Anda di halaman 1dari 98

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA

PADA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT


INAP LANTAI 1 RSUD SEKARWANGI
KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan

HANDRI GUMELAR
1219091

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020
PERSETUJUAN SIDANG TUGAS AKHIR

Judul Tugas Akhir : Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada
Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai 1
RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Nama Mahasiswa : Handri Gumelar
NPM : 1219091
Program Studi : Sarjana Keperawatan

Menyetujui :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Eny Kusmiran, S. Kp., M. Kes M. Sandi Haryanto, S. Kep., Ners, M. Kep
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Handri Gumelar
NPM : 1219091
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan
tugas akhir saya yang berjudul Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja
Pada Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lt 1 RSUD Sekarwangi.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Bandung, Maret 2021

Handri Gumelar
ABSTRAK

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
SKRIPSI, MARET 2021

HANDRI GUMELAR
1219091

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA


PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP LT 1 RSUD
SEKARWANGI

xii + 62 Halaman, V BAB, 6 Tabel, 2 Gambar, 11 Lampiran

Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan
tugas, lingkungan kerja, keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban
kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kelelahan.
Kelelahan kerja perawat merupakan gejala yang berhubungan dengan penurunan
efesiensi kerja, keterampilan, serta kebosanan pada perawat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan beban kerja
dengan tingkat kelelahan kerja pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap
Lantai 1 RSUD Sekarwangi.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitikn dengan pendekatan cross
sectional dengan sampel sebanyak 58 orang. Cara pengambilan sampel
menggunakan total sampling. Uji validitas dilakukan pada variabel beban kerja 15
item pertanyaan valid dengan nilai reliabilitas 0,642. Analisis data menggunakan
Uji Chi-Square dan Koreksi Yates.
Hasil penelitian menunjukan beban kerja sebagian besar lelah dalam bekerja
yaitu sebanyak 23 responden (29,7%). Sedangkan sebagian kecil responden
memiliki beban kerja ringan yang kurang lelah dan lelah dalam bekerja yaitu
masing-masing 1 responden (50%). Dengan p-value= 0,019 (< 0,05) sehingga H0
ditolak. Ini menunjukan adanya Hubungan.
Kesimpulan, menunjukkan ada hubungan beban kerja dengan kelelahan
kerja pada perawat pelaksana. Diharapkan dapat menjadi acuan dan tolak ukur
serta pertimbangan untuk pengelolaan manajemen rumah sakit dalam
memperhatikan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja
perawat.

Kata kunci : Beban, Kelelahan, Perawat


Daftar pustaka : 8 Buku, 10 Jurnal (2009-2018)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Beban
Kerja dengan Kelelahan Kerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai
1 Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperolah gelar Sarjana Keperawatan.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi Kabupaten Sukabumi yang
telah memberikan ijin penelitian
3. Istianah, S.Kep,Ners.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Institut
Kesehatan Rajawali Bandung
4. Lisbet Octovia Manalu, S.Kep., Ners. M.Kep selaku Penanggung Jawab Prodi
Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
5. Dr. Eny Kusmiran, S. Kp., M. Kes selaku Pembimbing Utama yang telah
mendampingi selama menyusun penelitian.
6. M. Sandi Haryanto, S.Kep., Ners, M. Kep selaku Pembimbing Pendamping.
7. Seluruh staf pengajar di Institut Kesehatan Rajawali.
8. Kepada kedua orang tua yang sudah meninggal dunia.
9. Kepada kakak/adik yang telah memberikan semangat dan do’a kepada
penulis.
10. Kepada Istri tersayang Dessi Siti Fatimah yang selalu mendampingi selama
penelitian, selalu mendengarkan keluh kesah dan curhatan yang tiada henti,
memberikan perhatian, semangat dan do’a kepada penulis.

v
11. Kepada sahabat saya yang telah memberikan semangat dan do’a kepada
penulis.
12. Kepada teman seperjuangan selama skripsi dan saling bertukar ilmu.
13. Kepada pihak Rumah Sakit RSUD Sekarwangi yang telah membantu penulis
untuk pengumpulan data.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan bantuan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang dapat
membangun saya agar dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bandung, Maret 2021

Handri Gumelar

vi
DAFTAR ISI
Table of Contents
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI .........................................................................................................vv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .....................................................................................6
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................................6
1.5 Hipotesis Penelitian ......................................................................................6
1.6 Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Beban Kerja ..................................................................................................8
2.2 Kelelahan Kerja ..........................................................................................18
2.3 Perawat .......................................................................................................29
2.4 Rumah Sakit ...............................................................................................32
2.5 Tugas Perawat di Rumah Sakit ..................................................................33
2.6 Standar Ketenagaan Perawat Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit ..........35
2.7 Kerangka Teori ...........................................................................................36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................37
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................37
3.2 Kerangka Konsep .......................................................................................37
3.3 Variabel Penelitian .....................................................................................38
3.4 Definisi Operasional ...................................................................................38

vii
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................40
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ..................................41
3.7 Uji Reliabilitas dan Validitas .....................................................................42
3.8 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................44
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 49
4.1 Hasil Penelitian ..........................................................................................49
4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Karakteristik Responden ..........................49
4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Univariat Variabel Penelitian ...................51
4.1.3 Hasil Analisis Bivariat ......................................................................52
4.2 Pembahasan ................................................................................................54
4.2.1 Hasil Deskriptif Univariat Variabel Penelitian .................................54
4.2.2 Hasil Deskriptif Bivariat Variabel Penelitian ...................................56
4.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 59
5.1 Simpulan .............................................................................................59
5.2 Saran ..................................................................................................561
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .........................................................................................................


39 32
Tabel 3.2 Indeks reliabilitas menurut Aturan Guilford (Guilford’s Empirical
Rule) .................................................................................................................................
44 34
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Beban Kerja Pada Perawat Pelaksana.............................................
51 46
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja Pada Perawat Pelaksana.......................................
52 46
Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada
Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai I RSUD Sekarwangi .........................
52 47
Tabel 4.4 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat
Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai I RSUD Sekarwangi............... 53

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................36


Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...............................................................................37

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian


Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
Lampiran 4 : Daftar Kuesioner
Lampiran 5 : Rekapituasi Karakteristik Responden
Lampiran 6 : Rekapitulasi Beban Kerja Perawat
Lampiran 7 : Rekapitulasi Kelelahan Kerja Perawat
Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas Beban Kerja
Lampiran 9 : Hasil Uji Reliabilitas Beban Kerja
Lampiran 10 : Hasil Output SPSS
Lampiran 11 : Riwayat Hidup Penulis

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga
merupakan tempat menyelenggarakan kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta
berkesinambungan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
(2009) bahwa Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pelayanan kesehatan merupakan sebuah upaya yang diselenggarakan oleh
individu atau kelompok secara bersama-sama dalam sebuah institusi untuk selalu
memelihara dalam meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit pasien serta dapat memulihkan dan membantu kesembuhan pasien secara
perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat tertentu (Kemenkes RI,
2017). Pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit merupakan organisasi
yang bergerak dalam bidang jasa, pada kondisi tersebut para manajer rumah sakit
dan manajer sumber daya manusia yang ada di dalamnya dituntut untuk
mengelolanya secara baik, dan diperlukan juga kesehatan yang handal, salah
satunya adalah tenaga keperawatan. Tenaga keperawatan merupakan salah satu
jenis tenaga kesehatan yang diperlukan yang tanpanya pelayanan rumah sakit
tidak bisa berjalan. Oleh sebab itu keperawatan di rumah sakit harus diperhatikan
pengelolaannya agar pelayanan rumah sakit berjalan dengan baik sehingga dapat
memenuhi tuntutan pasien yang semakin tinggi (Dirdjo dan Prayitno, 2016).
Pelayanan kesehatan dalam rumah sakit merupakan bagian paling penting
dan sudah menjadi sebuah keharusan dimana pelayanan kesehatan adalah hal yang

1
2

paling utama dalam mencapai tujuan Rumah sakit untuk mewujudkan visi dan
misi rumah sakit. Salah satu faktor yang menjadi kunci keberhasilan organisasi
rumah sakit dalam mewujudkan cita-citanya adalah sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan salah satu aset penting dalam sebuah
tempat kerja seperti rumah sakit, sumber daya manusia merupakan aset yang
paling mahal dibandingkan dengan aset-aset yang lain karena sumber daya
manusia adalah penggerak utama suatu organisasi. Sumber daya manusia harus
dapat dikelola dengan baik dan optimal untuk menghasilkan para pekerja yang
sangat berkualitas. Salah satu komponen sumber daya manusia yang berada dalam
rumah sakit adalah tenaga keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional.
Tenaga keperawatan adalah komponen SDM sekaligus adalah anggota tim
kesehatan garda terdepan yang dapat berperan penting dalam menghadapi segala
suatu masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus menerus (Cahyani,
2016).
Perawat adalah tenaga profesional yang perannya tidak dapat
dikesampingkan dari baris terdepan pelayanan rumah sakit. Oleh karena perawat
merupakan petugas kesehatan yang kontak paling lama dengan pasien bahkan
sampai 24 jam penuh, maka perawat ikut mengambil peran yang cukup besar
dalam memberikan kontribusi kejadian infeksi nosokomial. Tenaga keperawatan
juga ikut berperan aktif dalam pengendalian infeksi nosocomial (Nursalam, 2017).
Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan, pelayanan di instalasi rawat
inap merupakan bagian pelayanan kesehatan yang cukup dominan. Karena
pelayanan instalasi rawat inap merupakan pelayanan yang sangat kompleks dan
memberikan kontribusi yang paling besar bagi kesembuhan pasien rawat inap.
Peranan seorang perawat saat melayani pasien di rawat inap (opname) sangatlah
berpengaruh terhadap kesembuhan pasien tersebut (Haryono, 2015)
Setiap rumah sakit memiliki program penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dengan beragam jenis. Keterampilan yang dimiliki seorang perawat
dalam melakukan pelayanan kesehatan adalah dimulai dengan beberapa tahap.
Tahap I adalah pemula, tahap II adalah pemula lanjut yang memiliki beberapa
pengalaman dalam pekerjaan, Tahap III kompeten berada direntang pekerjaan 2-3
3

tahun. Tahap IV sudah mahir dalam melakukan praktik keperawatan (Ritonga,


2016).
Keberadaan perawat sebagai ujung tombak pelayanan harus sangat
diperhatikan dan dikelola secara profesional sehingga memberikan kontribusi
yang positif bagi masyarakat dan juga untuk kemajuan Rumah sakit itu sendiri.
Mutu Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang
paling dominan adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang terlibat
secara langsung dalam pemberian pelayanan keperawatan pasien adalah dokter,
perawat, bidan, serta tenaga penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, tenaga
perawat menempati urutan jumlah terbanyak yaitu 40% (Kemenkes RI, 2015).
Adapun salah satu permasalahan yang sering muncul di suatu rumah sakit
adalah beban kerja perawat yang tidak seimbang yang dapat menyebabkan
terjadinya kelelahan kerja pada tenaga kerja perawat. Walaupun seringkali
manajer sulit untuk mengetahui kualitas beban kerja tersebut karena lebih
mendasarkan pada keluhan yang bersifat subyektif (Perwitasari, 2015).
Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan
efesiensi kerja, keterampilan, serta kebosanan. Kelelahan kerja merupakan bagian
dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Menurut
beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga
kerja dan dapat menurunkan produktivitas. Kelelahan kerja perawat merupakan
salah satu permasalahan dalam manajemen sumber daya manusia di rumah sakit.
Tuntutan yang semakin besar dari klien dan manajemen rumah sakit untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dapat meningkatkan beban kerja bagi
para tenaga keperawatan.
Menurut Tarwaka (2015), bahwa risiko dari kelelahan kerja yaitu: motivasi
kerja menurun, performansi rendah, kualitas kerja rendah, banyak terjadi
kesalahan, produktivitas kerja rendah, stress akibat kerja, penyakit akibat kerja,
cedera, dan terjadi kecelakaan kerja. Sedangkan menurut Setyawati (2010), bahwa
dampak dari kelelahan kerja adalah prestasi kerja menurun, badan terasa tidak
enak, semangat kerja menurun, dan menurunkan produktivitas kerja. Menurut
Setyawati (2010), bahwa kelelahan kerja menyebabkan terjadi kecelakaan kerja.
4

