PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
merupakan badan hukum (legal entity) yang memiliki sifat dan ciri kualitas
yang berbeda dari bentuk usaha lain. Salah satu ciri yang membedakan
suatu perseroan pada dasarnya dibentuk atas modal yang disetorkan oleh
1
Ahmad Yani dan Widjaya Gunawan, 2008, Seri Hukum Bisnis Perseroan
Terbatas, Raja Grafindo Persada, Jakarta:, 2008, hlm. 7.
2
Widya Harnisa, Nyulistiowati Suryanti, dan Betty Rubiati, 2018, Status Hak Atas
Tanah Yang Dijadikan Modal Perseroan Terbatas Tanpa Pendaftaran Peralihan Hak
Atas Tanah, Acta Diurnal: Jurnal Hukum Kenotariatan dan Ke-PPAT-an Universitas
Padjajaran, Bandung, hlm. 176.
1
Dalam mengembangkan usahanya, perseroan dapat menambah
atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam
bentuk lain. Dalam hal penyetoran dilakukan dalam bentuk lainnya maka
yang ditetapkan sesuai dengan dengan harga pasar atau ahli yang tidak
setoran saham. Jika nilai pasar tidak tersedia, nilai wajar ditentukan
3
M. Yahya Harahap, 2013, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm. 239.
2
Pendaftaran tanah tersebut bermaksud untuk menjamin kepastian
perlindungan hukum kepada hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah
susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
hak atas tanah yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah.
Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak atas tanah, hak pengelolaan,
tanah milik atas satuan rumah susun, tanah wakaf dan hak tanggungan
Tanah.
perusahaan daerah PT. Melati Bhakti Satya dan PT. Pelabuhan Indonesia
3
IV (Persero). Dalam hal ini PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dan PT.
500.000.000,00 (lima ratus juta Rupiah) terbagi atas 1.000 (seribu) lembar
saham.
puluh lima juta Rupiah) atau seperempat dari modal dasar yang terbagi
atas 250 (dua ratus lima puluh) lembar saham. Pembagian dilakukan
dua juta lima ratus ribu Rupiah) dan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
sebesar Rp 62.500.000,00 (enam puluh dua juta lima ratus ribu Rupiah)
2 Tahun 2014 menyetorkan tanah seluas 72,5 Ha (tujuh puluh dua koma
Kariangau Terminal, akan tetapi sampai saat ini belum juga disetorkan.
4
Maulana and Partners Law Firm, 2017, Opini Hukum Mengenai Penyertaan
Modal Inbreng dalam Pengelolaan Lahan di Provinsi Kalimantan Timur, Jakarta, hlm. 3-4.
4
memeroleh inbreng lahan tersebut sepenuhnya dari Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur.
Daerah Melati Bhakti Satya bahwa lahan seluas 72,5 Ha (tujuh puluh dua
yang akan digunakan juga untuk penyertaan modal pada PT. Kaltim
Nomor 2 Tahun 2014 bertujuan agar PT. Kaltim Kariangau Terminal dapat
Guna Bangunan (HGB), sedangkan PT. Melati Bhakti Satya akan memiliki
Kalimantan Timur Nomor 87 Tahun 2016. Sampai saat ini PT. Kaltim
muat dengan status sewa atau dengan kata lain setiap bulannya
Selain itu pemindahan aset lahan tersebut juga sulit karena aset
5
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 18 Tahun 2008
pemegang saham PT. Melati Bhakti Satya juga tetap memperoleh deviden
lahan yang belum terselesaikan. Jika terjadi wanprestasi, maka PT. Kaltim
lahan.
6
kekosongan hukum dari Tahun 2012 hingga hari ini bagi PT. Kaltim
saham.
B. Rumusan Masalah.
Kariangau Terminal?
C. Tujuan Penelitian.
7
D. Manfaat Penilitian.
1. Manfaat Teoritis,
perseroan terbatas.
