bacaan
4.3.4.2 membaca buku sampai tuntas
4.3.4.3 mendiskusikan buku yang telah dibaca

5. Membaca Dalam Hati


Aturan membaca dalam hati adalah ;
a. Peserta didik membaca diam dengan memilih buku sesuai
minat dan keinginannya’
b. Guru memberikan contoh dengan bersama-sama membaca
dalam hati pada saat yang sama.
c. Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar
selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
d. Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan
berakhirnya kegiatan membaca.
e. Tidak ada tugas atau catatan akademik yang perlu
dilaporkan/diserahkan.
f. Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Tujuan membaca dalam hati berkelanjutan bertujuan untuk


membangun kebiasaan membaca, misalnya berkonsentrasi,
meningkatkan kemampuan serta kelancaran membaca melalui
kegiatan membaca untuk kesenangan.

Langkah-langkah Membaca dalam hati

Sebelum 1) Mintalah peserta didik untuk memilih


Membaca buku yang ingin dibaca dari sudut baca
kelas
2) Buku yang dipilih bebas, sesuai dengan
minat dan kesenangan peserta didik
3) Memberikan penjelasan bahwa peserta
didik akan membaca buku tersebut
sampai selesai, dalam kurun waktu
tertentu, bergantung ketebalan buku
4) Peserta didik boleh memilih buku lain
bila isi buku dianggap kurang menarik
5) Peserta didik boleh memilih tempat yang
disukainya untuk membaca

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
Saat Peserta didik dan guru bersama-sama
Membaca membaca buku masing-masing dengan
tenang selama 15 menit

Setelah 1) Guru dapat menggunakan 5-10 menit


Membaca setelah membaca untuk bertanya
(pilihan, kepada peserta didik tentang buku yang
dapat dibaca.
dilakukan 2) Sebagai alternatif, guru dapat
seminggu menggunakan graphic organizer sebagai
sekali) panduan untuk membuat ringkasan
cerita atau menuliskan respon.
3) Selain itu, guru dapat mengajak peserta
didik untuk berdiskusi lebih lanjut

1) Membaca Nyaring (Reading Aloud)


a. Tujuan
Membaca nyaring merupakan bagian penting dalam
pembelajaran yang baik. Strategi ini efektif untuk menyam-
paikan ide-ide literasi yang baik kepada peserta didik
(Trelease, 2013). Membaca nyaring dapat dilakukan dalam
bentuk membacakan cerita atau sekadar menceritakan
cerita kepada anak dengan tujuan membangkitkan minat
baca peserta didik; meningkatkan pengetahuan pada anak-
anak; memperkenalkan banyak kosakata baru kepada anak-
anak; mendorong anak-anak untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran; kapasitas memori atau daya
ingat anak dapat ditingkatkan dengan cara meminta anak

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
untuk mengingat cerita yang telah dibacakan atau sampai
sejauh mana cerita telah disampaikan.
Adapun materi yang digunakan untuk membaca
nyaring antara lain novel, cerita pendek, puisi, buku
bergambar, karya peserta didik, artikel majalah, artikel surat
kabar, buku nonfiksi (teks informasional, biography, pidato,
dokumen sejarah, dsb.)
b. Kaidah Membaca Nyaring
Langkah-langkah
1) Materi bacaan yang dipilih sesuai dengan atau sedikit di
atas tingkat membaca mandiri. Dengan demikian materi
menunjukkan potensi untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman membaca peserta didik.
2) Guru perlu membaca materi bacaan sebelumnya.
3) Guru perlu mengidentifikasi proses dan strategi yang
akan digunakan dalam membaca nyaring.
4) Guru perlu mengantisipasi di bagian mana dalam bacaan
“pengetahuan dasar” perlu dibangun. Guru dapat
mengaktifkan pengetahuan latar belakang peserta didik
tentang hal yang berhubungan dengan cerita yang akan
dibaca melalui tanya jawab singkat tentang pengarang,
menerka isi buku dengan memperhatikan cover dan
judul buku, seting peristiwa, gambar, dll.
5) Pada tahap sebelum membaca, guru memilih
buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk
dibacakan karena kandungan nilai moral, sastra,
keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dll. Dalam
memilih bahan, guru dapat mempertimbangkan pilihan
atau usul anak-anak. Guru mempersiapkan diri dengan
membaca cerita/buku tersebut dengan nyaring terlebih

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
dahulu dan menandai bagian-bagian yang perlu diberi
penekanan dan ilustrasi, tempat jeda untuk bertanya,
dll.
6) Pada tahap membaca, guru sebaiknya tidak membaca
terlau cepat. Apabila memungkinkan gunakan suara
yang berbeda untuk pelaku yang berbeda. Jeda
diperlukan untuk membuat peserta didik yang sedang
menyimak lebih terlibat. Mereka dapat ditanya
komentarnya tentang peristiwa dalam bacaan, atau
menerka apa yang akan terjadi berdasarkan
informasi/bagian cerita yang sudah diketahui, dsb.
7) Untuk kegiatan pembiasaan budaya membaca, peserta
didik dapat diarahkan untuk membaca cerita menarik
lain di hadapan teman sekelas ataupun diadakan
kompetisi/lomba membaca cerita bagi peserta didik.

