Disusun Oleh :
Sarah (2106084)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas hidayah serta
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Praktik
Timbang Terima Sesuai Prosedur” kami selaku penulis bermaksud untuk
menyampaikan hasil hasil tugas kami yang mana penulisan makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Terima kasih kami
sampaikan kepada Ibu Hj. Winani, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen mata kuliah
Manajemen Keperawatan yang telah membimbing dan memberi kesempatan
untuk kami menyusun makalah ini. Terlepas daripada itu, kami juga memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini juga dapat
membawa manfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemberian tindakan keperawatan, menjadi pengaruh dalam peningkatan
beban kerja fisik perawat. Penelitian lain berfokus pada dampak kesalahan
saat proses timbang terima, memaparkan bahwa 8992 kasus malpraktik dari
bebreapa pelayanan kesehatan, dengan 32% disebabkan kesalahan dalam
pelaksanaan timbang terima. Informasi yang disampaikan tidak tepat,
menimbulkan beberapa masalah, contoh 54,7% kesalahan dalam
pemeriksaan penunjang, 10% kesalahan dalam pemeriksaan penunjang,
51,2% kurangnya pengawasan oleh kepala ruangan dalam proses timbang
terima (Morika, 2017)
Perawat mengerti tentang proses timbang terima yang benar sesuai
dengan standart operasional prosedur, dengan menggunakan teknik
persiapan, pelaksanaan (di nurse station dan bed pasien), dan diakhiri
dengan evaluasi. Ketidakpatuhan perawat dalam melaksanakan proses
timbang terima yang benar, dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerja di
Rumah Sakit. Perawat senior Rumah Sakit memberikan contoh kepada
juniornya pelaksanaan proses timbang terima pasien dengan cara yang
senior lakukan sedari dulu, yang terkadang melaksanakan proses timbang
terima di hanya di nurse station saja dengan membacakan buku laporan, dan
hanya berfokus pada tindakan pelaksanaan medis yang sudah dan akan
dilaksanakan saja, tanpa menggunakan diagnosa keperawatan dan
menyebutkan bagaimana proses perkembangan pasien. Faktor lingkungan
bekerja perawat merubah proses timbang terima yang baik menjadi tidak
baik dari segi pengaplikasian, karena perawat lebih menyukai mengikuti
kebiasaaan yang sudah dilakukan di ruangan dari pada menyusahkan dirinya
sendiri dengan mengaplikasikan proses timbang terima sesuai dengan
standart operasional prosedur (Nursalam, 2015)
Penelitian yang berfokus pada beban kerja perawat dan timbang
terima, antara lain Honesty Diana Morika (2017) di Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Padang, menyatakan bahwa, ada hubungan beban kerja fisik perawat
dengan timbang terima (overan) pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit
Ibnu Sina Padang. Ryny Silvana Tamaka, dkk (2015) di RSUP Prof, Dr., R.
2
D Kandou Manado, menyatakan bahwa terdapat hubungan beban kerja
dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dan timbang terima di
Instalasi Gawat Darurat Medik. Kifly Franco Bahama, dkk (2019) di RSU
GMIMM Pancaran Kasih Manado menyatakan bahwa beban kerja perawat
di Ruangan Perawatan dewasa RSU GIMM Pancaran Kasih Manado berada
pada beban kerja berat, 3kepuasan kerja perawat berada pada kurang puas
dan terdapat signifikan antara beban kerja dan kepuasan kerja perawat.
