Anda di halaman 1dari 25

KESEIMBANGAN ASAM-BASA DAN CAIRAN ELEKTROLIT

MAKALAH INI DIBUAT DALAM RANGKA MEMENUHI PERSYARATAN


MATA KULIAH BIOMEDIK

GRACIA NADYA NATHANIA BARIMAN


22061023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DELA SALLE
MANADO
2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat tuntunan dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul “Keseimbangan Asam-Basa dan Cairan Elektrolit”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Mata
Kuliah Biomedik, dan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman Penulis tentang
“Keseimbangan Asam-Basa dan Cairan Elektrolit”
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan dalam menyusun
Makalah ini, oleh karena itu sangat di harapkan kritikan dan saran dari Dosen
Pengampu Mata Kuliah untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis yakin bahwa penulisan makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan
baik tanpa bantuan dan dorongan dari Dosen Pengampu Mata Kuliah, oleh sebab
itu disampaikan terima kasih kepada Ma’am Laurensi Meity Sasube, S.Si.,
M.Biotech. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah, kepada keluarga dan teman-
teman yang selalu membantu saya.

Manado, 11 Oktober 2022

Gracia N. N. Bariman

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I...................................................................................................................3

KESEIMBANGAN ASAM-BASA.....................................................................1

BAB II..................................................................................................................1

PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM-


BASA...................................................................................................................2

BAB III.................................................................................................................3

CAIRAN TUBUH, BUFFER, LARUTAN ELEKTROLIT, LARUTAN NON-


ELEKTROLIT, LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK, DAN HIPERTONIK. 3

BAB IV...............................................................................................................10

PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN LARUTAN ELEKTROLIT


10

BAB V................................................................................................................13

KESIMPULAN..................................................................................................13

BAB VI...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................14

iii
BAB I
KESEIMBANGAN ASAM-BASA

Istilah asam berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka, sedang basa
berasal dari bahasa Arab alkali yang berarti abu. Menurut Arrhenius, asam adalah
zat yang dalam air yang melepaskan ion H+. Basa adalah zat dalam air yang
melepaskan ion OH- Asam dan basa ini saling menetralkan.

 Asam kuat
Yaitu senyawa asam yang seluruh ion-ion H+ terion dalam larutan. Reaksi
ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan.
 Asam Lemah
Yaitu senyawa asam yang hanya sedikit ion-ion H+ yang terion dalam larutan.
Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan.
 Basa Kuat
Yaitu senyawa basa yang ion-ion OH- terion seluruhnya dalam larutan. Reaksi
ionsasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan.
 Basa Lemah
Yaitu senyawa basa yang hanya sedikit ion-ion OH - terion dalam larutan.
Reaksi ionsasi basa kuat merupakan reaksi kesetimbangan.

iv
BAB II
PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN KESEIMBANGAN
ASAM-BASA
2. .
2.1. Asidosis Respiratorik

Gambar 1. Asidosis Respiratorik

(Sumber : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fhedisasrawan.blogspot.com
%2F2015%2F03%2F15-penyebab-asidosis-
respiratorik.html&psig=AOvVaw15U7wn6TXfLp_syNF_JEWz&ust=1665530726720000&source=images&
cd=vfe&ved=0CA4Q3YkBahcKEwjYuunU89b6AhUAAAAAHQAAAAAQBA)

adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida


dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernapasan
yang lambat. Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau
dalam jangka panjang (kronik). Umumnya asidosis respiratorik kronis tidak
menimbulkan gejala apapun namun pada beberapa kasus penderita dapat
mengalami hilang ingatan, gangguan tidur, dan perubahan kepribadian.
Sedangkan pada asidosis respiratorik akut, gejala awalnya adalah sakit
kepala, cemas, gelisah, bingung, dan penglihatan kabur. Bila tidak segera
ditangani, dapat muncul gejala lain seperti lemas, sesak napas, penurunan
kesadaran, hingga koma.

v
Penyebab asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat
mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada
penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
 Emfisema  Edema
 Bronchitis Kronis  Pulmoner
 Pneumonia Berat  Asma

Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan ph darah


dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obatobatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita
yang mengalami gangguan permafasan yang berat, mungkin perlu diberikan
pemafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik. Pengobatan asidosis
respiratorik dengan menggunakan obat-obatan seperti berikut:
 Antibioti, untuk menangani infeksi
 Bronkodilator, untuk melebarkan saluran pernapasan
 Diuretic, untuk mengurangi kelebihan cairan di jantung dan paru-paru
 Kortikosteroid, guna mengurangi peradangan

vi
2.2. Asidosis Metabolik

Gambar 2. Asidosis Metabolik

(Sumber : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.dictio.id%2Ft%2Fapa-
yang-dimaksud-dengan-asidosis%2F16923&psig=AOvVaw3iHHWjcn-
WVc5zG5UYRa1O&ust=1665531026563000&source=images&cd=vfe&ved=0CA4Q3YkBahcKEwj
Q6Ofk9Nb6AhUAAAAAHQAAAAAQBA)

adalah keasaman darah vang berlebihan, vang ditandai dengan rendahnya


kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Beberapa penderita
kondisi ini umumnya memiliki napas yang beraroma buah. Gejala tersebut
merupakan tanda ketoasidosis diabetik atau asidosis metabolik yang terjadi
pada pasien diabetes. Ketoasidosis diabetik termasuk kondisi berbahaya,
yang dapat mengganggu fungsi hati dan ginjal
Gejala lain asidosis metabolik meliputi:
 Pusing  Mudah lelah
 Sakit kepala  Napas cepat dan dalam
 Nafsu makan menurun  Detak jantung meningkat
 Mudah mengantuk

vii
Penyebab asidosis metabolic dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:
 Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu
asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam
 Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolismo
 Asidosis metabolic bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam jumlah yang semestinya.
Diagnosa asidosis metabolik biasanya ditegakkan berdasarkan hasil
pengukuran ph darah darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di
pergekangan tangan).
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan biokarbonat mungkin
secara intravena, tetapi biokarbonat hanya memberikan kesembuhan
sementara dan dapat membahayakan. Pengobatan asidosis metabolic
tergantung pada penyebabnya yang mendasarinya, di antaranya:
 Infus natrium bikarbonat pada asidosis hiperkloremik
 Suntik insulin pada penderita asidosis diabetic
 Pemberian penggantian cairan tubuh melalui suntik
 Detoksifikasi pada asidosis yang mengalami keracunan obat atau alcohol

viii
2.3. Alkalosis Respiratorik
adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang
cepat dan dalam, schingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.
Gejala umum alkalosis respiratorik adalah bernapas terlalu cepat atau
terlalu dalam, kondisi tersebut dikenal dengan hiperventilasi. Gejala lain yang
dapat terjadi akibat rendahnya kadar karbondioksida dalam darah, antara lain:
 Pusing  Kesemutan
 Kembung  Nyeri dada
 Mulut kering  Sesak napas
 Kram otot di tangan dan  Gangguan irama jantung
kaki
Penyebab alkalosis respiratorik adalah pernafasan yang cepat dan dalam
disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab lain dari
alkalosis respiratorik adalah rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah
yang rendah, demam, overdosis aspirin.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar
karbondioksida dalam darah arteri, ph darah juga sering meningkat.
Pengobatan alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan
elektrolit (natrium dan kalium) pada kasus yang berat, diberikan amonium
klorida secara intravena. Pengobatan alkalosis metabolic tergantung pada
penyebab yang mendasarinya. Pada sejumlah kasus alkalosis metaboli
dokter dapat memberikan beberapa jenis obat dibawah ini:
 Diuritik golongan penghambat karbonik anhydrase, seperti
acetazolamide
 Diuritik hemat kalium seperti spironolactone
 ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril
 Kortikosteroid, seperti dexamethasone
 Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen.

