Anda di halaman 1dari 17

KOLELITIASIS

1. Definisi
Kolelitiasis (batu empedu) adalah endapan cairan pencernaan yang mengeras dan
terbentuk di kandung empedu. Batu empedu berbahan keras seperti kerikil, biasanya
terbuat dari kolesterol atau bilirubin, yang terbentuk di kandung empedu. Ukuran batu
empedu bervariasi mulai dari sebutir pasir hingga sebesar bola golf. Kandung empedu
bisa membuat satu batu empedu besar, ratusan batu kecil, atau keduanya.1,2

2. Etiologi
Ada tiga penyebab utama pembentukan batu empedu:
 Supersaturasi kolesterol
Empedu dalam keadaan normal dapat melarutkan kolesterol yang dikeluarkan oleh
hati, tetapi jika hati menghasilkan lebih banyak kolesterol daripada yang dapat
dilarutkan oleh empedu, kelebihan kolesterol dapat mengendap sebagai kristal.
Kristal akan terperangkap dalam lendir kandung empedu dan menghasilkan lumpur
kandung empedu (gallbladder sludge). Seiring waktu, kristal akan menjadi batu dan
menutup saluran, yang pada akhirnya menghasilkan penyakit batu empedu.1
 Kelebihan bilirubin
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan sel darah merah, disekresikan
ke dalam empedu oleh sel hati. Kondisi hematologi tertentu menyebabkan hati
membuat terlalu banyak bilirubin melalui proses pemecahan hemoglobin. Kelebihan
bilirubin ini juga dapat menyebabkan pembentukan batu empedu.1
 Hipomotilitas atau gangguan kontraktilitas kandung empedu
Jika kandung empedu tidak kosong secara efektif, cairan empedu dapat
terkonsentrasi dan membentuk batu empedu.1

3. Patofisiologi
Sistem bilier terdiri dari kandung empedu dan saluran empedu, yang berfungsi untuk
membantu pencernaan dengan melepaskan cairan empedu. Kandung empedu adalah
organ kecil berbentuk seperti buah pir yang terletak di perut kanan atas di bawah hati dan
merupakan tempat penyimpanan cairan empedu. Saluran empedu dari sistem bilier terdiri
dari ductus cysticus, ductus hepaticus communis, dan ductus choledochus (common bile
duct). Saluran empedu juga akan membawa cairan pencernaan dari hati dan pankreas ke
duodenum. Hati akan menghasilkan empedu, yang sebagian besar terbuat dari kolesterol,
garam empedu, dan bilirubin. Kandung empedu akan menyimpan cairan empedu sampai
dibutuhkan. Saat makan, tubuh akan memberi sinyal pada kandung empedu untuk
mengosongkan cairan empedu ke dalam duodenum untuk bercampur dengan makanan.
Saluran empedu akan membawa cairan empedu dari kandung empedu ke duodenum.3

Gambar 1. Anatomi Sistem Bilier.3

Batu empedu kolesterol terbentuk terutama karena sekresi kolesterol yang


berlebihan oleh sel-sel hati dan hipomotilitas atau gangguan pengosongan kandung
empedu. Pada batu empedu pigmen apabila disertai dengan pemecahan sel darah merah
yang tinggi, bilirubin dapat hadir dalam cairan empedu pada konsentrasi yang lebih
tinggi dari normal. Bilirubin dapat mengkristal dan akhirnya membentuk batu. Gejala
dan komplikasi dari kolelitiasis dapat terjadi ketika batu menghalangi ductus cysticus,
ductus choledochus, atau keduanya. Obstruksi sementara dari ductus cysticus (seperti
ketika batu berada di ductus cysticus sebelum duktus mengalami dilatasi dan kemudian
batu kembali ke kantung empedu) menyebabkan nyeri bilier tetapi hanya sebentar. Hal
tersebut dikenal sebagai kolelitiasis.1
Obstruksi ductus cysticus yang lebih persisten (seperti ketika batu besar berada
secara permanen di leher kandung empedu) dapat menyebabkan kolesistitis akut. Batu
empedu kadang bisa melewati ductus cysticus dan berada di ductus choledochus
(common bile duct). Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi dan penyakit kuning
(jaundice). Komplikasi ini dikenal sebagai koledokolitiasis. Jika batu empedu melewati
ductus cysticus dan ductus choledocus (common bile duct), kemudian terlepas di ampula
hepatopancreatica bagian distal, pankreatitis batu empedu akut dapat terjadi akibat
penumpukan cairan dan peningkatan tekanan di saluran pankreas dan aktivasi enzim
pankreas di dalam pankreas. Batu empedu besar juga dapat melubangi dinding kandung
empedu dan membuat fistula antara kandung empedu dan usus besar atau kecil, sehingga
menyebabkan obstruksi usus atau ileus.1