Menurut Suma’mur (2009) bahwa kecelakaan kerja membawa kerugian bagi


tempat kerja, baik dari segi biaya, waktu, produktivitas maupun tenaga. Kelelahan
kerja yang dialami perawat harus menjadi perhatian bagi pihak rumah sakit karena
perawat memiliki peran penting bagi rumah sakit.
Beban kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan
kelelahan. Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai proses menurunnya
efesiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh
untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2008). Beban
kerja yang diberikan pada pekerja perlu disesuaikan dengan kemampuan psikis
dan fisik pekerjaan bersangkutan, keadaan perjalanan, waktu perjalanan dari
tempat ke tempat kerja yang seminimal mungkin dan seaman mungkin
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan kerja pada umumnya dan kelelahan kerja
khususnya.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (2011) mengungkapkan
sebanyak 50,9% perawat Indonesia yang bekerja mengalami stres kerja, sering
merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang istirahat akibat beban kerja terlalu
tinggi serta penghasilan yang tidak memadai (Pongoh, 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Mulfiyanti, dkk (2018), menunjukkan hubungan yang signifikan
antara beban kerja dan kelelahan kerja pada perawat di RSUD Tenriawaru Kelas
B Kabupaten Bone dengan taraf signifikan 0,000 < 0,05. Beban kerja yang tinggi
dapat menyebabkan perawat mengalami kelelahan atau kejenuhan. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Suwandi, dkk (2017), mengenai hubungan antara
beban kerja dan stress kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit
Bhayangkara TK.III Manado, terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p
value 0,003.
Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi merupakan salah satu rumah
sakit negeri yang beroperasi selama 24 jam yang menerima pelayanan kesehatan
baik pelayanan yang bersifat dasar maupun lanjutan. Hingga kini RSUD
Sekarwangi memiliki 394 tempat tidur yang tersebar di berbagai kelas perawatan.
Jenis pelayanan yang tersedia adalah pelayanan umum, Gigi dan 4 spesialis dasar,
ditambah dengan spesialis Mata, Kulit dan Kelamin, Syaraf, dan THT. Sedang
5

fasilitas penunjang medis yang dimiliki antara lain kamar operasi, laboratorium,
radiologi, farmasi. Adapun untuk instalasi rawat inap, RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi mempunyai jumlah perawat yang bertugas diruang rawat
inap sebanyak 185 orang perawat. Adapun jumlah perawat yang berada di ruang
rawat inap lantai 1 sebanyak 58 orang yang meliputi Ruang Nas Lantai 1
sebanyak 22 orang, Ruang Aisyah Lantai 1 sebanyak 14 orang dan Ais Lantai 1
sebanyak 22 orang dengan jumlah bed rawat inap sebanyak 280 untuk seluruh
rawat inap, sedangkan untuk ruang rawat inap lantai 1 sebanyak 100 bed.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh infomasi bahwa jadwal kerja perawat di RSUD Sekarwangi memiliki
sistem shift yang terdiri dari 3 shift kerja yaitu: shift pagi (pukul 08.00-14.00
WIB), shift sore (pukul 14.00-20.00 WIB) dan shift malam (pukul 20.00-08.00
WIB). Hal ini ditunjang dengan jumlah data kunjungan yang yang berobat ke
Rumah Sakit ini. Tercatat pada tahun 2019 jumlah pasien di IGD (Instalasi Gawat
Darurat) dan poliklinik rawat jalan sebanyak 91.203 pasien dan jumlah pasien
pada rawat inap sebanyak 25.166 pasien. Adapun terdapat data pasien berdasarkan
tingkat ketergantungan selama 3 bulan terakhir di Ruang Rawat Inap Lantai 1,
yaitu dengan rata-rata jumlah pasien minimal care sebanyak 26%, partial care
sebanyak 44%, dan total care sebanyak 30% dengan rata –rata jumlah pasien yang
masuk setiap hari 5 orang tiap hari per ruangan, maka beban kerja dari seorang
perawat pelaksana tentunya semakin bertambah, ditambah dengan kondisi dan
tuntutan dari Akreditasi Rumah Sakit yang semakin tinggi dalam hal pencatatan
dan dokumentasi keperawatan, mengharuskan seorang perawat, khususnya
perawat pelaksana bekerja sesuai Standar yang ada.
Hasil wawancara secara umum terhadap 7 perawat pelaksana yang
bertugas di Instalasi Rawat Inap Lantai 1 Rumah Sakit Umum Daerah
Sekarwangi, didapatkan data bahwa 4 diantaranya sudah berusia diatas 40 tahun
dimana perawat memasuki masa dewasa akhir dimana fungsi-fungsi tubuh terjadi
penurunan dan masa kerja yang sudah lebih dari 5 tahun, mengatakan bahwa
terkadang perawat merasa kurang bersemangat, merasa ngantuk, bahkan
hilangnya semangat kerja karena tuntutan pekerjaan yang semakin banyak
6

diruangan, ditambah dengan rasio perawat dan pasien yang tidak sesuai serta
tuntutan kerja dari atasan membuat perawat merasa kelelahan dalam melakukan
kerja, tak jarang menimbulkan rasa ngantuk, sedangkan 3 perawat yang berusia 30
tahun dengan masa kerja < 5 tahun mengatakan sejauh ini pekerjaan yang
diberikan masih dapat diselesaikan dengan baik walaupun kadang selesai
pekerjaan sudah lewat shift dengan tuntutan kerja yang begitu banyak.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian
lebih lanjut tentang hubungan beban kerja dengan tingkat kelelahan pada perawat
khususnya perawat pelaksana rawat inap lantai I di RSUD Sekarwangi.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas diidentifikasikan masalahnya adalah
masih ditemukannya persepsi kelelahan pada perawat, peningkatan jumlah pasien
berpotensi meningkatkan beban kerja perawat, serta sistem pendokumentasian
perawatan yang semakin kompleks menambah volume kegiatan utama tugas
pokok dan fungsi perawat.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan diteliti yaitu
bagaimana hubungan beban kerja dengan tingkat kelelahan pada perawat
pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai 1 di RSUD Sekarwangi.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan beban kerja dengan tingkat kelelahan kerja pada perawat pelaksana di
Instalasi Rawat Inap Lantai 1 RSUD Sekarwangi.
1.4.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui beban kerja pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap
Lantai 1 RSUD Sekarwangi.
b. Mengetahui kelelahan kerja pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat
7

Inap Lantai 1 RSUD Sekarwangi.


c. Mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai 1 RSUD Sekarwangi.

1.5 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah di atas didapatkan hipotesis : terdapat
hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat pelaksana di Instalasi
Rawat Inap Lantai 1 RSUD Sekarwangi.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis menambah wawasan mata kuliah khususnya manajemen
keperawatan, serta sebagai sarana untuk mengaplikasikan keilmuan yang telah
didapat di perkuliahan dalam dunia kerja dan menambah pengetahuan dan
tambahan literasi mengenai penelitian hubungan beban kerja dengan kelelahan
kerja perawat.
1.6.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Manajemen
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan mengenai
hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat agar
menjadi bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit untuk membina
dan mengembangkan kualitas tenaga petugas perawat.
b. Manfaat Bagi Perawat
Hasil penelitian diharapkan menjadi tambahan pengetahuan
perawat dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat meminimalisir
kelelahan kerja akibat beban kerja yang meningkat.
c. Manfaat Bagi Pasien
Hasil penelitian diharapkan menjadi tambahan pengetahuan
untuk pasien terhadap tugas yang diberikan kepada perawat sehingga
pasien dapat mengerti dan memahami kondisi perawat yang sedang
mngalami kelelahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja


2.1.1 Pengertian Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktifitas pekerjaan
sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat
tubuh yang memungkinkan kita untuk dapat menggerakan tubuh dan melakukan
pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan
peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah
satu tujuan hidup. Dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar
tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang
bersangkutan (Tarwaka, 2015). Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari
interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai
tempat kerja, keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja juga
dapat didefinisikan secara profesional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas
atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan (Tarwaka, 2015).
Menurut Tarwaka (2015), dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja
yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap
kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang
menerima beban tersebut. Menurut Depkes RI (2003), beban kerja adalah beban
yang diterima pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya, seperti mengangkat,
berlari, dan lain-lain.

2.1.2 Jenis Beban Kerja


Beban kerja diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Beban Berlebih Kuantitatif
Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak
melakukan kegiatan merupakan kemungkinan sumber stress
pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah
desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan
secepat mungkin secara tepat dan tepat.

8
9

b. Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif


Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana,
dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa
monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari
terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan
berkurangnya perhatian. Hal ini secara potensial membahayakan jika
tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.
c. Beban Berlebih Kualitatif
Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan yang
selama ini dikerjakan secara manual oleh manusia atau tenaga kerja
diambil alih oleh mesin-mesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia
beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi
majemuk sehingga mengakibatkan adanya beban berlebih kualitatif.
Kemajemukan pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja
dapat dengan mudah berkembang menjadi beban berlebih kualitatif
jika kemajemukannya memerlukan kemampuan teknikal dan
intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki.
d. Beban Berlebih Sedikit Kualitatif
Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga
kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang
diperolehnya, atau untuk mengembangkan kecakapan potensialnya
secara penuh. Beban terlalu sedikit disebabkan kurang adanya
rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah
untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia tidak maju-maju, dan
merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan keterampilannya.

2.1.3 Indikator Beban Kerja


Indikator-indikator dari variabel beban kerja sebagai berikut (Kurniawan,
2018):
10

1) Faktor eksternal:
a) Tugas-tugas bersifat fisik (sikap kerja)
b) Tugas-tugas yang bersifat mental (tanggung jawab, kompleksitas
pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya)
c) Waktu kerja dan waktu istirahat perawat
d) Kerja secara bergilir
e) Pelimpahan tugas dan wewenang
2) Faktor eksternal:
a) Faktor somatis (kondisi kesehatan)
b) Faktor psikis (motivasi, presepsi, kepercayaan, keinginan dan
sebagainya
Beban kerja perawat mempunyai 6 indikator yaitu (Alvaro, 2015) :
1) Beban kerja fisik (physical workload)
Beban kerja fisik yang dilakukan oleh perawat bukan hanya terdiri
dari tindakan keperawatan langsung seperti mengangkat, memindahkan,
dan memandikan pasien, tetapi juga tindakan keparawatan tak langsung
seperti mengambil dan mengirim alat-alat medis kebagian lain. Selain itu,
tatanan ruang secara ergonomik dan fisik dari ruang seringkali menambah
beban kerja perawat. Keterbatasan luas ruang rawat dan tempat
penyimpanan alat sering kali menimbulkan masalah. Kesibukan dan
keterbatasan waktu menyebabkan banyak perawat lebih memilih untuk
melakukan pekerjaan dengan sendiri dari pada meminta bantuan kepada
perawat lain.
2) Beban kerja kognitif (cognitive workload)
Beban kerja kognitif berhubungan dengan kebutuhan para perawat
untuk memproses informasi yang sering kali terjadi dalam waktu singkat
agar perwat penuh wawasan.
Banyak situasi tertentu yang mengharuskan perawat mengambil
keputusan secara cepat yng berarti perawat harus cepat melakukan
penyesuaian kognitif terhadap pasien sepanjang pasien dirawat, baik yang
11

terencana (misal perubahan jadwal dinas) maupun yang tidak terencana


(perubahan kondisi pasien secara tiba-tiba).
3) Tekanan waktu (time pressure)
Tekanan waktu berhubungan dengan hal-hal yang harus dilakukan
secara cepat dan dalam waktu yang sangat terbatas. Tugas yang dilakukan
oleh para perawat sangat banyak, yang harus dilakukan sesuai dengan
waktu yang bersifat regular atau ketelitiannya (misal memberikan obat,
mengkaji, mengukur hasil, mendokumentasikan). Adanya gangguan pada
tugas yang telah terpola ini dapat menimbulkan peningkatan terhadap
waktu yang ada, sehingga dapat mengakibatkan tugas yang lain tertinggal
4) Beban kerja emosional (emotional workload)
Beban kerja emosional lazim terjadi pada lingkungan kerja.
Terkadang persepsi perawat dengan keluarga sering kali tidak sama yang
mana hal ini menimbulkan konflik dan masalah.
5) Beban kerja kuantitatif (quantitative workload) dan beban kerja kualitatif
(qualitative workload)
Beban kerja kuantitatif didefinisikan sebagai jumlah pekerjaan
yang dilakukan; sedangkan beban kerja kualitatif dinyatakan sebagai
tingkat kesulitan dari pekerjaan. Kuantitatif berarti perawat dapat diukur
dengan menggunakan alat pengukur beban kerja berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien. Sedangkan beban kerja kualitatif berhubungan
dengan jam kerja (work hours) yaitu jumlah peningkatan pekerjaan yang
dilakukan perawat sesuai dengan peningkatan jumlah jam kerja.
6) Variasi beban kerja (workload variability)
Variasi beban kerja adalah perubahan beban kerja yang
berkesinambungan pada waktu tertentu. Situasi genting adalah contoh lain
dari variasi beban kerja dimana pada keadaan ini tiba-tiba beban kerja
meningkat sebagai konsekuensi adanya situasi gawat pada pasien,
sehingga mereka harus berkonsentrasi menghadapi kondisi pasien yang
tidak stabil.
12

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja


Menurut Soleman (2011:85), faktor-faktor yang mempengaruhi beban
kerja adalah sebagai berikut:
a. Faktor eksternal yaitu beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja,
antara lain yaitu:
Tugas (Task). Meliputi tugas bersifat seperti, stasiun kerja, tata ruang
tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap
kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang
bersifat mental meliputi, tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan,
emosi pekerjaan dan sebagainya.
Organisasi kerja. Meliputi lamanya waktu kerja, waktu istirahat, shift
kerja, sistem kerja dan sebagainya.
Lingkungan kerja. Lingkungan kerja dapat memberikan beban
tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja
biologis dan lingkungan kerja psikologis.
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari
reaksi beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stresor, meliputi
faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi
kesehatan, dan sebagainya), dan faktor psikis (motivasi, persepsi,
kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya).

2.1.5 Dampak Beban Kerja


Beban kerja yang dapat menimbulkan stres terbagi menjadi dua
(Kurniawan, 2018) :
a. Role overload, terjadi ketika tuntutan-tuntutan melebihi kapasitas dari
seorang manajer atau karyawan untuk memenuhi tuntutan tersebut secara
memadai. Perawat dengan tuntutan tugas yang terlalu banyak akan
mengalami kelelahan fisik dan penurunan kondisi fisik.
b. Role underload, adalah pekerjaan di mana tuntutan-tuntutan yang
dihadapi dibawah kapasitas yang dimiliki seorang karyawan. Beban kerja
13

yang terlalu sedikit juga dapat menyebabkan stres kerja. Karena beban kerja
yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan
gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja
rutin sehari- hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit
mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara
potensial membahayakan pekerja
c. Dampak negatif dari meningkatnya beban kerja adalah kemungkinan
timbul emosi yang dapat muncul dari perawat yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh
terhadap produktifitas tenaga pendidikan dan tentu saja berpengaruh
terhadap produktifitas institusi.

