Anda di halaman 1dari 3

Penegakkan diagnosis hipertensi tidak dapat dilakukan melalui satu kali kunjungan saja,

diperlukan pemeriksaan berulang minimal dua hingga tiga kali pemeriksaan dimana rata-rata

dua kali pemeriksaan dapat ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi pada pasien tersebut.

Biasanya kunjungan kedua dilakukan 4 hingga 5 hari setelah kunjungan.(1)

1. kunjungan pertama pada hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi.

2. kunjungan kedua diagnosis ditegakkan bila: Tekanan darah terus menerus > 180/110

mmHg atau tekanan darah terus menerus > 140/90 mmHg menunjukkan adanya diabetes,

penyakit ginjal kronik atau kerusakan organ.

3. kunjungan ketiga diagnosis hipertensi dapat ditegakkan bila: TD terus menerus >160/100

mmHg.
4. kunjungan keempat diagnosis hipertensi dapat ditegakkan bila: TD terus menerus >

140/80 mmHg. Diagnosis hipertensi juga dapat ditegakkan melalui pengukuran

sendiri/rumah: menduplikasi pembacaan di rumah pada pagi hari dan malam hari dalam 1

minggu (dieksklusi hari pertama) > 135/85 mmHg serta melalui ABPM: rerata tekanan

bangun tidur > 135/85 mmHg atau rerata 24 jam > 130/80 mmHg.

Diagnosis hipertensi dapat dilaukan dengan beberapa cara :(2)

1. Anamnesis

a. Lama menderita hipertensi

b. Indikasi adanya hipertensi sekunder

c. Faktor resiko

d. Gejala kerusakan organ

e. Pengobatan anti hipertensi sebelumnya

f. Factor factor pribadi, keluarga dan lingkungan

2. Pemeriksaan fisik lengkap terutama pemeriksaan tekanan darah.

3. Pemeriksaan penunjang

 Tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), kolesterol total serum, LDL, HDL,

trigliserida, serum (puasa), asam urat serum, kreatinin, kalium, Hemoglobin,

hematokrit, urinalisa, dan eloktrokardiogram.

4. Pemeriksaan kerusakan organ target

Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :

a. Jantung
pemeriksaan fisik, foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantun, kondisi arteri

intra toraks dan sirkulasi pulmonal), elektrokardigrafi ( untuk deteksi iskemia,

gangguan konduksi, aritmia, serta atrofi ventrikel kiri)

b. Pembuluh darah

pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure, USG karotis, dan fungsi

endotel

c. Otak

d. Mata

funduskopi retina

e. Fungsi ginjal

pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria atau mikro

makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin

Daftar pustaka

1. Perhimpunan dokter hipetensi indonesia. Konsesus penatalaksanaan hipertensi. Jakarta ;


2019.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid II. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2261-95

Anda mungkin juga menyukai