Anda di halaman 1dari 14

PERAN IRINGAN MUSIK DAN PENCAHAYAAN DALAM TARI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Metodologi Pengembangan Seni Tari Anak Usia Dini

Dosen Pengampu : Indani Damayanti, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 4

Ami Kusumawati 2019. 4.7.1.01070


Asih 2019.4.7.1.01153
Nurul Alfianingsih 2019. 4.7.1.01112
Ratna Santy 2019.4.7.1.01115

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peran Iringan Musik
dan Pencahayaan dalam Tari” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
matakuliah Metodologi Pengembangan Seni Tari AUD. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Metodologi Pengembangan Seni Tari AUD
bagi para pembaca dan penyusun.

Kami ucapkan terimakasih kepada Miss Indani Damayanti, M.Pd.selaku dosen


mata kuliah Metodologi Pengembangan Seni Tari AUD yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sehingga kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
Metodologi Pengembangan Seni Tari AUD sesuai dengan studi yang kami tekuni. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................2
A. Konsep Iringan Musik dalam Tari Anak Usia Dini...............................................................2
B. Pencahayaan dalam Tari Anak Usia Dini..............................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................10
A. KESIMPULAN...................................................................................................................10
B. SARAN...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................11

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya anak-anak menyukai musik dan tari. Menari bersama bisa mengasah
kecerdasan fisik anak. Menari menuntut keseimbangan, keselarasan, gerak tubuh, kekuatan
dan kelenturan otot. Tidak hanya tangan dan kaki saja tetapi tubuh pun ikut bergerak.
Pendidikan seni tari, musik, di sekolah taman kanak-kanak merupakan bagian dari proses
pembentukan individu yang utuh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Iringan musik dan pencahayaan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam seni
tari. Iringan musik adalah pola rikmik dalam sebuah tari, pola ritmik dalam sebuah tari timbul
karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi, gerakan tari yang sesuai dengan harmoni dan
gerakan tari yang sesuai dengan frase musik. Sedangkan pencahayaan berfungsi sebagai
penerang, penciptaan suasana, penguatan adegan, kualitas pencahayaan serta efek khusus
pementasan. Kedua hal tersebut berkaitan dengan penataan tari, sehingga menghasilkan karya
seni tari yang indah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran iringan musik dalam tari anak usia dini?
2. Bagaimana pencahayaan dalam tari anak usia dini?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran iringan musik dalam tari anak usia dini.
2. Untuk mengetahui pencahayaan dalam tari anak usia dini.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Iringan Musik dalam Tari Anak Usia Dini


Desain musik adalah pola ritmik dalam sebuah tari. Pola ritmik di dalam tari timbul karena
gerakan tari yang sesuai dengan melodi, gerakan tari yang sesuai dengan harmoni dan
gerakan tari yang sesuai dengan frase musik. Oleh karena itu, fungsi musik di dalam tari
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut:

1. Musik sebagai pengiring tari adalah musik yang dibuat khusus untuk suatu tari,
berfungsi untuk mengiringi tari sehingga ritme musik (melodi, harmoni, dan frase)
selaras dengan ritme gerak tarinya.
2. Musik sebagai ilustrasi adalah musik yang difungsikan hanya untuk penjelas. Musik
sebagai illustrasi tari dapat ditempatkan di bagian awal, dibagian tengah atau di
bagian akhir tarian.
3. Musik sebagai ilustrasi yang membantu penciptaan suasana. Maksudnya adalah musik
yang memperkuat suasana adegan.

            Sedangkan untuk membuat iringan musik ada beberapa cara yang harus ditempuh
oleh penata tari, diantaranya adalah:

1) Pertama, hampir sama dengan konsep gerak, maka konsep iringan musik juga dapat
berpijak dan mengembangkan musik daerah tertentu, sesuai dengan garapan geraknya.
Namun, dapat juga tidak mengembangkan musik daerah tertentu tapi membuat kreasi
iringan musik baru yang sengaja di buat untuk tari tersebut.
2) Cara kedua, musik iringan dapat juga dibuat dengan cara editing, yaitu garapan tari
tersebut tidak menggunakan musik iringan yang sengaja dibuat dengan menggunakan
instrumen musik lengkap untuk kepentingan tersebut, tetapi menggunakan musik-
musik yang sudah ada dalam bentuk rekaman pita kaset.
3) Cara ketiga, ada tari yang tidak menggunakan alat musik maupun editing, tetpi
menggunakan alat musik internal yaitu musik yang suaranya dihasilkan dari anggota
badan manusia. Misalnya suara penari, tepukan tangan, tepukan tangan di paha,
jentikan ibu jari dan jari tengah, seruan atau teriakan penari.
4) Cara keempat, tari dapat juga di iringi dengan syair-syair lagu yang
dinyanyikan oleh penari atau oleh kelompok vokalis.