2.1.6 Perhitungan Beban Kerja


Ada tiga cara untuk melakuan perhitungan beban kerja (Nursalam, 2017)
antara lain sebagai berikut :
1) Work Sampling
Teknik penghitungan beban kerja yang dilakukan oleh personil pada
satu unit tertentu, baik bidang ataupun jenis tenaga tertentu. Seperti dalam
bidang keperawatan. Pada metode ini dapat diamat beberapa hal yang
spesifik mengenai metode work sampling, antara lain sebagai berikut :
a. Aktivitas apa yang dilakukan pada saat jam kerja
b. Apakah aktivitas personel ada kaitannya dengan fungsi dan tugasnya
pada saat jam kerja
c. Pola beban kerja dihubungkan dengan waktu dan jadwal kerja yang
sudah direncanakan
2) Time and motion study
Teknik pengukuran dan penghitungan beban kerja yang mengikuti dan
mengamati dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh perawat
professional yang kita amati. Teknik ini dapat mengetahui kualitas beban
kerja dan seberapa besar beban kerja yang diperoleh oleh tenaga kesehatan
perawat. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
14

a. Menentukan personel yang akan diamati oleh peneliti untuk menjadi


sampel dengan teknik sampel purposive sampling
b. Membuat formulir daftar kegiatan
c. Pengklasifikasian daftar form tentang seberapa banyak personel yang
akan melakukan kegiatan tersebut secara baik-baik dan rutin selama
dilakukan observasi
d. Menghitung waktu yang diperlukan dalam melakukan kegiatan tersebut
Dari kedua metode diatas yaitu work sampling dan time and motion
study maka kriteria hasilnya akan berupa sebagai berikut :
a. Dekskripsi kegiatan menurut jenis dan alokasi waktu, bagi masing-
masing pekerjaan. Kemudian dapat dihitung proporsi waktu yang
dibutuhkan bagi masing-masing kegiatan selama pada saat jam bekerja.
b. Pola kegiatan yang berkaitan dengan jam kerja, tenaga kerja dan
karakteristik lingkungan kerja
c. Kualitas kerja
d. Kesesuaian beban kerja. Beban kerja dapat berhubungan dengan jenis
tenaga kerja, umur seseorang, pendidikan dan jenis kelamin.
3) Daily Log
Pencatatan kegiatan yang dilakukan sendiri oleh personil yang
teramati dan akan diamati pada waktu yang telah ditentukan. Namun pada
metode ini harus lebih diperdalam perhatiannya pada saat pengukuran, yaitu
dimana peneliti harus mengkaji lebih dalam dan membuat personil dapat
berkata jujur sejujur-jujurnya.
Adapun perhitungan beban kerja yang RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi gunakan adalah mengacu pada perhitungan beban kerja menurut
Gillies (1996) dalam Nursalam 2014) adalah sebagai berikut :
a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat
dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial
care, total care dan intensive care.
15

Rata-rata kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah


empat jam perhari. Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien adalah:
a) Self care dibutuhkan ½ × 4 jam : 2 jam
b) Partial care dibutuhkan ¾ × 4 jam : 3 jam
c) Total care dibutuhkan 1−1½ × 4 jam : 4−6 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2 × 4 jam : 8 jam.
b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien.
Dari hasil penelitian RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari,
sedangkan menurut Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari dan
penelitian di Rumah Sakit X dibutuhkan 60 menit/pasien (Gillies,
1996).
c. Metode Gillies.
Rumus kebutuhan tenaga keperawatan dalam satu unit rumah sakit
adalah :
AxBxC F
= = H
(C- D) x E G

Keterangan.
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:
Rata-rata jam perawatan/hari × rata-rata jumlah jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja efektif/hari
16

Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang


dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil = 5%
× jumlah hari cuti hamil × jumlah jam kerja/hari
Tambahan tenaga:
5% × jumlah tenaga × jumlah jam kerja cuti hamil
jumlah jam kerja efektif/tahun

Ruang X RS Y berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, jumlah


rata-rata pasien yang dirawat 30 orang per hari. Kriteria pasien yang
dirawat tersebut adalah 20 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 5
orang perlu diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang harus diberikan
perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu S-1 dan DIII
Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan
situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat
diruang tersebut adalah sebagai berikut. :
a) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari, yaitu:
(1) Keperawatan langsung:
Keperawatan mandiri 20 orang pasien 20 × 2 jam = 40 jam
Keperawatan sebagian 5 orang pasien 5 × 3 jam = 15 jam
Keperawatan total 5 orang pasien 5 × 6 jam = 30 jam
Jumlah 85
(2) Keperawatan tidak langsung: 30 orang pasien × 1 jam = 30 jam
(3) Penyuluhan kesehatan = 30 orang pasien × 0,25 jam = 7,5 jam
Total jam secara keseluruhan adalah 122,5 jam.
b) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
pasien per hari adalah 122,5 jam ÷ 30 pasien = 4 jam.
c) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawtan pada ruangan
tersebut adalah langsung dengan menggunkan rumus Gillies di
atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
17

4 jam/pasien/hari × 30 pasien/hari × 265 hari = 43800 = 22 orang


(365 hari – 76) × 7 jam 2023
Catatan:
(1) Jumlah hari takkerja/tahun.
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12
hari) + cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari.
(2) Jumlah hari kerja efektif/tahun.
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279
hari.
(3) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam.
(4) Cuti hamil = 12 × 6 = 72 hari.
(5) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan).
(6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu
dengan ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam
17%.
(7) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah
55% tenaga profesional dan 45% tenaga nonprofesional.

2.1.7 Kesesuaian Beban Kerja


Adanya keseimbangan antara tugas tambahan yang ia kerjakan, jumlah
pasien yang harus dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang
diperoleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai
dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang
dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik, waktu kerja yang
harus diperoleh oleh perawat melebihi kapasitasnya.
Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat melebihi
kapasitas maka akan berdampak buruk bagi produktivitas perawat dan
banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat dapat
mengganggu penampilan kerja perawat. Beban kerja yang melebihi ini sangat
berpengaruh terhadap kelelahan tenaga kesehatan.
18

2.2 Kelelahan Kerja


2.2.1 Pengertian Kelelahan Kerja
Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang
berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan
berkurangnya ketahanan untuk tubuh bekerja (Suma’mur, 2009). Kelelahan
(kelesuan), adalah perasaan subjektif, tetapi berbeda dengan kelemahan dan
memiliki sifat bertahap. Tidak seperti kelemahan, kelelahan dapat diatasi dengan
periode istirahat. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental (Kuswana,
2014). Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf terdapat
sistim aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Kelelahan
tubuh merupakan akibat dari perpanjangan kerja dan menunjukkan aspek yang
subjektif (Eko Nurmianto, 2004).

2.2.2 Jenis Kelelahan Kerja


Menurut Suma’mur (2009), terdapat dua jenis kelelahan yaitu kelelahan
otot dan kelelahan umum.
a. Kelelahan Otot, ditandai dengan oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat
pada otot.
b. Kelelahan Umum, ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang
penyebabnya adalah keadaan persyarafan sentral atau kondisi psikis-
psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah menotonnya pekerjaan,
intensitas dan lamanya kerja mental serta fisik yang tidak sejalan dengan
kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang
berbeda dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggungjawab, kekhawatiran
yang mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh
tenaga kerja.
Menurut Wignjosoebroto (2008), ada beberapa macam kelelahan yang
dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda-beda yaitu:
a. Lelah otot, yang dalam hal ini biasa dilihat dalam bentuk munculnya gejala
19

kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang
berlebihan.
b. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada
organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus-menerus pada
objek (layar monitor) seperti yang dialami oleh operator komputer akan
merasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa
menimbulkan gejala yang sama.
c. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan
diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja
mental. Lelah mental disebut lelah otak.
d. Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktifitas kerja
yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat
menjemukan. Disini pekerja tidak lagi terangsang dengan pekerjaan ataupun
lingkungan kerjanya. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan
kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan yang dirancang terlalu ketat.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja


Menurut Tarwaka (2015), kelelahan dapat diakibatkan pada faktor-faktor
penyebab kelelahan seperti:
a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
b. Problem fisik seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik
c. Cyrcardian rhythm
d. Lingkungan seperti iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dll
e. Kenyerian dan kondisi kesehatan
f. Nutrisi
Beberapa faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan yang
dikutip oleh (Adelina, 2014) yaitu:
a. Faktor Internal
a) Usia, subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan fisik dan
cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi
pada subjek yang lebih tua lebih mudah melalui hambatan (Setyawati,
20

2010). Tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat
menderita kelelahan dibandingkan tenaga kerja yang relatif lebih
muda (Oentoro, 2004).
b) Jenis Kelamin, ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita
relatif kurang dibanding pria. Secara biologis wanita mengalami siklus
haid, kehamilan dan menopause dan secara sosial wanita
berkedudukan sebagai ibu rumah tangga (Suma’mur, 2009).
c) Psikis, tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis sangat
mudah mengalami suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab
dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu suatu
kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau
waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan
oleh suatu produksi yang besar (Budiono, 2003).
d) Kesehatan, kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat
dilihat dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang
dapat mempengaruhi kelelahan, yaitu:
a) Penyakit jantung
b) Penyakit gangguan ginjal
c) Penyakit asma
d) Tekanan darah rendah
e) Hipertensi
(Suma’mur, 2009):
Status Pernikahan, pekerja yang sudah berkeluarga dituntut
untuk memenuhi tanggungjawab tidak hanya dalam hal pekerjaan
melainkan juga dalam hal urusan rumah tangga sehingga resiko
mengalami kelelahan kerja juga akan bertambah (Inta, 2012).
Sikap Kerja, hubungan tenaga kerja dalam sikap dan
interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efesiensi,
efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak
alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang
melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan
21

kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh
yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak
akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan
kelelehan (Budiono, 2003).
Status Gizi, kesehatan dan data kerja sangat erat kaitannya
dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari
makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan
jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan
meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur,
2009). Menurut hasil riset Oentoro (2004) menunjukkan bahwa secara
klinis menunjukkan hubungan antara status gizi seseorang dengan
performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada pada kondisi
gizi kurang baik dalam arti intake makanan dalam tubuh kurang
maupun berlebih dari normal maka akan lebih mudah mengalami
kelelahan kerja.
b. Faktor Eksternal
1) Masa Kerja, seseorang yang bekerja dengan masa kerja yang lama
lebih banyak memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang
bekerja dengan masa kerja yang tidak terlalu lama. Orang yang
bekerja lama sudah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya
sehingga tidak menimbulkan kelelahan kerja bagi dirinya sendiri
(Setyawati, 2010).
2) Beban Kerja, setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.
Beban yang dimaksud fisik, mental, atau sosial. Seorang tenaga
kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan
beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban
fisik, mental, atau sosial (Suma’mur, 2009). Bahkan banyak juga
yang dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai
akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Budiono dkk,
2003).
22

3) Shift Kerja, salah satu penyebab kelelahan adalah kekurangan


waktu tidur dan terjadi gangguan pada cyrcardian rhytms akibat jet
lag atau shift kerja. Cyrcardian rhytms berfungsi dalam mengatur
tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti
metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung dan tekanan darah.
Fungsi tersebut dinamakan siklus harian yang teratur (Setyawati,
2010). Cyrcardian rhythms dalam fungsi normal mengatur siklus
biologi irama tidur-bangun dimana 1/3 waktu untuk tidur dan 2/3
waktu untuk bangun atau aktivitas. Cyrcardian rhythms dapat
terganggu apabila terjadi pergeseran.
a) Sementara (acute shift work jet lag)
b) Menetap (shiftworker) jika irama tidur cyrcardian terganggu
akan terjadi perubahan pemendekan waktu tidur dan perubahan
fase REM (Rosati, 2011).
Tubuh manusia yang seharusnya istirahat, tetapi karena diharuskan
bekerja maka keadaan ini akan memberikan beban tersendiri dalam
mempengaruhi kesiagaan pekerja yang dapat berkembang menjadi
kelelahan kerena pada malam hari fungsi tubuh akan menurun dan
timbul rasa kantuk sehingga relatif besar pada pekerja malam
(Wijaya, 2005).
c. Penerangan, penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja
melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya
yang tidak diperlukan. Lebih dari itu, penerangan yang memadai
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan
lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009). Penerangan yang
buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya
daya dana efesiensi kerja, keluhan pegal di daerah mata dan sakit
kepala, kerusakan indera mata, kelelahan mental, dan menimbulkan
terjadinya kecelakaan (Budiono dkk, 2003).
d. Kebisingan, kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak
dikehendaki karena pada tingkat dan intensitas tertentu dapat
23

menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran.


Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada
saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme,
bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan
(Setiarto, 2002).
e. Iklim Kerja, suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan
kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu yang
terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan akibat menurunnya
efesiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas
organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat dan produksi
keringat meningkat (Inta, 2012).

2.2.4 Proses Terjadinya Kelelahan Kerja


Kelelahan dan perasaan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran
yaitu otak (cortex serebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem antogonistis yaitu
sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat
terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi
dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam
formasio retikularis yang dapat merangsang peralatan dalam tubuh ke arah
bekerja, berkelahi, melarikan diri dan sebagainya.
Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat bergantung kepada hasil
kerja diantara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih
kuat, seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya manakala sistem aktivasi lebih
kuat, seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai
dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tidak jelas. Misalnya
peristiwa seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba kelelahan hilang oleh karena
terjadi peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi tegangan emosi.
Dalam keadaan ini, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat mengatasi
sistem penghambat. Demikian pula peristiwa monotomi, kelelahan terjadi oleh
karena hambatan dari sistem penghambat, walaupun beban kerja tidak begitu
berat.
24

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat,
terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi
kadang-kadang salah satunya lebih dominan sesuai dengan keperluan. Sistem
aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi bersifat parasimpatsis. Agar tenaga
kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus
berada pada kondisi yang memberikan stabilitasi kepada tubuh (Suma’mur, 2009).

2.2.5 Gejala Kelelahan Kerja


Menurut Suma’mur (2009) ada 30 gejala atau perasaan atau tanda
kelelahan yang terbagi dalam 3 kategori yaitu:
a. Menunjukan melemahan kegiatan, gejala dalam kategori ini seperti perasaan
berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering
menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada
mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri,
mau berbaring.
b. Menunjukkan melemah motivasi, gejala dalam kategori ini seperti merasa
susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak
dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak
dapat tekun dalam pekerjaan.
c. Menunjukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum yang
melelahkan, gejala dalam kategori ini seperti sakit kepala, kekakuan di
bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara
serak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan,
merasa kurang sehat.