Angga Pramudya Sudalhar (2016) di RSUD Bojonegoro menyatakan,
perawat tidak melaksanakan proses timbang terima dengan benar. Perawat
melakukan timbang terima di nurse station dengan waktu 5-10 menit,
menurut perawat jaga, tidak perlu berkeliling dan mendatangi pasien satu
per satu karena menyita waktu. Piroya (2003) di RSU dr. Syaiful Anwar
Malang, menyatakan bahwa 70% perawat mempunyai beban kerja fisik
yang tinggi, sehingga pemberian pelayanan kesehatan professional kepada
pasien menurun, fenomena tersebut dikarenakan tidak seimbangnya jumlah
tenaga perawat dengan jumlah pasien, selain itu dipengaruhi dengan
latarbelakang pendidikan perawat yang berbeda. Berdasarkan studi
pendahuluan di Rumah Sakit Malang dengan menggunakan teknik
wawancara pada beberapa perawat senior dan junior, didapatkan 80% tidak
melakukan proses timbang terima dengan benar sesuai dengan standart
operasional. Penyampaian timbang terima hanya ditulis pada lembaran
kertas yang menyebabkan hampir 60% perawat bekerja tidak fokus dengan
tindakannya. Hampir 80% perawat langsung pulang pulang setelah
menyampaikan timbang terima ke pasien, tidak melakukan evaluasi setelah
timbang terima. Perawat mengatakan, sudah banyak tugas yang dilakukan di
ruangan, maka dari itu banyak perawat yang malas harus melakukan proses
timbang terima sesuai dengan standart operasional prosedur. Pelaksanaan
proses timbang terima pasien di ruangan yaitu perawat jaga menyerahkan
buku timbang terima ke perawat yang akan berjaga, lalu perawat tersebut
pulang Dampak yang terjadi di ruangan yang sering dialami perawat, yaitu
harus kembali mengulang dan menanyakan kembali informasi timbang
3
terima melalui telpon ataupun whatsapp ke penanggungjawab dinas
sebelumnya. Perilaku ini dapat mengurangi waktu bekerja, dan menambah
beban kerja fisik dalam timdakan keperawatan tidak langsung.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapat berdasarkan latar belakang diatas sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui definisi timbang terima
2. Untuk mengetahui tujuan timbang terima
3. Untuk mengetahui manfaat timbang terima
4. Untuk mengetahui prinsip timbang terima
5. Untuk mengetahui prosedur timbang terima
6. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan timbang terima
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengharui timbang terima
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dealam timbang
terima
9. Untuk mengetahui evaluasi dalam timbang terima
4
1.4 Batasan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini mempunyai ruang lingkup masalah
yang relatif luas dan terbatasnya pengetahuan serta pengalaman-pengalaman
penulis, maka penulis membatasi masalah mengenai Praktik Timbang
Terima pada Manajemen Keperawatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
shift tersebut apabila telah selesai, perawat langsung kembali ke pasien dan
melaksanakan tugasnya (Nursalam, 2014).
(Rushtom, 2015). Peran perawat associate adalah melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh
perawat primer (PP). Kegiatan timbang terima dilakukan jika terdapat
semua perawat berkumpul terutama saat pagi dipimpin oleh kepala ruang.
Perawat pada shift malam melaporkan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada shift pagi disertai pencatatan di buku operan. Pelaksanaan
shift tersebut apabila telah selesai, perawat langsung kembali ke pasien dan
melaksanakan tugasnya (Nursalam. 2014).
7
b) Manfaat bagi pasien dan keluarga
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap (Nursalam, 2014).
8
4. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk
timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana
strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu.
Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi
setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien
diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan
waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses
perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
5. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di
sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain
harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien
berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif. pastikan
bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan misalnya
kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
6. Proses timbang terima pasien
a. Standar protokol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan
peran peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar
pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting. latar belakang
yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan
yang perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang
terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan
yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja
dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
9
2.5. Prosedur Timbang terima
a) Persiapan
1) Keadaan shift sudah dalam keadaan siap
2) Shift yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
b) Pelaksanaan
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan
2) Di nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan menyampaikan perkembangan klien yang berkaitan
tertang dilaksanakan serta hal-hal yang perlu di limpahkan
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya di catat di bulu khusus, kemudian di
serahterimakan kepada perawat berikutnya
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima:
a) Identitas klien dan diagnose medis
b) Data fokus (keluhan subyektif dan obyektif)
c) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
d) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
e) Tindakan kolaborasi dan dependensi
f) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang di timbang terimakan
dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
6) Penyampaian saat timbang terima secara singkat dan jelas
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan perjelasan yang
lengkap dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan
melakukan validasi data
10
9) Pelaporan untuk timbang terima pasien ditulis secara langsung pada
format laporan ruangan oleh perawat pelaksana dan ditandatangani
kedua perawat pelaksana.
11
Sedangkan faktor pendukung terdiri dari enam elemen utama yaitu:
1) Ketrampilan komunikasi
2) Strategi atau standart timbang terima
3) Dukungan lingkungan
4) Penggunaan teknologi
5) Pendidikan dan pelatihan
6) Keterlibatan staf serta kepemimpinan
12
2.9. Evaluasi Dalam Timbang Terima
1. Struktur (Input).
Pada operan, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain: catatan operan, status pasien dan kelompok shif operan.
Kepala ruang selalu memimpin kegiatan operan yang dilakukan pada
pergantian shif yaitu malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan operan pada
shif sore ke malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat
itu.
2. Proses.
Proses operan dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shif.
Perawat primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shif. Operan pertama kali dilakukan di nurse station
kemudian ke ruang perawatan pasien dan kembali lagi ke nurse station.
Isi operan mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan, intervensi
yang belum/sudah dilakukan. Setiap pasien tidak lebih dari lima menit
saat klarifikasi ke pasien
3. Hasil.
Operan dapat dilaksanakan setiap pergantian shif. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat
berjalan dengan baik. (Nursalam. 2012).
13
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.umm.ac.id/73435/2/BAB%20I.pdf
http://repository.um-surabaya.ac.id/5656/3/BAB_2.pdf