2
5) Cara kelima, iringan tari juga dapat dihasilkan dari kreativitas kita memanfaatkan
benda-benda yang ada di sekeliling kita. Atau menggunakan alat musik sederhana
misalnya rebana, garputala, atau yang lainnya untuk mengiringi tari yang sederhana.

Hubungan sebuah tarian dengan musik pengiringnya dapat terjadi pada aspek bentuk, gaya
ritme, suasana atau gabungan dari aspek-aspek itu. Pada dasarnya sebuah iringan musik harus
dipilih untuk menunjang tarian yang diiringinya, baik secara ritmis maupun emosional.
Dengan perkataan lain, sebuah iringan tari harus mampu menguatkan atau menggarisbawahi
makna tarian yang diiringinya. Pemilihan tarian tari dilakukan berdasarkan pertimbangan:

1. Ritme dan tempo


Musik dan tari memeng mempunyai dasar pijak yang sama, yaitu ritme. Oleh karena
dorongan dinamikan dan struktur ritmis, kekuatan melodis dan harmonis  musik selalu
merupakan pasangan tari sepanjang masa.
Seorang penari harus memiliki rasa irama, yang dalam defenisi kerja penari, dapat
diartikan sebagai kemampuan menghitung secara teratur dan kemampuan melakukan
reaksi gerak dengan ketepatan terhadap rangsangan dari luar. Secara luas, rasa irama
atau rasa ritme ini diartikan sebagai kemampuan untuk mewujudkan dan
memproyeksikan ide lewat pengaturan waktu dan untuk memadukanrangkaian kejadian
itu lewat artikulasi ritmis.
2. Suasana rasa
Dalam memilih musik sebagai ciptaan suasana, kita dapat memilih suasana musik yang
sesuai dengan suasana yang dibutuhkan oleh tarinya atau memilih musik yang
berlawanan dengan suasana tarinya. Di dalam tari tradisional, jenis pilihan pertama
lebih banyak dipergunakan yitu musik pengiring yang memiliki sifat atau watak yang
sama dengan sifat atau watak tarinya contohnya pada tari jawa, gending dan lagu
bersuasana sedih. Seperti tlutur dan welasan, biasa digunakan untuk mengiringi suasana
tari yang sendu.
3. Gaya dan bentuk
Di samping pertimbangan ritmis dan suasana rasa, iringan tari juga dipilih berdasarkan
gaya dan bentuknya. Di dalam tari-tarian tradisional Indonesia, pelaksanaannya selalu
diiringi oleh musik-musik daerah yang bersangkutan, yang memiliki bentuk dan gaya
yang khas. Karena bentuk dan gayanya berasal dari tradisi yang sama, musiknya
selalutampak serasi dengan gaya dan bentuk tarinya.

3
4. Sebagai inspirasi

Ada kalanya seorang penata tari, biasanya yang belum berpengalaman, memilih musik
pengiring tari hanya karena suka atau karen musik yang dipilihnya memberikan
inspirasi kepadanya. Untuk pemilihan musik semacam ini jika sekaligus dimaksudkan
sebagai pengiring tari, penata tari perlu lebih lanjut mempelajari dengan cermat gaya,
ritme, frase, dinamika struktur dan tema musik yang dipilihnya.

Jika hal-hal yang terakhir ini tidak dilakukan, penggunaan musik sebagai inspirasi tari
sesungguhnya mengandung bahaya, yakni jika penata tari menggantungkandiri sepenuhnya
kepada rangsangan musik yang sejak semula memang tidak di susun untuk mengiringi sbuah
tarian. Dalam hl ini, interpretasi koreografi yang dihasilkan dapat saja menyimpang dari
iringan musiknya sehingga hasilnya tidak padu.

Dua jenis musik yang terdapat dalam tari, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik
internal adalah musik yang ditimbulkan atau dihasilkan dari diri penari sendiri. Misalnya
teriakan, tepukan tangan, siulan, nyanyian, dan sebagainya. Musik eksternal adalah musik
yang ditimbulkan dari luar diri penari. Musik eksternal dimaksud, seperti gending-gending
gamelan, suara-suara yang ditimbulkan dari alat-alat musik atau benda-benda lainnya yang
digunakan untuk musik tari. Namun demikian, tidak sedikit dalam penggarapan tarian karya
baru menjadikan musik internal dan musik eksternal digunakan keduanya dalam satu garapan
tari.