2.2.6 Dampak Kelelahan Kerja


Menurut Wignjosoebroto (2008) gejala-gejala yang tampak jelas akibat
kelelahan kronis dapat dicirikan sebagai berikut:
a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang
toleran atau antisosial terhadap orang lain
b. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan
25

c. Depresi yang berat dan lain-lain


Menurut Suma’mur (2009) kelelahan yang terus menerus dalam jangka
wakktu yang panjang menjelma menjadi kelelahan kronis. Rasa lelah yang
dialami oleh penderita tidak hanya terjadi pada sore hari, melainkan juga selama
bekerja, bahkan sebelumnya yaitu sebelum bekerja. Pada kelelahan kronis
perasaan lesu tampak sebagai suata gejala yang penting. Gejala-gejala psikis pada
penderita kelelahan kronis adalah perbuatan penderita yang antisosial. Kelelahan
kronis cenderung mengakibatkan meningkatkan absentisme terutama mangkir
kerja dan mengakibatkan tingginya angka sakit yang menderita kelelahan kronis.
Kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi yang
menurun, badan terasa tidak enak di samping semangat kerja yang menurun.
Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja,
sehingga dapat merugikan diri pekerja sendiri maupun perusahaannya karena
adanya penurunan produktivitas kerja. Pada pekerjaan yang berulang, tanda
pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang
diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas (Eko Nurmianto, 2004).

2.2.7 Cara Mengatasi Kelelahan Kerja


Menurut Suma’mur (2009) yang dikutip Lola Santia (2016), kelelahan
dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan berbagai cara yang bersifat umum dan
pengelolaan kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja ditempat kerja seperti:
a. Menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pemberian istirahat pada dasarnya diperlukan untuk memulihkan
kesegaran fisik ataupun mental bagi diri manusia (pekerja). Jumlah total
waktu yang dibutuhkan untuk istirahat berkisar rata-rata 15% dari total
waktu kerja. Besar kecilnya presentase tersebut juga dapat tergantung dari
tipe pekerjaannya (Wignjosoebroto, 2008).
b. Pengaturan cuti yang tepat. Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 79 ayat b, pekerja berhak mendapatkan
cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari setelah pekerja tersebut bekerja
selama 12 bulan secara terus menerus.
26

c. Penyelenggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan


keharmonisasian mental-psikologis.
d. Pemanfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi. Waktu libur yang
dipergunakan untuk rekreasi dapat memberikan kita kesegaran pikiran dari
penatnya tugas dan tanggungjawab pekerjaan.
e. Monotomi dan stress dalam pekerjaan yang dapat dikurangi dengan dekorasi
warna pada lingkungan kerja, penggunaan musik saat bekerja di tempat
kerja dan pemanfaatan waktu istirahat.
f. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan
kerja.
g. Cara kerja serta pengelolaan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan
fisiolog dan psikologi kerja.
h. Pengorganisasian proses produksi yang tepat.
i. Pengendalian faktor fisik seperti kebisingan, tekanan panas, ventilasi udara
ruang kerja dan penerangan serta pencahayaan di tempat kerja.
j. Seleksi tenaga kerja yang cocok untuk suatu pekerjaan.
k. Pelatihan untuk pembentukan keterampilan atas dasar profesionalitas.
l. Supervisi dengan tujuan pengembangan potensi dan kemajuan karir.
Menurut Tarwaka (2015) upaya agar tingkat produktivitas kerja tetap baik
atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap
kelelahan kerja. Cara mengatasi kelelahan kerja:
a. Sesuai kapasitas kerja fisik
b. Sesuai kapasitas kerja mental
c. Redesain stasiun kerja ergonomis
d. Sikap kerja alamiah
e. Kerja lebih dinamis
f. Kerja lebih bervariasi
g. Redesain lingkungan kerja
h. Reorganisasi kerja
i. Kebutuhan kalori seimbang
j. Istirahat setiap 2 jam
27

2.2.8 Pengukuran Kelelahan Kerja


Menurut Tarwaka (2015) menyatakan sampai saat ini belum ada cara
untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang
menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993)
mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok
sebagai berikut:
a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja, pada metode ini, kualitas output
digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja (waktu yang digunakan
dalam setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu.
Kelelahan dan rata-rata jumlah produk tentunya saling berhubungan. Namun
uji ini tidak dapat dilakukan secara langsung mengingat banyaknya faktor
yang harus dipertimbangkan seperti: target produksi, faktor sosial dan
psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk,
penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan
kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor.
b. Uji psiko-motor (psychomotor test), pada metode uji psiko-motor
melibatkan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi motor. Salah satu cara
yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu
reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu
kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat
digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan
(Tarwaka, 2015).
c. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test), frekuensi kerlingan mulus
(Flicker-fusion frequency) dari mata adalah kemampuan mata untuk
membedakan cahaya berkedip dengan cahaya yang dipancarkan secara
terus-menerus. Cara menguji kelelahan dengan metode hilangnya kelipan
adalah sebagai berikut: responden yang hendak diteliti didudukan didepan
sumber cahaya yang berkedip. Kedipan kemudian dari lambat (frekuensi
rendah), kemudian perlahan-lahan dinaikkan semakin cepat. Dan cahaya
tersebut bukan lagi dianggap cahaya terputus-putus, melainkan cahaya
28

kontiniu (mulus).
d. Pengukuran kelelahan secara subjektif (subjective feelings fatigue) dari
Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah
satu kuesioner yang dapat untuk mengukur terjadi tingkat kelelahan
subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari:
1) 10 Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:
a) Perasaan berat dikepala
b) Lelah seluruh badan
c) Berat di kaki
d) Menguap
e) Pikiran kacau
f) Mengantuk
g) Ada beban pada mata
h) Gerakan canggung dan kaku
i) Berdiri tidak stabil
j) Ingin berbaring
2) 10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi:
a) Susah berpikir
b) Lelah untuk bicara
c) Gugup
d) Tidak berkonsentrasi
e) Sulit memusatkan perhatian
f) Mudah lupa
g) Kepercayaan diri berkurang
h) Merasa cemas
i) Sulit mengontrol sikap
j) Tidak tekun dalam pekerjaan
3) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik:
a) Sakit dikepala
b) Kaku dibahu
c) Nyeri dipunggung
29

d) Sesak nafas
e) Haus
f) Suara serak
g) Merasa pening
h) Spasme dikelopak mata
i) Tremor pada anggota badan
j) Merasa kurang sehat
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada
akhir jam kerja.
e. Uji Mental, pada uji ini seseorang dipacu untuk menentukan dan
mengeluarkan tanda-tanda kelelahan. Faktor lain yang berpengaruh adalah
pelatihan dan pengalaman. Apabila uji ini terus dilakukan gejala kelelahan
akan muncul dengan sendirinya (Grandjean, 1997 dalam Andiningsari,
2009). Uji mental meliputi 3 (Tiga) masalah aritmatika, yaitu:
1) Uji konsentrasi (crossing-out test)
2) Uji estimasi (dengan uji estimasi interfal waktu)
3) Uji memori atau ingatan

2.3 Perawat
2.3.1 Definisi Perawat
Perawat menurut UU RI Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan,
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsikososial dan spritual
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
30

maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pada


hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat profesi yang berorientasi
pada pelayanan, memiliki empat tingkatan klien (individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan
kesehatan secara keseluruhan.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan di mana
dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Selain itu sebagai profesi
keperawatan mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggung jawab dalam
tindakan serta adanya kode etik dalam bekerja dan berorientasi pada pelayanan
dengan pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok dan
masyarakat.

2.3.2 Fungsi Perawat


a. Fungsi Independen, merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung
pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b. Fungsi Dependen, merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas pesan instruksi dari perawat lain sebagai tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum, atau perawat primer ke perawat
pelaksana.
c. Fungsi Interindependen, merupakan fungsi dalam kelompok tim yang
bersifat saling ketergantungan diantara satu tim dengan tim lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja
sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam penderita yang mempunyai penyakit
kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam
31

memantau reaksi obat yang telah diberikan.

2.3.3 Peran Perawat


Menurut Nursalam (2017), peran perawat yaitu merupakan tingkah laku
yang diharapkan oleh seseorang pasien dari seorang perawat sesuai dengan
kedudukan dan sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat menetap.
a. Peran sebagai pemberian asuhan keperawatan, peran ini dapat dilakukan
perawat dengan memperlihatkan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunkan
proses keperawatan.
b. Peran sebagai advokat pasien, peran ini dilakukan perawat dalam membantu
pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan berbagai informasi dan
pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Perawat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya dan hak atas privasi.
c. Peran Edukator, peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam
meningkatkan pengetahuan kesehatan tentang gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Peran ini dilaksanakan dengan
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisir pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Peran Koordinator, peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan,
sehingga pemberi pelayanan kesehatan terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien atau pasien.
e. Peran kolaborator, peran perawat dalam hal ini dilakukan karena perawat
bekerja sama dengan tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli
32

gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan


yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Peran konsultan, perawat berperan sebagai tenaga konsultasi terhadap
masalah tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaaan pasien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
g. Peran pembaharu, peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan
perancanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan kesehatan.

2.4 Rumah Sakit


2.4.1 Pengertian Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.4.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai
fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
33

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan


memperhatikan etika ilmu bidang kesehatan.

2.4.3 Klasifikasi Rumah Sakit


Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
umum diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Rumah Sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan
13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2
(dua) spesialis dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum kelas C adalah
rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis
penunjang medik.
d. Rumah Sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis
dasar.

2.5 Tugas Perawat di Rumah Sakit


Tugas pokok perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien dan secara administratif fungsional bertanggung jawab kepada kepala
ruang, secara teknis medis operasional bertanggung jawab kepada dokter ruang
rawat atau dokter pertanggungjawab ruangan. Adapun tugas perawat di rumah
sakit adalah sebagai berikut:
a. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan
34

b. Menerima pasien baru sesuai prosedur rumah sakit


c. Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dipakai
d. Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan dan
lingkungan
e. Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga
f. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien sesuai batas
kemampuannya termasuk mengamati keadaaan pasien dan melaksanakan
anamnesa
g. Menyusun rencana keperawatan sesuai kemampuannya
h. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan antara
lain: melaksanakan tindakan pengobatan, memberikan penyuluhan
kesehatan
i. Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi pada pasien agar segera
mandiri
j. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan
k. Memantau dan memelihara kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil
l. Menciptakan, memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan tim
kesehatan
m. Berperan serta dengan asuhan tim kesehatan membahas kasus dengan upaya
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
n. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam, dan libur secara bergilir
o. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan
p. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
q. Melaksanakan serah terima tugas shift jaga secara lisan maupun tertulis
r. Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi: menyediakan formulir untuk
menyelesaikan administrasi, memberi penyuluhan kepada pasien dan
keluarga sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien, melatih pasien
menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, melatih pasien melaksanakan
tindakan keperawatan di rumah sakit misalnya merawat luka dan melatih
anggota gerak, mengatur pasien pulang sampai keluar ruangan.
35

2.6 Standar Ketenagaan Perawat Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit


Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut
direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan
memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Dengan
model pendekatan menurut klasifikasi pasien, maka perhitungannya dilakukan
berdasarkan :
a. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
b. Rata-rata pasien per hari
c. Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
d. Jam perawatan yang diperlukan / ruangan / hari
e. Jam kerja efektif tiap perawat 7 jam per hari
36

2.7 Kerangka Teori

RUMAH SAKIT
PERAWAT

Peran Perawat:
a. Peran sebagai pemberian asuhan
BEBAN KERJA
keperawatan
b. Peran sebagai advokat pasien
Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja c. Peran Edukator
1. Faktor eksternal d. Peran Koordinator
a. Tugas (Task) e. Peran kolaborator
b. Organisasi kerja. f. Peran konsultan
c. Lingkungan kerja. g. Peran pembaharu
2. Faktor Internal (Nursalam, 2017)
a. Faktor somatis (jenis kelamin,
umur, ukuran tubuh, status gizi,
kondisi kesehatan, dan sebagainya)
b. Faktor psikis (motivasi, persepsi,
kepercayaan, keinginan, kepuasan, KELELAHAN KERJA
dan sebagainya).
Pengukuran kelelahan kerja
(Soleman, 2011) Metode Subjective Self Rating Test
a. 10 Pertanyaan tentang pelemahan
kegiatan
b. 10 Pertanyaan tentang pelemahan
motivasi
c. 10 pertanyaan tentang gambaran
kelelahan fisik

(IFRC dalam Granjean. 1993)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : IFRC dalam Garanjean (1993), Soleman (2011), Nursalam (2017)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) dapat
disimpulkan tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan
(Notoatmodjo, 2017). Penelitian ini mengkaji hubungan beban kerja dengan
kelelahan kerja pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai I RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

3.2 Kerangka Penelitian


Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang dilakukan
(Notoatmodjo, 2010). Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kelelahan
kerja pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai I RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen


Beban Kerja Perawat Kelelahan Kerja Perawat
Pelaksana Pelaksana

Keterangan :
: Faktor yang diteliti
: Adanya hubungan

37
38

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah kumpulan konsep mengenai fenomena yang
ingin diteliti atau sesuatu yang ingin kita ukur dan dapat digunakan sebagai ciri,
sifat yang didapatkan dari satuan penelitian mengenai suatu konsep pengertian
tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel ini terdiri dari variabel bebas
(independent), dan variabel terikat (Dependent), meliputi :
3.3.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel Independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen, variabel ini dikenal dengan variabel bebas
artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Notoatmodjo, 2017). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah beban kerja perawat pelaksana.
3.3.2 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel Dependen merupkan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat dari variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap
perubahan, juga disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome atau event. Variabel
tak bebas dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja perawat pelaksana.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
menjelaskan tentang apa yang harus diukur, bagaimana mengukurnya, apa saja
kriteria pengukurannya, instrument yang digunakan untuk mengukurnya dan skala
pengukurannya. Membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti perlu sekali variabel tersebut diberi batasan (Notoatmodjo,
2012).
Variabel yang diteliti di definisi operasionalkan adalah sebagai berikut :
39