c. Langkah-langkah Membaca Nyaring

Sebelum membaca -
Tujuan -
1) untuk berinteraksi 1) Membuka percakapan tentang
dengan teks sebelum bahan bacaan yang akan
membaca; dibaca.
2) untuk sarana 2) Mengidentifikasi penulis, judul,
mengenal teks yang latar, tokoh, dan latar belakang.
akan dibaca; 3) Menggali pengetahuan peserta
3) untuk membangun didik yang terkait dengan tema
makna; buku yang akan dibaca.
4) untuk menggali
informasi tersirat;
5) untuk menebak isi
bacaan;
Rasional:
Semakin banyak
pengetahuan peserta
didik digali tentang
teks yang akan dibaca,
semakin dalam
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
keterlibatan emosi dan
pikiran meraka dengan
teks.
Saat membaca 1) Membaca teks dengan
pengucapan dan intonasi yang
jelas.
2) Mengajukan pertanyaan di
antara kalimat untuk
menggugah respon peserta
didik!
Setelah membaca 1) Meminta peserta didik untuk
merespon teks yang baru saja
Materi pendukung: dibaca.
- peta cerita 2) Meminta peserta didik untuk
- graphic organizer menceritakan kembali hasil
bacaan dengan menggunakan
format urutan kejadian.
3) Meminta peserta didik
meringkas cerita yang selesai
dibaca.
4) Meminta peserta didik untuk
berbagi kepada teman tentang
pemahamannya terhadap
cerita!

Mengingat banyaknya faktor yang menyebabkan minat

baca masih rendah. Solusinya adalah mulai menanamkan jiwa

baca/pengembangan minat baca pada diri masing – masing.

Menjadikan membaca menjadi kebiasaan, menjadi suatu

kebutuhan yang harus dipenuhi, dan menjadi budaya.

Pembiasaan membaca dan menulis itu harus dilakukan

dengan diawali program pembiasaan pinjam buku di

perpustakaan, lalu diberi tugas membuat simpulan dari buku

yang dipinjam, dimonitor dengan Buku/Jurnal Membaca oleh

Guru Bahasa.
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Peningkatan kemampuan membaca melalui kegiatan

budaya baca terjadwal :

a. Sepuluh (15 ) menit sebelum belajar,


b. Sepuluh (15) menit ketika pembelajaran selesai / mau
pulang serta ketika istirahat terjadwal tiap kelas di ruang
perpustakaan.
c. Terintegrasi pada kegiatan pembelajaran

Parameter Sekolah Yang Telah Membangun Budaya Literasi


Ekosistem Sekolah Yang Literat

a. Lingkungan Fisik

1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah,


termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi,
bimbingan konseling).
2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi
kesempatan yang seimbang kepada semua peserta didik.
3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di
semua ruang kelas.
4) Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan
orang tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.
5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku
bacaan untuk anak.
6) Kantor kepala sekolah mudah diakses oleh warga sekolah.

b. Lingkungan Sosial dan Afektif

1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan


nonakademik) diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara
hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk
pemberian penghargaan mingguan.
2) Kepala sekolah mengenali peserta didik bila masuk ruang kelas
(bukan hanya peserta didik yang berprestasi atau dianggap
bermasalah).
3) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
4) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi,
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
misalnya merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-
suratnya.
5) Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui
kepakaran masing-masing (dan tidak saling menjatuhkan).
6) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi
menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan
pelaksanaannya.
7) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,
terutama dalam menjalankan program literasi.

c. Lingkungan Akademik

1) Terdapat Tim Literasi Sekolah yang bertugas melakukan asesmen


dan perencanaan. Bila diperlukan, ada pendampingan dari pihak
eksternal.
2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran
dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent
reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud),
membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided
reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell
presentation).
3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk
kepentingan lain yang dianggap tidak perlu.
4) Disepakati waktu berkala untuk Tim Literasi Sekolah membahas
pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di
sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis
ilmu pengetahuan.
6) Ada kesempatan pengembangan profesional tentang literasi yang
diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait
(perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau
berbagi pengalaman dengan sekolah lain).
7) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi,
dengan tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar.

c. Muatan Program Ekstrakulikuler


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Keragaman kemampuan yang nampak pada peserta didik,

sesuai dengan minat dan bakat siswa dapat tersalurkan melalui

kegiatan Ekstrakulikuler, Adapun Jenis Program ekstrakulkuler di

SD Negeri 1 Sindangangin terdiri atas :

Jenis Penanggung
No. Pelaksana
Pengembangan Diri Jawab
Kepala
1. Keagamaan Guru PAI
Sekolah
Kepala
2. Olahraga Guru Penjaskes
Sekolah
Kepala
3. Kesenian Evia Aprilia
Sekolah
Kepala
4. Pramuka Nani Yuningsih
Sekolah
Kepala
5. Bahasa Inggris Watiman, S.Pd.
Sekolah
Kepala
6. Perpustakaan Musyarofah, S.Pd.
Sekolah
Pendidikan Kepala
7 Enang S.Pd,I
Kecakapan Hidup Sekolah
Kepala
8 Dram bend Liya Yuliani, S.Pd.
Sekolah

1. Pendidikan Kecakapan Hidup / Life Skill


a. Pembelajaran Komputer
Pendidikan kecakapan hidup yang diberikan di SDN 1

Sindangangin adalah Pengenalan Komputer dan Bahasa Inggris

Dasar , dengan bahan pertimbangan diajarkan mulai dari kelas IV

sampai dengan kelas VI untuk komputer dan dari kelas I s.d. VI

untuk Bahasa Inggris Dasar.