4
Tarian daerah nusantara sangat beragam baik dalam bentuk maupun musik pengiring
tariannya. Beberapa contoh musik internal dan eksternal dalam tarian daerah nusantara antara
lain sebagai berikut.

No. Nama Tari Jenis Musik Pengiring

Tari gambyong akan diiringi dengan musik dari seperangkat


1. Tari Gambyong
gamelan dan tembang Jawa.(eksternal)

Zapin biasanya diiringi oleh beberapa instrumen muzik


2. Tari Zapin Arab tradisional dan genre lagunya biasanya genre Samrah.Instrumen
yang terlibat pula ialah Biola, Marwas dan Gambus.(eksternal)

Tari remo ditarikan diiringi dengan musik gamelan dalam suatu


gending yang terdiri dari bonang, saron, gambang, gender,
3. Tari Remo
slentem, siter, seruling, ketuk, kenong, kempul dan gong dan
irama slendro.(eksternal)

Tari saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat


musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk
4. Tari Saman tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul
dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan
menghempaskan badan ke berbagai arah.(internal).

Tari Kecak tidak diiringi dengan alat musik/gamelan, tetapi


5. Tari Kecak hanya diiringi dengan paduan suara sekitar 70 - 100 orang pria.
(internal)

Tari Merak diringi seperangkat alat musik gamelan Sunda.


6. Tari Merak
(eksternal)

Tari Rampai dirirngi dari olahan vokal maupun lagu yang disertai
7. Tari Rampai puji-pujian kepada Nabi Muhammad, serta suara tepukan-
tepukan dari anggota badan penari. (internal)

Tari Seudati tidak diiringi alat musik, melainkan hanya dengan


8. Tari Seudati beberapa bunyi yang berasal dari tepukan tangan ke dada dan
pinggul, hentakan kaki ke lantai, dan petikan jari.(internal)

