Makalah: Pajak Penghasilan Pasal 22
Makalah: Pajak Penghasilan Pasal 22
Dosen Pengampu:
Hendrik E.S Samosir, SE,Ak.,M.Ak.,CA
DISUSUN OLEH:
MAZMUR WALLTER SIMANJUNTAK
19510259
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang akan membahas lebih jauh
mengenai “PAJAK PENGHASILAN PASAL 22”.
Makalah ini penulis susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Perpajakan, serta agar dapat menambah wawasan sekaligus pemahaman
terhadap materi yang penulis bawakan. Penulis sangat berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah ini Bapak Hendrik E.S Samosir, SE,Ak.,M.Ak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta
bimbingan dari dosen demi penyempurnaan dimasa-masa yang akan datang, semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN3
3.1 Kesimpulan15
3.2 Saran15
DAFTAR PUSTAKA16
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan sumber daya alamnya.
Pada saat ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong pemerintah untuk
melakukan perubahan di segala sector demi meningkatkan pendapatan atau kas Negara
guna membiayai pembangunan dan biaya – biaya Negara.dalam rangka
menyelenggarakan perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana yang tidak sedikit,
dana tersebut berasal dari APBN dan APBD, dimana sebagian besar bersumber pada
penerimaan pajak. Dalam hal ini menjelaskan bahwa pajak memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan
pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang ada untuk
membiayai pengeluaran termasuk pengeluan untuk meningkatkan pembangunan.
Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan yag sangat kuat oleh sebab itu
sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam membangun
pertumbuhan ekonomi untuk menunjang segala kebutuhan dalam negeri. Namun pada
kenyataannya Indonesia pada saat ini hanya mampu menjadi penonton ditengah
persaingan global yang begitu selektif. Kebijakan kontrofersial yang dambil oleh
pemerintah Indonesia yang tergabung dalam pembebasan PPh pasal 22 dengan Negara
Cina, pada konteks tersebut kebijakan yang diambil sangat menggiurkan karena
penduduk cina yang begitu banyak dibandingkan jumlah penduduk Indonesia dan dapat
menjadi sasaran empuk bagi para produsen dalam negeri. Akan tetapi para produsen
dalam negeri belum mampu bersaing dengan produk – produk yang dihasilkan oleh
negeri tirai bamboo tersebut. Dalam hal ini kedewasaan sangatlah diperlukan dalam
melakukan suatu kebijakan karena besar atau kecilnya pendapatan dari PPh pasal 22
bergantung pada kebijakan yang diambil oleh peraturan pemerintah.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga – lembaga Negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas
1
2
penyerahan barang, badan – badan tertentu yang berkenaan dengan kegiatan dibidang
impor atau kegiatan usaha dibidang lain. Dasar hokum PPh pasal 22 adalah UU pajak
penghasilan nomor 36 tahun 2008, pasal 22. Untuk lebih memahami secara mendalam
dan kompherensif mengenai pajak penghasilan (PPh) pasal 22, maka yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah paparan mengenai PPh pasal 22.
1.2 Rumusan masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
1. Apa pengertian pajak penghasilan PPh pasal 22?
2. Apa dasar pengenaan dan pemotongan PPh pasal 22?
3. Bagaimana cara penghitungan pajak penghasilan PPh pasal 22?
4. Apa saja pemotong PPh pasal 22?
5. Siapa penerima penghasailan yang di potong PPh pasal 22?
6. Apa saja penghasilan yang di potong PPh pasal 22?
7. Apa yang tidak termasuk penghasilan yang di potong PPh pasal 22?
3. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.
Berikut merupakan objek dan pemungut PPH Pasal 22, antara lain :
No Objek Pemungut
.
Pembelian Barang oleh Pihak yang membayar / membeli:
1 Bendaharawan Pemerintah dan DJA ( - Bendaharawan Pemerintah
Direktorat Jenderal Anggaran ) - DJA
Pembelian barang oleh BUMN/D
2 BUMN/BUMD yang bersumber dari
dana APBN dan atau APBD
3 Pembelian barang oleh badan tertentu Badan tertentu
yang bersumber dari dana APBN
3
4
2. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan
Nilai; dilaksanakan oleh DJBC.
4. Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya yang
jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah.
6. Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan dari
emas untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.
8. Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang
telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang
memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
2.8 lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak;
2.9 lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan
dilaporkan ke KPP paling lambat 14 (empat belas ) hari setelah masa pajak
berakhir.
4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 3) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke
bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10 sepuluh) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir. Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20
setelah masa pajak berakhir.