ix
2.4. Alkalosis Metabolik
adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat. Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami
hipoventilasi. yaitu kondisi ketika penderita bermapas terlalu lambat dan
terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah terlalu
sedikit, sebaliknya kadar karbondioksida dalam tubuh meningkat.
Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering
menyertai alkalosis metabolic. Oleh karena itu, penderita dapat mengalami
gejala seperti mudah lelah, nyeri otot, sering buang air kecil (polyuria), dan
gangguan irama jantung (aritmia). Gcjala lain pada penderita alkalosis
metabolic meliputi kulit atau kuku membiru, sesak napas, kram dan kejang
otot, serta mudah marah.
 Penyebab alkalosis metabolik yaitu:
 Penggunaan diuretic (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
 Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid)
Diagnosa alkalosis metabolik biasanya dilakukan pemeriksaan darah arteri
untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
Pengobatan alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan
elektrolit (natrium dan kalium) pada kasus yang berat, diberikan amonium
klorida secara intravena. Pengobatan alkalosis metabolic tergantung pada
penyebab yang mendasarinya. Pada sejumlah kasus alkalosis metaboli dokter
dapat memberikan beberapa jenis obat dibawah ini:
 Diuritik golongan penghambat karbonik anhydrase, seperti
acetazolamide Diuritik hemat kalium seperti spironolactone
 ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril
 Kortikosteroid, seperti dexamethasone
 Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen.

x
BAB III
CAIRAN TUBUH, BUFFER, LARUTAN ELEKTROLIT, LARUTAN NON-
ELEKTROLIT, LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK, DAN
HIPERTONIK
3. .
3.1. Cairan Tubuh

Gambar 3. Cairan Tubuh

(Sumber : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fstikessurabaya.ac.id
%2F2019%2F11%2F12%2F6-cara-sehat-memenuhi-kebutuhan-cairan-tubuh-selain-minum-air-putih-
stikes-surabaya
%2F&psig=AOvVaw0M85CqCknxZbBBISB8z6jx&ust=1665531151897000&source=images&cd=vfe
&ved=0CA4Q3YkBahcKEwigrcyf9db6AhUAAAAAHQAAAAAQCA)

adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Kemudian elektrolit itu
sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

xi
 2 Jenis Distribusi Cairan Tubuh
 Cairan intraselular (CIS).
adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini
berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia Jumlahnya
sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan.
Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit
anion terbanyak adalah HPO2, protein-protein, sedikit HCO, SO2,
Cl.
 Cairan ekstraselular (CES).
merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar
30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular,
cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial
terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal,
limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi,
jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan
cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit
tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan
mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit
yang berperan adalah: kation dan anion.

xii
 Pergerakan Cairan Tubuh
 Difusi

Gambar . Cairan Tubuh

(Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org
%2Fwiki%2FDifusi&psig=AOvVaw0qSgX-
6qSC1xafwYTHzKHs&ust=1665531287265000&source=images&cd=vfe&ved=0CA4
Q3YkBahcKEwiIievf9db6AhUAAAAAHQAAAAAQCA)

Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju


area berkonsentrasi rendah dengan melintas membrane
semipemiabel. Kecepatan difisi dipengaruhi oleh 3 hal, yakni
ukuran molekul. konsertrasi larutan, dan temperatur larutan
 Filtrasi

Gambar 4. Filtrasi
(Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.slideshare.net
%2Frijantoryan3%2Fcairan-dan-elektrolit-
76040147&psig=AOvVaw1gxQuV20DJljOoKRxFGeYQ&ust=1665531427373000&so
urce=images&cd=vfe&ved=0CA4Q3YkBahcKEwjgy5ij9tb6AhUAAAAAHQAAAAA
QBA)

xiii
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah.
Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung
kapiler. Ini memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal
untuk memfilter 180L per hari.
 Transport Aktif

Gambar 5. Transport aktif

(Sumber : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki
%2FTranspor_aktif&psig=AOvVaw1VNrkqRV3Krboe7xMAbSY2&ust=1665531567967000&source=imag
es&cd=vfe&ved=0CA4Q3YkBahcKEwjAndHl9tb6AhUAAAAAHQAAAAAQDQ)

Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk


berpindah melintasi membrane sel melewati gradien
konsentrasinya (gerakan partikel dani konsentrasi satu ke
konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya)

 Osmosis

xiv
Gambar 6. Osmosis

(Sumber : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.utakatikotak.com%2FTekanan-
Osmosis%2Fkongkow%2Fdetail%2F18152&psig=AOvVaw2u71Qw9W8OQuT-
m96BjGNq&ust=1665531642967000&source=images&cd=vfe&ved=0CA4Q3YkBahcKEwiY7oOK99b6Ah
UAAAAAHQAAAAAQBA)

Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari


area berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi.
Osmosis dapat melewati semua membran bila konsentrasi yang
terlarut keduanva berubah.