PROGRAM PEMBELAJARAN KOMPUTER

KELAS MATERI

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
 Pengenalan bagian-bagian komputer
IV  Mematikan dan menghidupkan dengan urutan
yang benar

 Mengetik huruf dan angka


V  Mengetik surat tidak resmi
 Mahir menggunakan program word

 Membuat dan mengetik surat

VI  Membuat kolom atau tabel mata pelajaran


 Mahir menggunakan komputer word dan excel

J. Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif merupakan sebuah model

pendidikan yang menggabungkan antara anak-anak

berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada

umumnya. Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang

dapat memberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan

khusus sehingga mereka mendapatkan pendidikan yang

layak. Hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945 serta seruan

internasional tentang pendidikan untuk semua. Pendidikan

inklusif merupakan model pendidikan yang menggabungkan

anak berkebutuhan khusus dan anak normal pada

umumnya. Dalam hal ini sekolah harus dapat

mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi

fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik dan kondisi

lainnya. Pelaksanaan pendidikan inklusif SD Negeri 1


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Sindangangin sampai saat ini telah menerima berbagai

sejumlah anak berkebutuhan khusus semuanya berkatagori

lambat belajar.

Kondisi penyelenggara pendidikan inklusif SD Negeri 1

Sindangangin , terkendala dengan kurangnya tenaga

pendidik, jumlah guru pendamping khusus sehingga

penyelenggara pendidikan inklusif belum dapat memberi

pelayanan yang maksimal. Selain itu, tenaga pendidik

khususnya guru menyangkut belum siapnya sekolah dalam

penyesuaian mengenai ketersedian smber daya manusia

yang memadai yang berkaitan dengan kualifikasi, profesi

serta kompetensi. Guru yang ada di SD Negeri 1

Sindangangin masih tergolong guru sekolah umum sehingga

kurang pemerdayan dalam hal keinklusian, keterbatasan

guru kelas dan guru pendamping khusus dalam

memberikan pendampingan terhadap anak berkebutuhan

khusus serta kualitas guru kelas yang belum sesuai dengan

kualifikasi, profesi dan kompetensi sehingga tenaga pendidik

di SD Negeri 1 Sindangangin belum sesuai dengan standar

kinerja yang dibutuhkan seperti yang dikemukakan oleh

Usman bahwasannya kompetensi menggambarkan

kualifikasi atau kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
jawab dan layak. Direktorat Pendidikan Luar Biasa 2004

menjelaskan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,

mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan

pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Namun hal ini

tidak sesuai dengan guru di SD Negeri 1 Sindangangin

mengingat belum mampunyai guru kelas maupun guru

pendamping khusus dalam tugas khusus dan sulitnya

kolaborasi di saat kegiatan pembelajaran, dengan begitu

guru kurang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Profil sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di SD

Negeri 1 Sindangangin yaitu belum adanya kurikulum

inklusif dan kurikulum fleksibel bagi anak berkebutuhan

khusus sehingga kurikulum yang digunakan belum ada

standar hanya mempermudah dan memodifikasi dari

kurikulum induk serta guru belum mampu menyusun

kurikulum yang mengacu pada SK dan KD.

Penggunaan kurikulum dalam pembelajaran juga belum ada

standar yang digunakan hanya memodifikasi guru

pendamping khusus tanpa adanya pedoman yang tertulis.

Kurikulum yang digunakan di kelas inklusif adalah

kurikulum anak normal yang belum disesuaikan dengan

kemampuan awal dan karakteristik siswa. Padahal

seharusnya kurikulum dalam pendidikan inklusif harusnya


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
disusun dengan tepat. Kurikulum pendidikan inklusif

menggunakan kurikulum reguler (kurikulum nasional) yang

sudah dimodifikasi sesuai dengan tahap anak berkebutuhan

khusus. Kurikulum dalam pendidikan inklusif hendaknya di

sesuaikan dengan kebutuhan anak, sehingga anak tidak

dipaksa untuk mengikuti kurikulum. Bahwasannya

kurikulum inklusif hendaknya sekolah yang ada

memberikan kesempatan untuk menyesuaikan kurikulum

dengan bakat dan potensi yang dimiliki anak. Profil sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif SD Negei 1 Sindangangin

pada sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh anak

berkebutuhan khusus. Sarana dan prasarana yang tersedia

masih umum seperti sekolah reguler. Kekurangan sarana

dan prasarana tersebut seperti; alat, kelas, dan media

pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus. Alat

peraga dalam penyelenggara pendidikan inklusif

keberadaannya sangat penting dalam proses pembelajaran

karena dengan alat peraga yang tepat daat membantu anak

dalam memahami materi yang diajarkan, kelas terampil dan

kelas bermain bagi anak berkebutuhan khusus juga

mengahambat penyelenggara pendidikan inklusif yang

dilakukan karena anak berkbeutuhan khusus memerlukan

kelas-kelas tersbeut untuk dapat meningkatkan kreatifitas


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
dan keterampilan serta masih kurangnya komputer yang

tersedia juga berpengaruh terhadap proses kemajuan anak

berkebutuhan khusus dalam menggunakan teknologi. Selain

itu, belum adanya perhatian terhadap aksesibilitas anak

berkebutuhan khusus menjadikan belum maksimalnya

pelayanan pendidikan inklusif yang diberikan. Dalam hal ini

penyelenggara pendidikan inklusif di SD Negeri 1

Sindangangin belum sejalan dengan yang diharapkan oleh

pemerintah Penyelenggara Pendidikan Inklusif yaitu satuan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif

harus menyediakan sarana, prasarana, media dan sumber

pembelajaran yang aksesibilitas untuk semua termasuk

anak berkebutuhan khusus. Hal ini terjadi karena

kemampuan sekolah terbatas dalam memenuhi kurangnya

sarana dan prasarana yang dibutuhkan sehingga perlunya

membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam

mengkomunikasikan pendidikan inklusif di SDN 1

Sindangangin.