2. Manfaat Praktis,
E. Kegunaan Penelitian.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perseroan Terbatas.
dan tanggung jawab dari sekutu pemegang saham terbatas, yang sesuai
menunjuk pada cara penentuan modal pada badan hukum itu yang terdiri
yaitu hanya terbatas pada jumlah nilai nominal dari semua saham-saham
6
Tri Budiyono, 2011, Hukum Perusahaan: Telaah Yuridis Terhadap Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Griya Media, Salatiga, hlm.
35.
9
yang dimiliki. Bentuk badan hukum ini, sebagaimana ditetapkan dalam
dan modal disetor minimal 25% (dua puluh lima per seratus) dari
antara lain:
10
2) Alamat lengkap kantor PT yang dibuktikan dengan surat
badan hukum mandiri (persona standi in judicio) yang memiliki sifat dan
ciri kualitas yang berbeda dari bentuk usaha lain, yang dikenal sebagai
11
4) Tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan Terbatas (PT)
Saham (RUPS).
perseroan yang modalnya terbagi atas suatu jumlah surat andil atau sero,
terbatas ditujukan pada tanggung jawab atau risiko dari para persero atau
pemegang andil, yang hanya terbatas pada harga surat andil atau sero
3) Adanya pengurus.
9
Subekti, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, hlm. 202-
203.
10
Agus Budiarto, 2002, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri
Perseroan Terbatas, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 26.
12
Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut dapatlah disimpulkan
bahwa
6) Adanya pengurus.
berikut :
1) Modal Dasar.
2) Modal ditempatkan.
13
Berdasarkan Pasal 33 Ayat (1) UUPT modal yang ditempatkan
3) Modal disetor.
14
melakukan kegiatan perseroan dalam rangka mencapai tujuan perseroan
atas saham yang diambil pendiri perseroan. Pasal 1619 Ayat (2) Kitab
1) Uang;
ketiga.
11
Abdul Muis, 2006, Hukum Persekutuan dan Perseroan, Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Medan, hlm. 53-54.
15
Harta kekayaan itu menjadi jaminan perikatan yang telah dibuat oleh
timbul tanggung jawab hukum yang harus dipenuhi oleh perseroan, maka
Ayat (1) UUPT terdapat ketentuan bahwa penyetoran atas modal saham
baik berupa benda atau barang yang dapat dinilai dengan uang dan yang
lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga,
jenis atau macam, status, tempat kedudukan, dan lain-lain yang dianggap
12
Abdul R. Saliman, Hermansyah dan Ahmad Jalis, 2005, Hukum Bisnis untuk
Perusahaan (Edisi Ke-2), Kencana, Jakarta, hlm. 96-97.
13
Tri Budiyono, Op. Cit., hlm. 79-80.
16
Pemberian saham sebesar imbalan pemasukan (inbreng) berupa
bangunan itu terlebih dahulu untuk dikaitkan dengan nilai nominal saham.
ditetapkan sesuai dengan harga pasar berdasar penilaian oleh ahli penilai
modal saham ditentukan sesuai dengan nilai pasar (market value) atas
barang modal yang dimasukkan sebagai setoran saham. Jika nilai pasar
Yang dimaksud dengan ahli yang tidak terafiliasi adalah ahli yang tidak
memunyai:15
17
pegawai, anggota direksi, dewan komisaris, atau pemegang
atau lebih.
penyetoran modal saham yang dilakukan dalam bentuk lain berupa tanah
(appraisal) atas penyetoran modal saham dalam bentuk lain berupa tanah
bentuk akta otentik maupun akta dibawah tangan yang bermaterai cukup
UUPT harus diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih, dalam
18
memutuskan penyetoran modal tersebut. Maksud diumumkannya
penyetoran modal dalam bentuk benda tidak bergerak dalam surat kabar,
Hukum dan Hak Asasi Manusia, harus diadakan Rapat Umum Pemegang
Tanah (PPAT) setempat yang daerah kerjanya meliputi letak lokasi tanah
dengan pembayaran Pajak dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
16
Sujud Margono, 2008, Hukum Perusahaan Indonesia: Catatan atas Undang-
Undang Perseroan Terbatas, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, hlm. 42.
19
perusahaan dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk keperluan
Hak Atas Tanah bersumber dari hak menguasai negara atas tanah.