3.2. Buffer

Gambar 7. Buffer

(Sumber :
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.pakarkimia.com%2Flarutan-penyangga-
buffer
%2F&psig=AOvVaw3hNTeKmOVmpNgaG_1fOeRY&ust=1665531707457000&source=images&cd=vfe&
ved=0CA4Q3YkBahcKEwjw7rio99b6AhUAAAAAHQAAAAAQCA)

xv
adalah suatu substansi atau sekelompok substansi yang dapat
mengabsorpsi atau melepaskan ion-ion hidogen untuk memperbaiki
adanya keseimbangan asam-basa.
Asidosis adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan pH darah
arteri sampai di bawah 7,35. Alkalosis terjadi jika pH arteri di atas 7,45.
Rentang pH yang sesuai untuk kehidupan berkisar antara 7,0 sampai 7,70.
 Pengaturan Kimia
Buffer kimia yang paling banyak di dalam cairan ekstrasel adalah
sistem buffer asam karbonat-bikarbonat. Sistem ini berrespon dalam
beberapa detik untuk mengubah pH, sehingga sustem tersebut
menjadi sistem buffer tercepat. Sistem ini merupakan sistem yang
adaptif dan memiliki efek yang relatif singkat.
Ekskresi karbon dioksida yang dihasilkan dari proses metabolisme,
terutama dikendalikan oleh paru-paru. Ekskresi ion hidrogen dan
bikarbonat dikendalikan oleh ginjal. Reaksi dari subtansi hidrogen
dan bikarbonat ini akan menjadi buffer asam yang kuat atau basa yang
kuat untuk mempertahankan pH yang secara relatif konstan. Sistem
buffer (albumin,fibrinogen, dan protrombin) dan gama globulin, yang
membentuk sekitar 6% sampai 7% plasma darah. Protein ini dapat
melepaskan atau berkaitan dengan ion hidrogen untuk memperbaiki
asidosis atau alkalosis. Namun, kapasitas protein plasma untuk
mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan ekstrasel terbatas,
dan protein tidak mampu memperbaiki ketidakseimbangan asam-basa
yang berlangsung dalam jangka panjang.

xvi
 Pengaturan Biologis
Buffer biologis terjadi ketika ion hydrogen diabsorpsi atau
dilepaskan oleh sel-sel tubuh. Ion hidrogen memiliki muatan positif
dan harus ditukar dengan ion lain yang bermuatan poositif, sering kali
ion yang digunakan adalah kalium. Pada kondisi berlebihan asam, ion
hidrogen memasuki sel, dan ion kalium meninggalkan sel kemudian
memasuki cairan ekstrasel. Cairan ekstarasel kemudian menjadi
kurang asam karena ion hidrogen berkurang. Walaupun begitu,
pertukaran ini menyebabkan tingginya kandungan kalium serum.
Setelah asidosis diperbaiki, kalium kembali memasuki sel, dan kadar
kalium kembali normal.
Bufer biologis ini terjadi setelah buffer kimiawi jangka pendek,
dan berlangsung selama 2 - 4 jam. Tefe bufer biologis yang kedua
dalam sistem hemoglobin-oksihemoglobin. Karbon dioksida
berdisfusi ke dalam SDM dan membentuk asam karbonat. Asam
karbona membelah menjadi ion hidrogen dan bikarbonat. lon
hidrogen terkait pada hemoglobin, dan ion bikarbonat dapat
digunakan untuk melakukan buffer dengan cara menukarkan dengan
klorida yang berada di ekstrasel.