Gambar 2. Etiologi dan Komplikasi dari Kolelitiasis.4

Daftar Pustaka :
1. Tanaja J, Lopez RA, Meer JM. Cholelithiasis. StatPearls [Internet]. 2020 (cited 2021 Apr
3): Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470440/
2. MSD Manual. Cholelithiasis. (updated Mar 2020; cited 2021 Apr 3). Available from:
http://www.msdmanuals.com/professional/hepatic-and-biliary-disorders/gallbladder-and-
bile-duct-disorders/cholelithiasis
3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIH). Definition and
facts for gallstones. (updated 2017 Nov; cited 2021 Apr 3). Available from:
http://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/gallstones/definition-
facts
4. The Calgary Guide to Understanding Disease. Cholelithiasis. (cited 2021 Apr 3).
Available from: https://calgaryguide.ucalgary.ca/cholelithiasis/

HIDRONEFROSIS
1. Definisi
Hidronefrosis adalah suatu kondisi di mana salah satu atau kedua ginjal menjadi
meregang dan bengkak akibat penumpukan urin di dalam ginjal karena obstruksi aliran
keluar urin ke pelvis ginjal menuju ureter, kandung kemih, dan uretra. Jika hidronefrosis
disertai dengan distensi ureter, maka kelainan tersebut disebut sebagai
hidroureteronefrosis. Penting untuk diketahui bahwa hidronefrosis adalah temuan
anatomi, bukan diagnosis fungsional.1,2,3

2. Etiologi
Berikut ini adalah beberapa penyebab utama hidronefrosis pada orang dewasa.2,4
 Batu ginjal
Batu ginjal yang berukuran kecil pada ginjal terkadang dapat keluar dari ginjal dan
menyumbat ureter. Batu ginjal merupakan penyebab paling umum
hidroureteronefrosis pada orang dewasa muda.
 Hiperplasia prostat jinak
Hiperplasia prostat jinak merupakan pembengkakan kelenjar prostat non-kanker
pada pria.
 Kehamilan
Selama kehamilan, uterus yang membesar terkadang dapat menekan ureter. Hal
tersebut sebagian besar diidentifikasi pada trimester kedua dan dapat bertahan
hingga 6 hingga 12 minggu setelah melahirkan.
 Penyempitan ureter
Penyempitan ureter dapat terjadi akibat trauma pada ureter, infeksi, atau
pembedahan.
 Prolaps organ panggul
 Neurogenik kandung kemih
Neurogenik kandung kemih terjadi ketika saraf yang mengontrol kandung kemih
mengalami kerusakan.
 Kelainan anatomi
Kelainan anatomi menjadi penyebab utama hidronefrosis pada sebagian besar kasus
pada bayi baru lahir dan anak-anak. Kelainan anatomi tersebut termasuk striktur dan
stenosis yang terjadi pada sambungan ureterovesikal atau ureteropelvis. Pada
sebagian besar kasus, resolusi spontan ditemukan pada usia 2 tahun.
 Kanker di dalam atau di sekitar saluran kemih
Contoh kanker di dalam atau di sekitar saluran kemih meliputi kanker kandung
kemih, kanker ginjal, kanker prostat, kanker serviks, kanker ovarium, atau kanker
rahim.
 Bekuan darah, endometriosis, atau kista ovarium
Hidronefrosis yang disebabkan oleh bekuan darah, endometriosis, atau kista ovarium
jarang terjadi.
Selain terjadi pada orang dewasa, hidronefrosis juga dapat terjadi pada bayi. Pada
pemeriksaan USG rutin, hidronefrosis semakin banyak ditemukan pada bayi yang belum
lahir. Hal tersebut dikenal sebagai hidronefrosis antenatal. Hidronefrosis antenatal
diperkirakan sering disebabkan oleh peningkatan jumlah urin yang diproduksi bayi pada
tahap akhir kehamilan. Pada hidronefrosis antenatal, ginjal masih normal dan keadaan
tersebut akan membaik dengan sendirinya sebelum atau beberapa bulan setelah
kelahiran, walau begitu kadang bayi mungkin perlu menjalani operasi untuk
memperbaikinya. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis antenatal.1,4
 Penyumbatan atau penyempitan di saluran kemih
Penyumbatan atau penyempitan di saluran kemih terkadang disebabkan oleh
pertumbuhan jaringan berlebih, tetapi seringkali tidak ada penyebab yang jelas.
 Vesicoureteral reflux (VUR)
VUR dapat terjadi ketika katup yang mengontrol aliran urin antara kandung kemih
dan ureter tidak berfungsi dengan baik, sehingga memungkinkan urin mengalir
kembali ke ginjal. Refluks vesikoureteral jarang terjadi pada neonatal dan bayi, yaitu
hanya sekitar 10-20%.
 Tumor atau batu ginjal
Hidronefrosis pada bayi dan anak sangat jarang disebabkan oleh tumor atau batu
ginjal.