C. Pengaturan Beban Belajar

Pengaturan beban belajar di SDN 1 Sindangangin

menyesuaikan dengan petunjuk yang berlaku pada struktur

kurikulum. Pengaturannya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Tabel Beban Belajar SD Negeri 1 Sindangangin

Satu Jampel Jumlah Minggu Waktu


Kelas Tatap Muka Jampel Efektif/Tahun Pembelajaran/Jam
(menit) (minggu) Pelajaran /Minggu
I
II
III
IV
V
VI

Keterangan :

1. Satu jam pembelajaran tatap muka (menit) = 35 menit

2. Jumlah jam pembelajaran per minggu = 32-38 jam pelajaran

3. Minggu efektif per tahun ajaran = 32-36 minggu

D. Ketuntasan Belajar

Interpretasi hasil penilaian untuk menentukan ketuntasan

belajar. dalam menentukan apakah peserta didik telah

berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu pada

indikator yang secara teknis, penilaiannya dilakukan pada

saat atau setelah pembelajaran berlangsung dengan

menetapkan skor antara 0% sampai 100% , kritera ideal

untuk masing-masing indikator lebih besar dari 75%.

Penetapan kriteria ketuntasan minimal ini disesuaikan

dengan kondisi sekolah secara akademis, kompleksitas

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
indikator dan daya dukung guru dan ketersediaan sarana

dan prasarana. Di samping benchmarking sebagai

perbandingan peringkat kualitas sekolah dan sekolah lain,

yang ada di lingkungan gugus. Atas dasar hasil analisis,

dengan memperhitungkan kelemahan kelebihan dan

tantangan kedepan serta harapan ketercapaian program

sekolah yang telah ditetapkan melalui analisis SWOT (

Strength, Weakness ,Oportunity and Treats ) yaitu

menganalisis kekuatan, kelemahan lembaga (Internal) dan

menganalisis peluang dan ancaman (eksternal), maka target

ketuntasan belajar minimal untuk SD Negeri 1 Sindangangin

yang mempertimbangkan Karakteristik peserta didik,

karakteristik mata pelajaran, kondisi satuan pendidikan dan

analisis hasil penilaian adalah sebagai berikut :

KRITERIA KETUNTASAN
MINIMAL
No. MATA PELAJARAN
KELAS Rata
I II III IV V VI rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. MATA PELAJARAN
1 PAI dan BP 76 76 76 76 76 76 76
2 PPKn 70 70 70 70 70 70 70
3 Bahasa Indonesia 71 71 71 71 71 71 71
4 Matematika 68 68 68 68 68 68 68
Ilmu Pengetahuan
5 - - - 73 73 73 73
Alam

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
Ilmu Pengetahuan
6 - - - 70 70 70 70
Sosial
Seni Budaya dan
7 70 70 70 70 70 70 70
Prakarya
Pendidikan Jasmani,
8 Olahraga, dan 75 75 75 75 75 75 75
Kesehatan
B. MULOK

1. Bahasa Sunda 70 70 70 70 70 70 70

Rata – rata kelas 71 71 71 71 71 71 71

Sedangkan untuk pengembangan diri KKMnya sebagai

berikut :

No KKM
KOMPONEN
. I II III IV V VI
A PENGEMBANGAN DIRI:
1. Keagamaan B B B B B B
2. Olahraga B B B B B B
3. Kesenian B B B B B B
4. Pramuka B B B B B B
5. Bahasa Inggris B B B B B B
6. Pembiasaan B B B B B B

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
E. Kriteria Kenaikan Kelas

Pelaksanaan kenaikan kelas setiap akhir tahun pelajaran

waktunya menyesuaikan dengan kalender pendidikan yang

telah ditetapkan.

a. Kriteria Kenaikan Kelas

- Nilai rapot diambil dari nilai penilaian harian (2),

penilaian tengah semester (1) dan penilaian akhir tahun (1)

dijumlahkan dibagi 4 untuk mencari nilai rata-rata, setiap

siswa dalam satu mata pelajaran, yang sesuai dengan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SDN 3 Cibadak.

- Memiliki Rapor di kelasnya masing-masing.

b. Penentuan Kenaikan Kelas.

- Penentuan siswa yang naik kelas dilakukan oleh sekolah

dalam suatu rapat dewan guru dengan mempertimbangkan

Kriteria Ketuntasan Minimal , sikap/penilaian/budi pekerti

dan kehadiran siswa yang bersangkutan.

- Siswa yang dinyatakan naik kelas, rapornya dituliskan naik

ke kelas….

- Siswa yang tidak naik kelas harus mengulang kembali di

kelasnya.

