Anda di halaman 1dari 53

i

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN ANEMIA PADA ANAK


BALITA DIRUANG ALAMANDA RSU SARILA HUSADA
KABUPATEN SRAGEN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka


Menyelesaikan Pendidikan Program Studi S1 Keperawatan

Disusun Oleh:
SRI ROKAYATI
022021060174

PROGRAM STUDI DAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS


DAN KESEHATAN (ITS) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ii

TAHUN 2022
iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi Dengan Anemia Pada
Anak Balita Di Ruang Alamanda RSU Sarila Husada Kabupaten Sragen”,
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji
Karya Tulis Ilmiah Program Studi S1 Keperawatan
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:
SRI ROKAYATI
022021060174

Nama Pembimbing Tanda tangan Tanggal


Nurul Istiqomah., M. Kep
NIDN: 0618109203 ………………… …………………

Sri Mintarsih, S. Kep, Ns., M. Kes


NIDN: 0624067303 ………………… …………………
iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian sebagai tugas akhir


dengan judul:

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN ANEMIA PADA ANAK BALITA


DIRUANG ALAMANDA RSU SARILA HUSADA
KABUPATEN SRAGEN

merupakan asli karya penulis sendiri. Isi dalam penelitian ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar
akademis disuatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan penulis juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh
orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis dituangkan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Oktober 2022

Sri Rokayati
v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan nikmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Hubungan Status Gizi Dengan Anemia Pada Anak Balita Di Ruang
Alamanda RSU Sarila Husada Kabupaten Sragen” ini dengan baik. Dalam
penyusunan proposal skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah membantu,
untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih
kepada:

1. Weni Hastuti, S. Kep., M. Kes) selaku Rektor ITS PKU Muhammadiyah


Surakarta.

2. Cemy Nur Fitria, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan ITS
PKU Muhammadiyah Surakarta

3. Yuli Widyastuti, S. Kep, Ns,. M. Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan ITS


PKU Muhammadiyah Surakarta.
4. Nurul Istiqomah M. Kep Selaku pembimbing I yang telah banyak membantu
dan meluangkan waktu dalam penyusunan proposal skripsi ini.
5. Sri Mintarsih, S. Kep, Ns., M. Kes selaku pembimbing II yang telah sabar
membimbing Penulis.
6. Seluruh civitas akademika ITS PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah
memberikan pelayanan yang baik selama ini.
7. Drg. Evelina Yuliani, MPH selaku Direktur RSU Sarila Husada Sragen yang
telah memberikan ijin untuk studi lanjut.
8. Rekan-rekan sejawat dibangsal dewasa yang telah banyak memberikan
motivasi kepada penulis.
9. Keluargaku yang selalu memberikan motivasi dan mendoakan sepanjang
waktu sehingga penulisan proposal ini dapat terselesaikan.
vi

10. Teman-teman satu angkatan S1 Keperawatan dan semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya proposal skripsi ini yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa proposal Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,
baik dalam penulisan, tata bahasa maupun isi, sehingga Penulis mengharapkan
kesediaannya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga
karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Oktober 2022

Peneliti
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1. Tujuan Umum......................................................................... 3
2. Tujuan Khusus........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 3
E. Keaslian penelitian...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan teori............................................................................... 7
1. Balita ..................................................................................... 7
a. Pengertian ....................................................................... 7
b. Pertumbuhan dan perkembangan balita........................... 7
c. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan...................... 9
d. Factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
Perkembangan................................................................. 10
viii

2. Anemia.................................................................................. 13
a. Pengertian ....................................................................... 13
b. Etiologi ........................................................................... 13
c. Tanda dan gejala ............................................................. 14
d. Dampak anemia .............................................................. 15
e. Cara penilaian anemia gizi besi....................................... 15
f. Pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi......... 16
g. Factor yang mempengaruhi anemia gizi besi.................. 16
3. Status gizi.............................................................................. 17
a. Pengertian........................................................................ 17
b. Factor yang mempengaruhi status gizi............................ 17
c. Masalah gizi pada anak................................................... 18
d. Penilaian status gizi......................................................... 19
B. Kerangka Teori............................................................................ 27
C. Kerangka Konsep........................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan desain penelitian.......................................................... 30
B. Tempat dan waktu penelitian....................................................... 30
C. Populasi, sampel dan teknik sampling......................................... 30
D. Variable penelitian....................................................................... 32
E. Definisi penelitian....................................................................... 32
F. Instrument penelitian................................................................... 32
G. Teknik pengumpulan data............................................................ 32
H. Teknik analisa data...................................................................... 33
I. Jalanya penelitian........................................................................ 34
J. Jadwal penelitian......................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian penelitian..................................................................... 4


Tabel 2.1 Klasifikasi gizi berdasarkan IMT............................................... 24
Tabel 3.1 Definisi operasional..................................................................... 32
Tabel 3.2 Jadwal penelitian.......................................................................... 35
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perubahan dalam perbandingan ukuran fisik.......................... 8


Gambar 2.2 Kerangka teori penelitian........................................................ 27
Gambar 2.3 Kerangka konsep penelitian..................................................... 28
xi

DAFTAR SINGKATAN

Balita : Bawah lima tahun


RSU : Rumah sakit umum
TORCH : Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, herpes simplex
Hb : Hemoglobin
TBC : Tuberculosis
HIV : Human Immunodeficiency Virus
AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome
Ml : Mililiter
Gr : Gram
KEP : Kurang Energy Protein
BB/U : Berat Badan Menurut Umur
BB/TB : Berat Badan Menurut Tinggi Badan
LILA : Lingkar Lengan Atas
IMT : Indeks Massa Tubuh
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Informed consent