3. Faktor risiko
Hidronefrosis dapat terjadi di semua kelompok umur, dapat akut atau kronis, fisiologis
(sangat umum pada wanita hamil) atau patologis, unilateral atau bilateral. Pada neonatus
dan bayi, faktor risiko terjadinya hidronefrosis meningkat bila terdapat kelainan anatomi
pada sistem urinaria dan anak laki-laki memiliki kemungkinan 4-5 kali lebih tinggi untuk
menderita hidronefrosis bila dibandingkan anak perempuan. Hidronefrosis tidak
diturunkan dalam keluarga, walau beberapa penyebab hidronefrosis, seperti VUR, dapat
diturunkan dalam keluarga.2,5
Pada orang dewasa, faktor risiko terjadinya hidronefrosis meningkat bila orang
tersebut menderita batu ginjal, hipertrofi dan neoplasma prostat, tumor panggul dan
retroperitoneal, keganasan ginekologi, dan merupakan wanita hamil. Batu ginjal terutama
terjadi pada orang berjenis kelamin laki-laki, ras kulit putih, obesitas, dan memiliki
riwayat diabetes. Hipertrofi dan neoplasma prostat, tumor panggul dan retroperitoneal,
dan batu ginjal adalah penyebab yang lebih umum pada populasi lansia. Hidronefrosis
umumnya terlihat pada hingga 80% wanita hamil. Hidronefrosis lebih sering terjadi pada
wanita untuk rentang usia 20-60 tahun karena kehamilan dan keganasan ginekologi.
Untuk kelompok usia di atas 60 tahun, penyakit ini menjadi lebih umum pada pria karena
penyakit prostat dan komplikasi.2

4. Klasifikasi
Onen Grading System telah dikembangkan untuk UPJHN (Ureteropelvic Junction
Obstruction Hidronephrosis) prenatal dan post-natal. Onen Grading System sederhana
dan jelas, karena itu, Onen Grading System dapat digunakan dengan mudah pada semua
disiplin ilmu termasuk radiologi, perinatologi, nefrologi pediatrik, dan urologi pediatrik
tidak hanya untuk praktik klinis. Onen Grading System membagi hidronefrosis menjadi 4
kelas, yang dapat dilihat pada gambar 1.6
Gambar 1. Klasifikasi Hidronefrosis berdasarkan Onen Grading System.6
Keterangan :
AP = Anterior – Posterior