- Bagi siswa yang telah menyelesaikan seluruh program

pembelajaran untuk dua semester pada kelas yang

diikutinya dinyatakan naik kelas.


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
- Memenuhi standar minimal dalam KKM mata pelajaran

- Nilai kepribadian pada semester yang diikuti minimal baik

- Memenuhi ketentuan lainnya yang telah ditetapkan atau

disepakati oleh semua stakeholder sekolah

- Siswa dinyatakan mengulang di kelas yang sama apabila :

 Memperoleh nilai kurang dari KKM Mata pelajaran

untuk semua mata pelajaran.

 Tidak menuntaskan SK dan KD lebih dari tiga mata

pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran

sampai pada batas akhir tahun pelajaran

 Karena alasan kuat misalnya gangguan kesehatan

fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin

dibantu mencapai kompetensi yang ditetapkan

 Ketika mengulang dikelas yang sama, nilai siswa untuk

semua indikator SK dan KD dan SKBMnya sudah dapat

dicapai pada tahun sebelumnya. Sesuai dengan

ketentuan, bagi siswa yang telah menyelesaikan

keseluruhan program pembelajaran yang telah

ditetapkan, berhak mendapatkan raport atau laporan

pendidikan yang berfungsi sebagai akuntabilitas publik.

F. Standar Kompetensi Lulusan ( SKL )

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
1). Sesuai dengan ketentuan PP nomor 19/2005, pasal 72

ayat 1 peserta didik dinyatakan lulus dari tingkat satuan

pendidikan dasar apabila :

 Mampu menyelesaikan seluruh program

pembelajaran.

 Batas minimal baik untuk seluruh kelompok mata

pelajaran agama dan akhlaq mulia, kewarga

negaraan dan kepribadian, estetika, jasmani olahraga

dan kesehatan.

 Dinyatakan lulus ujian sekolah.

2). Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no

23 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006. Standar kompetensi

lulusan satuan pendidikan (SKL-SP) dikembangkan

berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, pendidikan

dasar SD/MI/SDLB paket A dan SMP/MTs/SMPLB/

paket B berjuang untuk meletakan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk mandiri, dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut.

Adapun standar kompetensi lulusan satuan Pendidikan

(SKL-SP) selengkap nya adalah :

 Menjalankan ajaran agama islam yang sesuai

dengan tahapan perkembangan anak.


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
 Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

 Memahami aturan-aturan social yang berlaku dalam

lingkungannya.

 Menghargai keragaman agama, budaya, suku, ras

dan golongan social ekonomi dilingkungan sekitar.

 Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar

secara logis, kritis, dan kreatif.

 Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, dan

kreatif dengan bimbingan guru/pendidik.

 Menunjukan rasa keingintahuan yang tinggi dan

menyadari potensinya.

 Menunjukan kemampuan memecahkan masalah

sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

 Menunjukan kemampuan dan mengenal gejala alam

dan social di lingkungan sekitar

 Menunjukan kecintaan dan kekpedulian terhadap

lingkungan.

 Menunjukan kecintaan dan kebanggaan terhadap

bangsa, Negara, dan tanah air Indonesia.

 Menunjukan kemampuan untuk melakukan kegiatan

seni dan budaya local.

 Menunukan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar,

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
aman dan memanfaatkan waktu luang.

 Berkomunikasi secara jelas dan santun.

 bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan

menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan

teman-teman.

 Menunujukan kegemaran membaca dan menulis.

 Menunjukan keterampilan menyimak, berbicara,

membaca, menulis, dan berhitung.

Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 ayat

(1), Keputusan Mendiknas Republik Indonesia Nomor

012/U/2002 tentang Pelaksanaan Ujian Sekolah,

Permendiknas RI Nomor 39 tahun 2007 peserta didik

dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan

menengah setelah:

a. Menyelesaikan seluruh pembelajaran.

b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir

untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata

pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok

kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata

pelajaran estetika,dan kelompok mata pelajaran

jasmani, olah raga dan kesehatan.

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
c. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Lulus USBN / Ujian sekolah

Berdasarkan ketentuan di atas maka SD Negeri 1

Sindangangin menetapkan kriteria dan penentuan kelulusan

sebagai berikut.

a. Kriteria Kelulusan

Hasil ujian dituangkan ke dalam blangko daftar nilai ujian,

hasil ujian dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan

sekolah untuk penentuan kelulusan dengan kriteria sebagai

berikut :

1). Memiliki rapor kelas VI

2). Telah mengikuti Ujian Sekolah dan memiliki nilai untuk

seluruh mata pelajaran yang diujikan, minimal rata-rata

nilai dari seluruh mata pelajaran adalah 6,0.

b. Penentuan Kelulusan

1) Penentuan siswa yang lulus dilakukan oleh sekolah

dalam suatu rapat dewan guru dengan

mempertimbangkan nilai rapor, nilai ujian sekolah,

sikap/prilaku/budi pekerti siswa yang bersangkutan

serta memenuhi syarat kriteria kelulusan.

2) Siswa yang dinyatakan lulus diberi ijazah, dan rapor

sampai dengan nilai semester 2 kelas VI sekolah dasar.