Lampiran 2: Lembar konsultasi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita merupakan masa dalam kehidupan manusia yang cukup rentan
dengan berbagai penyakit (Koswara et al., 2019). Balita lebih rentan terhadap
penyakit dikarenakan system imun yang belum terbentuk secara sempurna jika
dibandingkan dengan usia dewasa (Martahan et al., 2020). Salah satu masalah
kesehatan yang seringkali terjadi pada anak balita adalah Defisiensi Zat Besi
atau lebih dikenal dengan istilah anemia (Dewi, 2020).
Menurut WHO 2017 anemia adalah suatu kondisi jumlah sel darah merah
tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia merupakan salah
satu masalah defisiensi nutrien tersering yang terjadi pada anak diseluruh
dunia terutama dinegara sedang berkembang termasuk Indonesia. Masalah
kesehatan ini disebabkan oleh karena kurangnya asupan zat besi dalam tubuh
penderita. Secara epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir
masa bayi dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi
besi saat kehamilan dan percepatan pertumbuhan pada masa kanak-kanak
yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan
susu formula dengan kadar besi kurang (Windiastuti, 2013).
Angka kejadian anemia diseluruh dunia mencapai 2,3 milliar penduduk
(Ernanto, 2022). Prevalensi anemia pada anak usia balita mencapai 47,7% dari
seluruh total populasi balita yang menderita anemia. Asia Tenggara menjadi
wilayah dengan prevalensi yang tertinggi yaitu sebesar 65,5%, dan di negara
Indonesia prevalensi anemia pada balita mencapai 44,5% (Faiqah et al., 2019).
Menurut riskesdas 2018 menyatakan bahwa 1 dari 3 anak balita di Indonesia
mengalami anemia (Dirjen Yankes, 2022)
Anemia defisiensi besi pada anak sangat berbahaya dan mempunyai
dampak pada hampir seluruh organ tubuh pada anak. Anak dengan anemia
dapat terganggu proses tumbuh kembangnya. Dampak terhadap ketahanan
tubuh anak, daya tahan tubuh anak menjadi turun. Tidak hanya itu saja anemia

1
2

dalam jangka panjang akan berdampak pada kemampuan kognitif atau tingkat
kecerdasan pada anak dan akan berlanjut mempengaruhi siklus kehidupan
anak ke depan (Erawati, 2013). Anemia pada anak yang tidak ditangani
tentunya akan berdampak pada kualitas generasi dimasa depan (Dirjen Yankes,
2022)
Masalah gizi pada anak di Indonesia masih menjadi masalah pemerintah
Indonesia. Status gizi seringkali dikaitkan sebagai penyebab dari terjadinya
anemia pada balita. Anak-anak dengan status gizi kurang cenderung
mengalami anemia defisiensi gizi dengan kadar haemoglobin kurang dari 11
gr/dl (Fredlina & Malik, 2018).
Anemia dan dampaknya menjadi hal yang perlu diperhatikan. Pasalnya
penyakit anemia dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti
penurunan kecerdasan dan perkembangan motorik serta perilaku pada anak-
anak. Anemia pada balita dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan fisik
yang terhambat, gangguan perkembangan mental, kecerdasan berkurang,
produktivitas kerja menurun, dan gangguan fungsi reproduksi pada masa yang
akan datang (Faiqah et al., 2019). Hasil Penelitian Fredlina dan Malik dengan
judul hubungan status gizi terhadap anemia pada balita di Kelurahan Tomang
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Periode Januari 2015 didapatkan
hasil ada hubungan bermakna antara status gizi dengan anemia umum yang
terjadi pada anak usia 1 sampai 5 tahun di Kecamatan Grogol Petamburan.
Studi pendahuluan peneliti di Ruang Alamanda RSU Sarila Husada tahun
2021 didapatkan angka kejadian anemia sebanyak 318 (23,82%) dari total
anak yang dirawat yaitu sejumlah 1335 pasien. Adapun angka kejadian tiga
bulan terakhir yaitu bulan Mei-Juli 2022 sebagai berikut: total pasien pada
bulan Mei sejumlah 207 pasien, dari total pasien tersebut terdapat 21 (10,14%)
anak dengan diagnosa anemia, bulan Juni total pasien sejumlah 199 pasien,
dari total pasien tersebut terdapat sejumlah 22 pasien (11,06%) dengan
diagnosa anemia dan pada bulan Juli total pasien sebanyak 229 pasien dan dari
total pasien tersebut terdapat sebanyak 25 pasien (10,92%) dengan diagnosa
anemia.
3

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik mengambil judul


penelitian “Hubungan status gizi dengan anemia pada anak balita di Ruang
Alamanda RSU. Sarila Husada Kabupaten Sragen”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Adakah hubungan status gizi dengan anemia pada anak
balita di Ruang Alamanda RSU Sarila Husada Sragen Kabupaten Sragen?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan status gizi dengan anemia pada anak balita di
Ruang Alamanda RSU Sarila Husada Sragen Kabupaten Sragen.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran status gizi balita di Ruang Alamanda RSU
Sarila Husada Kabupaten Sragen.
b. Mengetahui gambaran kategori anemia pada balita di Ruang Alamanda
RSU Sarila Husada Kabupaten Sragen.
c. Menganalisis hubungan status gizi balita dengan anemia pada balita di
Ruang Alamanda RSU Sarila Husada Kabupaten Sragen.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai rujukan bagi rumah
sakit khususnya di Ruang Alamanda RSU Sarila Husada dalam
merumuskan program keperawatan khususnya anak dengan anemia.
2. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah literasi diperpustakaan dan
menambah pustaka penelitian ilmiah di institusi pendidikan.
3. Bagi profesi keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi data sehingga
bermanfaat bagi profesi keperawatan khususnya keperawatan anak.
4

4. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan penulis terkait metodologi penelitian dan konsep
khususnya tentang anemia

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian penelitian

No Keaslian penelitian
1 Nama peneliti/tahun : Apriyanti F/ 2019
Judul : Hubungan Status gizi dengan kejadian
anemia pada remaja putri SMAN 1
Pangkalan Kerinci Kabupaten
palalawan tahun 2019
Desain dan variabel penelitian : Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional. Adapun variabel.
Terdapat dua variabel dalam penelitian
ini yaitu status gizi dan kejadian
anemia.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan ada
hubungan status gizi dengan kejadian
anemia pada remaja putri di SMAN 1
Pangkalan Kerinci Kabupaten
Pelalawan (p value= 0,011).
Persamaan : Persamaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti antara lain: variabel penelitian,
analisis, jenis dan desain
Perbedaan : Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti
antara lain: Jumlah sampel, teknik
sampling, tempat penelitian dan subjek
penelitian.