5. Patofisiologi
Sistem urinaria adalah sistem organ multi komponen yang kompleks yang memiliki
fungsi utama menjaga homeostasis tubuh dengan mengatur volume cairan tubuh,
keseimbangan elektrolit, dan ekskresi produk akhir metabolik melalui produk akhir yaitu
urin. Secara anatomis, sistem urinaria meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Setiap ginjal memiliki korteks, medula, piramida ginjal, pelvis ginjal, dan kemudian
berlanjut ke ureter.2
Gambar 2. Anatomi Ginjal.7
Obstruksi aliran keluar urin menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik pada
sistem urinaria. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan intraglomerular, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi laju filtrasi glomerulus. Durasi dan tingkat keparahan
obstruksi menentukan tingkat hilangnya fungsi ginjal. Jika obstruksi tidak teratasi, dapat
menyebabkan jaringan parut ginjal dan kerusakan ginjal permanen dengan gangguan
fungsi glomerulus dan tubular. Oleh karena itu, hidronefrosis dapat dianggap akut jika
fungsi ginjal pulih sepenuhnya saat obstruksi sembuh. Sebaliknya, fungsi ginjal tidak
pulih pada hidronefrosis kronis bahkan setelah obstruksi sembuh. 2
Pada pasien dengan kandung kemih neurogenik, hidronefrosis yang signifikan
dapat disebabkan oleh disfungsi urodinamik yang mendasari atau akibat dari komplikasi
yang sudah berkembang. Dilatasi pada ginjal dapat disebabkan oleh:
 Retensi urin atau peningkatan tekanan pada kandung kemih
Ketika mekanisme antireflux pada sambungan ureterovesikal (ureterovesical junction)
sudah tidak sanggup lagi, maka tekanan yang meningkat akan diteruskan ke saluran
atas sistem urinaria (refluks vesikoureteral) sehingga terjadilah retensi urin atau
peningkatan tekanan pada kandung kemih.
 Obstruksi salah satu atau kedua ureter akibat batu, tumor, infeksi, striktur uretra,
atau penebalan akibat fibrosis.
 Kelainan lain selain kelainan neurogenic, seperti kelainan kongenital, trauma,
pembedahan, terapi radiasi, hipertrofi prostat, dan fibrosis retroperitoneal.3

6. Manifestasi Klinik
Hidronefrosis tidak selalu menimbulkan gejala. Apabila hidronefrosis menimbulkan
gejala, hidronefrosis dapat berkembang dengan cepat selama beberapa jam atau secara
bertahap selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Hidronefrosis pada bayi
biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi pada kasus yang parah, dapat timbul gejala
seperti kurang nafsu makan dan memiliki tanda-tanda kemungkinan terjadi ISK, seperti
demam tinggi tanpa penyebab yang jelas lainnya. Berikut ini adalah manifestasi klinik
terjadinya hidronefrosis.1,3
 Nyeri di punggung atau bagian samping tubuh
Nyeri yang timbul mungkin tiba-tiba dan parah, atau mungkin nyeri tumpul yang
datang dan pergi seiring waktu. Nyeri dapat menjadi lebih buruk setelah minum
banyak cairan.
 Timbul gejala ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Gejala ISK, seperti ingin buang air kecil lebih sering, nyeri atau sensasi terbakar saat
buang air kecil, dan merasa lelah dan tidak enak badan, dapat terjadi pada orang
yang menderita hidronefrosis.
 Terdapat darah dalam urin
 Buang air kecil lebih jarang dari biasanya atau dengan aliran yang lemah
 Mual dan muntah

7. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Manifestasi klinis hidronefrosis yang dilaporkan bervariasi, tergantung pada apakah
obstruksi itu akut atau kronis, parsial atau lengkap, unilateral atau bilateral, atau bahkan
ada atau tidak adanya gejala yang dirasakan. Keparahan hidronefrosis berhubungan
dengan derajat obstruksi dan apakah hidronefrosis yang dialami pasien akut atau kronik.
Pada pasien tanpa obstruksi aliran urin, hidronefrosis mungkin tetap asimtomatik dalam
jangka yang lama dan kondisi tersebut akan terdeteksi pada pencitraan untuk alasan lain
bukan karena hidronefrosis tersebut.2,3
Obstruksi yang terjadi secara cepat sering menyebabkan nyeri hebat di sepanjang
panggul dan menjalar ke arah selangkangan ipsilateral atau kuadran perut bagian bawah.
Mual, muntah, dan disuria juga bisa terjadi. Dengan patologi infeksi yang mendasari,
pasien mungkin datang dengan demam dan darah atau nanah dalam urin. Ketika
obstruksi subakut menjadi kronis, gejala mungkin tidak ada atau kurang intens dan tidak
spesifik, seperti nyeri tumpul. Riwayat medis harus dilakukan dengan teliti untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab hidronefrosis yang tidak terkait dengan disfungsi
neurogenik kandung kemih. 3
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak ditemukan kelainan yang berhubungan
dengan hidronefrosis tetapi tetap harus dilakukan. Pemeriksaan perut, panggul, dan
genitourinari harus dilakukan. Pasien dapat mengalami nyeri tekan pada sudut
kostavertebralis dan seringkali tidak dapat menemukan posisi yang nyaman saat
dilakukan pemeriksaan. Pasien dengan obstruksi yang lebih distal dari hipertrofi prostat
mungkin melaporkan terdapat tekanan pada perut bagian bawah yang parah dan
keinginan untuk buang air kecil. Bayi biasanya asimtomatik.2,3

8. Pemeriksaan Penunjang
Bayi dengan hidroureteronefrosis kongenital harus dilakukan voiding cystourethrogram
(VCUG) untuk mengidentifikasi apakah terdapat refluks vesikoureteral. Apabila pasien
bayi yang datang dengan demam, sakit perut, mual, atau penurunan asupan oral,
urinalisis harus dilakukan karena pasien cenderung mengalami infeksi saluran kemih
(ISK). Panel metabolik dasar harus dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal sehingga
dapat diketahui apakah pasien mengalami hidronefrosis serta untuk indikasi manajemen
bedah pada pasien dengan fungsi ginjal yang memburuk.2
Pasien dewasa dengan kolik ginjal akibat hidronefrosis juga harus melakukan
pemeriksaan urinalisis dan panel metabolik dasar untuk mengevaluasi fungsi ginjal.
Pencitraan diindikasikan berdasarkan riwayat kesehatan pasien. Pada pasien dengan
riwayat sering batu ginjal, USG cukup untuk mengevaluasi hidronefrosis. Ultrasonografi
juga merupakan modalitas pencitraan pilihan pada pasien hamil dengan hidronefrosis.
Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT) sangat sensitif dan spesifik jika nefrolitiasis
atau kompresi eksternal dari penyakit neoplastik adalah penyebab gejala. Selain itu, CT
akan cukup untuk mengevaluasi penyebab lain dari nyeri pinggang akut yang parah. 2