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
INDEPENDEN Hasil dari jawaban Kuesioner yang berisi Skala 1) Ringan, Ordinal
Beban kerja responden dari 15 pernyataan Guttman jika total
pertanyaan seputar 1 = Ya skor 0-5
tentang beban 0 = Tidak
2) Sedang,
kerja perawat
selama bekerja jika total
dengan indikator. skor 6-10
1. Aktivitas 3) Berat, jika
Pekerjaan total skor
2. Kegiatan yang 11-15
dilakukan
3. Penggunaan
Waktu
(Nursalam, 2017)
DEPENDEN Hasil dari jawaban Kuesioner kelelahan Skala Likert 1) Rendah / Ordinal
Kelelahan kerja responden subjektif (Subjectif Self Skor 0 = tidak lelah,
mengenai suatu Rating Test) yang Tidak dengan
pernah
keadaan akibat diadopsi dari Industrial total skor 0
merasakan
kerja yang Fatigue Research - 21
dilakukan oleh Committee (IFRC). Skor 1 = 2) Sedang /
perawat pelaksana Berisi 30 daftar Kadang- kurang
berupa penurunan pertanyaan dimana kadang lelah,denga
kemampuan pernyataan nomor 1 merasakan n skor 22 -
maupun perasaan sampai 10 mengenai 44
Skor 2 =
lelah untuk pelemahan kegiatan, 3) Tinggi /
Sering
melakukan suatu pertanyaan 11 sampai merasakan lelah,denga
kegiatan 20 pelemahan motivasi n skor 45 -
berdasarkan dan pertanyaan 21 Skor 3 = 67
metode subjektif sampai 30 untuk Sering 4) Sangat
yang dirasakan gambaran kelelahan sekali Tinggi /
responden. fisik. merasakan sangat
(Tarwaka, lelah,
2015) dengan
skor 68 -
90
40

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan sampel penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2017). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perawat pelaksana di instalasi Rawat Inap Lantai 1 RSUD Sekarwangi yang
berjumlah 58 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel penelitian sebagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmdjo, 2015). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian perawat pelaksana di ruang rawat
inap laintai I RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
Dalam pengambilan sampel dilakukan pemilahan kriteria dimana kriteria
tersebut dapat menentukan layak dan tidaknya sampel yang digunakan.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau
yang layak untuk diteliti. Kriteria inklusi responden dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1) Bertugas di ruang rawat inap
2) Perawat pelaksana
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Kriteria ekslusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukan
atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi responden dalam penelitian
ini adalah :
1) Perawat yang sedang melakukan cuti, ijin dan sakit pada saat
pengambilan data
2) Perawat baru yang masih dalam tahap percobaan

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik Total Sampling (sampel jenuh). Sampel Jenuh merupakan
41

teknik penarikan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai


sampel (Sugiyono, 2010).

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, penelitian ini menggunakan
angket atau kuesioner yang berupa pertanyaan-pertanyaan dan mengacu pada
parameter yang sudah dibuat oleh penelitian yang sudah dilakukan (Notoatmodjo,
2010).
3.6.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer
dan sekunder, sebagai berikut :
3.6.1.1 Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data yaitu peneliti (Sugiyono, 2018). Data primer merupakan data
yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak melalui perantara).
Data primer dapat berupa opini/persepsi orang secara individual dan kelompok
serta hasil observasi terhadap suatu benda atau kegiatan (Budhiana, 2016). Data
primer dalam penelitian ini adalah data yang di dapatkan dari kuesioner langsung
pada perawat yaitu jawaban dari responden yang meliputi karakteristik responden
dan variabel yang diteliti yaitu beban kerja perawat pelaksana dan kelelahan kerja
perawat pelaksana.
3.6.1.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2018). Data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dicatat oleh orang lain).
Data sekunder pada penelotian ini diperoleh dari RSUD Sekarwangi, studi
kepustakaan dan studi literatur yang terkait dengan rumusan permasalahan yang
sedang diteliti dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
3.6.2 Prosedur Penelitian
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karesteristik subyek yang dilakukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2014).
42

Prosedur pengumpulan data dengan beberapa tahapan. Berikut ini


merupakan tahapan-tahapan yang dilalui oleh peneliti, diantaranya adalah
langkah-langkah yang ditempuh dan tekhnik yang digunakan untuk
mengumpulkan data (prosedur penelitian):
a. Peneliti mengurus surat ijin pengambilan data dan penelitian dari Program
Studi Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
b. Peneliti mengurus surat ijin pengambilan data dan penelitian RSUD
Sekarwangi.
c. Data diperoleh dari RSUD Sekarwangi di Instalasi Rawat Inap Lantai 1.
d. Peneliti melakukan studi pendahuluan RSUD Sekarwangi,
e. Peneliti menyamakan persepsi dengan rekan-rekan yang membantu
penelitian terkait cara pengobservasian,
f. Calon responden diambil dari perawat Instalasi Rawat Inap Lantai 1 RSUD
Sekarwangi,
g. Proses pengambilan data menggunakan kuesioner kepada perawat rawat
inap Lantai I RSUD Sekarwangi,
h. Peneliti mengumpulkan kuesioner,
i. Peneliti melakukan pengolahan dan analisa data,
j. Peneliti menarik kesimpulan.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat diukur
apa yang seharusnya dapat diukur. Ada dua hal penting yang harus dipenuhi, yang
pertama relevan isi instrumen yang berarti harus disesuaikan dengan tujuan
penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Kedua, relevan sasaran subjek dan cara pengukuran dimana instrumen yang
disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap pebedaan subjek penelitian
(Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan uji korelasi
Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut :
43

Rumus Pearson Product Momen :


n( xy    x  y 
rhitung =
 n
  x 

2
  x  2
. n y   y 
  
2



Keterangan :
rhitung = Koefisien korelasi
∑Xi = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total
n = jumlah responden
Pengambilan kesimpulannya ditentukan ketika nilai p-value pearson
product moment < 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid
(Arikunto, 2010). Berdasarkan uji validitas dalam penelitian ini dilakukan pada
variabel beban kerja perawat diperoleh dari 17 pertanyaan terdapat 15 pertanyaan
valid dengan p-value ≤ 0,05, sedangkan terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid
karena p-value > 0,05. Item pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan no. 6
dan 9.

3.7.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dicapai atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan menggunakan
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur
yang sama (Notoatmodjo, 2010). Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas
instrument dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah sebagai berikut :

 k    b 
2

r=   1  
 k  1   t 
2

Keterangan :
r : Koefisien reliabilitas instrument
k : Banyaknya butir pertanyaan
∑σb² : Total varians butir
σ²t : Total varians
44

Kriteria uji reabilitas mengacu kepada indeks reliabilitas menurut aturan


Guilford (Guilford’s Empirical Rule).
Tabel 3.2 Indeks reliabilitas menurut Aturan Guilford (Guilford’s
Empirical Rule)
Indeks Reliabilitas
0,00 – 0,19 Reliabilitas sangat lemah
0,20 – 0,39 Reliabilitas lemah
0,40 – 0,69 Reliabilitas cukup kuat
0,70 – 0,89 Reliabilitas kuat
0,90 – 1,00 Reliabilitas sangat kuat

Uji reliabilitas pada penelitian ini mengacu kepada aturan Guilford.


Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki minimal reliabilitas cukup kuat atau
berada pada indeks ≥ 0,40. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada penelitian ini
diperoleh pada variabel beban kerja perawat didapatkan indeks 0,642 dengan
reliabilitas cukup kuat. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran uji reliabilitas.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data


3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu rangkaian kegiatan penelitian
setelah pengumpula data. Pengolahan data merupakan proses penyederhanaan
data yang sangat kompleks kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan (Budhiana, 2016).
Setelah pengumpulan, pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Editing
Editing adalah kegiatan meneliti atau memeriksa kembali data yang telah
dikumpulkan dari lapangan. Editing dilakukan pada saat pengumpulan data
atau setelah data terkumpul dengan cara memeriksa kembali jawaban
responden apakah ada pernyataan yang belum diisi pada format pernyataan
dan jika ada yang tidak terisi maka dikembalikan kepada responden untuk
diisi kembali.
45

2) Coding
Coding merupakan usaha mengklasifikasikan jawaban responden
menurut macamnya. Tujuan adalah menyederhanakan jawaban responden
tersebut sehingga dapat diolah. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Coding dalam
kuisioner ini yaitu pada saat kuisioner sudah terkumpul kemudian
memberikan kode angka pada jawaban yang telah di jawab responden dengan
memberikan kode angka terhadap beberapa kategori variabel yang diteliti.
Coding dimulai dari karakteristik responden diantaranya yaitu : jenis kelamin
(kode 1= laki-laki dan 2= perempuan), pendidikan (kode 1= D3 dan 2= S1
Ners), status perkawinan (kode 1= belum kawin, 2= kawin).
3) Scoring
Proses scoring dalam penelitian ini yaitu memindahkan data kualitatif
kedalam data kuantitatif, dengan pemberian skor berdasarkan hasil
pengukuran. Pertanyaan yang diberikan skor adalah pertanyaan tentang beban
kerja yang mengacu kepada skala Guttman dan kelelahan kerja yang mengacu
pada skala Likert.
Dari 17 pertanyaan kuesioner beban kerja dengan menggunakan skala
guttman diberikan nilai satu (1) bila item pernyataan dijawab ya, dan
diberikan nilai dua (2) bila item pernyataan dijawab tidak. Sedangkan untuk
30 pertanyaan kuesioner kelelahan kerja dengan menggunakan skala likert
diberikan nilai nol (0) bila item pertanyaan dijawab tidak pernah merasakan,
diberikan nilai satu (1) bila item pertanyaan dijawab kadang-kadang,
diberikan nilai dua (2) bila item pertanyaan dijawab sering, dan diberikan
nilai tiga (3) bila item pertanyaan dijawab sering kali merasakan.
4) Procecing
Procecing atau data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel
kontingensi dengan menggunakan program SPSS.
46

5) Cleaning
Data yang telah selesai di masukkan ke dalam computer atau data yang
telah di entry kemudian dilakukan cleaning, cleaning merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah di masukkan apakah ada kesalahan atau
tidak.
3.8.2 Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan bagian penting dari suatu penelitian, dimana
tujuan dari analisis data ini adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang
diteliti. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode sebagai
berikut :
3.8.2.1 Analisis Data Deskriptif Karakteristik Responden
Analisis data deskriptif karakteristik responden dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase pada tiap-tiap
karakteristik responden dimana teknik penyajian data dilakukan melalui tabel
distribusi frekuensi. Untuk selanjutnya hasil distribusi frekuensi dan persentase
tersebut diinterpretasikan.

3.8.2.2 Analisis Univariat


Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian, dalam analisis ini hanya menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
1) Analisis Univariat Variabel Beban Kerja
Pada penelitian ini untuk mengukur beban kerja perawat pelaksana
terhadap kelelahan kerja dengan menggunakan skala guttman. Pada setiap
item pertanyaan terdapat beberapa alternatif jawaban yang ada mengacu pada
skala “Guttman” dimana nilai jawaban “Ya” berarti bernilai “1” dan jawaban
“tidak” bernilai “0”.
Menurut Arikunto yang dikutip oleh Lola Santia (2016), penilaian
beban kerja dibagi 3 kategori yaitu “beban kerja ringan”, “beban kerja
sedang”, “beban kerja berat”. Rentang skor dibagi tiga sama besar
berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh, maka beban kerja dapat
dikategorikan sebagai berikut:
47

a. Ringan : Apabila jumlah skor 0-5


b. Sedang : Apabila jumlah skor 6-10
c. Berat : Apabila jumlah skor 11-15 (Arikunto, 2010).
Setelah mengetahui kriteria masing-masing responden maka data-data
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Rumus yang di
gunakan untuk persentase sebagai berikut:

Keterangan:
P: Persentase
F: Jumlah responden sesuai kriteria hasil ukur.
N: Jumlah seluruh responden (Arikunto, 2010).
2) Analisa Univariat Variabel Kelelahan Kerja
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Subjective
self rating test dari Industrial Fatigue Research Commite (IFRC). Pertanyaan
bersifat subjektif dan tingkat kelelahan pada pekerja diukur dengan
menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan. Kuesioner tersebut berisi 30
pertanyaan dimana pertanyaan nomor 1 sampai 10 mengenai pelemahan
kegiatan, pertanyaan 11 sampai 20 mengenai pelemahan motivasi dan
pertanyaan 21 sampai 30 mengenai gambaran kelelahan fisik. Desain
penilaian menggunakan skoring dengan skala likert (Tarwaka, 2015), yaitu:
a. Skor 0 = Tidak pernah merasakan.
b. Skor 1 = Kadang-kadang merasakan.
c. Skor 2 = Sering merasakan
d. Skor 3 = Sangat sering merasakan
Jumlah skor dihitung pada masing-masing kolom 30 pertanyaan dan
menjumlahkannya menjadi total skor individu. Skor individu terendah adalah
0 dan skor individu tertinggi adalah 90. Berdasarkan jumlah nilai yang
diperoleh maka dapat diketahui tingkat kelelahan kerja dikategorikan sebagai
berikut:
48

a. Rendah, bila responden memperoleh jumlah nilai 0-21


b. Sedang, bila responden memperoleh jumlah nilai 22-44
c. Tinggi, bila responden memperoleh jumlah nilai 45-67
d. Sangat tinggi, bila responden memperoleh jumlah nilai 68-90

3.8.2.3 Analisis Bivariat


Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa analisa bivariat adalah analisa
yang dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.
Metode analisis statistic yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan skala
pengukuran yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat (ᵡ²).
Uji ini digunakan untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang
diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui, apakah terdapat
hubungan atau perbedaan yang signifikan pada penelitian tidak yang
menggunakan data nominal (Hidayat, 2007).
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus Chi
Kuadrat :
(O  E ) 2
2

χ E

Keterangan : χ2 : Chi Kuadrat


O : hasil nilai pengamatan
E : nilai ekspektasi
Pengujian data dilakukan dengan menggunakan Software SPSS (Statistical
Product and Service Solution) Versi 16.0. Untuk hasil keputusan uji korelasi Chi-
Kuadrat adalah sebagai berikut :
Jika p-value ≤ 0,05 : H₀ ditolak, artinya ada hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat.
Jika p-value > 0,05 : H₀ diterima, artinya tidak ada hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat.
49

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.9.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap Lantai 1 RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
3.9.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari
2021.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian akan dijabarkan hasil analisis deskriptif karakteristik


responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, dan
lama bekerja. Selain itu juga dijabarkan analisis deskriptif univariat dari variabel
penelitian meliputi beban kerja perawat dan kelelahan kerja. Selanjutnya, analisis
bivariat dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis penelitian beban kerja
perawat terhadap kelalahan kerja perawat.
Setelah dilakukan penelitian pada 58 perawat pelaksana di instalasi Rawat
Inap Lantai 1 RSUD Sekarwangi dan data terkumpul, selanjutnya peneliti
melakukan pengolahan data dan analisa data. Hasil yang menjelaskan Hubungan
Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat
Inap Lantai I RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut :

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Karakteristik Responden


4.1.1.1 Gambaran Usia Responden
Hasil gambaran karakteristik responden berdasarkan usia pada penelitian
ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang < 26 tahun
yaitu sebesar 48,3% atau sebanyak 28 responden. Sedangkan sebagian kecil
responden berada pada rentang usia 36 – 45 tahun yaitu sebesar 8,6% atau
sebanyak 5 responden.
4.1.1.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden
Hasil gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebesar 58,6% atau sebanyak 34 responden. Sedangkan sebagian kecil responden
berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 41,4% atau sebanyak 24 responden.
4.1.1.3 Gambaran Pendidikan Responden
Hasil gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan D3

50
51

Keperawatan yaitu sebesar 74,1% atau sebanyak 43 responden. Sedangkan


sebagian kecil responden berpendidikan S1 Ners yaitu sebesar 25,9% atau
sebanyak 15 responden.
4.1.1.4 Gambaran Status Perkawinan Responden
Hasil gambaran karakteristik responden berdasarkan status perkawinan
pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah kawin
yaitu sebesar 65,5% atau sebanyak 38 responden. Sedangkan sebagian kecil
responden belum kawin yaitu sebesar 34,5% atau sebanyak 20 responden.
4.1.1.5 Gambaran Lama Bekerja Responden
Hasil gambaran karakteristik responden berdasarkan lama bekerja pada
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden lama bekerja selama
> 5 tahun yaitu sebesar 62,1% atau sebanyak 36 responden. Sedangkan sebagian
kecil responden lama bekerja selama ≤ 5 tahun yaitu sebesar 37,9% atau sebanyak
22 responden.

