Lingkungan sekolah harus mampu membuat peserta didik aman dan nyaman ketika
belajar dan bermain. Hal tersebut selain mempengaruhi psikologis juga mempengaruhi
kesehatan siswa. Perlu ada upaya yang dilakukan untuk menjaga, merawat, dan
mengkondisikan lingkungan sekolah agar bersih dan sehat yang menjadi kewajiban bersama
bagi setiap warga sekolah. Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan,
ditegaskan bahwa, “Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya sehingga diharapkan dapat
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas”.
Terkait dengan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, maka dalam rangka
persiapan Pertemuan Tatap Muka (PTM) terbatas sekolah harus membentuk satuan tugas
penanganan Covid-19. Tim Pelaksana UKS dapat menjadi bagian dari Satgas Covid-19 di
sekolah sebagai Tim Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan. Sekolah dapat proaktif
bekerjasama dengan guru, komite sekolah dan petugas kebersihan agar mau menjadi bagian
dari Tim Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan. Tugas Tim Kesehatan, Kebersihan dan
Keamanan antara lain membuat prosedur pemantauan dan pelaporan kebersihan dan
kesehatan warga satuan pendidikan. Dalam buku saku ini menjelaskan teknis pelaksanaan
pemantauan dan pelaporan kebersihan yang dibuat ke dalam Daftar Periksa Pemantauan
Kebersihan yang dilakukan pada tiga area yakni, area gerbang sekolah, area ruangan kelas
dan ruangan toilet serta fasilitas cuci tangan.
Dengan adanya daftar periksa yang diisi secara rutin serta terdokumentasikan, maka
kepala sekolah dapat memastikan kebersihan dan kesehatan di sekolah. Apabila terdapat
fasilitas dan/atau peralatan yang membutuhkan perbaikan atau penambahan, maka sekolah
dapat menyepakati langkah selanjutnya dengan membuat rencana anggaran (antara lain
melalui BOS), penanggung jawab, tenggat waktu dan status progres aktivitas. Besar harapan
kami program ini dapat bermanfaat dalam memastikan kebersihan dan kesehatan peserta
didik selama berlangsungnya PTM.
2
DAFTAR ISI
Pendahuluan ………………...
………………………………………………………………......
D. Pengertian/Batasan …………………………………………………………………..…
7
I. Penutup……………………………………………………………………………...…..15
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan institusi formal dan strategis dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang sehat secara fisik, mental,social,dan produktif. Salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah adalah status kesehatan
dan kondisi lingkungan sekolah.
Pendidikan merupakan hal sangat penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan. Sifatnya mutlak untuk setiap orang baik di lingkup keluarga maupun
bangsa dan negara. Perkembangan suatu bangsa bisa dilihat dari bagaimana perkembangan
pendidikan dari bangsa tersebut. Pendidikan merupakan upaya secara sadar dan terencana
untuk mencerdaskan dan mengembangkan potensi peserta didik. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional
SISDIKNAS (2003) menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan
negara.”
Menurut Azhari (2013:2) menyatakan bahwa pendidikan menentukan
perkembangan dan perwujudan sumber daya manusia khususnya pembangunan bangsa
dan negara. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam membentuk sumber daya
manusia yang cerdas, cakap, kreatif, beriman, dan berakhlak mulia. Pendidikan sekolah
dasar adalah pendidikan awal dari anak untuk mengembangkan pengetahuan (Muhroji &
Yusrina, 2018:1). Dalam kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk
mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh
4
tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dalam kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan semestinya.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah proses dimana guru bersama siswa
berinteraksi satu sama lain yang nantinya akan ada hubungan timbal balik yang bersifat
mempengaruhi dan dipengaruhi. Keberhasilan suatu KBM dilihat dari banyak faktor dari
dalam guru dan siswa itu sendiri. Kegiatan belajar juga dimaknai sebagai interaksi
individu dengan lingkungannya, lingkungan dalam hal ini adalah obyek-obyek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman- pengalaman atau pengetahuan, baik
pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan
sebelumnya tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi (Aunurrahman, 2013:36). Menurut Fathoni &
Suyahman (2018:175) menjelaskan belajar adalah sebuah proses terencana, terarah,
terprogram dan yang berkelanjutan. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu bentuk
edukasi yang menjadikan adanya interaksi antara guru dengan siswa. Kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan dalam hal ini diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan (Pane & Dasopang, 2017:333). Belajar
dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil dari interaksi individu dengan
lingkungannya. Pembelajaran merupakan interaksi dari pendidik dengan peserta didik
(Rahmawati et al., 2014:72). Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses mengatur
mengarahkan, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan serta mendorong peserta didik melakukan proses belajar dan sesuai dengan
Kurikulum 2013 yang berpusat kepada siswa atau student centered. Memasuki abad 21 ini
peserta didik dituntut untuk mampu menguasai kecakapan yaitu 4C meliputi;
Communication, Collaboration, Critical Thinking and problem solving, and Creative and
Innovative (Rozi & Hanum, 2019:7). Maka dari itu perlu adanya kegiatan pembelajaran
yang mampu memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna yang
dapat membuat peserta didik mampu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
Pada tahun 2020 ini seluruh dunia mengalami wabah yaitu pandemi Covid- 19.