9. Gambaran Radiologi
 Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi ginjal tetap menjadi modalitas pencitraan lini pertama dalam evaluasi
pasien yang diduga hidronefrosis karena ketersediaan, biaya rendah, keamanan, dan
kurangnya radiasi. Ultrasonografi ginjal merupakan tes yang sangat sensitif dan
spesifik untuk hidronefrosis pada populasi dewasa dan anak-anak dengan sensitivitas
dan spesifisitas yang dilaporkan > 90%. Dalam praktik klinis sehari-hari, pasien
yang datang dengan hidronefrosis akan diklasifikasikan sebagai hidronefrosis
ringan, sedang, atau berat. Sistem penilaian yang diusulkan mencakup empat kelas:
 Derajat I (ringan) —dilatasi pelvis ginjal tanpa dilatasi kelopak.
 Derajat II (ringan) —dilatasi pelvis ginjal disertai dengan dilatasi beberapa
kaliks ginjal tetapi tidak semua.
 Derajat III (sedang) —dilatasi pelvis ginjal dengan semua kaliks ginjal.
 Derajat IV (berat) —dilatasi pelvis ginjal dengan semua kaliks dan atrofi
parenkim.3
Ultrasonografi juga dapat membantu mengidentifikasi penyebab potensial
hidronefrosis, tetapi fungsinya terbatas. Tinjauan literatur mengungkapkan bahwa
USG memiliki sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 45% dan 94% untuk
mendeteksi batu ureter serta 45% dan 88% untuk batu ginjal. Pemanfaatan USG
Doppler dengan pengukuran aliran darah dan resistensi pada bentuk gelombang
arteri intrarenal juga dapat digunakan untuk menilai dampak hidronefrosis pada
fungsi ginjal. USG Doppler dapat membantu membedakan antara hidronefrosis akut
dan kronis. USG Doppler dengan warna dapat digunakan untuk mengidentifikasi
dinamika pancaran ureter di kandung kemih dan membantu membedakan antara
hidronefrosis obstruktif dan non-obstruktif. Penurunan frekuensi, durasi, dan
kecepatan puncak semburan ureter menunjukkan patologi obstruktif. USG Doppler
dengan warna pada akhirnya dapat digunakan untuk menggantikan voiding
cystourethrogram (VCUG) dalam mendeteksi refluks vesikoureteral.3
 Computed tomography (CT)
Computed tomography (CT) abdomen membantu melokalisasi penyebab
hidronefrosis. CT scan tanpa media kontras intravena memberikan lokasi yang tepat
dari batu ureter dan telah menjadi modalitas pencitraan pilihan untuk pasien yang
dicurigai mengalami obstruksi ureter. CT memiliki sensitivitas 96% untuk
mendeteksi batu dengan spesifisitas dan nilai prediksi positif 100%. Jika fungsi
ginjal normal, CT urografi (tanpa dan kemudian dengan kontras) harus
dipertimbangkan untuk menghasilkan definisi anatomi yang lebih baik. CT urografi
multidetektor sekarang dianggap sebagai modalitas pencitraan pilihan untuk evaluasi
komprehensif saluran kemih.3
Pada pasien dengan kontraindikasi untuk CT scan atau ketika hasil dari
metode pencitraan sebelumnya tidak meyakinkan, pencitraan resonansi magnetik
(MRI) harus dipertimbangkan. Sensitivitas yang dilaporkan pada MRI dalam
mendiagnosis obstruksi saluran kemih bagian atas mencapai 100% tetapi dokter
harus ingat bahwa MRI tidak dapat secara langsung mendeteksi batu, yang sering
menjadi penyebab hidronefrosis pada neurogenik. Sensitivitas MRI untuk
mendeteksi batu telah dilaporkan menjadi 68,9-81%.3
10. Tatalaksana
Pengobatan hidronefrosis bergantung pada penyebab terjadinya hidronefrosis dan
seberapa parah hidronefrosis tersebut. Pada orang dewasa, tahap pertama pengobatan
sering kali adalah mengeluarkan urin dari ginjal dengan menggunakan kateter untuk
meringankan tekanan pada ginjal. Setelah tekanan berkurang, penyebab penumpukan
urin mungkin baru ditangani. Berikut ini adalah contoh penanganan pada penderita
hidronefrosis berdasarkan penyebabnya.1,2
 Batu ginjal dapat diangkat dengan operasi atau dipecah menggunakan gelombang
suara atau dengan extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL).
 Prostat yang membesar dapat ditangani dengan pengobatan atau pembedahan untuk
mengangkat sebagian dari prostat.
 Penyumbatan pada ureter dapat ditangani dengan pembedahan untuk memasukkan
stent. Pemasangan stent ureter dengan panduan sistoskopi adalah prosedur umum
untuk berbagai penyebab hidronefrosis pada ureter. Penempatan tabung nefrostomi
perkutan dengan panduan fluoroskopi adalah prosedur yang tidak terlalu invasif
yang dilakukan oleh ahli radiologi intervensi ketika penempatan stent ureter
merupakan kontraindikasi.
 Kanker dapat dilakukan tatalaksana dengan memberikan kombinasi kemoterapi,
radioterapi, atau pembedahan untuk mengangkat jaringan kanker.
Pada bayi dengan hidronefrosis antenatal, pendekatan penatalaksanaan bergantung
pada persistensi hidronefrosis postnatal, keterlibatan bilateral, dan beratnya
hidronefrosis. Hidronefrosis bilateral disebabkan oleh obstruksi di bagian distal kandung
kemih, dengan katup uretra posterior yang menjadi penyebab tersering dari
hidroureteronefrosis bilateral. Voiding Cystourethrogram (VCUG) harus dilakukan untuk
diagnosis lebih lanjut. Diameter pelvis ginjal> 15 mm pada bayi baru lahir dianggap
sebagai hidronefrosis berat dan memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan ginjal
berat. Apabila terdapat manifestasi klinik disfungsi ginjal, kecurigaan akan infeksi yang
menyebabkan sepsis berat, gejala nyeri hebat, mual, dan muntah maka diperlukan
penanganan hidronefrosis segera.1,2