 Pengaturan Fisiologis
 Paru-paru
dapat beradaptasi dengan cepat terhadap adanya
ketidakseimbangan asam-basa. Pada kenyataannya, paru-paru
dapat melakukan upaya untuk mengembalikan pH ke nilai normal
sebelum buffer biologis dapat melakukannya. Ion hidrogen dan
karbon dioksida biasanya memberikan stimulus untuk pernapasan.
Apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, paru-paru bereaksi
untuk memperbaiki ketidakseimbangan tersebut dengan mengubah
frekuensi dan kedalaman pernapasan.

xvii
 Ginjal
dapat membutuhkan beberapa jam sampai beberapa hari untuk
mengatur gangguan asam-basa. Ginjal menggunakan 3 mekanisme
untuk mengatur konsentrasi ion hidrogen. Ginjal dapat
mengabsorpsi bikarbonat selama terjadi kelebihan asam dan
mengekresikannya selama terjadi kekurangan asam. Ginjal
menggunakan ion fosfat untuk membawa ion hidrogen dengan
menekresikan asam fosfat dan membentuk asam basa. Ginjal juga
mengubah ammonia menjadi amonium dengan mengikatkannya
pada sebuah ion hidrogen.

3.3. Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit


Larutan elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan listrik.
Hal ini dikarenakan solut banyak yang menghasilkan ion-ion. Ion yang
bermuatan positif disebut kation, sedangkan ion yang
bermuatan negatif disebut anion. Ion-ion inilah yang akan menghantarkan
listrik. Sehingga daya hantar listrik pada larutan ditentukan banyaknya
ion-ion yang dihasilkan.
Larutan elektrolit dibagi menjadi dua, yaitu :
 Larutan elektrolit kuat
adalah larutan yang bisa menghantarkan listrik dengan kuat. Dalam
proses ionisasi, larutan elektrolit kuat menghasilkan banyak ion.
 Larutan elektrolit lemah
adalah larutan yang menghantarkan listrik dengan lemah, karena
hanya menghasilkan sedikit ion-ion.
Sedangkan Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak bisa
menghantarkan listrik. Hal ini dikarenakan larutan tidak dapat
menghasilkan ion-ion.

xviii
3.4. Larutan Isotonik. Larutan Hipotonik dan Larutan Hipertonik
 Larutan Isotonik
Adalah suatu larutan yang konsentrasinya sama besar dengan
konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran
cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonik (ekuivalen
dengan larutan 0,9% NaCl). Larutan isotonik mempunyai komposisi
yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik
yang sama. Isotonis adalah suatu yang larutan yang kita buat
konsentrasinya sama besar dengan cairan dalam tubuh dalam sel
darah merah. Harus disamakan agar tidak terjadi pertukaran.
Isoosmotik larutan yg memiliki tek.osmosa yang sama dengan tek.
Alat yang digunakan untuk mengetahui osmosa sel darah digunakan
alat yang disebut osmometer.

 Larutan Hipotonik
Memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan
dengan larutan yang lain. Suatu larutan memiliki kadar garam yang
lebih rendah dan yang lainnya Iebih banyak. Jika ada larutan
hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan
terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke
larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi.
Contoh : setengah normal saline (½ NS).
Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosisnya lebih rendah dari
serum darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel
darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah
merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan
yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel- sel darah merah.
Peristiwa demikian disebut hemolisa.

xix
 Larutan Hipertonik
Memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang
lainnya. Suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi
dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini
dicampurkan dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan
membrane semipermeabel) maka akan terjadi perpindahan cairan
menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
larutan.
Contoh : arutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat
hipertonis karena konsentrasilarutan tersebut lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasicn. Titik beku
besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum
darah.sehingga menyebabkan ain keluar dari sel darah merah
melintasi membransemipermcabel dan mengakibatkan terjadinya
penciutan sel-sel darah merah. Peristiwa demikian discbut plasmolisa.
Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah: NaCI, Glukosa, Sukrosa,
KNO3 dan NaNO3.

xx
BAB IV
PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN LARUTAN
ELEKTROLIT
4. .
4.1. Hiponatremia dan hypernatremia
 Hiponatremia
adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotik. Perubahan ini
mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel
sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan
oleh penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium melalui
pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis
metabolic.
 Hipernatremia
adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik ekstrasel. Kondisi ini
mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab
hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan
sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-
paru, poliuria karena diabetes insipidus.