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
3) Siswa yang tidak lulus tidak diberi ijazah dan

mengulang di kelas terakhir.

c. Penentuan kelulusan di SD Negeri 1 Sindangangin

adalah sebagai berikut:

Aspek Akademik

1). Menyelesaikan seluruh program pembelajaran

2). Telah mengikuti Ujian Sekolah praktik maupun tertulis

dan memiliki nilai untuk seluruh mata pelajaran yang

diujikan.

3). Nilai hasil ujian sekolah baik tertulis maupun praktik

setiap mata pelajaran minimal 6,00 dengan rata-rata

nilai ujian sekolah 6,00

Aspek Non Akademik

1). Memiliki budi pekerti luhur , sikap dan prilaku

yang baik .

2). Tidak pernah terlibat narkoba, tawuran dan tindak

kriminal

3) Siswa yang tidak memenuhi persyaratan kelulusan

dinyatakan tidak lulus dan tidak berhak menerima

Ijazah.

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
4) Bagi siswa yang tidak lulus dapat mengikuti USBN dan

ujian sekolah tahun berikutnya dengan mengulang di

kelas VI.

G. Prosedur Penilaian Pembelajaran

Penilaian oleh pendidik pada dasarnya digunakan untuk

menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar

untuk memperbaiki proses pembelajaran dan bahan

penyusunan pelaporan hasil penilaian peserta didik pada

aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.

Agar pelaporan hasil penilaian peserta didik objektif,

akuntabel, dan informatif, pendidik harus terlebih dahulu

melakukan pengolahan hasil penilaian hasil belajar secara

benar dan efektif. Pengolahan hasil penilaian peserta didik

merupakan kegiatan merekapitulasi, menganalisis, dan

melaporkan hasil penilaian pencapaian sikap, pengetahuan,

dan keterampilan peserta didik kepada pelaku pendidikan

terkait dalam kurun waktu tertentu. Hasil penilaian

pencapaian sikap oleh pendidik disampaikan dalam bentuk

predikat atau deskripsi. Sedangkan hasil penilaian pencapaian

pengetahuan dan keterampilan oleh pendidik disampaikan

dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.

a. Pengolahan dan Pelaporan Penilaian Sikap


Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Alur pelaksanaan, pengolahan, dan pelaporan penilaian sikap

digambarkan dalam skema di bawah ini.

Hasil penilaian sikap direkap oleh pendidik


minimal dua kali dalam satu semester. Hasil
penilaian sikap ini akan dibahas dan dilaporkan
dalam bentuk deskripsi nilai sikap peserta didik.

Langkah-langkah untuk membuat deskripsi nilai


sikap selama satu semester:

a. Guru kelas dan guru mata pelajaran


mengelompokkan atau menandai catatan- catatan
sikap peserta didik yang dituliskan dalam jurnal,
baik sikap spiritual maupun sikap sosial.

b. Guru kelas membuat rekapitulasi sikap dalam


jangka waktu satu semester (jangka waktu bisa
disesuaikan sesuai pertimbangan satuan
pendidikan).

c. Guru kelas mengumpulkan catatan sikap berupa


deskripsi singkat dari guru mata pelajaran (PJOK
dan Agama) dan warga sekolah (guru
ekstrakurikuler, petugas perpustakaan, dan
penjaga sekolah).

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
d. Guru kelas menyimpulkan dan merumuskan
deskripsi capaian sikap spiritual dan sosial setiap
peserta didik.
Berikut rambu-rambu rumusan deskripsi
nilai sikap selama satu semester:
a. Deskripsi sikap menggunakan kalimat yang bersifat
memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada
positif. Hindari frasa yang bermakna kontras,
misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ...
atau ... namun masih perlu bimbingan dalam hal ...
b. Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan
sikap peserta didik yang sangat baik, baik, cukup,
atau perlu bimbingan.
c. Apabila peserta didik tidak memiliki catatan
apapun dalam jurnal, sikap dan perilaku peserta
didik tersebut diasumsikan baik.
d. Karena sikap dan perilaku dikembangkan selama
satu semester, deskripsi nilai sikap peserta didik
dirumuskan pada akhir semester. Oleh karena itu,
guru mata pelajaran dan guru kelas harus
memeriksa jurnal secara keseluruhan hingga
akhir semester untuk menganalisis catatan yang
menunjukkan perkembangan sikap dan perilaku
peserta didik.
e. Penetapan deskripsi akhir sikap peserta didik
dilakukan melalui rapat dewan guru pada akhir
semester.
Berdasarkan rekap jurnal sikap dan perilaku
selama satu semester dan rapat dewan guru,
deskripsi sikap dalam rapor dituliskan seperti
contoh berikut.
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
Nama
NamaPeserta
PesertaDidik
Didik : Arora
: Arora Kelas
Kelas : 1: I-A
NISN/NIS
NISN/NIS : 30401540/2122001
: 30401540/1415001 Semester
Semester : 1: (satu)
I (Satu)
Nama
NamaSekolah
Sekolah : SDN
: SD1Bagimu
Sindangangin
Negeri Tahun
TahunPelajaran
Pelajaran : 2021/2022
: 2016/2017
Alamat
AlamatSe4kolah
Sekolah : Sarimukti Sindangangin
: Jl. Ahmad Yani No. 45 Balikpapan

A. Sikap
Deskripsi
Arora taat beribadah, berperilaku syukur,
selalu berdoa sebelum melakukan kegiatan
1. Sikap Spiritual
dan sudah mampu meningkatkan sikap
toleransi beragama.
Arora sangat jujur, percaya diri dan sudah
2. Sikap Sosial
mampu meningkatkan sikap disiplin.