11. Komplikasi
Komplikasi dari hidronefrosis yang paling umum adalah infeksi saluran kemih (ISK).
Infeksi saluran kemih yang lebih lanjut dapat menyebabkan pielonefritis. Ketika ISK
disertai dengan demam tinggi, dapat curiga terjadinya pielonefritis. Hal tersebut
disebabkan oleh bakteri yang menyebar dari kandung kemih ke ginjal dan menyerang
jaringan ginjal. Anak dengan hidronefrosis berat (derajat 3 dan 4) memiliki risiko lebih
tinggi terkena ISK dan pielonefritis. Jika pielonefritis parah, tidak diobati tepat waktu,
atau jika memengaruhi kedua ginjal, komplikasi seperti kerusakan ginjal permanen
(jaringan parut ginjal) dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi dan terkadang
gagal ginjal.2,5
Bila terjadi obstruksi yang berkepanjangan, sistem pengumpulan urin akan
melebar, terjadi kompresi papila, dan penipisan parenkim ginjal yang pada akhirnya
menyebabkan atrofi kortikal dan fibrosis tubulointerstitial. Beberapa efek fisiologis dari
obstruksi yang berkepanjangan meliputi gangguan reabsorpsi natrium, gangguan
pengasaman urin yang menyebabkan asidosis metabolik, dan kemampuan konsentrasi
urin. Ketika obstruksi kronis berkurang, pasien dapat mengalami diuresis pasca
obstruktif.2

12. Prognosis
Prognosis pemulihan ginjal setelah obstruksi bergantung pada durasi dan
keparahan obstruksi. Jika obstruksi tidak teratasi, maka dapat menyebabkan jaringan
parut pada ginjal dan kerusakan ginjal permanen dengan gangguan fungsi glomerulus
dan tubular. Fungsi ginjal dapat pulih sepenuhnya saat obstruksi sembuh bila pasien
menderita hidronefrosis akut.2

Daftar Pustaka
1. National Health Service (NHS). Overview – hydronephrosis. (updated 2018 Jul 11; cited
2021 Apr 3). Available from: http://www.nhs.uk/conditions/hydronephrosis/
2. Thotakura R, Anjum F. Hydronephrosis and hydroureter. Stat Pearls [Internet]. 2021
(cited 2021 Apr 3): Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563217/
3. Corcos, J., & Przydacz, M. Consultation in Neurourology - Hydronephrosis. Springer
Link. 2017 (cited 2021 Apr 3); 213–228: Available from:
https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-63910-9_12
4. National Health Service (NHS). Causes – Hydronephrosis. (updated 2018 Jul 11; cited
2021 Apr 3). Available from: https://www.nhs.uk/conditions/hydronephrosis/causes/
5. University of North Carolina (UNC) School of Medicine. Hydronephrosis. (cited 2021
Apr 3). Available from: http://www.med.unc.edu/urology/pediatrics/pediatric-
conditions/hydronephrosis/#:~:text=and%20no
%20hydronephrosis.-,Complications,urinary%20tract%20infection
%20(UTI).&text=When%20the%20UTI%20is%20associated,and%20invading%20the
%20kidney%20tissue
6. Onen A. Grading of Hydronephrosis: An Ongoing Challenge. Front Pediatr. 2020 (cited
2021 Apr 3);8:458: Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7481370/
7. Ristolainen, Asko. Phantom organs and their applications in robotic surgery and
radiology training. 2015 (cited 2021 Apr 3): Available from:
http://www.researchgate.net/figure/Anatomy-of-the-right-kidney-4_fig11_327069888

Anda mungkin juga menyukai