4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Univariat Variabel Penelitian


Dalam analisis deskriptif univariat variabel penelitian dilakukan dengan
menggunakan distribusi frekuensi dan persentase tiap kategori. Berikut adalah
analisis deskriptif univariat variabel selengkapnya.
4.1.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Beban Kerja pada Perawat Pelaksana
Analisis deskriptif variabel beban kerja responden selengkapnya bisa
dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Beban Kerja Pada Perawat Pelaksana

Persentase
No Beban Kerja Frekuensi
(%)
1 Ringan 2 3,4
2 Sedang 23 39,7
3 Berat 33 56,9
Total 58 100
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang
berada di ruang rawat inap lantai I RSUD Sekarwangi memiliki beban kerja yang
berat yaitu sebesar 56,9% atau sebanyak 33 responden. Sedangkan sebagian kecil
memiliki beban kerja yang ringan yaitu sebesar 3,4% atau sebanyak 2 responden.
52

4.1.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Kelelahan Kerja pada Perawat Pelaksana


Analisis deskriptif variabel kelelahan kerja responden selengkapnya bisa
dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja Pada Perawat
Pelaksana

Persentase
No Beban Kerja Frekuensi
(%)
1 Kurang Lelah 8 13,8
2 Lelah 39 67,2
3 Sangat Lelah 11 19,0
Total 58 100
Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang
berada di ruang rawat inap lantai I RSUD Sekarwangi lelah dalam bekerja yaitu
sebesar 67,2% atau sebanyak 39 responden. Sedangkan sebagian kecil kurang
lelah dalam bekerja yaitu sebesar 13,8% atau sebanyak 8 responden.

4.1.3 Hasil Analisis Bivariat


Hasil analisis bivariat ini untuk melihat adanya Hubungan Beban Kerja
dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai I
RSUD Sekarwangi Kabupaten. Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja
Pada Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai I RSUD
Sekarwangi

Kelelahan Kerja
Beban Kurang Sangat P-
Lelah F %
Kerja Lelah Lelah Value
F % F % F %
Ringan 1 50,0 1 50,0 0 0 2 100
Sedang 6 26,1 15 65,2 2 8,7 23 100 0,037
Berat 1 3,0 23 69,7 9 27,3 33 100
Total 8 13,8 39 67,2 11 19,0 58 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki beban kerja berat yang kurang lelah dalam bekerja yaitu sebesar 3,0%
atau sebanyak 1 responden, lelah dalam bekerja yaitu sebesar 29,7% atau
53

sebanyak 23 responden, dan sangat lelah dalam bekerja yaitu sebesar 27,3% atau
sebanyak 9 responden. Sedangkan sebagian kecil responden memiliki beban kerja
ringan yang kurang lelah dan lelah dalam bekerja yaitu masing-masing sebesar
50% atau sebanyak 1 responden.
Hasil uji stastistik diperoleh nilai p value 0,037, jika p value <0,05
memiliki Hubungan, tetapi berdasarkan syarat uji koefisien pada nilai chi-square
tidak dapat dilakukan karena terdapat cell yang bernilai 0 dan terdapat cell yang
mempunyai frekuensi harapan >20% yaitu 66,7% sehingga diperlukan
penggabungan. Penggabungan kriteria ini dilakukan pada variabel beban yang
dikategorikan berat dan ringan/sedang dimana kategori ringan dan sedang
digabungkan, serta penggabungan pada variabel kelelahan yang dikategorikan
kurang lelah dan lelah/sangat lelah dimana kategori lelah dan sangat lelah
digabungkan. Setelah dilakukan penggabungan ternyata uji chi-square masih tidak
dapat dilakukan karena terdapat cell yang mempunyai frekuensi harapan >20%
yaitu 50%, sehingga dilakukan uji alternatif lain yaitu uji koreksi yates. Untuk
melihat uji hipotesis beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat pelaksana
di Instalasi Rawat Inap Lantai I RSUD Sekarwangi selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat
Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai I RSUD Sekarwangi

Variabel Tak Koreksi


Variabel Bebas p-value
Bebas Yates

Beban Kerja Kelelahan Kerja 0,006 0,019

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat p-value = 0,006 berarti <0,05 yang
menunjukan bahwa ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada
perawat pelaksana dengan nilai uji koreksi yates 0,019. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa beban kerja mempengaruhi kelelahan kerja pada perawat
pelaksana.
54

4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini dimaksud untuk memberikan penjelasan
terhadap hasil penelitian deskriptif maupun hasil penelitian korelasi yang akan
dijabarkan sebagai berikut:
4.2.1 Analisis Deskriptif Univariat Variabel Penelitian
4.2.1.1 Analisis Deskriptif Beban Kerja Pada Perawat Pelaksana di Instalasi
Rawat Inap Lantai I RSUD Sekarwangi
Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa sebagian besar responden
yang berada di ruang rawat inap lantai I RSUD Sekarwangi memiliki beban kerja
yang berat yaitu sebesar 56,9% atau sebanyak 33 responden. Sedangkan sebagian
kecil memiliki beban kerja yang ringan yaitu sebesar 3,4% atau sebanyak 2
responden.
Menurut Menpan, pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau
sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau
pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu (Rahayu, 2015). Beban kerja
perawat adalah sebagai jumlah total waktu keperawatan, dalam pemberian
pelayanan keperawatan yang diperlukan klien dan jumlah perawat yang
diperlukan untuk memberikan pelayanan kepada klien (Nurcahyo, 2018).
Setiap pekerjaan merupakan beban kerja bagi yang bersangkutan, beban
kerja tersebut dapat berupa fisik maupun mental, adapun beban yang ditanggung
itu sesuai dengan jenis pekerjaannya. Faktor yang mempengaruhi beban kerja
perawat yaitu jumlah pasien, tingkat ketergantungan pasien, jumlah hari
perawatan, tindakan keperawatan, dan frekuensi tindakan keperawatan. Beban
kerja perawat dalam penelitian ini dilihat dari dua indikator yaitu tindakan
langsung dan tidak langsung.
Menurut Kurniadi (2013) tindakan keperawatan terbagi menjadi 2 kategori
yaitu tindakan keperawatan langsung dan tindakan tidak langsung. Tindakan
langsung adalah tindakan keperawatan yang diberikan perawat secara langsung
kepada klien dan ditunjukkan langsung terhadap kebutuhan fisik dan psikologis
klien. Sedangkan tindakan keperawatan tidak langsung adalah tindakan perawatan
yang dilakukan atas nama klien atau tidak langsung mengenai klien, berupa
55

tindakan intervensi keperawatan, diskusi dengan tim kesehatan lain,


pendokumentasian status kesehatan klien, serta pelaporan kondisi klien kepada
rekan sejawat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan perawat saat melayani pasien
rawat inap cukup besar dan dituntut bekerja secara profesional dalam memberikan
pelayanan terhadap pasien. Dalam penelitian ini, terbukti bahwa perawat tidak
hanya melakukan tindakan secara langsung pada pasien dan tindakan secara tidak
langsung, ada pula dengan melakukan pendokumentasian kelengkapan
pengklaiman pada klien BPJS, sehingga dengan berbagai tugas tersebut yang
menggambarkan banyaknya aktivitas kerja perawat di Instalasi Rawat Inap secara
otomatis akan bertambah beban kerja yang diterima.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Maharja (2015) yang berjudul “Analisis
Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Beban Kerja Fisik Perawat di Instalasi
Rawat Inap RSU Haji Surabaya” menunjukkan bahwa beban kerja fisik dan
kelelahan kerja memiliki hubungan searah dan kuat. Hasil penelitian juga
menunjukkan ada perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan beban kerja fisik.
Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa wajar jika sebagian
besar responden menilai beban terhadap pekerjaannya termasuk kategori tinggi.
4.2.1.2 Analisis Deskriptif Kelelahan Kerja Pada Perawat Pelaksana di
Instalasi Rawat Inap Lantai I RSUD Sekarwangi
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa sebagian besar responden
yang berada di ruang rawat inap lantai I RSUD Sekarwangi lelah dalam bekerja
yaitu sebesar 67,2% atau sebanyak 39 responden. Sedangkan sebagian kecil
kurang lelah dalam bekerja yaitu sebesar 13,8% atau sebanyak 8 responden.
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi melemahnya kegiatan, motivasi, dan
kelelahan fisik untuk melakukan kerja. Menurut Suma’mur (2009) kelelahan
merupakan suatu masalah kesehatan kerja yang perlu mendapat perhatian khusus.
Kelelahan bagi setiap orang bersifat subyektif karena terkait dengan perasaan,
selain dipengaruh faktor fisik dan biologis, kelelahan juga dapat dipengaruhi oleh
faktor psikis. Kelelahan menurunkan kapasitas kerja yang ditandai dengan sensasi
lelah, motivasi aktivitas, prestasi, dan semangat kerja yang menurun.
56

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan menunjukan bahwa beberapa


perawat menunjukkan gejala kelelahan saat mengerjakan tugas yang terus
menerus, beberapa perawat mengeluh tidak dapat berkonsentrasi, sebagian
perawat juga sering mengeluh pusing, dan tidak tepat waktu dalam mengerjakan
suatu pekerjaan.
Banyaknya tuntutan dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan
perawat, ditambah pola kerja yang menyita banyak waktu dan tenaga seperti
banyak klien yang mengeluh dan minta dilayani menjadikan pekerjaan semakin
berat, serta faktor pencetus lainnya. Apabila perawat tidak dapat menyesusaikan
diri maka hal ini akan memberikan tekanan/ketegangan bagi perawat yang akan
menyebabkan kelelahan. Menurut Nurcahyo (2018) kelelahan kerja yang tidak
dapat diatasi akan menimbulkan berbagai permasalahan kerja dan mengakibatkan
kecelakaan kerja sehingga rumah sakit wajib mengetahui kinerja dan hal yang
dapat menimbulkan permasalahan dalam bekerja, salah satunya kelelahan kerja
pada perawat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ardiyanti (2017) yang berjudul
“Hubungan Beban Kerja Mental dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga
Keperawatan di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta” menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja mental dengan kelelahan
kerja pada tenaga keperawatan dengan menggunakan uji statistik rank sperman
(rho) diperoleh nilai signifikansi p-value sebesar 0,013 (p < 0,05).