Hak atas tanah diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Dasar-Dasar Pokok Agraria (UUPA), yaitu atas dasar
permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan
perkebunan.18
17
Pasal 40 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, LN. Nomor 59, TLN. Nomor 3696.
18
Urip Santoso, 2010, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Prenada Media,
Jakarta, hlm. 82.
20
Hak Atas Tanah yang disebutkan dalam Pasal 4 Ayat (1) UUPA
dijabarkan macamnya dalam Pasal 16 Ayat (1) dan Pasal 53 Ayat (1)
tanah, yaitu:
1) Hak Milik;
4) Hak Pakai;
1) Hak Gadai;
3) Hak Menumpang;
21
Kebijaksanaan Selanjutnya. Maria S.W. Sumrdjono menyatakan bahwa
1) HPL Pelabuhan;
2) HPL Otorita;
3) HPL Perumahan;
5) HPL Transmigrasi;
7) HPL Industri/Pertanian/Pariwisata/Perkeretaapian.
UUPA, yaitu:
19
Maria S.W. Sumardjono, 2007, Hak Pengelolaan: Perkembangan, Regulasi, dan
Implementasinya, Jurnal Mimbar Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, hlm. 29.
20
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, LN. Nomor 104, TLN. Nomor 2043.
21
Maria S.W. Sumardjono, Op.Cit., hlm. 10.
22
sedemikian rupa dengan berbagai ekses dan permasalahannya. A.P.
Negara.23
Pasal 1
Jika hak penguasaan atas tanah negara yang diberikan kepada
Departemen-departemen, Direktorat-direktorat, dan Daerah-daerah
Swatantra dipergunakan untuk kepentingan instansi-instansi itu
sendiri dikonversi menjadi Hak Pakai.
Pasal 2
Jika hak penguasaan atas tanah negara yang diberikan kepada
Departemen-departemen, Direktorat-direktorat, dan Daerah-daerah
Swatantra, selain dipergunakan untuk kepentingan instansi-instansi
itu sendiri, dimaksudkan juga untuk dapat diberikan dengan sesuatu
hak kepada pihak ketiga, maka hak penguasaan atas tanah negara
tersebut dikonversi menjadi Hak Pengelolaan.
22
A.P. Parlindungan, 1994, Hak Pengelolaan Menurut Sistem Undang-Undang
Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, hlm. 6.
23
Supriadi, 2007, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 148.
23
Pengertian Hak Pengelolaan dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 2
Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, yaitu hak menguasai
pemegangnya.
disebutkan dalam Pasal 4, Pasal 16 Ayat (1), dan Pasal 53 UUPA. Hak
yang dapat memeroleh hak dan kewajiban dari hukum. Ada 2 (dua)
24
Sudikno Mertokusumo, 2008, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty,
Yogyakarta, hlm. 67.
25
Irawan Soerodjo, 2014, Hukum Pertanahan: Hak Pengelolaan Lahan
(Eksistensi, Pengaturan dan Praktik), Laksbang Mediatama, Yogyakarta, hlm. 30-35.
24
2) Industrial Estate yang seluruh modalnya dari Pemerintah yang
Presiden;
25
hukum yang dapat diberikan Hak Pengelolaan, adalah: (1)
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan menjadi lebih jelas siapa saja
pengelolaan tanah.
atau yang bergerak dalam bidang bisnis, seperti Badan Usaha Milik
26
Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, PT. Persero, badan hukum swasta
badan usaha swasta baik badan hukum yang didirikan menurut Hukum
yang menjadi haknya bagi keperluan usahanya. Tetapi itu bukan tujuan
memerlukannya.27
26
Eman Ramelan, 2002, Hak Pengelolaan Setelah Berlakunya Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999, Yuridika Vol.
15 Nomor 3 Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, hlm. 196.
27
Boedi Harsono, 2007, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria: Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hlm. 280.
27
3. Kedudukan Hak Pengelolaan Tanah.
Tanah.