Musik pengiring tari topeng Cirebon ini adalah menggunakan


9. Tari Topeng Cirebon
gamelan khas Cirebon.(eksternal)

5
B. Pencahayaan dalam Tari Anak Usia Dini
Pada seni tradisional, kelengkapan produksi yang paling tidak diperhatikan adalah
masalah penataan lampu dan sound. Pertunjukan dilakukan di bawah terik matahari atau di
bawah terang bulan pumama, dengan lampu minyak atau petromak saja sudah dapat
digunakan untuk memenuhi penyajian pementasan tersebut. Perkembangan teknologi dan
pengetahuan mendorong pemikiran tentang tata lampu dan sound berkualitas diwujudkan
untuk mendukung pementasan koreografi. Kualitas gedung pertunjukan yang representatif,
harus memenuhi perlengkapan ideal dan sempurna bagi pementasan. Kebutuhan atas
pengadaan tata lampu dan tata suara menjadi pilihan terbaik kualitas pertunjukan. Kebutuhan
pemanggungan yang berkualitas di berbagai daerah dan berbagai tempat pertunjukan di
Indonesia belum merata. Hal ini menjadi masalah yang beragam. Penataan tata lampu dan
tata sound yang seharusnya membantu pementasan jangan hanya salah penempatan atau
pemilihan standar kualitas pemanfaatan menjadi bumerang pementasan menjadi tidak
berkualitas.
Tata lampu dan tata suara sebagai unsur pelengkap sajian tari berfungsi membantu
kesuksesan pergelaran. Dalam teknik kerjanya, antara tata lampu dan tata suara tidak dapat
dipisahkan. Sebuah penataan lampu dapat dikatakan berhasil bila dapat memberikan
kontribusi terhadap objek-objek yang ada di dalam pentas, sehingga semua yang ada di
pentas nampak hidup dan mendukung sajian tari.
Kelengkapan produksi tata lampu menjadi pilihan dalam pementasan menempati
peran tersendiri dalam pertunjukan Tanpa cahaya yang alami, baik buatan manusia maupun
ciptaan Tuhan pertunjukan menjadi gelap. Peranan tata lampu sebagai penerangan, di sisi lain
juga harus mampu menciptakan inner garapan menjadi seolah penonton berada dalam ilusi
koreografi yang dapat memberikan imej keindahan sesuai dengan pesan yang diharapkan
koreografer. Fungsi tata lampu antara lain sebagai penerang, penciptaan suasana, penguatan
adegan, kualitas pencahayaan, serta efek khusus pementasan Tata lampu sebagai penerangan
jelas tidak diragukan lagi, asal ada penerangan pasti lampu semakin terang.
Bentuk dan wujud tata lampu bermacam-macam perlengkapan lampu diantaranya:
1. Lampu khusus Spot Light jumlah disesuaikan dengan kapasitas gedung.
2. Strip Light (lampu garis) biasanya digunakan untuk menerangi dua hingga jalur area
pentas saja yang masing-masing berjarak sekitar 2-4 meter dari deret lampu strip yang
ada.
3. Lampu backdrop juga diperlukan agar pada posisi panggung belakang dan lampu
yang dipakai murni menjadi bagian yang digunakan untuk menerangi latar belakang
6
panggung secara umum. Formulasi warna lampu biasanya digunakan colour bright
yang terdiri dari warna-warna biru, merah, kuning, dan general.
Dengan demikian maka dapat diperinci jenis dan kedudukan cahaya lampu dalam
pertunjukan korepografi antara lain,
a. Lampu spot lekolites, biasanya dipasang dilangit-langit oditorium di depan
procenium. cahaya lampu yang dikeluarkan berfungsi untuk memberikan
tekanan cahaya ke daerah penari dengan kualitas cahaya tajam (jarak jauh).
b. Spot fresnelites, biasanya dipasang diatas panggung dibelakang prosenium.
Cahaya lampunya berfungsi untuk memberikan tekanan cahaya ke daerah
penari dengan kualitas cahaya kurang tajam atau lembut (jarak dekat).
c. Spot follow, lampu yang digerakkan untuk mengikuti pergerakan penari diatas
panggung. cahaya lampu yang dikeluarkan berfungsi untuk memberikan
tekanan cahaya yang mengikuti gerak sasaran (penari).
d. Flood, cahayanya berfungsi untuk memberikan dasar cahaya penerangan dan
meratakan cahaya atau menghilangkan batas-batas tajam cahaya lampu spot.
e. Strip, cahaya lampu yang berfungsi untuk memberikan warna cahaya dan
untuk menghilangkan bayangan atau daerah keteduhan yang tidak diperlukan.

Perlu diingat, koreografer yang jeli memanfaatkan momen penataan tata lampu akan
menyesuaikan penggunaan tata lampu dan tata warna lampu lebih mendalam. Penentuan
warna lampu dan pemilihan kostum tari dipertimbangkan melalui dasar kesesuaian yang
ideal. Penciptaan suasana garapan dapat diciptakan melalui penggunaan media penataan tata
lampu secara professional. Sebagai ilustrasi dapat diberikan di sini, sebuah koreografi yang
pada saat itu membutuhkan suasana perasaan hati sedang sedih, musik iringan sendu, lirih,
dan menyayat, apabila diberi penerangan tata lampu yang benderang maka koreografi
menjadi tidak sesuai. Teknik penataan lampu yang dikembangkan adalah melalui penyinaran
dengan kualitas warna biru, lampu yang temaram, dan warna-warna teduh akan mampu
menciptakan suasana yang cocok dalam memenuhi kontribusi suasana koreografi yang
diharapkan. Begitu pula sebaliknya, dalam situasi perang, tata lampu disesuaikan dengan
pencahayaan bahwa warna lampu merah, semakin pekat merah dapat mendukung suasana
apalagi didukung kualitas gerak, penghayatan, dan kedalaman isi gerak serta penciptaan
colour yang sempurna semakin diharapkan memenuhi kualitas pertunjukan.