4.2.2 Analisis Deskriptif Bivariat Variabel Penelitian


Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat p-value = 0,006 berarti <0,05 yang
menunjukan bahwa ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja perawat
pelaksana dengan nilai uji koreksi yates 0,019, berarti H0 ditolak dan H1 diterima
karena nilai p-value <0,05. Sehingga menunjukkan bahwa beban kerja
mempengaruhi terhadap kelelahan kerja.
Menurut Manuaba (dalam Rahayu, 2015), beban kerja merupakan
kemampuan tubuh dalam menerima pekerjaan. Beban kerja yang diberikan pada
pekerja perlu disesuaikan dengan kemampuan psikis dan fisik pekerjaan
bersangkutan, keadaan perjalanan mungkin berpengaruh terhadap kondisi
57

kesehatan kerja pada umumnya dan kelelahan kerja khususnya (Maharja, 2015).
Adapun salah satu permasalahan yang sering muncul di suatu rumah sakit adalah
beban kerja perawat yang tidak seimbang yang dapat menyebabkan terjadinya
kelelahan kerja pada tenaga kerja perawat.
Kelelahan kerja perawat merupakan salah satu permasalahan dalam
manajemen sumber daya manusia di rumah sakit. Tuntutan yang semakin besar
dari klien dan manajemen rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dapat meningkatkan beban kerja bagi para tenaga keperawatan
(Ardiyanti, 2017).
Seperti yang dikatakan oleh Tarwaka (2015), bahwa risiko dari kelelahan
kerja yaitu: motivasi kerja menurun, performansi rendah, kualitas kerja rendah,
banyak terjadi kesalahan, produktivitas kerja rendah, stress akibat kerja, penyakit
akibat kerja, cedera, dan terjadi kecelakaan kerja. Bila banyaknya tugas tidak
sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang
tersedia maka akan menjadi sumber kelelahan (Ilyas, 2010).
Hasil penelitian Nurcahyo (2018), menyatakan bahwa beban kerja
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja. Menurut
pendapat peneliti hal yang menyebabkan masih ada beberapa kelelahan kerja
perawat dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang dilakukan perawat terkait
perawatan langsung maupun tidak langsung yang mana kegiatan ini menjadi
beban kerja yang dirasakan sesuai atau tidak dengan kemampuan dirinya. Oleh
karena itu, diduga terdapat pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja
perawat.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan dengan beban
kerja perawat yang tinggi akan menyebabkan kelelahan kerja perawat. Penelitian
Mulfiyanti (2018) dengan judul “Hubungan antara Beban Kerja dan Kelelahan
Kerja Pada Perawat di RSUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone” juga
mendukung penelitian ini yang menyatakan bahwa beban kerja memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kelelahan kerja perawat.
58

4.3 Keterbatasan Penelitian


Pelaksanaan penelitian mengenai hubungan beban kerja perawat dengan
tingkat kelelahan pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai 1 di
RSUD Sekarwangi ini telah dilaksanakan dan diupayakan sebaik mungkin dengan
menggunakan prosedur metode ilmiah. Akan tetapi, sebaik apapun metode yang
digunakan, setiap penelitian tidak akan terlepas dari kemungkinan terjadinya
kesalahan, tidak terkecuali penelitian ini.
Dalam penyusunan penelitian ini banyak sekali keterbatasan dan hambatan
yang peneliti temukan, seperti perawat yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga
peneliti harus menyesuaikan waktu dengan perawat dalam pengisian kuesioner.
Namun hambatan tersebut dapat diatasi dengan cara peneliti mencari waktu luang
untuk membagikan kuesioner kepada responden.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Hubungan Beban
Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap
Lantai 1 di RSUD Sekarwangi adalah sebagai berikut:
1) Gambaran beban kerja pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap
Lantai 1 RSUD Sekarwangi yaitu sebagian besar responden memiliki
beban kerja yang berat.
2) Gambaran kelelahan kerja pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap
Lantai 1 RSUD Sekarwangi yaitu sebagian besar responden lelah dalam
bekerja.
3) Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai 1 RSUD Sekarwangi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan bahan ilmu pengetahuan atau
wawasan dan menjadi bahan evaluasi/masukan yang akan melakukan penelitian
selanjutnya. Kemudian peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan
penelitian dengan variabel lain yang belum diteliti seperti variabel supervisi, stress
kerja, dukungan keluarga dan faktor lainnya yang berhubungan dengan beban
kerja dan kelelahan kerja.
5.2.2 Bagi Institusi Rajawali Bandung
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur serta pertimbangan
untuk dikembangkannya materi pembelajaran tentang beban kerja terhadap
kelelahan kerja beserta faktor-faktor lainnya yang akan mempengaruhi beban
kerja perawat terhadap kelelahan kerja.

59
60

5.2.3 Bagi perawat RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi


Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi acuan dan tolak ukur serta
pertimbangan untuk pengelola manajemen rumah sakit dalam memperhatikan
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja selain beban kerja
perawat sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2009

Dirdjo, M. Maridi., Edi Prayitno. Hubungan Antara Beban Kerja dengan


Keinginan Pindah Kerja Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Sangatta. Jurnal Ilmu Kesehatan 2016. Vol.4 No.2

Mulfiyanti, Dewi dkk. Hubungan Stres Kerja Dan Beban Kerja Dengan
Kelelahan Kerja pada Perawat di RSUDTenriawaru Kelas B Kabupaten
Bone. E-journal Keperawatan. 2018. 2(2), 1-12

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


2010

Nursalam. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika. 2014.

Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika. 2017.

Perwitasari, Dita., Tualeka Rohim Abdul. Faktor Yang Berhubungan dengan


Kelelahan Kerja Subjektif Pada Perawat di RSUD DR. Mohamad
Soewandhie Surabaya. Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Air Langga. 2014

Pesik, Paula Pricillya., Paul A.T. Kawatu., Oksfriani Jufri Sumampouw.


Hubungan Antara Beban Kerja dan Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja
Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran
Kasih GMIM Manado. Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi. 2016

Polit, D.F.,& Beck, C.T. Nursing Research Generating and Assessing Evidence
for Nursing Practice.Lippincott Williams & Wilkins. 2012

Pongoh, V.V. Perbedaan Stres Kerja antar Shift Perawat di Ruangan Gawat
Darurat Medik RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. E-journal
Keperawatan. 2015. 3(2), 1-8

Santia, Lola. Hubungan Beban Kerja dan Kelelahan Kerja Pada Perawat di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Binjai. Medan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2016

Santosi, I. Manajemen Data Untuk Analisa Data Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta: Gosyen Publsihing. 2013

61
62

Soleman, Aminah. Analisis Beban Kerja Ditinjau Dari Faktor Usia Dengan
Pendekatan Recommended Weiht Limit. Jurnal Arika, 2011. Vol.05 No.02

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:


PT.Sagung Seto

Suwandi, A.W. Asri., Paul, A. T. P. Kawatu., Rahayu, H. Akili., 2017. Hubungan


Antara Beban Kerja dan Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada
Perawat Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Manado. Manado. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Tarwaka, dkk. Ergonomi Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS. 2015

Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta

Villa, Adelina. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada


Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.H.Abdul Moeleok Bandar
Lampung. Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
2014.
Lampiran 1
Lampiran 2

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING UTAMA

Nama Mahasiswa : Handri Gumelar


NPM : 1219091
Nama Pembimbing : Dr. Eny Kusmiran, S.Kp. M.Kes

No Hari/Tanggal Topik Rekomendasi Paraf


Bimbingan Pembimbing Pembimbing
1 01 Februari Bimbingan Perbaikan dan
2021 skripsi lewat Penyampaian data
zoom meeting untuk penelitian

2 2 Februari Penyampaian Perbaikan Data


form excel
kuesioner
3 1 Maret 2021 Penyampaian Penyajian Hasil sesuai
Bab IV Hasil dengan Tujuan,
dan Pembahasan Karakteristik
dijadikan Narasi

4 17 Maret 2021 Penyampaian ACC, persiapkan


Draft Akhir untuk ujian hasil
Skripsi
Lampiran 3

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING PENDAMPING

Nama Mahasiswa : Handri Gumelar


NPM : 1219091
Nama Pembimbing : M.Sandi Haryanto,S.Kep.,Ners,M.Kep

No Hari/Tanggal Topik Bimbingan Rekomendasi Paraf


Pembimbing pembimbing
1 13 Januari 2021 Revisian Sidang Kriteria Eklusi
UP Perawat yang sakit
dan cuti
ditambahkan,waktu
penelitian ada
batasan waktunya.
2 17 Maret 2021 Konsul draft Persiapan Sidang
Akhir Skripsi Hasil dengan
kelengkapan
berkas-berkasnya.
Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI

Kepada Yth,
Bapak/Ibu calon responden
Di tempat,

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Institut
Kesehatan Rajawali Program Studi Sarjana Keperawatan.
Nama : Handri Gumelar
NPM : 1219091
Akan melakukan penelitian skripsi dengan judul “Hubungan Beban
Kerja dengan Kelelahan Kerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap
Lantai 1 Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Untuk itu saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.
Atas perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu
saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Handri Gumelar
Kuesioner Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat
Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap Lantai 1 Rumah Sakit Umum Daerah
Sekarwangi
I. Karakteristik Responden
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan cermat setiap pernyataan dibawah ini!
2. Pada setiap pilihan jawaban yang dianggap paling tepat, berilah tanda
ceklist ( √ ) atau tanda silang (X)!
3. Isilah dengan jujur dan sesuai hati nurani!

No. Responden : ……………………… (diisi peneliti)


Hari/Tanggal Pengisian : ..................................

Usia Responden : ......... tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan : D3 Keperawatan
Sarjana Kepearawatan
Profesi Ners
Pasca Sarjana

Status Perkawinan : Menikah


Belum Menikah
Janda/Duda
Lama Bekerja : ......... tahun
II. Kuesioner Beban Kerja Perawat
Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kolom angka yang ada disebelah
kanan pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan yang Anda
lakukan.
Pada saat bekerja, apakah anda melakukan hal-hal sebagai berikut:
No Indikator Beban Kerja Ya Tidak
1. Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur rumah sakit
Memelihara peralatan medis agar selalu dalam keadaan siap
2.
pakai
Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang
3.
ruangan dan lingkungan
Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien
4.
dan keluarga
Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien termasuk
5.
mengamati keadaan pasien melaksanakan anamnesa
6. Menyusun rencana keperawatan
Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai
7. kebutuhan antara lain: melaksanakan tindakan pengobatan,
memberikan penyuluhan kesehatan
Berperan serta melaksanakan mobilisasi pada pasien agar
8.
segera mandiri
9. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan
Memantau dan memelihara kondisi pasien, selanjutnya
10.
melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil
Menciptakan, memelihara hubungan kerjasama yang baik
11.
dengan tim kesehatan
Berperan serta dengan tim kesehatan membahas kasus dan
12.
upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan
Melaksanakan tugas pagi, sore, malam, dan libur secara
13.
bergilir
Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan kepala
14.
ruangan
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan
15.
keperawatan yang tepat
Melaksanakan serah terima tugas shift secara lisan maupun
16.
tertulis
17 Menyiapkan pasien yang akan pulang
Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2009
III. Kuesioner Perasaan Subjektif Kelelahan Kerja
Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada tempat yang disediakan. Istilah
pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan, pendapat atau perasaan Anda dan
bukan berdasarkan pendapat orang lain atau pendapat umum.

Keterangan :
0: Tidak pernah merasakan
1: Kadang-kadang merasakan
2: Sering merasakan
3: Sering sekali merasakan
Skoring
No Indikator Kelelahan Kerja
0 1 2 3
1. Apakah saudara ada perasaan berat di kepala?
2. Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan?
3. Apakah saudara merasa berat di kaki?
4. Apakah saudara sering menguap pada saat bekerja?
5. Apakah pikiran saudara kacau pada saat bekerja?
6. Apakah saudara merasa mengantuk?
7. Apakah saudara merasa ada beban pada bagian mata?
8. Apakah gerakan saudara terasa canggung dan kaku?
9. Apakah saudara merasa tidak stabil?
10. Apakah saudara merasa ingin berbaring?
11. Apakah saudara merasa susah berfikir?
12. Apakah saudara merasa malas untuk berbicara?
13. Apakah saudara merasa gugup?
14. Apakah saudara merasa tidak dapat berkonsentrasi?
15. Apakah saudara merasa sulit memusatkan perhatian?
16. Apakah saudara merasa mudah melupakan sesuatu?
17. Apakah saudara merasakan kepercayaan diri berkurang
18. Apakah saudara merasakan cemas?
19. Apakah saudara merasa untuk mengontrol sikap?
20. Apakah saudara merasa tidak tekun dalam pekerjaan?
21. Apakah saudara merasa sakit di bagian kepala?
22. Apakah saudara merasakan kaku di bagian bahu?
23. Apakah saudara merasakan nyeri dibagian punggung?
24. Apakah saudara merasa sesak nafas?
25. Apakah saudara merasa haus?
26. Apakah saudara terasa sesak?
27. Apakah saudara merasa pening?
Apakah saudara merasa ada yang mengganjal
28.
dikelopak mata?
29. Apakah anggota badan saudara terasa gemetar?
30. Apakah saudara merasa kurang sehat
Jumlah Skor
Total Skor Individu
Sumber : Tarwaka, 2015
Lampiran 5

REKAPITULASI KARAKTERISTIK RESPONDEN


STATUS LAMA
NO USIA JK PENDIDIKAN
PERKAWINAN BEKERJA
1 41 1 2 2 20
2 37 2 1 2 12
3 27 2 2 2 6
4 26 2 1 2 6
5 26 2 1 2 7
6 23 1 1 1 4
7 23 2 2 2 4
8 25 2 1 2 3
9 26 1 1 2 4
10 27 1 1 2 4
11 28 1 1 2 7
12 25 2 1 2 2
13 34 1 1 2 8
14 23 1 1 1 1
15 25 1 1 1 4
16 26 1 1 1 5
17 27 1 1 1 5
18 28 1 1 1 6
19 25 1 1 1 5
20 26 2 1 1 5
21 26 2 1 1 5
22 28 1 1 2 7
23 42 2 2 2 20
24 41 1 1 2 20
25 33 1 1 2 12
26 31 1 1 2 10
27 30 1 1 2 9
28 24 2 1 1 6
29 25 2 1 2 7
30 23 2 1 1 5
31 23 1 1 1 5
32 25 1 2 2 7
33 24 1 2 2 6
34 33 2 1 2 11
35 24 2 2 2 6
36 30 2 1 2 9
37 30 2 1 2 9
38 30 1 1 1 9
39 22 1 2 1 5
40 23 1 2 2 3
41 24 1 2 1 3
42 22 1 2 1 2
43 24 2 2 2 3
44 28 2 1 2 6
45 38 2 2 2 15
46 32 1 1 2 12
47 31 1 2 2 10
48 29 1 1 1 8
49 26 2 2 2 3
50 26 1 1 1 6
51 27 1 1 1 5
52 26 1 1 1 6
53 27 2 1 2 6
54 28 2 1 2 7
55 28 2 1 2 7
56 32 1 1 2 11
57 31 1 1 2 10
58 30 1 1 2 11
Lampiran 6