5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 4 ) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke
bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim
berikutnya dengan menggunakan formulir SSP dan menyampaikan SPT Masa ke
KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.
6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh
Pasal 22 butir 5, dan 7 ) dan hasil penjualan barang sangat mewah (Lihat
Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 8) disetor oleh pemungut atas nama
9
wajib pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP. Pemungut
menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah
masa pajak berakhir.
7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh
Pasal 22 butir 6) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau Kantor Pos paling
lama tanggal 10(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu:
a. lembar pertama untuk pembeli;
b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor
Pelayanan Pajak;
c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Yang tidak dikuasai,tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
Catatan :
Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang digunakan
sebagai dasar perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung sebesar Cost
Insurance Freight (CIF) +Bea Masuk+ Pungutan pabean lainnya.
Contoh 1:
PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor komputer dari
Amerika Serikat dengan perincian sbb:
Harga Komputer (Cost)……………………US$ 20,000.00
Asuransi (Insurance) ………………………US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) …………………….US$ 4,000.00
Harga Pabean ……………………………..US$ 25,000.00
Pungutan :
- Bea Masuk 20% …………………………US$ 5,000.00
- Bea Masuk Tambahan 10% ……………US$ 2,500.00
NILAI IMPOR ………………………………US$ 32,500.00
Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor:pemberitahuan impor
barang) nilai kurs US $ 1.00= Rp 10.000,00 maka:
— Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp
325.000.000,-
— PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 2,5% = Rp
8.125.000,00
Contoh 2:
Seperti soal nomor diatas, tetapi PT ANGGARA tidak memiliki API, maka
perhitungan PPh Pasal 22 adalah :
Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp
325.000.000,-
11
Atas pembelian barang yang dananya dari belanja Negara atau belanja daerah
dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari harga pembelian.
Pembayaran yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah) yang meliputi jumlah kurang dari Rp 1.000.000,00.
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air
minum/PDAM, dan benda-benda pos.
Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara.
Contoh 3 :
PT Jayadi Maju melakukan penjualan lemari arsip kepada Departemen Dalam
Negri senilai Rp 220 juta. Pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan
Depdagri. Dalam kontrak penjualan dengan pemerintah yang didanai dari
APBN/APBD, biasanya harga jual sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai
sebesar 10%.
Diminta : Hitunglah PPh Pasal 22 PT Jayadi Maju
Jawab :
- Dasar Pengenaan PPh Pasal 22: (100/110 x Rp 220 juta)=
Rp200.000.000,00.
Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda
dua atau lebih di dalam negeri adalah 0,45% dari dasar pengenaan pajak (DPP)
Pajak Pertambahan Nilai.
- Korps diplomatic
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri rokok pada saat
penjualan rokok di dalam negeri adalah 0,15% dari harga bandrol (pita cukai),
dan bersifat final.
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri kertas pada saat
penjualan kertas di dalam negeri adalah 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak
(DPP) Pajak Pertambahan Nilai.
13
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri semen pada saat
penjualan semen di dalam negeri adalah 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak
(DPP) Pajak Pertambahan Nilai.
PPh Pasal 22= 0,25% x DPP PPN
Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah penjualan semen
dalam negeri oleh PT Indocemen, PT Semen Cibinong dan PT Semen
Nusantara kepada Distributor utama / tunggalnya.
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industry baja pada saat
penjualan hasil produksinya di dalam negeri adalah 0.3% dari Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai
8. Cara Menghitung PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina dan Badan
Usaha Selain Pertamina
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Pertamina dan badan usaha
lainnya yang bergerak dibidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT
dan gas atas penjualan hasil produksinya adalah sbb:
1. Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBU swastanisasi
adalah 0,3% dari penjualan
14
3. Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, dan pelumas adalah 0,3% dari
penjualan.
A. Kesimpulan
PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang dipungut
oleh:
a. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang.
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemrintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.
c. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah
B. Saran
Setelah penulis memaparkan hal – hal yang berkaitan dengan PPh pasal 22,
penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan pembayaran pajak
guna membantu meningkatkan APBN dan APBD khususnya pada PPh pasal 22.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13585
http://armuhammad.wordpress.com/2012/06/19/pph-pasal-22-barang-mewah/
http://septikomariyah.blogspot.com/2012/11/makalah-perpajakan-tarif-pajak.html
http://populerkan.blogspot.com/2010/11/makalah-pajak-penghasilan.html
http://indahjewel.blogspot.com/2012/05/makalah-pph-pasal-22.html
http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-22
http://dedijayadiborneo.wordpress.com/2013/01/14/pajak-penghasilan-pasal-22/