4.2. Hipokalemia dan hiperkalemia


 Hipokalemia
adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hidrogen
dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkangangguan atau
perubahan pH plasma.

xxi
 Hiperkalemia
adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang
sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan
kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan
menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin
dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel.

4.3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia


 Hipokalsemia
adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila berlangsung
lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan
berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari
tulang.
 Hiperkalsemia
adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada
akhirnya menimbulkan flaksiditas.

4.4. Hipomagnesemia dan hypermagnesemia


 Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari
1,5 mEq/. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol
yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus
yang buruk.
 Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di
dalam serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat
menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi
antasida yang mengandung magnesium.

xxii
4.5. Hipokloremia dan hiperkloremia
 Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum.
Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi
gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta
pengisapan nasogastrik.
 Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi
ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat
dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan
penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan
asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan,
letargi, dan pernapasan Kussmaul.

4.6. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia.


 Hipofosfatemia
adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.
Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi,
ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme.
 Hiperfosfatemia
adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat
muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid
menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan
fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat.
Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda
dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu
peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan
tetani, peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti
penurunan kontraktilitas jantung (gejala gagal jantung) dan
osteoporosis.

xxiii
BAB V
KESIMPULAN

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat pelarut. Cairab
tubuh di distriusikan dalam 2 cara yang berbeda yaitu CES dan CIS. Jika terjadi
gagguan pada cairan tubuh, maka akan timbul penyakit-penyakit seperti asidosis
respiratorik, asidosis metabolik, alkalosis respiratorik, dan alkalosis metabolic.
Cairan tubuh ini juga terdiri dari larutan elektrolit (yang didalamnya terbagi
menjadi larutan isotonic, hipotonik, dan hipertonik), larutan non-elektrolit.
Keseimbangan asam-basa dapat terganggu, tetapi ada suatu sistem yang
dapat menyeimbangannya lagi, sistem tersebut dinamakan sistem buffer. Sistem
buffer ini dilakukan dengan 3 pengaturan yaitu pengaturan kimia, biologis dan
fisiologis. Pada larutan elektrolit juga, dapat terjadi gangguan-gangguan yang
mengakibatkan beberapa penyakit, yaitu hyponatremia, hypernatremia,
hipokalemia, hiperkalemia, hipokalsemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia,
hypermagnesemia, hipokloremia, hiperkloremia, hipofosfatemia dan
hiperfosfatemia.

xxiv
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Edah. (2020). Makalah Gangguan Keseimbangan asam basa. Scribd. Diakses
pada 9 Oktober 2022, dari
https://www.scribd.com/document/441593607/MAKALAH-GANGGUAN-
KESEIMBANGAN-ASAM-BASA

Faradilah, M., dkk (2018, 26 Februari). Makalah elektrolit cairan tubuh diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik II Disusun
Oleh. Academia.edu. Diakses pada 10 Otober 2022, dari
https://www.academia.edu/36023612/MAKALAH_ELEKTROLIT_CAIR
AN_TUBUH_Diajukan_untuk_Memenuhi_Salah_Satu_Tugas_Mata_Kulia
h_Kimia_Klinik_II_Disusun_oleh

Pasallo, F. A. S. (2020). Makalah II. Scribd. Diakses pada 9 Oktober 2022, dari
https://www.scribd.com/document/380222094/Makalah-II

Putra. (2020). Cairan Tubuh Dan Keseimbangan asam basa. Scribd. Diakses pada
9 Oktober 2022, dari
https://www.scribd.com/document/402935535/Cairan-Tubuh-Dan-
Keseimbangan-Asam-Basa

Pramita, L. M. (2021). Larutan elektrolit Dan Non ELEKTROLIT2. Scribd.


Diakses pada 10 Oktober 2022, dari
https://www.scribd.com/document/29470985/LARUTAN-Elektrolit-dan-
non-elektrolit2

xxv

Anda mungkin juga menyukai