2 Nama peneliti/tahun : Fredlina J & Malik R/2018


Judul : Hubungan status gizi terhadap anemia
pada balita di Kelurahan Tomang
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat Periode tahun 2015
5

Desain dan variabel penelitian : Penelitian ini menggunakan desain


cross sectional. Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah status gizi dan
anemia.
Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan adanya
hubungan bermakna antara status gizi
dengan anemia umum yang terjadi pada
anak usia 1 sampai 5 tahun di
Kecamatan Grogol Petamburan dengan
nilai p >0.02
Persamaan : Persamaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti antara lain: variabel penelitian,
desain, subjek penelitian,
Perbedaan : Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti
antara lain: Jumlah sampel, teknik
sampling dan tempat penelitian.

3 Nama peneliti/tahun : Faiqah S, Ristrini & Irmayani


Judul : Hubungan usia, jenis kelamin dan berat
badan lahir dengan kejadian anemia
pada balita di Indonesia
Desain dan variabel penelitian : Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional. Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah usia, Jneis kelamin,
berat badan dan anemia.
Hasil : Penelitian menunjukkan dari 194,668
balita, yang mengalami anemia tertinggi
pada usia 12–24 bulan yaitu 36,1%,
jenis kelamin perempuan yaitu 57,9%,
berat badan lahir rendah sebanyak
20,6%, prevalensi anemia 20,4%.
Berdasarkan analisis bivariat diketahui
bahwa variabel yang berhubungan (p <
0,05) dengan kejadian anemia adalah
usia dan jenis kelamin (p = 0,0001).
Variabel yang tidak berhubungan
dengan anemia adalah berat badan lahir.
Ada hubungan yang signifi kan antara
6

usia dan jenis kelamin dengan kejadian


anemia pada balita di Indonesia
Persamaan : Persamaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah desain penelitian,
analisis dan subjek penelitian,
Perbedaan : Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti
antara lain: Jumlah sampel, teknik
sampling dan tempat penelitian.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori
1. Balita
a. Pengertian
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi
yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi (Ariani,
2017).
b. Pertumbuhan dan perkembangan balita
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran
sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut sejak
terjadi konsepsi yaitu bertemunya sel sperma dan sel telur.
Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik
seseorang, yaitu menjadi lebih tinggi, besar atau lebih matang
bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala. Dengan bertambahnya usia anak, pertumbuhan pada
masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi. Pertumbuhan
secara umum bersifat cephalokaudal dimulai dari arah kepala menuju
kaki. Pada masa fetal (kehamilan usia dua bulan) pertumbuhan kepala
lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan
50% dari total panjang badan. Selanjutnya pertumbuhan bagian bawah
akan bertambah secara teratur. Pada usia dua tahun, besar kepala
kurang dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran
ekstremitas lebih dari seperempatnya (Sa’diyah & Eka, 2017).

7
8

Gambar 2.1 Perubahan dalam perbandingan ukuran fisik

Pertumbuhan menurut (Soetjiningsih, 2014) memiliki ciri-ciri tertentu


antara lain:
1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa. Sebagaimana gambar di atas, pada usia dua tahun, besar
kepala hamper seperempat dari panjang badan keseluruhan,
kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.
2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai
dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya
reflek primitive pada masa bayi, timbulnya seks sekunder dan
perubahan lainya.
3) Kecepatan pertumbuhan anak tidak teratur yang ditandai dengan
adanya masa-masa tertentu, yaitu masa prenatal, bayi, adolesensi
dimana terjadi pertumbuhan cepat dan masa pra sekolah dan masa
sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung lambat.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan
struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,
dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses
diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang
terorganisasi. Aspek perkembangan ini bersifat kualitatif yaitu
pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Hal
9

ini diawali dengan berfungsinya jantung dalam memompa darah,


kemampuan untuk bernapas, sampai kemampuan anak tengkurap,
duduk, berjalan, bicara, mengambil benda-benda disekelilingnya serta
kematangan emosi dan social anak. Tahapan perkembangan awal akan
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Sa’diyah & Eka,
2017).
c. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan
Manusia dalam kehidupanya mengalami berbagai tahapan tumbuh
kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh
kembang yang perlu perhatian adalah pertumbuhan perkembangan
dimasa anak-anak.
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan menurut (Soetjiningsih,
2014) sebagai berikut:
1) Masa prenatal (konsepsi-lahir)
a) Masa embrio (mudigah): masa konsepsi delapan minggu
b) Masa janin (fetus): sembilan minggu sampai dengan kelahiran
2) Masa pasca natal, terbagi atas:
a) Masa neonatal usia nol sampai dengan 28 hari
(1) Neonatal dini (perintal): nol sampai dengan usia tujuh hari
(2) Nenonatal lanjut: delapan sampai dengan 28 hari
b) Masa bayi
(1) Masa bayi dini: satu sampai dengan 12 bulan
(2) Masa bayi akhir: satu sampai dengan dua tahun
3) Masa prasekolah (usia dua sampai dengan enam tahun), terbagi
atas:
(1) Prasekolah awal: mulai dua sampai dengan tiga tahun
(2) Prasekolah akhir: mulai empat sampai dengan enam tahun
4) Masa sekolah atau masa pubertas, terbagi atas:
(1) Perempuan: enam sampai dengan 10 tahun
(2) Laki-laki: delapan sampai dengan 12 tahun
10

5) Masa adolensensi atau masa remaja, terbagi atas:


(1) Perempuan: 10 sampai dengan 18 tahun
(2) Laki-laki: 12 sampai dengan 18 tahun
Setiap anak melawati tahapan tersebut secara fleksibel dan
berkesinambungan. Pencapaian kemampuan tumbuh kembang pada
masa bayi tidak selalu persis pada usia satu tahun, tetapi dapat dicapai
lebih awal atau terlambat dari satu tahun. Masing-masing tahap
memiliki ciri khas dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya
(Soetjiningsih, 2014).
d. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak:
1) Faktor genetik
Faktor genetik menjadi modal dasar anak dalam mencapai hasil
akhir tumbuh kembangnya. Melalui instruksi genetik yang
terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologik, jenis kelamin dsuku bangsa.
2) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat mennetukan
tercapai tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan
yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini meliputi
lingkungan biopsikososial yang mempengaruhi individu setiap hari
dari konsepsi hingga akhir hayatnya.
11

Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak


dibedakan menjadi:
a) Lingkungan prenatal
Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi hingga lahir:
(1) Gizi ibu saat hamil, kondisi gizi yang kurang baik sebelum
hamil maupun saat hamil seringkali menghasilkan bayi
dengan lahir rendah bahkan kematian.
(2) Mekanis, trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
(3) Toksin/zat kimia, obat-obatan seperti thalidomide,
phenytoin, methadion, obat-obat anti kanker dan
sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi.
Ibu perokok berat atau peminum alkohol kronis seringkali
melahirkan bayi dengan berat badan rendah, lahir mati,
cacat atau retardasi mental. Kontaminasi merkuri dapat
menyebabkan kelahiran mikrosephali dan palsi cerebralis.
(4) Endokrin, hormone-hormon yang berperan pada
pertumbuhan janin adalah somatropin, hormone plasenta,
hormon tiroid, insulin dan peptide lainya. Cacat bawaan
seringkali terjadi oleh karena masalah endokrin.
(5) Radiasi, radiasi pada janin sebelum usia kehamilan 18
minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan
otak, mikrosephali dan cacat bawaan lainya.
(6) Infeksi, TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,
Cytomegalovirus, herpes simplex) seringkali menyebabkan
cacat bawaan pada bayi.
(7) Stress, ibu yang mengalami stress berlebihan pada saat
hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi, cacat bawaan dan gangguan
kejiwaan.
12

(8) Imunitas, rhesus atau ABO inkomtabilitas sering


menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern icterus bahkan
lahir mati.
(9) Anoksia embrio, menurunya oksigen janin melalui
gangguan pada plasenta menyebabkan berat badan lahir
rendah.
b) Lingkungan post natal
Lingkungan post natal yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak secara umum dapat dibedakan menjadi:
(1) Lingkungan biologis: ras suku bangsa, jenis kelamin, umur,
gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,
penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormone.
(2) Faktor fisik: cuaca, musim serta keadaan geografis suatu
daerah, sanitasi, keadaan rumah radiasi.
(3) Faktor psikososial: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran
atau hukuman yang wajar (pujian, ciuman, belaian, tepuk
tangan), kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih
sayang, kualitas interaksi anak-orangtua.
(4) Faktor keluarga dan adat istiadat: pekerjaan/pendapat
keluarga, pendidikan orang tua, jumlah saudara, jenis
kelamin dalam keluarga, stabilitas dalam rumah tangga,
kepribadian orang tua, adat istidat/norma, agama,
urbanisasi dan kehidupan politik dalam masyarakat yang
mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan
lain-lain (Soetjiningsih, 2014).
13

2. Anemia
a. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar haemoglobin
(Hb) dalam darah lebih rendah dari normal (Kemenkes, 2018). Anemia
adalah anemia defisiensi besi bisa merupakan akibat yang utama
karena kehilangan darah atau tidak memadainya zat besi. Hal ini dapat
juga dikarenakan kondisi sekunder yang disebabkan proses penyakit
atau kondisi sekunder yang disebabkan proses penyakit atau kondisi
yang menguras cadangan besi, seperti perdarahan saluran cerna atau
kehamilan (Nurbadriyah, 2019)
b. Etiologi
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi,
defisiensi asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung
anemia terutama disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah
yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun
(Nurbadriyah, 2019).
Ada 3 penyebab anemia, yaitu:
1) Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang
merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk
pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah
merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam
pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS,
dan keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan
asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri (Nurbadriyah,
2019)
14

2) Perdarahan (Loss of blood volume)


Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun. Perdarahan karena menstruasi
yang lama dan berlebihan (Nurbadriyah, 2019)
3) Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai
karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa. Pada
penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetic yang
menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat pecah,
sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh
(Nurbadriyah, 2019).
c. Tanda dan gejala
Anak yang terkena anemia umumnya menunjukkan gejala awal
misal seperti kulit pucat ringan dan warna pink dari bibir dan bantalan
kuku memudar, perubahan ini dapat terjadi bertahap meskipun jarang
disadari. Gejala lain anemia antara lain anak sering rewel, kelelahan,
pusing kepala berkunang-kunang dan detak jantung cepat. Jika anemia
disebabkan oleh rusaknya sel darah merah dalam jumlah besar gejala
yang mungkin dialami antara lain adalah penyakit kuning, bola mata
menguning, pembesaran limfa dan urine berwarna gelap seperti teh.
Adapun tanda gejala anemia umum yang seringkali muncul antara lain:
1) Kulit wajah, kelopak mata dan ujung jari terlihat pucat
2) Anak menjadi mudah lelah
3) Denyut jantung tidak teratur
4) Sering merasa mual
5) Sakit kepala
6) Kekebalan tubuh menurun
7) Kerontokan rambut
8) Sesak napas
(Nurbaya, Yusra & Handayani 2019)
15

d. Dampak anemia
Anemia dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi
penderitanya, tingkat ringan sampai berat. Dampak dari anemia adalah
menurunnya kesehatan reproduksi, terhambatnya perkembangan
motorik, mental dan kecerdasan, konsentrasi belajar menurun sehingga
prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas kerja,
mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal, menurunkan tingkat kebugaran, dan imunitas lebih rendah
sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi (Andriani, 2012).
e. Cara penilaian anemia gizi besi
Untuk menetapkan prevalensi anemia, hemoglobin merupakan
parameter yang biasa digunakan secara luas. Hemoglobin merupakan
senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah dan dapat diukur
secara kimia, dimana Hb/100 ml gr darah dapat digunakan sebagai
indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah merah (Handayani,
2012). Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar
hemoglobin:
1) Pemeriksaan Hb metode Sahli, dalam penggunaan metode ini Hb
dihidrolisis dengan HCI menjadi globin ferro-hem.
2) Pemeriksaan Hb metode Cyanmethemoglobin, yaitu cara
pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan larutan Drabskin
dan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang
tertentu
3) Pemeriksaan Hb metode Hemocue, Metode ini dilakukan dengan
pengukuran optical density pada kuvet yang mempunyai kapasitas
volume sebesar 10 mikroliter oleh sinar yang berasal dari lampu
berjarak 0,133 milimeter sampai pada dinding paralel celah optis
tempat kuvet berada. Prinsip sistem Hemocue terdiri dari pembaca
hemoglobin kecil portabel, dan memakai microcuvettes sekali
pakai (Usman & Umar, 2022).
16

f. Pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi


Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya
adalah mengatasi penyebabnya pada anemia berat. Biasanya ada
penyakit yang melatar belakangi antara lain penyakit TBC, Infeksi
cacing atau malaria, sehingga selain penanggulangan pada anemia
harus dilakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut.
Pencegahan dan penanggulangan anemia dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut:
1) Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan melalui
penyuluhan, terutama makanan yang bersumber dari protein
hewani yang mudah diserap seperti hati, ikan, dan daging. Selain
itu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung
vitamin C dan vitamin A seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
untuk membantu penyerapan besi dan membantu proses
pembentukan Hemoglobin.
2) Pemberian suplementasi dengan tablet tambah darah untuk
menanggulangi akibat buruk yang diderita penderita anemia
terutama yang disebabkan oleh kekurangan zat besi maka perlu
diberikan tambahan zat besi (Suryani, 2021)
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia gizi besi
Secara primer anemia dipengaruhi oleh ada atau tidaknya infeksi
penyakit, rendahnya konsumsi protein hewani (heme) dan kepatuhan
konsumsi tablet tambah darah. Selain faktor langsung ada juga faktor
tidak langsung yang mempengaruhi anemia gizi besi yaitu rendahnya
perhatian keluarga, aktifitas, pola distribusi makanan dalam keluarga,
rendahnya pendidikan, status sosial ekonomi yang rendah dan
geografis yang sulit (Briawan, 2014).
17

3. Status gizi
a. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam
bentuk variabel tertentu (Supariasa & Bakri, 2016).
b. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi
makanan dan tingkat kesehatan, terutama adanya penyakit infeksi,
kedua faktor ini adalah penyebab langsung. Penyakit infeksi adalah
sebuah penyakit yang di sebabkan oleh sebuah agen biologis
seperti virus, bakteri atau parasit, bukan di sebabkan oleh faktor
fisik seperti luka bakar atau keracunan.status gizi seseorang selain
di pengaruhi oleh jumlah asupan makan yang di konsumsi juga
terkait dengan penyakit infeksi, seseorang yang baik dalam
mengonsumsi makanan apabila sering mengalami diare atau
demam maka rentan terkena gizi kurang.
Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi pola
konsumsi konsumsi adalah zat gizi dalam makanan, ada tidaknya
program pemberian makan di luar keluarga, kebiasaan makan, dan
faktor tidak langsung yang mempengaruhi penyakit infeksi adalah
daya beli keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan,
lingkungan fisik dan social (Supariasa & Bakri, 2016)
Selain faktor-faktor di atas status gizi juga dipengaruhi oleh faktor
lainnya seperti:
1) Faktor Eksternal
a) Pendapatan, masalah gizi karena kemiskinan indikatornya
adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan
daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.
b) Pendidikan, pendidikan gizi merupakan suatu proses
merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau
18

masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang


baik.
c) Pekerjaan, pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan berpengaruh terhadap kehidupan
keluarga.
d) Budaya, budaya adalah suatu ciri khas, budaya
mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan seseorang.
2) Faktor Internal
a) Usia, usia akan mempengaruhi kemampuan atau
pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian
nutrisi anak balita.
b) Kondisi Fisik, mereka yang sakit, yang sedang dalam
penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan
pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk.
Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah
sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
c) Infeksi, infeksi dan demam dapat menyebabkan
menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan
menelan dan mencerna makanan
c. Masalah Gizi Pada Anak
Masalah gizi pada anak menurut (Indra, 2021) ada dua yaitu
kurang gizi dan kelebihan gizi.
1) Kurang Gizi
Kekurangan gizi (seperti energi dan protein) menyebabkan
berbagai keterbatasan, antara lain pertumbuhan mendatar,
berat, dan tinggi badan menyimpang dari pertumbuhan normal,
dapat diamati pada anak-anak yang kurang Gizi. Keadaan
kurang Gizi juga berasosiasi dengan keterlambatan
19

perkembangan motorik. Kurang gizi menyebabkan isolasi diri,


yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang
bayak dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas,
perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Pada keadaan
kurang energi dan protein (KEP), anak menjadi tidak aktif,
apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya
dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik tidak
dapat melakukan dalam waktu yang lama dibandingkan dengan
anak yang gizinya baik.
2) Kelebihan Gizi
Penyebab obesitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
pertama, suatu asupan makanan berlebih. Dua, rendahnya
pengeluaran energi basal, dan ketiga, kurangnya aktivitas fisik.
Terjadinya obesitas karena adanya ketidakseimbangan antara
asupan energi dan energi yang dikeluarkan atau digunakan
untuk beraktivitas.
Anak yang dilahirkan dari orang tua yang keduanya obese
mempunyai peluang 75% untuk obese juga. Bila salah satu
orang tuanya obese, maka peluangnya sekitar 40% dan bila
kedua orang tuanya tidak obese peluangnya hanya 10%. Untuk
melihat seseorang obese atau tidak, bisa dengan menghitung
BMI-nya.
d. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari
data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara
untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki
risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Sedangkan status gizi
adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel
tertentu.
20

