Disusun Oleh:
ERILYANI P. 0811011014
2012
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
TRIAS TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA KLIEN SECTIO CAESARIA
Pokok bahasan : Trias Tindakan Pencegahan Infeksi Pada Klien Sectio Caesaria
Sub pokok bahasan : Personal Hygiene, Mobilisasi Dini Dan Nutrisi
Sasaran : Ibu post SC.
Waktu : 1x30 menit
Pertemuan ke : 1(satu)
Tanggal : 2 November 2012
Tempat : Ruang nifas
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit diharapakan ibu post SC dapat
memahami tentang trias tindakan pencegahan infeksi pada klien sectio caesaria.
F. Evaluasi
1. Evaluasi persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 2 hari sebelum penkes
c. Undangan untuk peserta disampaikan 3 hari sebelum penkes
d. Tempat sudah siap 2 hari sebelum penkes
e. SAP sudah siap 2 hari sebelum penkes
2. Evaluasi proses
a. 75 % peserta datang tepat waktu
b. Peserta didik memperhatikan penjelasan penyaji
c. Peserta didik aktif bertanya dan memberikan pendapat
d. Media dapat digunakan secara aktif
3. Evaluasi hasil
a. Menyebutkan kembali pengertian nifas.
b. Menyebutkan kembali pengertian Trias Tindakan Pencegahan Infeksi Pada Klien
Sectio Caesaria.
c. Menyebutkan kembali 4 dari 6 Tujuan melakukan Trias Tindakan Pencegahan
Infeksi Pada Klien Sectio Caesaria
d. Menyebutkan kembali 3 dari 4 Kebutuhan Trias Tindakan Pencegahan Infeksi
Pada Klien Sectio Caesaria pada ibu
e. Menyebutkan kembali 3 dari 5 Akibat kurangnya atau tidak menjaga personal
hygiene.
LAMPIRAN MATERI
B. Tujuan mobilisasi
Membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkan
2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya.
Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus,
dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat
Protein adalah salah satu penyusun dasar pembangun tubuh manusia, yang membentuk
sekitar 16 persen dari berat total tubuh kita. Otot, rambut, kulit, dan terutama jaringan
ikat terdiri dari protein. Protein memainkan peran utama dalam semua sel dan sebagian
besar cairan di dalam tubuh kita. Selain itu, banyak bahan kimia penting tubuh kita
seperti enzim, hormon, neurotransmiter, dan bahkan DNA kita – setidaknya terdiri dari
protein. Meskipun tubuh kita pandai “daur ulang” protein, kita menghabiskan protein
terus-menerus, sehingga sangat penting untuk terus menggantinya (Dolson: 2011).
Protein dari unit yang lebih kecil disebut asam amino. Tubuh kita memerlukan asam
amino, sehingga sangat penting untuk memasukkan semua asam amino dalam makanan
kita. Protein hewani seperti daging, telur, dan produk susu memiliki asam amino,
begitupun protein nabati dari tumbuhan juga memiliki asam amino (Dolson: 2011).
Sejumlah asam amino sangat diperlukan dalam pembentukan protein jaringan, hal ini
sangat tergantung pada macam asam amino sesuai dengan jaringan yang akan dibentuk.
Berbagai asam amino di peroleh dari berbagai makanan yang dikonsumsi, sesudah
dicerna di dalam usus besar kemudian diserap melalui darah dan sebagian disintesa dalam
tubuh (Kartasapoetra, 2005:55).
Kebutuhan protein normal adalah 10-15 % dari kebutuhan energi total, atau 0,8-1,0 g/kg
BB. Kebutuhan protein normal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah
0,4-0,5 g/kg BB. Demam, sepsis, operasi, trauma dan luka dapat meningkatkan
katabolisme protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB. Sebagian besar pasien yang dibutuhkan
1,0-1,5 g protein/kg BB (Almatsier, 2006:25).
Diet energi tinggi protein tinggi (ETPT) adalah diet yang mengandung energi dan protein
di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk Makanan Biasa ditambah bahan
makanan sumber Protein tinggi seperti susu, telur dan daging atau dalam bentuk
minuman Enteral Energi Tinggi Protein Tinggi. Diet ini diberikan bila pasien telah
mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap (Almatsier,
2006:53).
a) Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
b) Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal (Almatsier, 2006:53)
Hubungan metabolisme terdapat antara energi dan protein, yaitu bahwa protein
merupakan salah satu penghasil utama energi. Jadi bila energi kurang cukup di dalam
hidangan, maka protein yang lebih banyak dikatabolisme menjadi energi. Ini berarti
semakin kurang protein yang tersedia untuk keperluan lain, termasuk untuk sintesa
protein tubuh (Sediaoetama, 2010: 85).