28
A.P. Parlindungan menyatakan bahwa Hak Pengelolaan adalah
suatu hak atas tanah yang sama sekali tidak ada istilahnya
dalam UUPA dan khusus hak ini demikian pula luasnya terdapat
29
3) Menentukan dan mengatur hubunganhubungan hukum antara
bersumber dari hak menguasai negara atas tanah, yang dapat diberikan
lanjut Pasal 4 Ayat (2) UUPA mengatur wewenang dalam hak atas tanah
bumi dan air dan ruang yang ada di atasnya sekadar diperlukan untuk
yang lebih tinggi. Wewenang dalam hal atas tanah berupa menggunakan
33
Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Prenada
Media, Jakarta, hlm. 48.
30
Bangunan, Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40
31
Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
dan wewenang hak menguasai negara atas tanah, hak atas tanah, dan
pemegang haknya.
32
4. Pemberian Hak Pengelolaan Tanah.
Hak pengelolaan hanya dapat berdiri di atas tanah negara. Tanah negara
adalah tanah yang dikuasai oleh negara yang tidak dipunyai dengan
meliputi:34
diperpanjang lagi;
waris;
dengan tata cara pencabutan hak atas tanah yang diatur dalam
33
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum.
Hak Pengelolaan yang diberikan dapat terjadi karena dua hal yaitu: 35
yang pernah tunduk kepada sistem hukum yang lama yaitu hak-hak atas
yang tunduk kepada hukum adat untuk masuk dalam sistem hak-hak atas
35
Irawan Soerodjo, Op. Cit., hlm. 20.
36
Urip Santoso, Op. Cit., hlm. 113.
37
Irawan Soerodjo, Op. Cit., hlm. 22.
34
dan daerah swantantra yang diberikan dengan hak penguasaan atas
terbitnya Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 maka status hak
selain untuk instansi itu sendiri juga dapat diserahkan sebagian haknya
Dari aspek sifat-sifat dalam hak atas tanah juga dimiliki oleh Hak
Pengelolaan, yaitu:40
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai
Atas Tanah terdapat hak atas tanah yang bersifat right to use
tidak right of disposal. Hak atas tanah ini adalah Hak Pakai yang
38
Urip Santoso, Op. Cit., hlm. 114.
39
Ibid.
40
Irawan Soerodjo, Op. Cit., hlm. 19.
35
haknya hanya mempergunakan tanah untuk kepentingan
dibebani Hak Tanggungan. Hak atas tanah ini adalah Hak Pakai
11 Tahun 2010.
36
dikategorikan sebagai hak atas tanah yang bersifat right to use tidak right
merupakan hak atas tanah yang bersifat right to use tidak right of
disposal;
mendirikan bangunan;
negara;
37
6) Kewenangan dalam Hak Pengelolaan ada yang beraspek publik
persetujuannya;
atau usahanya;
38
15) Batas maksimal tanah Hak Pengelolaan yang dapat dikuasai
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian.
perseroan terbatas.
B. Pendekatan Penelitian.
tipe penelitian yang diambil penulis. Oleh karena itu pendekatan yang
40
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani, sedangkan pendekatan
C. Bahan Hukum.
43
Ibid., hlm. 93.
44
Ibid., hlm. 141.
41
Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, Peraturan
45
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 151.
42
dengan penyertaan modal (inbreng) perseroan dalam bentuk penggunaan
43
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yani dan Widjaya Gunawan . 2008. Seri Hukum Bisnis Perseroan
Terbatas. Raja Grafindo Persada. Jakarta:. 2008. hlm. 7.
44
Jamin Ginting. 2007. Hukum Perseroan Terbatas (UU Nomor 40 tahun
2007). Bandung: Citra Aditya Bakti.
Urip Santoso. 2010. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta:
Prenada Media.
Urip Santoso. 2010. Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta:
Prenada Media.
Widya Harnisa. Nyulistiowati Suryanti. dan Betty Rubiati. 2018. Status Hak
Atas Tanah Yang Dijadikan Modal Perseroan Terbatas Tanpa
Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah. Bandung: Acta Diurnal
Jurnal Hukum Kenotariatan dan Ke-PPAT-an Universitas Padjajaran.
45
Winahyu Erwiningsih. 2009. Hak Menguasai Negara Atas Tanah.
Yogyakarta: Total Media Universitas Islam Indonesia.
46