REKAPITULASI VARIABEL BEBAN KERJA PERAWAT

NO P1 P2 P3 P4 P5 P7 P8 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 JUMLAH KATEGORI GABUNGAN
KATEGORI
1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 8 SEDANG RINGAN/SEDANG
2 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 8 SEDANG RINGAN/SEDANG
3 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 7 SEDANG RINGAN/SEDANG
4 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 7 SEDANG RINGAN/SEDANG
5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 BERAT BERAT
6 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 BERAT BERAT
7 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
8 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 BERAT BERAT
10 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 BERAT BERAT
11 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10 SEDANG RINGAN/SEDANG
12 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 BERAT BERAT
13 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
14 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
15 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
16 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
17 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
18 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
19 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
20 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
21 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 8 SEDANG RINGAN/SEDANG
22 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
23 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 13 BERAT BERAT
24 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
25 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
26 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
27 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
28 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
29 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 6 SEDANG RINGAN/SEDANG
30 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
31 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
32 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 7 SEDANG RINGAN/SEDANG
33 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
34 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
35 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 BERAT BERAT
36 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 8 SEDANG RINGAN/SEDANG
37 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 RINGAN RINGAN/SEDANG
38 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 BERAT BERAT
39 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 8 SEDANG RINGAN/SEDANG
40 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 BERAT BERAT
41 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
42 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
43 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10 SEDANG RINGAN/SEDANG
44 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
45 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 8 SEDANG RINGAN/SEDANG
46 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 BERAT BERAT
47 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
48 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
49 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 11 BERAT BERAT
50 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
51 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
52 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
53 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 9 SEDANG RINGAN/SEDANG
54 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 BERAT BERAT
55 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 8 SEDANG RINGAN/SEDANG
56 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12 BERAT BERAT
57 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 5 RINGAN RINGAN/SEDANG
58 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 7 SEDANG RINGAN/SEDANG
Lampiran 7

REKAPITULASI VARIABEL KELELAHAN KERJA PERAWAT


NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25
1 2 2 2 3 2 1 1 1 0 1 0 2 2 2 3 0 3 3 1 1 2 2 3 2 3
2 3 1 2 3 0 0 0 0 1 1 1 2 1 0 0 0 2 2 1 1 3 1 2 0 3
3 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 3 3 2 3 3 1 1 2 2 2 2 3
4 0 1 2 1 0 1 2 2 0 0 0 0 1 0 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3
5 2 1 1 3 1 2 2 1 1 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3
6 3 2 3 3 1 2 3 2 0 2 1 3 2 2 1 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1
7 3 2 2 3 1 0 3 1 0 2 1 3 0 0 0 0 0 3 1 0 2 2 2 0 2
8 3 3 3 3 1 2 3 2 1 2 2 3 1 0 0 0 2 3 3 1 2 2 2 0 0
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 0 3 3 3 1 2 2 3 1 2
10 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 3 2 2 3 1 3 3 2 3 2 2
11 1 1 1 2 1 3 1 3 3 3 2 3 0 0 0 0 2 3 2 0 2 1 1 1 2
12 3 1 3 3 3 0 1 2 1 1 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3
13 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 1 3 2 2 3 0 3
14 3 3 1 3 3 2 3 2 0 2 1 3 0 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3
15 3 1 1 3 3 0 3 1 0 2 1 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3
16 1 2 1 1 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 2 3 1
18 1 1 2 3 1 2 3 2 2 2 2 3 3 0 3 1 3 3 3 1 0 1 3 2 3
19 1 1 3 3 0 3 1 3 3 3 2 3 2 0 2 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3
20 2 2 3 2 0 2 1 3 1 1 0 3 1 0 2 1 3 3 3 2 1 3 2 2 3
21 2 0 3 1 0 2 1 3 2 3 2 3 2 1 2 2 3 2 3 1 2 2 0 3 3
22 1 2 3 2 1 2 2 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 3 1 0 3 2 2 2 3
23 2 3 3 3 3 2 2 2 3 0 2 3 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 3 3 1
24 3 2 3 2 2 2 2 3 1 0 3 1 3 3 3 2 3 0 3 0 2 2 2 3 2
25 1 3 1 3 3 3 2 3 2 1 2 1 1 3 2 0 3 3 2 0 2 2 3 1 3
26 3 3 3 3 2 2 2 3 1 1 0 2 1 2 3 1 3 3 3 1 2 2 1 0 2
27 1 2 1 3 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 3 2 0 3 3 2 2 1
28 3 3 3 3 3 0 2 2 0 1 0 2 1 0 0 0 2 3 1 2 1 1 2 2 3
29 2 2 1 1 2 3 2 0 2 1 3 0 0 1 0 0 0 3 1 0 2 2 3 0 3
30 1 2 2 1 2 3 1 2 2 1 3 2 3 2 3 1 3 3 2 1 3 2 3 3 3
31 2 3 2 0 2 1 3 1 2 2 3 1 2 3 3 0 3 3 1 1 3 2 3 3 3
32 0 3 1 0 2 1 3 3 2 2 2 0 0 1 0 0 0 3 1 1 2 1 3 2 3
33 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 1 1 3 3 0 3 3 1 1 3 2 3 3 1
34 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 1 1 2 3 0 3 3 2 1 2 3 2 0 2
35 2 3 2 2 2 2 3 0 1 1 3 1 1 3 2 0 3 3 2 1 2 2 3 0 0
36 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 2
37 1 1 0 1 0 1 0 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 1 1
38 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 0 1 1 2 2 0 2
39 0 2 0 0 2 2 1 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 0 2
40 2 1 1 1 0 2 2 3 2 1 3 1 1 3 3 0 3 3 1 2 2 2 1 0 2
41 1 1 2 2 0 1 2 2 1 1 1 2 0 0 2 1 3 3 2 1 1 1 2 0 1
42 2 3 2 0 2 1 3 1 1 1 1 1 3 3 2 0 3 3 1 1 2 2 3 2 3
43 0 3 1 0 2 1 3 1 1 1 0 0 0 3 3 0 3 3 0 0 1 1 3 0 3
44 2 3 2 1 2 2 3 2 3 0 2 2 3 2 3 1 3 3 1 1 2 2 3 2 3
45 3 3 3 3 2 2 2 2 1 1 0 0 0 3 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3
46 2 3 2 2 2 2 3 0 1 2 1 2 1 3 3 3 3 3 2 0 2 3 3 2 3
47 3 1 3 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 3 3 1 3 3 1 1 2 3 3 3 1
48 1 1 3 2 3 3 3 1 1 1 2 3 3 2 0 0 0 3 1 1 2 1 3 2 3
49 2 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 2 0 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 0 3
50 1 2 2 3 0 2 2 2 0 0 1 2 1 3 3 2 3 3 1 1 2 0 3 2 3
51 2 3 2 0 2 1 3 2 3 2 0 2 1 3 0 0 0 0 1 1 2 2 3 3 3
52 0 3 1 0 2 1 3 0 3 1 0 2 1 3 2 0 2 3 2 0 2 1 3 2 3
53 2 3 2 1 2 2 3 2 3 2 1 2 2 3 0 0 0 3 1 0 2 1 3 3 1
54 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2
55 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 0 3 3 3 3 2 2 2 0 2
56 3 1 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 1 2
57 3 2 2 2 1 1 2 0 1 2 2 2 0 1 2 2 0 1 3 3 3 2 3 0 0
58 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 0 1 2 1 0 2 1 2

NO P26 P27 P28 P29 P30 JUMLAH KATEGORI GABUNGAN KATEGORI


1 2 0 2 1 3 52 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
2 1 0 2 1 3 37 KURANG LELAH KURANG LELAH
3 2 1 2 2 3 54 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
4 3 3 2 2 2 49 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
5 2 2 2 2 3 69 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
6 3 3 3 2 3 67 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
7 0 1 0 1 1 36 KURANG LELAH KURANG LELAH
8 0 0 1 1 1 47 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
9 1 1 1 1 1 66 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
10 3 3 2 1 1 69 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
11 1 1 1 1 1 43 KURANG LELAH KURANG LELAH
12 2 3 2 2 3 68 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
13 1 0 2 1 3 49 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
14 2 1 2 2 3 62 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
15 3 3 2 2 2 64 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
16 2 2 2 2 3 70 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
17 3 3 3 2 3 79 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
18 2 0 2 1 3 58 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
19 2 3 2 2 3 68 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
20 2 1 2 2 3 56 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
21 3 3 2 2 2 60 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
22 2 2 2 2 3 64 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
23 3 3 3 2 3 71 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
24 2 2 2 3 1 62 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
25 3 3 2 3 1 62 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
26 0 1 0 1 1 52 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
27 1 2 2 1 1 51 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
28 2 0 2 1 3 48 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
29 1 0 2 1 3 41 KURANG LELAH KURANG LELAH
30 2 3 3 3 3 68 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
31 3 3 2 2 2 64 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
32 2 2 2 2 3 47 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
33 3 3 3 2 3 66 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
34 0 1 0 1 1 57 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
35 0 0 1 1 1 47 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
36 1 1 1 1 1 55 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
37 1 1 1 1 1 47 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
38 0 0 1 1 1 41 KURANG LELAH KURANG LELAH
39 0 1 0 1 1 50 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
40 0 0 1 1 1 45 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
41 0 2 1 1 1 38 KURANG LELAH KURANG LELAH
42 2 0 2 1 3 54 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
43 1 0 2 1 3 40 KURANG LELAH KURANG LELAH
44 2 1 2 2 3 63 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
45 3 3 2 2 2 59 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
46 2 2 2 2 3 64 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
47 3 3 3 2 3 69 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
48 2 0 2 1 3 53 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
49 1 0 2 1 3 64 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
50 2 1 2 2 3 54 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
51 3 3 2 2 2 53 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
52 2 2 2 2 3 51 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
53 3 3 3 2 3 58 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
54 3 3 2 2 1 73 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
55 0 0 1 1 1 58 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
56 0 3 3 1 1 71 SANGAT LELAH LELAH/SANGAT LELAH
57 0 0 1 1 1 43 KURANG LELAH KURANG LELAH
58 1 1 1 1 1 45 LELAH LELAH/SANGAT LELAH
Lampiran 8

HASIL UJI VALIDITAS BEBAN KERJA

JUMLAH JUMLAH
** **
VAR00001 Pearson Correlation .368 VAR00010 Pearson Correlation .343

Sig. (2-tailed) .004 Sig. (2-tailed) .008

N 58 N 58
** *
VAR00002 Pearson Correlation .342 VAR00011 Pearson Correlation -.326

Sig. (2-tailed) .009 Sig. (2-tailed) .013

N 58 N 58
** **
VAR00003 Pearson Correlation .470 VAR00012 Pearson Correlation .552

Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000

N 58 N 58
** **
VAR00004 Pearson Correlation .447 VAR00013 Pearson Correlation .468

Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000

N 58 N 58
** **
VAR00005 Pearson Correlation .513 VAR00014 Pearson Correlation .449

Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000

N 58 N 58
**
VAR00006 Pearson Correlation .101 VAR00015 Pearson Correlation .508

Sig. (2-tailed) .452 Sig. (2-tailed) .000

N 58 N 58
** **
VAR00007 Pearson Correlation .541 VAR00016 Pearson Correlation .535

Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000

N 58 N 58
** **
VAR00008 Pearson Correlation .384 VAR00017 Pearson Correlation .506

Sig. (2-tailed) .003 Sig. (2-tailed) .000

N 58 N 58

VAR00009 Pearson Correlation -.232 VAR00018 Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed) .080 Sig. (2-tailed)

N 58 N 58
Lampiran 9

HASIL UJI RELIABILITAS BEBAN KERJA

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.642 15
Lampiran 10

HASIL OUTPUT SPSS

1. Karakteristik Responden
a. Usia
USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <26 28 48.3 48.3 48.3

26 - 35 25 43.1 43.1 91.4

36 - 45 5 8.6 8.6 100.0

Total 58 100.0 100.0

b. Jenis Kelamin
JK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid L 34 58.6 58.6 58.6

P 24 41.4 41.4 100.0

Total 58 100.0 100.0

c. Pendidikan
PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 43 74.1 74.1 74.1

S1 NS 15 25.9 25.9 100.0

Total 58 100.0 100.0

d. Status Perkawinan
STATUS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BELUM KAWIN 20 34.5 34.5 34.5

KAWIN 38 65.5 65.5 100.0

Total 58 100.0 100.0


e. Lama Bekerja
LAMABEKERJA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <= 5 22 37.9 37.9 37.9

>5 36 62.1 62.1 100.0

Total 58 100.0 100.0

2. Hasil Univariat
a. Beban Kerja Perawat

BEBANKERJA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BERAT 33 56.9 56.9 56.9

RINGAN 2 3.4 3.4 60.3

SEDANG 23 39.7 39.7 100.0

Total 58 100.0 100.0

b. Kelelahan Kerja Perawat

KELELAHANKERJA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid KURANG LELAH 8 13.8 13.8 13.8

LELAH 39 67.2 67.2 81.0

SANGAT LELAH 11 19.0 19.0 100.0

Total 58 100.0 100.0


3. Hasil Bivariat

BEBANKERJA * KELELAHANKERJA Crosstabulation

KELELAHANKERJA

KURANG LELAH LELAH SANGAT LELAH Total

BEBANKERJA BERAT Count 1 23 9 33

% within BEBANKERJA 3.0% 69.7% 27.3% 100.0%

RINGAN Count 1 1 0 2

% within BEBANKERJA 50.0% 50.0% .0% 100.0%

SEDANG Count 6 15 2 23

% within BEBANKERJA 26.1% 65.2% 8.7% 100.0%

Total Count 8 39 11 58

% within BEBANKERJA 13.8% 67.2% 19.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 10.184 4 .037

Likelihood Ratio 10.752 4 .029

N of Valid Cases 58

a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,28.

BEBANKERJA * KELELAHANKERJA Crosstabulation

KELELAHANKERJA

KURANG LELAH/SANGAT
LELAH LELAH Total

BEBANKERJA BERAT Count 1 32 33

% within BEBANKERJA 3.0% 97.0% 100.0%

RINGAN/SEDANG Count 7 18 25

% within BEBANKERJA 28.0% 72.0% 100.0%

Total Count 8 50 58

% within BEBANKERJA 13.8% 86.2% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.458 1 .006
b
Continuity Correction 5.506 1 .019

Likelihood Ratio 7.928 1 .005

Fisher's Exact Test .016 .009


b
N of Valid Cases 58

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,45.

b. Computed only for a 2x2 table


Lampiran 11

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Handri Gumelar


Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 03 Januari 1979
Alamat : Babakan Sirna Rt 01 Rw 13, Cibadak, Kab. Sukabumi

Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Padabeunghar Tahun 1986 s.d 1992
2. SMP Negeri 1 Bojonglopang Tahun 1992 s.d 1995
3. SMA Negeri 3 Sukabumi Tahun 1995 s.d 2008
4. Akper Pemda Sukabumi Tahun 1998 s.d 2001

Riwayat Pekerjaan :
1. RSUD Sekarwangi Tahun 2002 s.d sekarang

Anda mungkin juga menyukai