b. Pengolahan dan Pelaporan Penilaian Pengetahuan


Hasil penilaian pengetahuan diolah secara kuantitatif
dengan menggunakan angka (bilangan bulat skala 0-
100), predikat, dan deskripsi. Deskripsi berupa kalimat
positif terkait capaian kemampuan peserta didik dalam
setiap muatan yang mengacu pada setiap KD.
Data pada tabel di bawah ini adalah contoh analisis
hasil belajar siswa untuk mendapatkan nilai per
Pilihan Ganda Isian Uraian PKN IND MATEMATIKA SBdP PJOK
kompetensi
NAMA dasar. 3.2 3.3 3.1 3.2 3.1 3.1
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nomor Soal
[3,4, [5,6, [7,13, [8,14,
Bobot Soal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 [1,9,15] [2,10,16]
11,17] 12,18] 19] 20]
1 Arora 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 3 3 2 3 3 2 80 100 50 83 80 80
2 Fani 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 1 3 100 80 83 83 60 80
3 Dino 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 3 3 2 3 2 1 80 80 67 100 80 60
4 Lukito 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 0 3 1 2 100 80 50 83 60 80
5 dst
RATA-RATA NILAI 90 85 63 88 70 75
NILAI TERTINGGI 100 100 83 100 80 80
NILAI TERENDAH 80 80 50 83 60 60

KD muatan pelajaran dan nomor soal pada kolom


sebelah kanan sesuai dengan KD dan nomor soal yang
telah ditentukan pada saat pembuatan kisi-kisi.

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
Data pada tabel di bawah ini adalah contoh hasil
pengolahan penilaian pengetahuan dalam satu semester
untuk muatan pelajaran Bahasa Indonesia.

Contoh Rekap Nilai Pengetahuan


Nama : Arora
Muatan pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : I/1

Rumus NA:

NA =
Keterangan:
 Rumus tersebut diasumsikan guru memberikan bobot 2
untuk NPH, 1 NPTS dan 1 NPAS
 Nilai penilaian harian (NPH) merupakan rerata nilai dari
penilaian harian (tes dan nontes) pada setiap KD per
mata/muatan pelajaran.
 Nilai penilaian tengah semester (NPTS) merupakan nilai
setiap KD pengetahuan per mata/muatan pelajaran
 Nilai penilaian akhir semester (NPAS) atau nilai penilaian
akhir tahun (NPAT) merupakan nilai setiap KD
pengetahuan per mata/muatan pelajaran.
 Nilai akhir semester (NAS) atau nilai akhir tahun (NAT)
diperoleh dari NPH, NPTS dan NPAS/NPAT pada KD per

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
mata/muatan pelajaran yang digunakan untuk pengisian
nilai rapor.

d. Menentukan Nilai Akhir


Penghitungan NA untuk setiap KD dapat

dilakukan sesuai dengan kegiatan penilaian yang

dilakukan dan pembobotan. Untuk penghitungan NA

KD 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.8, dan 3.10 didasarkan

pada NPH, NPTS, dan NPAS. Jika bobot di suatu

satuan pendidikan adalah (2*NPH):NPTS:NPAS, maka

penghitungan NA KD menggunakan rumus sebagai

berikut:

NA KD = NA KD 3.1 =

= 76

Penghitungan NA untuk setiap KD dapat

dilakukan sesuai dengan kegiatan penilaian yang

dilakukan dan pembobotan. Untuk penghitungan

NA KD 3.6, 3.7, dan 3.9 didasarkan pada NPH dan

NPAS. Hal ini dikarenakan ketiga KD tersebut

terdapat pada tema 3 dan/atau 4 yang kegiatan

pembelajarannya dilakukan setelah PTS Jika bobot

di suatu satuan pendidikan adalah (2*NPH):NPAS,

maka
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
penghitungan NA KD menggunakan rumus sebagai

Dengan demikian penghitungan NA Muatan pelajaran dapat


dilakukan dengan
menggunakan rumus:
NA Mupel =

NA Bahasa =
Indonesia = 81
berikut:

NA KD =

NA KD 3.7 = = 80

e. Menentukan Predikat dan Deskripsi

Misal di sekolah Arora, ditentukan KKM Satuan


Pendidikan 70, maka rentang predikat berdasarkan rumus
sebelumnya diperoleh data sebagai berikut:

RENTANG PREDIKAT
KKM Satuan Panjang
Pe ndidikan *) Inte rval A (Sangat C D (Pe rlu
B (Baik)
Baik) (C ukup) Bim bingan)

70 30/3= 10 89<A 100 79< B 89 70 C 79 D< 70

Capaian nilai Arora 81, maka predikat yang dicapai Arora


berdaasarkan rentang predikat pada KKM sekolahnya adalah B.

Untuk menuliskan deskripsi rapor, dimulai dari


menganalisis capaian nilai KD tertinggi dan terendah. Berikut
disajikan tabel nilai KD pengetahuan muatan pelajaran Bahasa
Indonesia.

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa capaian nilai
tertinggi paa KD 3.5 = 91 (sangat baik), sedangkan capaian nilai
terendah pada KD 3.3 = 73 (cukup). Dengan demikian deskripsi
rapor sebagai berikut.