Menurut (Supariasa & Bakri, 2016) pada dasarnya status gizi


dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi
empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan
biofisik. Masing-masing penilaian tersebut dibahas secara
umum sebagai berikut:
a) Antropometri
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur antara lain: Berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah
kulit. Antropometri telah lama di kenal sebagai indikator
sederhana untuk penilaian status gizi perorangan maupun
masyarakat. Antropometri sangat umum di gunakan untuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan
antara asupan energi dan protein. Dalam pemakaian untuk
penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk
indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Umur
Umur sangat memegang peranan dalam status gizi,
kesalahan penentuan menyebabkan interpretasi status
gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah
seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu
penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan
adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
21

bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak


diperhitungkan.
(2) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang
memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan
tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan
yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun
konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam
melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,
hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.
(3) Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi
pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering
dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan
dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang
gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam
bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan
yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun
sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan
gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun. Berat
22

badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter


penting untuk menentukan status kesehatan manusia,
khususnya yang berhubungan dengan status gizi.
(4) Indeks Antropometri:
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam
menilai status gizi menurut (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Standar Antropometri Anak, 2020) adalah berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) dan IMT/U. Indeks BB/U adalah pengukuran
total berat badan termasuk air, lemak, tulang dan
otot.Indeks tinggi badan menurut umur adalah
pertumbuhan linier dan LILA adalah pengukuran
terhadap otot, lemak, dan tulang pada area yang diukur.
(a) Indikator BB/U
Berat badan adalah salah satu parameter yang
memberikan gambaran masa tubuh, masa tubuh
sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak. Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil. Indikator BB/U
lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
(b) Indikator TB/U
Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan tubuh skeletal. Indikator
TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Pada
keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi
badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam
23

waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap


tinggi badan nampak dalam waktu yang relatif lama.
(c) Indikator BB/TB
Berat badan memiliki hubungan yang linear
dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat
kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan
indeks yang independen terhadap umur. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan searah
dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu.
(d) Indikator IMT/U
Faktor umur sangat penting dalam menentukan
status gizi. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Pengukuran status gizi balita dapat dilakukan
dengan indeks antropometri dan menggunakan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan
IMT sebagai berikut:

Gambar 2.2 Rumus perhitungan IMT

Nilai simpang baku rujukan disini maksudnya


adalah selisih kasus dengan standar +1 SD atau -1
24

SD. Jadi apabila BB/TB pada kasus lebih besar


daripada median, maka nilai simpang baku
rujukannya diperoleh dengan mengurangi +1 SD
dengan median. Tetapi jika BB/TB kasus lebih kecil
daripada median, maka nilai simpang baku
rujukannya menjadi median dikurangi dengan -1
SD. Menurut (Kemenkes RI, 2010) kategori dan
ambang batas status gizi berdasarkan Indeks Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak umur 5-18
tahun yang sudah dimodifikasi oleh peneliti adalah:

Table 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT

Kategori status gizi Ambang batas (Z-Score)


Kurus <-3 SD sampai dengan <-2SD
Normal -2SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1SD

(5) Klinis
Penilaian Status Gizi secara klinis sangat penting
sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan
gizi penduduk. Teknik penilaian status gizi juga dapat
dilakukan secara klinis. Pemeriksaan secara klinis
penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode
ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal
ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei
klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
25

klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat


gizi. Pemeriksaan klinis terdiri dari dua bagian, yaitu:
(a) Medical history (riwayat medis), yaitu catatan
mengenai perkembangan penyakit.
(b) Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati
gejala gangguan gizi baik sign (gejala yang dapat
diamati) dan syimptom (gejala yang tidak dapat
diamati tetapi dirasakan oleh penderita gangguan
gizi).
(6) Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah
pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan
sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin
sebagai indeks dari anemia. Metode ini digunakan
untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal
dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
(7) Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan
untuk melihat tanda dan gejala kurnag gizi.
Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata,
lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.
26

2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga
yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor
ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini diuraikan
sebagai berikut:
(a) Survei Konsumsi Makanan
(1) Pengertian Survei konsumsi makanan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
(2) Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan
memberi gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga & individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan & kekurangan gizi.
(b) Penggunaan Statistik Vital
(1) Pengertian Pengukuran status gizi dengan statistik vital
adalah dengan menganalisis data beberpa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
(2) Penggunaan Penggunaannya dipertimbangkan sebagai
bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status
gizi masyarakat.
(c) Penilaian Faktor Ekologi
(1) Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan
budaya. Jumlah makanan yang tersedia tergantung dari
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lainya.
(2) Penggunaan Pengukuran faktor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi
27

di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan


program intervensi gizi.
B. Kerangka Teori

Status Gizi Balita Anemia

Tumbuh kembang

Faktor Eksternal Faktor yang mempengaruhi Faktor langsung:


a) Pendapatan tumbuh kembang: 1. Infeksi penyakit,
b) Pendidikan 2. Rendahnya konsumsi
1. Lingkungan prenatal:
c) Pekerjaan protein hewani (heme)
Gizi ibu saat hamil,
d) Budaya dan kepatuhan konsumsi
mekanis, toksin/zat
tablet tambah darah.
Faktor Internal kimia, endokrin, radiasi,
a) Usia infeksi, stress ibu, Faktor tidak langsung
b) Kondisi Fisik imunitas, anoksia 1. Rendahnya perhatian
c) Infeksi 2. Lingkungan post natal: keluarga
lingkungan biologis, 2. Aktifitas
factor fisik, factor 3. Pola distribusi makanan
dalam keluarga
3 penyebab anemia: 4. Rendahnya pendidikan
5. Status sosial ekonomi
1. Defisiensi zat besi
2. Perdarahan (loss of
blood volume),
3. Hemolitik. Tanda gejala anemia:
1) Kulit wajah, kelopak
mata dan ujung jari
terlihat pucat
2) Anak mudah lelah
3) Denyut jantung tidak
teratur
4) Sering merasa mual
5) Sakit kepala
6) Kekebalan tubuh
menurun
7) Kerontokan rambut
8) Sesak napas
28

Gambar 2.2 Kerangka teori penelitian

C. Kerangka Konsep

Balita

Variabel bebas: Status Gizi Variabel terikat: Anemia

Confounding Factor:
Faktor langsung:
1. Infeksi penyakit,
2. Rendahnya konsumsi protein hewani
(heme) dan kepatuhan konsumsi tablet
tambah darah.
Faktor tidak langsung
1. Rendahnya perhatian keluarga
2. Aktifitas
3. Pola distribusi makanan dalam keluarga
4. Rendahnya pendidikan
5. Status sosial ekonomi

Gambar 2.3 Kerangka konsep penelitian

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan
belum diketahui kebenaranya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam
kenyataan empiris (Gulo, 2010). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
terdapat status gizi balita terhadap kejadian anemia di Ruang Alamanda RSU
Sarila Husada Sragen. Adapun dasar pengambilan keputusan untuk
menentukan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 1 diterima jika nilai signifikansi <0,05 yang artinya terdapat hubungan
antara status gizi balita dengan anemia di Ruang Alamanda RSU Sarila
Husada Sragen.
29