Pandemi Covid-19 adalah krisis kesehatan yang melanda hampir di seluruh penjuru dunia
(Purwanto et al., 2020:1). Pandemi ini berdampak pada berbagai bidang, salah satunya di
pendidikan. Banyak negara memutuskan untuk sementara menutup sekolah, kampus
selama masa pandemi covid-19 berlangsung. Setiap Negara membuat kebijakan-kebijakan
untuk mengatasi permasalahan yang sedang terjadi. Untuk mengatasi wabah pandemi
5
Covid -19 semua negara menerapkan sebuah tindakan salah satunya dengan melakukan
gerakan social distancing yaitu jarak sosial yang dirancang untuk mengurangi interaksi
orang-orang dalam komunitas yang lebih luas (Wilder-Smith & Freedman, 2020:2).
Dengan adanya social distancing maka pembelajaran di sekolah menjadi terhambat dan
tidak bisa dilakukan secara langsung hal ini juga berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan
pendidikan.
Karena dengan adanya pandemi Covid-19 terbitlah pengumuman Kejadian Luar
Biasa (KLB) maka terjadi sebuah kekacauan khususnya dalam bidang pendidikan,
sekolah-sekolah diliburkan, kegiatan belajar mengajar di sekolah menjadi terganggu,
pembelajaran yang awalnya dilalukan secara tatap muka untuk sementara tidak bisa
dilakukan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya perubahan desain
model pada kegiatan belajar mengajar untuk menghindari pembelajaran dengan tatap
muka sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran wabah virus covid-19. Kemendikbud
mengeluarkan surat edaran No 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan
dalam masa darurat penyebaran corona virus disease (Covid-19) yang salah satu isinya
adalah belajar dari rumah dengan kegiatan pembelajaran secara daring atau jarak jauh.
Selama pandemi berlangsung, kini pembelajaran daring telah dilakukan hampir di penjuru
dunia (Goldschmidt, 2020:88). Maka selama pandemi Covid-19 berlangsung setiap
sekolah melaksanakan kegiatan pendidikan dengan pembelajaran jarak jauh.
Masalah kesehatan di sekolah menjadi kompleks dan bervariasi terkait dengan
kesehatan peserta didik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi
lingkungan sekolah dan perilaku hidup bersih.Sekolah dapat menjadi salah satu tempat
penyebaran penyakit seperti demam berdarah. Menurut Rois (2012), 3 sampai 4 anak dalam
setiap 1000 anak berusia 9—15 tahun berisiko menderita demam berdarah. Dari penderita itu,
33,8% adalah kelompok usia sekolah. Dua pertiga penderita tertular di luar lingkungan
tempat tinggalnya, salah satunya di sekolah.Hal tersebut membuktikan bahwa kebersihan
lingkungan sekolah merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.
Guna mencegah dan mengurangi berbagai permasalahan di atas diperlukan perilaku
hidup bersih dan sehat melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat di sekolah. Upaya
tersebut tidak hanya mengandalkan proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga,
dan kesehatan, tetapi perlu didukung oleh kebijakan, sarana dan prasarana, serta program
yang tepat sehingga perilaku hidup bersih dan sehat akan menjadi budaya dikalangan warga
sekolah.
6
Tujuan Panduan Sekolah Menengah Pertama Bersih dan Sehat ini adalah memberikan
informasi dan solusi untuk menjawab berbagai permasalahan dan hambatan yang muncul.
Dengan begitu, sekolah dapat menumbuhkan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat
pada setiap warga sekolah.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH).
4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 1/U/SKB/2003, Nomor:
1067/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor: MA/230A/2003, Nomor: 26 Tahun 2003
tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah.
6. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 2/P/SKB/2003, Nomor: 1068/
Menkes/SKB/VII/2003, Nomor: MA/230B/2003, Nomor: 4415-404 Tahun 2003
tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1429/ Menkes/SK/XH/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mewujudkan Sekolah Menengah Pertama yang memenuhi syarat kesehatan untuk
meningkatkan kualitas hidup bersih dan sehat warga sekolah.
2. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan di Sekolah Menengah Pertama.
3. Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif di Sekolah Menengah Pertama.
4. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan bangunan dan halaman Sekolah Menengah
Pertama.
5. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar Sekolah Menengah
Pertama.
6. Mewujudkan warga sekolah yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat.
D. Pengertian/Batasan
7
Pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan yang berada di daerah ZONA HIJAU
dilaksanakan melalui dua fase sebagai berikut :
a. Masa Transisi
1. Berlangsung selama 2 (dua) bulan sejak dimulainya pembelajaran tatap muka di
satuan pendidikan.