7
Penguatan adegan dilakukan dengan penataan lampu yang dapat diciptakan melalui
daerah-daerah terang dan gelap secara dramatis. Di sisi lain penguatan ekspresi tari
dapatdigunakan untuk membantu penghayatan agar tercapai tujuan adegan. Penggunaan
overhead spotlight atau follow spot light untuk lampu tunggal pada peran khusus atau
ditokohkan berada dalam jarak tembaknya. Efek bayangan agar tidak terlihat pada penari
yang ditokohkan ke penari lain menjadi pilihan tercapainya adegan yang diharapkan.
Pemisahan tokoh dengan kelompok penari lain menjadi prioritas untuk memberikan batas
pencahayaan yang jelas sesuai tempat, pemeranan, dan tentunya kualitas pencahayaan yang
diharapkan secara menyeluruh pada saat adegan tersebut menjadi momen yang dipilih.
Kualitas pencahayaan sangat penting. Hal ini tidak semata-mata adegan menjadi gelap, tetapi
kualitas pandang penonton menjadi lebih terbantu melalui pencahayaan yang memenuhi
standar kualitas yang diharapkan.
Masalah intensitas penyinaran tata lampu, warna pilihan untuk lampu khusus maupun
lampu general, distribusi tata lampu di sekitar panggung dan di area panggung, serta efek
khusus yang diharapkan menjadi pilihan tercapainya koreografi mantap dipertunjukkan. Efek
pencahayaan dapat merugikan, adegan kuang sempurna, kurang memenuhi harapan, dan
kurang mencapai tujuan koreografis. Oleh karena itu, masalah intensitas penyinaran harus
sesuai catatan tari, warna pilihan harus sesuai adegan yang dibutuhkan pada saat adegan,
distribusi penyinaran dan pemilihan warna yang dibutuhkan harus menjadi pengendali
tercapainya adegan yang dibutuhkan, serta efek sinar menjadi salah satu kunci pemilihan tata
lampu semakin sempurna dan memenuhi standar kualitas koreografi yang baik dan
memenuhi syarat pementasan.
Pencahayaan dapat mewujudkan adegan dan penyinaran, koreografi semakin hidup,
dramatis, dan memenuhi kualitas koreografi yang diharapkan. Standar ini semakin
diharapkan apabila penari dapat lebih jelas melihat hubungannya dengan kualitas gerak yang
diperagakan, ekspresi yang dilakukan, dan efek koreografi yang diharapkan. Efek khusus
pementasan dapat menjadi kurang baik apabila penyinaran kurang memadai, penempatan
lampu khusus yang kurang tepat ditembakkan kepada tokoh khusus, serta pemanfaatan efek
lampu yang kurang tepat dibutuhkan untuk suatu adegan. Hal ini menjadi jelas pada saat
koreografi tampil sejak awal hingga akhir dilangsungkan. Efek khusus yang dipilih biasanya
menyangkut kepada bagaimana tata lampu memenuhi kualitas pemeranan, penciptaan
suasana, dan pemilihan yang lebih penting untuk terciptanya ending atau klimaks garapan
tersebut.

8
Penataan suara diperlukan dalam tata teknik pentas. Hal ini bertujuan agar dapat
mendukung pementasan untuk memenuhi konsep garapan. Penuangan koreografi yang
dipentaskan secara professional butuh tata suara yang memadai. Hal ini menjadi pendukung
dalam pementasan. Kualitas tata suara harus memenuhi harapan koreografer. Oleh sebab itu,
penempatan setting tata suara yang berkualitas menjadi salah satu indikasi standar
pementasan.

9
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Desain musik adalah pola ritmik dalam sebuah tari. Pola ritmik di dalam tari timbul
karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi, gerakan tari yang sesuai dengan harmoni dan
gerakan tari yang sesuai dengan frase musik. Hubungan sebuah tarian dengan musik
pengiringnya dapat terjadi pada aspek bentuk, gaya ritme, suasana atau gabungan dari aspek-
aspek itu. Pada dasarnya sebuah iringan musik harus dipilih untuk menunjang tarian yang
diiringinya, baik secara ritmis maupun emosional.

Peranan tata lampu sebagai penerangan, di sisi lain juga harus mampu menciptakan integrasi
garapan menjadi seolah penonton berada dalam ilusi koreografi yang dapat memberikan imeji
keindahan sesuai dengan pesan yang diharapkan koreografer. Fungsi tata lampu antara lain
sebagai penerang, penciptaan suasana, penguatan adegan, kualitas pencahayaan, serta efek
khusus pementasan.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari. Makalah ini jauh dari kata sempurna, mohon kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk penulis dalam menyampaikan informasi
maupun dalam penulisan makalah ini sehingga penulis dapat membuat makalah lebih baik
lagi kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Yeni, indra. 2010. Tari anak usia dini. Padang

Wulandari, R. T. (2015). PENGETAHUAN KOREOGRAFI UNTUK ANAK USIA DINI.


Universitas Negeri Malang.

http://www.mikirbae.com/2016/03/jenis-dan-fungsi-musik-dalam-tari.html?m=1

http://www.academia.edu/6888732/Makalah_seni_tari

11

Anda mungkin juga menyukai