2. H0 2 diterima jika nilai signifikansi >0,05 yang artinya tidak ada


hubungan antara status gizi balita dengan anemia di Ruang Alamanda RSU
Sarila Husada Sragen.
30
31

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan
desain korelasional, yang merupakan penelitian untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih (Nursalam, 2013).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Ruang Alamanda RSU Sarila Husada Sragen
dengan waktu pelaksanaan bulan Agustus 2022-Juni 2023

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


Menurut (Roflin, 2021) populasi adalah orang yang menjadi subjek dalam
penelitian atau orang yang karakteristiknya hendak diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua anak balita yang dirawat di ruang Alamanda RSU
Sarila Husada Sragen. Jumlah kunjungan pasien balita di Ruang Alamanda RS
Sarila Husada Sragen selama 1 Bulan terakhir yaitu bulan Agustus 2022
sebanyak 163 pasien.
Teknik Sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive sampling, Purposive sampling mempunyai nama lain judgement
sampling. Artinya sebuah teknik menetapkan sampel dengan memilih sampel
diantara populasi seperti yang dikehendaki penulis (tujuan/masalah
penelitian), selanjutnya sampelnya dapat mewakili gambaran populasi
sebelumnya (Nursalam, 2013). Terdapat beberapa kriteria sampel dalam
penelitian ini yaitu kriteria inklusi dan ekslusi.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan gambaran umum subjek penelitian dari
populasi target yang mudah dijangkau dan akan menjadi subjek penelitian.
Pemikiran ilmiah menjadi acuan saat memilih kriteria inklusi. Dalam
penelitian ini terdapat kriteria dan inklusi sebagai berikut:

30
32

a. Kriteria Inklusi
1) Anak balita yang dirawat di Ruang Alamanda RSU Sarila Husada
Sragen
2) Anak balita yang pernah diukur berat badan, tinggi badan/panjang
badan dan tercatat direkam medik
3) Terdapat pemeriksaan penunjang laboratorium: haemoglobin
b. Kriteria eksklusi
1) Terdapat penyakit penyerta dalam rekam medik yang
mempengaruhi nilai kadar haemoglobin misalnya pasca operasi
besar, perdarahan dll.
2) Data berat badan, tinggi badan/panjang badan serta hasil
pemeriksaan penunjang laboratorium yang tidak terbaca jelas,
Besar sampel dapat ditentukan dengan rumus, (Nursalam, 2013):
n = N
1+N (d)2
Keterangan (dijadikan prediksi):
n = Besarnya sampel
N = Besarnya Populasi
d = Tingkat signifikan (p)
maka besar sampel dalam penelitian ini:
n = N
1+N (d)2
n = 163
1+163 (0,05)2
n = 115,8 Responden
Berdasarkan rumus di atas dapat ditentukan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 115,8 responden. Karena subjek penelitian adalah
manusia maka dari itu jumlah sampel yang dijadikan responden penelitian
dibulatkan menjadi 116 responden.
33

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian atau
sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala
yang akan diteliti (Sodik, 2015). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat). Adapun
variabel bebas dalam penelitian ini adalah status gizi sedangkan variabel
terikat adalah anemia.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara ukur/Alat Hasil ukur Skala
operasional ukur

Status Status gizi pada Timbangan dan a. Kurus: <-3 SD s/d


gizi balita balita di ruang midline <-2SD Interval
Alamanda yang b. Normal: -2SD s/d
ditentukan 1 SD
dengan BB/TB c. Gemuk: >1SD

Anemia Kadar Rekam medik a. Non anemia : ≥ 12 Interval


haemoglobin (hasil lab g/dl
anak balita di pemeriksaan b. Anemia : <12 g/dl
Ruang alamanda HB)
dibawah rentang
normal (12-16
g/dl)

F. Instrumen Penelitian
Menurut (Sodik, 2015) Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
untuk memperoleh data penelitian. Instrumen dalam penelitian yang akan
dilakukan peneliti yaitu menggunakan rekam medik (catatan medis) pasien.

G. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah suatu teknik atau cara-cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan suatu data dalam penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data secara retrospektif (mundur
ke belakang) dari rekam medik pasien balita yang pernah dirawat di ruang
34

alamanda RSU Sarila Sragen. Peneliti akan mencatat data berat badan dan
tinggi badan/panjang badan untuk kemudian menganalisisnya untuk
menentukan status gizi pasien apakah termasuk dalam kategori gizi kurang,
normal atau lebih (obesitas). Selain itu untuk mendapatkan data responden
dalam kategori anemia atau tidak peneliti melihat hasil laboratorium
khususnya nilai haemoglobin di lembar rekam medik pasien.

H. Teknik Analisa Data


Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan bantuan computer, adapun
tahapan-tahapan analisa data sebagai berikut:
a. Teknik Pengolahan Data
Menurut (Nursalam, 2013) data yang dikumpulkan dan diolah melalui
tahapan sebagai berikut:
1) Editing (pemeriksaan data)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang dikumpulkan. Peneliti akan memeriksa kelengkapan data dari
masing-masing rekam medik responden. Rekam medik responden
yang tidak lengkap datanya (berat badan, tinggi badan/panjang badan
serta hasil haemoglobin) atau data yang tidak terbaca dengan jelas
oleh peneliti tidak akan digunakan dalam penelitian.
2) Coding (memberi kode)
Coding yaitu usaha mengklasifikasikan data-data yang ada
menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan kode berupa angka
kemudian dimasukkan dalam lembaran table kerja guna
mempermudah untuk membacanya.
Pada variable status gizi peneliti akan memberikan kode 1 untuk
balita dalam kategori status gizi buruk, 2 untuk balita dalam status
gizi dalam kategori normal dan 3 untuk balita dalam status gizi lebih
atau obesitas.
35

Pada variable anemia peneliti akan memberikan kode 1 untuk


balita dalam kategori anemia dan 2 untuk balita dalam kategori tidak
anemia.