2. Jadwal pembelajaran mengenai jumlah hari dalam seminggu dan jumlah jam belajar
setiap hari dilakukan dengan pembagian rombongan belajar (shift) yang ditentukan
oleh satuan pendidikan dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatan dan
keselamatan warga satuan pendidikan.
b. Masa Kebiasaan Baru Setelah masa transisi selesai, apabila daerahnya tetap
dikategorikan sebagai daerah ZONA HIJAU maka satuan pendidikan masuk dalam
masa kebiasan baru.
Pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan yang berada di daerah ZONA HIJAU
harus dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat dan termonitor dengan
membudayakan pola hidup bersih dan sehat dalam rangka pencegahan dan
pengendalian COVID-19 dengan menggunakan prosedur sebagaimana berikut :
1mulai
Area gerbangcepat
masukdilaksanakan
2
pada bulan
Area ruangan
dilaksanakan pada bulan
sekolah
paling cepat Juli 2020 dan pelaksanaannya
kelas September 2020.
sesuai dengan kesiapan masing- 2. Pedidikan dasar dan SLB paling
masing satuan pendidikan. cepat dilaksanakan pada bulan
2. Pendidikan dasar dan SLB November 2020.
paling cepat dilaksanakan pada 3. PAUD paling cepat dilaksanakan
bulan September 2020 dan pada bulan Januari 2021.
pelaksanaannya sesuai dengan
kesiapan
E. Ruang Lingkup
1. Area gerbang sekolah.
2. Area ruangan kelas.
3. Ruangan toilet dan fasilitas toilet.
3 Ruangan toilet dan fasilitas
toilet
8
F. Waktu Pelaksanaan.
Hari Senin s/d Sabtu dengan jadwal kebersihan merupakan pembagian tugas dari tim
kebersihan untuk melakukan pembersihan dan disinfeksi serta pemantauan kebersihan dan
pelaporan.
G. Sasaran dan Penanggung Jawab.
Covid- 19 yang
terdiri dari 3 Tim :
9
4. (Seluruh Guru)
b. Bidang Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan
1. Astri Muharohmah, S.Pd
2. Tirah
3. Jahri
4. Guru Piket
c. Bidang Hubungan Masyarakat
1. Cici Maulani, S.Pd
2. Bambang Sriyamto, M.Pd
3. (Korlas/wali Kelas)
10
H. Persiapan dalam Melakukan Prosedur Pemantauan dan Pelaporan Kebersihan.
1 2 3
Membuat Mengisi Daftar
Membentuk Jadwal Tim Periksa
Tim Kebersihan Pemantauan
Kebersihan Kebersihan
4 5
Membuat Membuat
Dokumentas Pelapora
i n
1. Tim Kebersihan :
Guru
Komite
Sekolah
11
2.
Petugas
Kebersihan
APAKAH ITEM TERSEDIA DAN SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
DAPAT DIGUNAKAN?
12
Fasilitas cuci tangan atau wastafel
Tanggal
Waktu pengecekan
Keterangan
Tanggal
Waktu pengecekan
13
Keterangan
Tanggal
Waktu pengecekan
PAGI: PAGI: PAGI: PAGI: PAGI: PAGI:
NAMA & TANDA TANGAN
SORE: SORE: SORE: SORE: SORE: SORE:
APAKAH BAHAN TERSEDIA
DI DALAM TOILET UNTUK
PEMAKAI TOILET? SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
Air
Sabun
Tempat sampah
Sikat toilet
Gayung/ember
Keterangan
Tanggal
Waktu pengecekan
NAMA & TANDA TANGAN
4. Membuat Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan rangkuman hasil pengisian kuesioner pemantauan kebersihan.
Kolom keterangan merupakan penjelasan dari kondisi sebenarnya dan tindak lanjut yang
akan dilakukan.
14
Pelindung mata / face
shield
Sepatu bot karet
5. Pelaporan.
Pelaporan menjadi dasar bagi tim kebersihan untuk melaporkan kepada kepala
sekolah dan selanjutnya merencanakan perbaikan persiapan pembelajaran tatap muka
terbatas di sekolah selama pandemi.
Untuk fasilitas dan/atau peralatan yang membutuhkan perbaikan atau penambahan,
tim kebersihan dapat menyepakati langkah selanjutnya termasuk rencana anggaran,
penanggung jawab, tenggat waktu dan status progress aktivitas.
Pelaporan ini sebagai bentuk transparansi sekolah agar semua pihak dapat memantau
tindak lanjut.
I. Penutup.
Demikian program Kebersihan dan Kesehatan SMPN 21 Depok dengan sebuah harapan
besar tersimpan semoga dengan program ini meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta
didik dalam lingkungan hidup sehat dimasa Pandemi sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat hendaknya selalu ditekankan
guru kepada peserta didik. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta
didik serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan manusia indonesia seutuhnya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami haturkan program ini demi menyongsong
kehidupan yang lebih cerah dan natural. Dengan segala kekurangannya untuk kita perbaiki
bersama demi kesempurnaan pelaksanaan dan penyusunan program selanjutnya.
15
16
17