Ananda Arora sangat baik dalam mengenal kosakata tentang cara


memelihara kesehatan melalui teks pendek, cukup dalam menguraikan
lambang bunyi vokal dan konsonan.

- Contoh Penulisan Rapor Pengetahuan

Pengetahuan Keterampilan
No Muatan Pelajaran
Nilai Predikat Deskripsi Nilai Predikat Deskripsi

Ananda Arora sangat baik
dalam mengenal kosakata
tentang cara memelihara
3 Bahasa Indonesia 81 B kesehatan melalui teks
pendek, cukup dalam
menguraikan lambang bunyi
vokal dan konsonan.

f. Pengolahan dan Pelaporan Penilaian Keterampilan

Nilai keterampilan diolah secara kuantitatif


dengan menggunakan bilangan bulat pada skala 0
sampai dengan 100 serta dibuatkan deskripsi
capaian kemampuan peserta didik. Deskripsi
tersebut berupa kalimat positif terkait capaian
kemampuan peserta didik dalam setiap muatan

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90
pelajaran yang mengacu pada setiap KD pada
muatan pelajaran.

Penilaian keterampilan dapat disajikan dalam


bentuk nilai rata-rata dan/atau nilai optimum,
sedangkan nilai akhir penilaian keterampilan
dihitung dari rerata nilai seluruh KD. Nilai optimum
diberlakukan apabila penilaian dilakukan terhadap
KD pada materi dan teknik penilaian yang sama dan
penilaian dilakukan lebih dari satu kali.

g. Menentukan Nilai Akhir

Data pada tabel di bawah merupakan hasil


penilaian keterampilan dalam satu semester untuk
muatan pelajaran Bahasa Indonesia. Pengolahan
nilai keterampilan untuk rapor peserta didik adalah
sebagai berikut.
Contoh Rekap Nilai Keterampilan

Nama : Arora

Muatan Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : I/1

KD Praktik Pro duk Pro ye k SKO R


4.1 90 - 80 - - - 90*)
4.2 - 86 - - - - 86
4.3 75 - - - - - 75
4.4 80 - - - - - 80
4.5 85 - - - - - 85
4.7 85 - - 80 - - 83
4.8 80 - - - - - 80
4.9 78 86 - - 86*)
4.1 80 70 85 - - - 85*)
4.11 75 - - 85 75 - 80**)
Nilai Akhir Semester 83

Catatan:

1. Penilaian KD 4.1, 4.9 dan 4.10 dilakukan dengan


teknik yang sama dan materi serta KD nya juga
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
90
sama. Oleh karena itu, skor akhir adalah skor
optimum.
2. Penilaian untuk KD 4.11 dilakukan 3 (tiga) kali
penilaian, yaitu 2 (kali) produk dan 1 (kali) praktik.
Oleh karenanya, skor akhir adalah rata-rata dari
skor optimum produk dan skor praktik.
3. Nilai akhir semester diperoleh berdasarkan rata-
rata skor akhir keseluruhan KD keterampilan yang
dibulatkan.

h. Menentukan Predikat dan Deskripsi

Penentuan predikat dan deskripsi pada penilaian


keterampilan sama dengan penentuan predikat dan deskripsi
pada penilaian pengetahuan.

Dengan demikian, predikat untuk Arora dengan nilai


akhir 83 adalah B. Capaian nilai tertinggi berdasarkan pada
rekap nilai keterampilan Arora terdapat pada KD 4.1 = 90
(sangat baik), sedangkan capaian nilai terendah terdapat pada
KD 4.3 = 75 (cukup). Dengan demikian deskripsi rapor sebagai
berikut.

Ananda Arora sangat baik dalam mempraktikkan kegiatan


persiapan membaca permulaan, cukup dalam melafalkan bunyi vokal
dan konsonan.

i. Contoh Penulisan Rapor Keterampilan


Pengetahuan Keterampilan
No Muatan Pelajaran
Nilai Predikat Deskripsi Nilai Predikat Deskripsi

Ananda Arora sangat baik
dalam mempraktikkan
kegiatan persiapan
3 Bahasa Indonesia 83 B membaca permulaan,
cukup dalam melafalkan
bunyi vokal dan konsonan.
Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok
… 90
i. Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian

Hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan


dianalisis untuk memperoleh informasi tentang pencapaian
kompetensi peserta didik. Hasil analisis digunakan oleh
pendidik untuk mengidentifikasi peserta didik yang sudah
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) KD
mata/muatan pelajaran. Bagi peserta didik yang belum
mencapai KKM KD, pendidik harus menindaklanjuti dengan
remedial, sedangkan bagi peserta didik yang telah mencapai
KKM KD, pendidik dapat memberikan pengayaan.
Sedangkan pemanfaatan dan tindak lanjut yang dilakukan
oleh satuan pendidikan terhadap hasil analisis adalah:
(a) Membuat laporan kemajuan belajar peserta didik (rapor)
setelah mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik
dan kemajuan belajar lainnya dari setiap peserta didik.
(b) Menata kembali seluruh materi pembelajaran setelah
melihat hasil penilaian akhir semester atau akhir tahun.
(c) Melakukan perbaikan dan penyempurnaan instrumen
penilaian.
(d) Merancang program pembelajaran pada semester
berikutnya.
(e) Membina peserta didik yang tidak naik kelas.

Dokumen I K-13 SDN 1 Sindangangin, Lakbok


90

Anda mungkin juga menyukai