3) Tabulating (mengumpulkan data)


Tabulating adalah kegiatan memasukkan data hasil penelitian
dalam klasifikasi tabel sesuai dengan data yang ditemukan dari data
responden.
b. Uji Analisa Data
Pada penelitian ini menggunakan dua analisa data univariat dan bivariat.
1) Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan dan
mendiskripsikan variabel dengan cara membuat tabel distribusi
frekuensi dari tabel yang diteliti (Hidayat, 2014). Analisa univariat
akan dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS di
komputer. Peneliti mengunakan analisa univariat untuk
mendeskripsikan status gizi dan anemia balita.
2) Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui bagaimana
hubungan status gizi terhadap anemia balita. Uji analisa data
dilakukan dengan menggunakan uji statistika person product moment
dengan syarat data terdistribusi normal. Dengan uji analisa ini akan
diketahui keeratan hubungan antara variabel status gizi dengan
anemia balita. Apabila distribusi data tidak normal maka peneliti akan
menggunakan uji alternative yaitu uji spearman rank. Dalam
menganalisis data peneliti menggunakan program statistic SPSS for
windows.

I. Jalannya Penelitian
1. Peneliti mengajukan surat kepada pihak akademik perihal permohonan
surat pengantar penelitian.
36

2. Pihak akademik mengeluarkan surat pengantar penelitian ke tempat


penelitian yang akan dilakukan.
3. Peneliti memasukkan surat pengantar dari akademik ke tempat penelitian.
4. Setelah disetujui dan di ijinkan oleh tempat penelitian kemudian peneliti
melakukan pengumpulan data penelitian.
5. Setelah data terkumpul, peneliti akan melakukan coding dan input data ke
komputer untuk kemudian dianalisis dengan software SPSS for windows.

J. Jadwal Penelitian

Tabel 3. 2 Jadwal penelitian

No Kegiatan
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
1 Pengajuan judul
2 Penyusunan proposal
3 Ujian proposal
4 Revisi proposal
5 Perijinan penelitian
6 Pengambilan data
7 Tabulasi & analisis
data
8 Penyusunan hasil
9 Ujian hasil
10 Revisi hasil
11 Pengumpulan skripsi
37
1

DAFTAR PUSTAKA

Andriani. (2012). Peranan gizi dalam siklus kehidupan. Kencana.


Apriyanti, F. (2019). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri SMAN 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019.
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, 3(2), 18–21.
Ariani, A. P. (2017). Ilmu Gizi: Dilengkapi Dengan Standar Penilaian Status Gizi
dan Daftar Komposisi Bahan makanan (1st ed.). Nuha Medika.
Briawan. (2014). Anemia: masalah gizi pada remaja wanita. EGC.
Dewi, M. (2020). Anak Balita, Remaja Putri dan Ibu Hamil Rentan Anemia Gizi
Besi. Institut Pertanian Bogor. https://ipb.ac.id/news/index/2020/11/dr-mira-
dewi-anak-balita-remaja-putri-dan-ibu-hamil-rentan-anemia-gizi-besi/
f8d2c3c3d78b2d91f5b73f616f6ad11d
Dirjen Yankes. (2022). Anemia Defisiensi Besi pada Anak.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/182/anemia-defisiensi-besi-pada-
anak
Erawati, P. P. & M. (2013). Hubungan antara kejadian anemia dengan kemampuan
kognitif anak usia sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Susukan 04
Ungaran Timur. Jurnal Keperawatan Anak, 1(2).
Ernanto, B. (2022). Anemia anak juga harus ditangani serius. Media Indonesia.
https://mediaindonesia.com/humaniora/462560/anemia-pada-anak-juga-
harus-ditangani-serius
Faiqah, S., Ristrini, R., & Irmayani, I. (2019). Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan
Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Anemia Pada Balita Di Indonesia.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 21(4), 281–289.
https://doi.org/10.22435/hsr.v21i4.260
Fredlina, J., & Malik, R. (2018). Hubungan status gizi terhadap anemia pada
balita di Kelurahan Tomang Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
periode Januari 2015. Tarumanagara Medical Journal, 1(1), 110–115.
Gulo. (2010). Metodologi Penelitian. Grasindo.
Handayani, S. K. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil trimester III di wilayah Puskesmas Liang Anggang
Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Universitas Indonesia.
Hidayat, A. A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Salemba Medika.
i Dewa Nyoman Supariasa, Bachyar Bakri, I. fajar. (2016). Penilaian Status Gizi.
2

EGC.
Indra. (2021). Ilmu Gizi dan Diet untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Adab.
Kemenkes. (2018). Pedoman Pencegahan dan penanggulangan Anemia Pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Standar Antropometri Anak, 68 PMK No 2 Th2020 1 (2020).
http://dx.doi.org/10.1016/j.ndteint.2014.07.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.ndteint.2017.12.003%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.matdes.2017.02.024
Koswara, K., Adharani, Y., & Ambo, S. N. (2019). Identifikasi Penyakit Balita
Berdasarkan Gejala yang dialami dengan menggunakan Bayesian Network.
Prosiding Semnastek, 1–12.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/5244
Lida Khalimatus Sa’diyah & Veryuda Eka. (2017). Tumbuh Kembang dan Toilet
Training pada masa golden age (A. Wildan (ed.)). Karya Bina Sehat.
Martahan, R., Rumaolat, W., Rumaolat, W., Rumbia, J., & Rumbia, J. (2020).
Gambaran Perilaku Pertolongan Pertama Ibu pada Balita dengan Gejala ISPA
di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Kairatu Tahun 2019. Global Health
Science (Ghs), 5(3), 163. https://doi.org/10.33846/ghs5313
Nurbadriyah, W. D. (2019). Anemia Defisiensi Besi (1st ed.). Deepublish
Publisher.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Salemba Medika.
Roflin, L. & P. (2021). Populasi, Sampel, Variabel dalam penelitian kedokteran.
Penerbit NEM.
Siti Nurbaya, Yusra, S. I. H. (2019). Cerita Anemia. UI Publishing.
Sodik, S. S. & A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (1st ed.). Literasi Media
Publishing.
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak (2nd ed.). EGC.
Suryani, L. S. (2021). pencegahan anemia dengan makanan tambahan. Edu
Publisher.
Usman, Fitriani Umar, R. (2022). Buku Ajar: Gizi dan pangan lokal. PT Global
Eksekutif Teknologi.
Windiastuti, E. (2013). Anemia Defisiensi Besi Pada Bayi dan Anak. IDAI.
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-
pada-bayi-dan-anak
3
4

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai