Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH MIKROBIOLOGI

“ PEWARNAAN SPORA “

Dosen Pengampu : Bapak. Ir.Agus Sulaeman, M.KES

ALIFA NISA DELIYANA – P17331121029

ANGGI AMELIA PUTRI – P17331121027

FEBIYANI LESTARI – P17331121031

RIVANI NUR MARIANA – P17331121025

JURUSAN D3 GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pewarnaan sederhana dan gram tidak bisa dilakukan untuk mewarnai endospora,
karena zat warna tidak dapat berpenetrasi ke dalam dinding sel dari endospora. Spora
sukar diwarnai sekali diwarnai sukar hilang. Pewarnaan khusus endospora
menggunakan dua reagen pewarna, yaitu Malachite Green dan Safranin.

Malachite Green merupakan zat warna utama yang akan memberi warna hijau pada
endospora. Pemanasan perlu dilakukan agar zat warna dapat berpenetrasi ke dinding
sel endospora. Safranin merupakan pewarna tandingan, akan memberi warna merah
kepada bagian sel bakteri selain endospora (Harley & Prescott 2002; Tortora dkk.,
2010).

Disini kelompok kami menggunakan bakteri Bacillus . Morfologi dan Sifat Bakteri Bacillus
subtilis merupakan salah satu jenis bakteri Gram positif dan berbentuk basil (batang)
yang dapat membentuk endospora berbentuk oval di bagian sentral. Koloni bakteri pada
media agar berbentuk bulat sedang, tepi tidak teratur, permukaan tidak mengkilat dan
berwarna kecoklatan.

Tujuan dari pewarnaan spora adalah untuk mengidentifikasi bakteri yang mampu
menghasilkan spora.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pengamatan spora merupakan pengamatan yang diperlukan untuk dapat menembus


dinding tebal pada spora. Volk dan Wheeler (1998). Pewarnaan ini dilakukan untuk
memperjelas pengamatan sel yang juga diwarnai dengan larutan seperti safranin, dan hijau
malacit. Zat yang diwarnai tersebut dapat digunakan untuk mewarnai spora bakteri yang
tidak terlepas dari dindidng sel kimiawi dari dinding spora itu sendiri. Volk dan Wheeler
(1998), juga mengatakan ketika kondisi lingkungan dianggap menguntungkan makan spora
akan tetap menjadi spora dan tumbuh menjadi sel bakteri baru yang berkembang biak
secara normal.

Hal itu tidak terlepas dari Pelczar (1986), yang mengatakan bahwa dalam spora bakteri
terdapat kompleks Ca dan asam dipikolinan peptidoglikan. Spora ini hidup dan beratahan
sangat lama, bertahun-tahun hingga berabad abad dalam lingkungan normal. Sel tersebut
akan mati pada saat suhu 60-70 derajat celcius. Akan tetapi, spora hidup dalam air mendidih
bakan selama satu jam. Spora akan tetap menjadi spora dan dapat berubah menjadi bakteri
saat kondisi lingkungan menguntungkan.

Bakteri sendiri merupakan makhluk hidup yang bentuknya sangat kecil serta tak kasat
mata, hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Satuan sdalam mengukur bakteri
adalah micron. Bakteri berukana antaran 0,5-2 um dan lebarnya 1-5 um. Pengukuran ini
dilihat berdasarkan ukuran buti darah merah. Pengukuran akan tepat saat dilakukan pada
alat micrometer yang diletakan pada kaca objek.

Bakteri yang akan diwarnai ini merupakan bakteri endofit yang merupakan bakteri yang
melakukan symbiosis dengan tanaman inang. Bakteri ini menyebabkan terjadinya kerusakan
atau penyakit pada tanamana inang. Bakteri ini umunya bersifat obligat dalam
mengkoloniasasi inangnya.
BAB 3
PROSEDUR
A. Alat dan bahan Pewarnaan spora

Alat :

a. Jarum Ose
b. Lampu Bunsen
c. Pipet Tetes
d. Object Glass
e. Kayu Penjepit
f. Kertas saring
g. Mikroskop
h. Tissue Lensa

Bahan :

a.Biakan bakteri Bacillus subtilis

b.Biakan bakteri Klebsiella pneumonia

c. hijau malacit

d. karbol fuchsin

e. tinta cina

f. minyak inersi

B. Cara kerja

1.Pewarnaan Spora

a. D i b u a t s u s p e n s i b a k t e r i Bacillus subtilis d a l a m 0 , 5 m L N a C l
d a l a m tabung reaksi

b. Ditambah karbol fuchsin lalu dipanaskan di atas api

c. Dibuat preparat, dikeringkan, direkatkan

d. Direndam dalam asam sulfat 1%, dibilas dengan air kran

e. Dituang hijau malacit, diamkan beberapa menit

f. Zat warna dibuang, dibilas, dan dikeringkan

g. Hasil pewarnaan diamati di bawah mikroskop


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari pewarnaan spora bacillus adalah spora yang merupakan bentuk
bakteri mempertahankan dirinya dari kondisi yang kurang mendukung untuk kehidupan
bakteri. Bacillus subtilis merupakan contoh bakteri yang dapat membentuk spora. Spora
yang dihasilakna akan berwarna hijau dan sel vegetatifnya merah.

Hasil pewarnaan spora pada bacillus menunjukan bahwa bakteri endofit ini memiliki spora
yang ditunjukan oleh sel spora yang berwarna hijau. Pewarna bakteri yang digunakan
adalah malachite green yang digunakan sebagai cat spora.

Sehingga didapatkan spora yang berwana hijau. Spora yang berhasil diwarnai ini mengikat
kiuat cat warna sehingga ketika ditutup akan kembali dengan cat lain yaitu safranin. Karena
sifat spora yang akan mempertahankan warna awalnya.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Pewarnaan khusus endospora menggunakan dua reagen pewarna, yaitu : Malachite Green
merupakan zat warna yang memberikan warna hijau dan Safranin merupakan pewarna
tandingan yang memberikan warna merah. Tujuan dari pewarnaan spora adalah untuk
mengidentifikasi bakteri yang mampu menghasilkan spora.

Hasil yang diperoleh dari pewarnaan spora Bacillus adalah spora yang merupakan bentuk
bakteri mempertahankan dirinya dari kondisi yang kurang mendukung untuk kehidupan
bakteri. Spora yang dihasilkannya akan berwarna hijau dan sel vegetatifnya merah, dan
menunjukan bahwa bakteri endofit ini memiliki spora yang ditunjukan oleh sel spora yang
berwarna hijau. Pewarna bakteri yang digunakan adalah malachite green. Sehingga
didapatkan spora yang berwarna hijau.

5.2 SARAN

Pada praktikum pewarnaan spora ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dengan
benar maksud dan tujuan serta mengikuti prosedur pelaksanaan praktek pewarnaan spora
ini dengan baik guna meminimalisir terjadinya kesalahan pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

http://deeresnewbie.blogspot.com/2019/06/makalah-pewarnaan-spora-ii-
mikrobologi.html

Purwaningsih, D. & Wulandari, D. 2021. Uji Aktivitas Antibakteri Hasil Fermentasi


Bakteri Endofit Umbi Talas (Colocasia esculenta L) terhadap Bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol. 3 No. 5 hal. 750-759.

Anda mungkin juga menyukai